2.
3.
4.
5.
Kritik:
Filsafat tidak dapat didefenisikan secara jelas karena setiap
orang memiliki defenisi sendiri setelah mempelajari filsafat tersebut.
Namun, sebelum memberi defenisi tentang filsafat, seseorang harus
mengetahui acuan pembahasan tentang filsafat ini.
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU
A. Landasan Ilmu Pada Zaman Yunani
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting bagi
sejarah peradaban Indonesia, dimana pada waktu ini terjadi perubahan
pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Pola pikir
mitosentris adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan
mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan
pelangi sedangkan logosentris menjelaskan fenomena alam sebagai
aktifitas alam yang terjadi secara sosialitas.
Awal munculnya filsafat ketika manusia menggunakan rasio untuk
meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya.
Karena manusia selalu berhadapan dengan alam yang begitu luas dan
penuh misteri, timbul rasa ingin mengetahui rahasia alam itu. Lalu
timbul pertanyaan dalam pikirannya, darimana datangnya alam ini,
bagaimana kejadiannya, bagaimana kemajuannya dan kemana
tujuannya? Pertanyaan seperti ini yang selalu menjadi pertanyaan di
kalangan filosof Yunani, sehingga tidak heran kemudian mereka juga
disebut dengan filosof alam karena perhatian yang begitu besar
terhadap alam.
Beberapa Filosof alam yang terkenal yaitu:
1. Thales (624-546 SM)
Thales digelari Bapak Filsafat karena dia orang pertama
berfilsafat dan mempertanyakan Apa sebenarnya asal usul alam
semesta ini? pertanyaan itu dijawabnya dengan pendekatan
rasional, bukan dengan pendekatan mitos atau kepercayaan. Ia
mengatakan asal alam adalah air karena air merupakan unsur
penting bagi setiap makhluk hidup, air dapat berubah menjadi
benda gas, seperti uap dan benda padat seperti es, dan bumi ini
juga berada di atas air.
2. Anaximandros (610-540 SM)
Anaximandros mencoba menjelaskan bahwa substansi
pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas dan meliputi segalanya.
Dia tidak setuju unsur utama alam adalah salah satu dari unsurunsur yang ada, seperti air atau tanah. Unsur utama alam harus
yang mencakup segalanya dan di atas segalanya, yang dinamakan
4
Para penyelidik ini disebut kaum Sofis. Kaum Sofis memulai kajian
tentang manusia, dan menyatakan bahwa manusia adalah ukuran
kebenaran. Tokoh-tokoh utama kaum Sofis adalah:
1. Protagoras (481-411 SM) yang menyatakan bahwa manusia adalah
ukuran kebenaran. Pernyataan ini merupakan cikal bakal
humanisme. Pertanyaan yang muncul adalah apakah yang
dimaksudnya itu manusia individu atau manusia pada umumnya.
Memang dua hal itu menimbulkan konsekuensi yang sungguh
berbeda. Namun tidak ada jawaban yang pasti, mana yang
dimaksud oleh Protagoras. Yang jelas ialah ia menyatakan bahwa
kebenaran itu bersifat subjektif dan relatif. Akibatnya, tidak akan
ada ukuran yang absolut dalam etika, metafisika, maupun agama.
2. Gorgias (483-375 SM), ia datang ke Athena pada tahun 427 SM dari
Leontini. Menurutnya ada tiga proposisi: pertama, tidak ada yang
ada, maksudnya realitas itu sebenarnya tidak ada. Kedua, bila
sesuatu itu ada ia tidak akan dapat diketahui. Ini disebabkan oleh
penginderaan itu tidak dapat dipercaya, penginderaan itunsumber
ilusi. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan
dapat kita beritahukan kepada orang lain. Sikap skeptis Gorgias ini
dianggap oleh sebagian filosof sebagai pandangan nihilisme, yakni
kebenaran itu tidak ada. Jadi, dia lebih ekstrim dibandingkan
dengan Protagoras.
3. Socrates, Plato dan Aristoteles; mereka menentang segala teori
kebenaran yang diunngkapkan oleh kaum sofis. Menurut mereka
terdapat kebenaran objektif yang bersumber kepada manusia.
Mereka berusaha menyeimbangkan antara filsafat dan ilmu
pengatahuan yang nantinya akan berkembang pesat menjadi
beberapa objek kajian ilmiah.
B. Perkembangan Ilmu Zaman Islam
Perkembangan ilmu dalam Islam dibagi dalam beberapa zaman
yaitu:
1) Penyampaian ilmu dan filsafat Yunani ke dunia Islam
Dalam perjalanan ilmu dan juga filsafat di dunia Islam, pada
dasarnya terdapat upaya rekonsiliasi dalam arti mendekatkan dan
mempertemukan dua pandangan yang berbeda, bahkan seringkali
ekstrim, antara pandangan filsafat Yunani, seperti filsafat Plato dan
Aristoteles, dengan pandangan keagamaan dalam Islam yang
seringkali menimbulkan benturan-benturan. Islam tidak hanya
mendukung
adanya
kebebasan
intelektual,
tetapi
juga
membuktikan kecintaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan
dan sikap hormat mereka kepada ilmuwan tanpa memandang
agama mereka.
6
Kritik:
Setiap Filosof ataupun Sofis memberikan pandangan filsafat yang
berbedabeda bahkan saling bertentangan, oleh karena itu kita tidak
mesti berpatok pada salah satu pendapat kaum filosof tersebut,
namun kita harus lebih mengutamakan hasil penelitian yang ilmiah.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, dijelaskan bahwa
terdapat masa dimana terjadi keruntuhan tradisi keilmuan dalam
Islam, dengan berbagai penyebab namun tidak memberikan gambaran
tentang hubungannya dengan kondisi keilmuan saat ini serta solusi
dalam mengatasi hal demikian.
BAB III
PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN
A. Defenisi dan Jenis Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa
Inggris yaitu knowledge dalam encyclopedia of philosopy dijelaskan
bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar
(knowledge is justified true belief) sedangkan secara terminology
menurut Drs sidi gazalba pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu, pekerjaan tahu tersebut adalah
hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu
adalah semua milik atau isi fikiran dengan demikian pengetahuan
merupakan hasil proses dari hasil usaha manusia untuk tahu, dalam
kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah
10
dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah yang
membedakan mereka dengan manusia lainnya. Bagi manusia tidak
adajalan lain kecuali menerima dan membenarkan semua yang
berasal dari Nabi. Kepercayaan inilah yang merupakan titik tolak
dalam agama dan lewat pengkajian selanjutnya dapat
meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu. Sedangkan ilmu
pengetahuan sebaliknya, yaitu dimulai mengkaji dengan riset,
pengalaman, dan percobaan untuk sampai kepada kebenaran yang
faktual.
C. Ukuran Kebenaran
Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah
untuk mencapai kebanaran, namun masalahnya tidak hanya sampai
disitu saja, problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan
berkembangnya epistimologi, telaah epistimologi terhadap kebenaran
membawa kita pada sebuah kesimpulan bahwa perlu dibedakan
adanya 3 jenis yaitu kebenaran epistimologis, kebenaran ontologis dan
kebenaran semantik. Kebenaran epistimologis adalah kebenaran yang
berhubungan dengan pengetahuan manusia, kebenaran dalam arti
ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada
hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan, kebenaran dalam arti
semantic adalah kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur
kata dan bahasa.Dalam pembahasannya penulis membahas
kebenaran epistimologis karena kebenaran yang lainnya secara
inheren akan masuk dalam kategori kebenaran epistimologis, teori
yang menjelaskan episyimologis adalah sebagai berikut :
1. Teori korespondensi, atau the correspondence theory of truth,
menurut teori ini kebenaran itu apabila ada kesesuaian antara arti
yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek
yang dituju oleh pernyataan itu. Suatu proposisi atau pengertian
adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang diselaraskannya,
yaitu apabila ia menyatakan apa adanya, kebenaran adalah yang
bersesuaian dengan fakta, yang berselaras dengan realitas yang
serasi dengan situasi akal
2. Teori koherensi tentang kebenaran, atau teori konsistensi atau the
consistence of truth yang sering pula dinamakan the coherence of
truth, menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan
antara putusan dengan sesuatu yang lain yaitu fakta dan realitas,
tetapi atas hubungan antara antara putusan putusan itu sendiri
dengan kata lain kebenaran ditegakkan atas hubungan antara
putusan yang baru itu dengan dengan putusan putusan lainnya
yang telah kita ketahui dan akui kebenarannya terlebih dahulu.
13
Kritik:
Penggunaan kata ilmu dan pengetahuan tidak perlu terlalu
dipermasalahkan namun sebagai makhluk yang berakal, manusia
harus mengutamakan konsep ketuhanan. Hakikat ilmu adalah
mengungkap tentang awal dan akhir dari sesuatu. Sedangkan yang
awal dan akhir itu jelas Allah/Tuhan.
Ilmu pengetahuan harus terbuka pada konteksnya,
agamalah yang menjadi konteksnya itu. Agama mengarahkan
pengetahuan pada tujuan hakikinya, yakni memahami realitas
dan memahami eksistensi Allah, agar manusia menjadi sadar
hakikat penciptaan dirinya.
dan
ilmu
alam
akan
15
BAB IV
DASAR-DASAR ILMU
A. Ontologi
Ontologi merupakan salah satu lapangan penyelidikan
kefilsafatan yang paling kuno. Dalam persoalan ontology orang
menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari
segala yang ada ini? pertama kali orang dihadapkan pada adanya 2
macam kenyataan, yang pertama kenyataan yang berupa materi yang
kedua kenyataan yang berupa rohani.
Term ontologi pertamakali dikenalkan oleh rodolf goclenius pada
tahun 1636 M, untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang
bersifat metafisis, dalam perkembangannya Rudolf Wolf membagi
metafisika menjadi 2 yaitu metafisika umum dan metafisika khusus,
metafisika umum dimaksuidkan sebagai istilah lain ontology, dengan
demikian metafisika umum atau ontology adalah cabang filsafat yang
membicarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala
sesuatu yang ada, sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi
kosmologi, psikologi dan teologi.
Didalam pemahaman ontology dapat diketemukan pandangan
pandangan pokok pemikiran sebagai berikut :
a. Monoisme, paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal
dari seluruh kenyataan hanyalah satu saja, tidk mungkin dua,
faham ini kemudian terbagi 2 yaitu: materialism yang menganggap
bahwa sumber yang asal itu adalah materi bukan rohani aliran ini
16
b.
c.
d.
e.
B. Epistimologi
Epistimologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar dasarnya
serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan
yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal,
indera dan lain lain meiliki metode tersendiri dalam teori pengetahuan
diantaranya adalah :
a. Metode induktif, yaitu metode yang menyimpulkan pernyataan
pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan
yang lebih umum, dalam induksi setelah diperoleh pengetahuan,
maka akan dipergunakan hal hal lain seperti ilmu mengajarkan kita
bahwa kalau logam dipanaskan maka akan mengembang
b. Metode deduktif, yaitu metode yang menyimpulkan bahwa data
data empiric diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan
yang runtut, hal yang harus ada dalam metode deduktis adalah
perbandingan logis antara kesimpulan kesimpulan itu sendiri.
c. Metode positivisme, metode ini berpangkal dari apa yang telah
diketahui, yang factual dan dan positif, ia mengenyampingkan
segala persoalan diluar yang ada sebagai fakta.menurut comte
17
dijelaskan
aksiologi
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam
filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.
Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif
dalam mpemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan
sebagaimana dijumpai dalam kehidupan, yang menjelajahi berbagai
kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik
material.
Kritik:
Dalam kehidupan kita harus memberi penilaian secara normatif
terhadap kebenaran atau kenyataan yang di jumpai dalam menjelajahi
berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik ataupun
fisik material.
BAB V
SARANA ILMIAH
A. Bahasa
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa
tiada komunikasi. Sebagai sarana komunikasi maka segala yang
berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti
berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan.
Unsur-unsur dalam bahasa :
19
1.
2.
Fungsi
Representasional:
pengunaan
bahasa
untuk
menggambarkan pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya
pada orang lain.
Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menuasai
criteria maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah. Dengan
menguasai hal tersebut tujuan yang akan digapai akan terwujud. Di
samping menguasai langkah-langkah tentunya kegiatan ini dibantu
oleh sarana berupa bahasa, logika matematika, dan statistika.
3.
Pengertian Statistik
ini
istilah
statistik
Mencintai kebenaran
Klasifikasi
Aturan Definisi
Kritik:
Antara bahasa, matematika dan statistik serta logika menuntut
pemahaman masing-masing karena keseluruhannya saling menunjang
satu sama lain. Logika memberikan penilaian benar atau salah.
28
BAB VI
TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU
A. Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan
29
30
Kritik:
Tantangan apapun yang akan dihadapi oleh manusia dimasa
yang akan datang, agama dan ilmu pengetahuan harus di utamakan
karena agama memberikan ketenangan dari segi batin sedangkan ilmu
memberi ketenangan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia.
31