Anda di halaman 1dari 31

BAB I

RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU


A. Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat
Pada dasanya, setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu
objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang
dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek
material ilmu kedokteran. Adapun objek formalnya adalah metode
untuk memahami objek material tersebut, seperti pendekatan induktif
dan deduktif. Sebagian filosof membagi objek material filsafat ada tiga
bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran,
dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formal filsafat adalah
sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala
yang ada.
B. Pengertian Filsafat Ilmu
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan
pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan
hukumnya.
Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut
kalangan filosof adalah:
1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandngan sistematik
serta lengkap seluruh realitas
2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta
nyata
3. Upaya
untuk
menentukan
batas-batas
dan
jangkauan
pengetahuan: sumbernya, hakikatnya, keabsahannya dan nilainya
4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan penyataanpernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan
5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu anda melihat apa
yang anda katakan dan untuk mengatakan apa yang anda lihat
Persamaan Dan Perbedaan Filsafat Dan Ilmu
Persamaan Filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:
1. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki
objek selengkap-lengkapnya sampai keakar-akarnya.
2. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau
koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan
mencoba menunjukkan sebab-sebabnya.
3. Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan
yang bergandengan
1

4. Keduanya mempunyai metode dan sistem


5. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan
seluruhnya timbul dari hasrat manusia (Objektifitas) akan
pengetahuan yang lebih mendasar.
Adapun perbedaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:
1. Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum),
yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek
material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan
empiris.
2. Objek formal (pandangan ilmiah) filsafat itu bersifat
nonfragmentaris, karena mencari pengertian dari segala
sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan
mendasar.sedangkan ilmu bersifat fragmentasi, spesifik dan
intensif.
3. Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang
menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan sedangkan
ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error.
4. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam
berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan
ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang
dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
5. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan
mendalam sampai mendasar (Promary cause) sedangkan ilmu
menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang
lebih dekat, yang sekunder (secondary cause)
C. Tujuan Filsafat Ilmu
1.

2.

3.

4.
5.

Tujuan Filsafat ilmu adalah :


Memahami
unsur-unsur
pokok
ilmu,
sehingga
secara
menyeleuruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan
ilmu.
Memahami
sejatah
pertumbuhan,
perkembangan
dan
pertumbuhan ilmu diberbagai bidang, sehingga kita mendapat
gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara histories.
Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam
memahami studi di perguruan tingggi, terutama untuk
membedakan persoalan yang ilmian dan non ilmiah.
Mendorong pada calon ilmuwan untuk konsisten dalam
mendalalmi ilmu dan mengembangkannya.
Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara
ilmu dan agama tidak ada pertentangan.

Kritik:
Filsafat tidak dapat didefenisikan secara jelas karena setiap
orang memiliki defenisi sendiri setelah mempelajari filsafat tersebut.
Namun, sebelum memberi defenisi tentang filsafat, seseorang harus
mengetahui acuan pembahasan tentang filsafat ini.

BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU
A. Landasan Ilmu Pada Zaman Yunani
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting bagi
sejarah peradaban Indonesia, dimana pada waktu ini terjadi perubahan
pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Pola pikir
mitosentris adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan
mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan
pelangi sedangkan logosentris menjelaskan fenomena alam sebagai
aktifitas alam yang terjadi secara sosialitas.
Awal munculnya filsafat ketika manusia menggunakan rasio untuk
meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya.
Karena manusia selalu berhadapan dengan alam yang begitu luas dan
penuh misteri, timbul rasa ingin mengetahui rahasia alam itu. Lalu
timbul pertanyaan dalam pikirannya, darimana datangnya alam ini,
bagaimana kejadiannya, bagaimana kemajuannya dan kemana
tujuannya? Pertanyaan seperti ini yang selalu menjadi pertanyaan di
kalangan filosof Yunani, sehingga tidak heran kemudian mereka juga
disebut dengan filosof alam karena perhatian yang begitu besar
terhadap alam.
Beberapa Filosof alam yang terkenal yaitu:
1. Thales (624-546 SM)
Thales digelari Bapak Filsafat karena dia orang pertama
berfilsafat dan mempertanyakan Apa sebenarnya asal usul alam
semesta ini? pertanyaan itu dijawabnya dengan pendekatan
rasional, bukan dengan pendekatan mitos atau kepercayaan. Ia
mengatakan asal alam adalah air karena air merupakan unsur
penting bagi setiap makhluk hidup, air dapat berubah menjadi
benda gas, seperti uap dan benda padat seperti es, dan bumi ini
juga berada di atas air.
2. Anaximandros (610-540 SM)
Anaximandros mencoba menjelaskan bahwa substansi
pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas dan meliputi segalanya.
Dia tidak setuju unsur utama alam adalah salah satu dari unsurunsur yang ada, seperti air atau tanah. Unsur utama alam harus
yang mencakup segalanya dan di atas segalanya, yang dinamakan
4

apeiron. Ia adalah air, maka air harus meliputi segalanya termasuk


api yang merupakan lawannya. Padahal, tidak mungkin air
menyingkirkan anasir api, sehingga dia tidak puas dengan
menunjukkan salah satu anasir sebagai prinsip alam, tetapi dia
mencari yang lebih dalam yaitu zat yang tidak dapat diamati oleh
panca indera.
3. Heraklitos (540-480 SM)
Heraklitos melihat alam semesta ini selalu dalam keadaan
berubah; sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas
berubah manjadi dingin. Dia berpendapat bahwa tidak ada
sesuatupun yang benar-benar ada, semuanya menjadi. Panta rhei
uden menei (semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang
tinggal mantap). Kesimpulan Heraklitos bahwa yang mendasar
dalam alam semesta ini adalah bukan bahannya, melainkan aktor
dan peneyebabnya, yaitu api. Api adalah unsur yang paling asasi
dalam alam karena api dapat mengeraskan adonan roti dan di sisi
lain dapat melunakkan es, artinya api adalah aktor pengubah
dalam alam ini sehingga api pantas dianggap sebagai simbol
perubahan itu sendiri.
4. Parmenides (515-440)
Pandangan Parmenides bertolak belakang dengan Heraklitos.
Menurut Heraklitos, realitas seluruhnya bukanlah sesuatu yang lain
daripada gerak dan perubahan, sedangkan menurut Parmenides,
gerak dan perubahan tidak mungkin terjadi. Menurutnya realitas
merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak
berubah. Dia menegaskan bahwa yang ada itu ada. Inilah
kebenaran.
5. Pythagoras (580-500)
Pythagoras mengembalikan segala sesuatunya kepada
bilangan. Semua realitas dapat diukur dengan bilangan bilangan
(kuantitas). Dia berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama
dari alam dan sekaligus menjadi ukuran. Kesimpulan ini ditarik dari
kenyataan bahwa realitas alam adalah harmoni antara bilangan
dan gabungan antara dua hal yang berlawanan, seperti nada musik
dapat dinikmati karena oktaf adalah hasil dari gabungan bilangan 1
(bilangan ganjil) dan 2 (bilangan genap). Jasa Pythagoras ini sangat
besar dalam pengembangan ilmu, terutama ilmu pasti dan ilmu
alam.
Setelah berakhirnya masa para filosof alam, muncul masa
transisi, yakni penelitian terhadap alam tidak menjadi fokus utama,
tetapi sudah mulai menjurus pada penyelidikan terhadap manusia.
5

Para penyelidik ini disebut kaum Sofis. Kaum Sofis memulai kajian
tentang manusia, dan menyatakan bahwa manusia adalah ukuran
kebenaran. Tokoh-tokoh utama kaum Sofis adalah:
1. Protagoras (481-411 SM) yang menyatakan bahwa manusia adalah
ukuran kebenaran. Pernyataan ini merupakan cikal bakal
humanisme. Pertanyaan yang muncul adalah apakah yang
dimaksudnya itu manusia individu atau manusia pada umumnya.
Memang dua hal itu menimbulkan konsekuensi yang sungguh
berbeda. Namun tidak ada jawaban yang pasti, mana yang
dimaksud oleh Protagoras. Yang jelas ialah ia menyatakan bahwa
kebenaran itu bersifat subjektif dan relatif. Akibatnya, tidak akan
ada ukuran yang absolut dalam etika, metafisika, maupun agama.
2. Gorgias (483-375 SM), ia datang ke Athena pada tahun 427 SM dari
Leontini. Menurutnya ada tiga proposisi: pertama, tidak ada yang
ada, maksudnya realitas itu sebenarnya tidak ada. Kedua, bila
sesuatu itu ada ia tidak akan dapat diketahui. Ini disebabkan oleh
penginderaan itu tidak dapat dipercaya, penginderaan itunsumber
ilusi. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan
dapat kita beritahukan kepada orang lain. Sikap skeptis Gorgias ini
dianggap oleh sebagian filosof sebagai pandangan nihilisme, yakni
kebenaran itu tidak ada. Jadi, dia lebih ekstrim dibandingkan
dengan Protagoras.
3. Socrates, Plato dan Aristoteles; mereka menentang segala teori
kebenaran yang diunngkapkan oleh kaum sofis. Menurut mereka
terdapat kebenaran objektif yang bersumber kepada manusia.
Mereka berusaha menyeimbangkan antara filsafat dan ilmu
pengatahuan yang nantinya akan berkembang pesat menjadi
beberapa objek kajian ilmiah.
B. Perkembangan Ilmu Zaman Islam
Perkembangan ilmu dalam Islam dibagi dalam beberapa zaman
yaitu:
1) Penyampaian ilmu dan filsafat Yunani ke dunia Islam
Dalam perjalanan ilmu dan juga filsafat di dunia Islam, pada
dasarnya terdapat upaya rekonsiliasi dalam arti mendekatkan dan
mempertemukan dua pandangan yang berbeda, bahkan seringkali
ekstrim, antara pandangan filsafat Yunani, seperti filsafat Plato dan
Aristoteles, dengan pandangan keagamaan dalam Islam yang
seringkali menimbulkan benturan-benturan. Islam tidak hanya
mendukung
adanya
kebebasan
intelektual,
tetapi
juga
membuktikan kecintaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan
dan sikap hormat mereka kepada ilmuwan tanpa memandang
agama mereka.
6

2) Perkembangan ilmu pada masa Islam klasik


Peristiwa penting pada masa ini adalah peristiwa Fitnah alKubra yang tidak hanya membawa konsekuensi logis dari segi
politis an sich-seperti yang dipahami selama ini tetapi juga
membawa perubahan besar bagi pertumbuhan dan perkembangan
ilmu di dunia Islam. Selain itu, tahap penting lainnya dalam proses
perkembangan dan tradisi keilmuan Islam adalah masuknya unsurunsur dari luar ke dalam Islam, khususnya budaya Perso-Semitik.
3) Perkembangan ilmu pada masa kejayaan Islam
Dalam sejarah Islam, dikenal nama-nama seperti Al Mansur, Al
Mamun dan Harun Al Rasyid, yang memberikan perhatian teramat
besar bagi perkembangan ilmu di dunia Islam.
4) Masa keruntuhan tradisi keilmuan dalam Islam
Menjelang abad ke-18, dunia Islam telah merosot ke tingkat
yang terendah. Islam tampaknya sudah mati dan yang tertinggal
hanyalah cangkangnya yang berupa ritual tanpa jiwa dan takhayul
yang merendahkan martabat umatnya. Salah satu penyebab
utama kematian semangat ilmiah di kalangan umat Islam adalah
diterimanya paham Yunani mengenai realitas yang pada pokoknya
bersifat statis, sementara jiwa Islam adalah dinamis dan
berkembang. Sebab lain yang menyebabkan kehancuran tradisi
keilmuan Islam adalah persepsi yang keliru dalam memahami
pemikiran Al Ghazali. Orang umumnya mengecam Al Ghazali
karena ia menolak filsafat seperti yang ia tulis dalam Tahafutal
Fala-sifahnya, padahal ia sebenarnya menawarkan sebuah metode
yang ilmiah dan rasional, dan juga menekankan pentingnya
pengamatan dan analisis, serta sifat skeptis. Selain hal-hal
tersebut, kesulitan-kesulitan ijtihad dan mistisisme asketik juga
merupakan faktor yang menyebabkan kemunduran tradisi
intelektual dan keilmuan di dunia Islam.
C. Kemajuan Ilmu Zaman Renaissance dan Modern
Kemajuan ilmu pada masa Renaisance tidak dapat dilepaskan
dari kecemerlangan peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah
berkuasa di Andalusia (Spanyol) dan hampir mnguasai seluruh daratan
dan lautan Eropa pada saat itu. Ibn Rusyd adalh tokoh Bapak Filsafat
Islam Modern yang menjadi sumber inspirasi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi pada masa renaissance ini. Pada masa
renaissance banyak ditemukan berbagai teori, alat dan bahan yang
memudahkan manusia untuk mengetahui tentang alam dan
sekitarnya. Seperti ditetapkannya bahwa bentuk bumi ini bulat,

bagaimana persinggungan antara satu planet dengan plent yang lain,


bagaimana tentang teori penciptaan bumi dan galaksi Bima Sakti.
Adapaun perkembangan yang paling mutakhir pada masa
modern ialah ditemukannya berbagai alat yang dapat mempermudah
aktivitas manusia, seperti mesin pembuat benang, mesin uap, telegraf,
telepon dan sebagainya. Dari perkembangan ilmu pada masa modern
ini semuanya bermula pada filsafat, dan induk dari sebuah ilmu
pengetahun
itu
sendiri
adalah
filsafat,
meskipun
pada
perkembangannya filsafat itu sendiripun merupakan sebuah ilmu, dan
dibedakan dalam beberapa bidang kajian filsafat.
D. Kemajuan Ilmu Zaman Kontemporer
Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah era tahuntahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang ini. Hal yang
membedakan pengamatan tentang ilmu di zaman modern dengan
zaman kontemporer adalah bahwa zaman modern adalah era
perkembangna ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan
zaman kontemporer memfokuskan sorotannya kepada berbagai
perkembangna terakhir yang terjadi hingga saat sekarang.
Dalam bab terdahulu telah dikemukakan ciri-ciri dari suatu ilmu,
ciri-ciri tersebut pada prinsipnya merupakan suatu yang normatif
dalam suatu disiplin keilmuan. Namun dalam perkembangannya ilmu
khususnya teknologi sebagai aplikasi dari ilmu telah banyak
mengalami perubahan yang sangata cepat, perubahan ini berdampak
pada pandangan masyarakat tentang hakekat ilmu, perolehan ilmu,
serta manfaatnya bagi masyarakat, sehingga ilmu cenderung
dianggap sebagai satu-satunya kebenaran dalam mendasari berbagai
kebijakan kemasyarakatan, serta telah menjadi dasar penting yang
mempengaruhi penentuan prilaku manusia. Keadaan ini berakibat
pada karakterisasi ciri ilmu modern, adapun ciri-ciri tersebut adalah:
1) Bertumpu pada paradigma positivisme. Ciri ini terlihat dari
pengembangan ilmu dan teknologi yang kurang memperhatikan
aspek nilai baik etis maupun agamis, karena memang salah satu
aksioma
positivisme
adalah value
free yang
mendorong
tumbuhnya prinsip science for science.
2) Mendorong pada tumbuhnya sikap hedonisme dan konsumerisme.
Berbagai pengembangan ilmu dan teknologi selalu mengacu pada
upaya untuk meningkatkan kenikmatan hidup, meskipun hal itu
dapat mendorong gersangnya ruhani manusia akibat makin
memasyarakatnya budaya konsumerisme yang terus dipupuk oleh
media teknologi modern seperti iklan besar-besaran yang dapat
menciptakan kebutuhan semu yang oleh Herbert Marcuse
8

didefinisikan sebagai kebutuhan yang ditanamkan ke dalam


masing-masing individu demi kepentingan sosial tertentu dalam
represinya (M. Sastrapatedja, 1982 : 125)
3) Perkembangannya sangat cepat. Pencapaian sain ddan teknologi
modern menunjukan percepatan yang menakjubkan, berubah tidak
dalam waktu tahunan lagi bahkan mungkin dalam hitungan hari,
ini jelas sangat berbeda denngan perkembangan iptek sebelumnya
yang kalau menurut Alfin Tofler dari gelombang pertama (revolusi
pertanian) memerlukan waktu ribuan tahun untuk mencapai
gelombang ke dua (revolusi industri, dimana sebagaimana
diketahui gelombang tersebut terjadi akibat pencapaian sains dan
teknologi.
4) Bersifat eksploitatif terhadap lingkungan. Berbagai kerusakan
lingkungan hidupdewasa ini tidak terlepas dari pencapaian iptek
yang kurang memperhatikan dampak lingkungan.
a.
b.
c.
d.

Beberapa contoh perkembangan ilmu kontemporer yaitu:


Santri, Priyayi dan Abangan
Teknologi rekayasa genetika
Teknologi informasi
Teori partikel elementer

Kritik:
Setiap Filosof ataupun Sofis memberikan pandangan filsafat yang
berbedabeda bahkan saling bertentangan, oleh karena itu kita tidak
mesti berpatok pada salah satu pendapat kaum filosof tersebut,
namun kita harus lebih mengutamakan hasil penelitian yang ilmiah.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, dijelaskan bahwa
terdapat masa dimana terjadi keruntuhan tradisi keilmuan dalam
Islam, dengan berbagai penyebab namun tidak memberikan gambaran
tentang hubungannya dengan kondisi keilmuan saat ini serta solusi
dalam mengatasi hal demikian.

BAB III
PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN
A. Defenisi dan Jenis Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa
Inggris yaitu knowledge dalam encyclopedia of philosopy dijelaskan
bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar
(knowledge is justified true belief) sedangkan secara terminology
menurut Drs sidi gazalba pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu, pekerjaan tahu tersebut adalah
hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu
adalah semua milik atau isi fikiran dengan demikian pengetahuan
merupakan hasil proses dari hasil usaha manusia untuk tahu, dalam
kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah
10

proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari


kesadarannya sendiri.
Burhanudin salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang
dimiliki manusia ada 4 yaitu :
1. Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang dalam filsafat
dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan
sebagai good sense.
2. Pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science yang
diartikan sebagai pengetahuan yang kuantitatif dan objektif.
3. Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif, pengetahuan
filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian
tentang sesuatu.
4. Pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari
Tuhan lewat utusannya, pengetahuan agama bersifat mutlak dn
wajib diyakini oleh parapemeluk agama.
Dari sejumlah pengertian yang ada sering ditemukan kerancuan
antara pengertian pengetahuan dan ilmu, kedua kata tersebut
dianggap memiliki kesamaan arti bahkan ilmu dan pengetahuan
terkadang dirangkum menjadi kata majemuk yang mengandung arti
tersendiri. Dalam kamus besar bahasa Indonesia ilmu disamakan
artinya dengan pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. Pengetahuan
terbagi menjadi 2 yaitu prailmiah dan ilmiah, pengetahuan pra ilmiah
adalah pengetahuan yang belum memiliki syarat syarat ilmiah pada
umumnya, sebaliknya pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang
harus memilki syarat syarat ilmiah. Syarat syarat yang dimiliki oleh
pengetahuan ilmiah adalah : harus memiliki objek tertentu (formal dan
material) dan harus bersistem (runtut) selain itu pengetahuan ilmiah
harus memiliki metode tertentu dengan sifatnya yang umum,
metodenya berupa metode deduksi, induksi dan analisis.

B. Hakikat dan Sumber Pengetahuan


Hakikat pengetahuan yang meliputi apa itu pengetahuan dan
bagaimana memperoleh pengetahuan tersebut. Ada 2 teori untuk
mengetahui hakikat pengetahuan itu yaitu :
1. Realisme, teori ini mempunyai pandangan yang realistis terhadap
alam pengetahuan, ajaran realism percaya bahwa dengan sesuatu
atau lain cara ada hal hal yang hanya terdapat didalam dan
11

tentang dirinya sendiri serta yang hakikatnya tidak terpengaruh


oleh seseorang.
2. Idealisme, ajaran idealism menegaskan bahwa untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar benar sesuai dengan kenyataan adalah
mustahil, premis pokok yang diajukan oleh idealism adalah jiwa
mempunyai kedudukan utama dalam alam semesta, idealism
tidak mengingkari adanya materi, namun materi adalah suatu
gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat.
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan, persoalnnya dari
mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan itu
diperoleh, dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber
pengetahuan antara lain :
a. Empirisme, menurut aliran ini manusia mendapatkan pengetahuan
dari pengalamannya, manusia bisa mendapatkan nya melalui
indera, pengetahuan inderawi bersifat parsial, itu disebabkan
adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lain,
sehingga John Locke (1632-1704) bapak empiris britania
mengemukakan teori tabula rasa (sejenis buku catatan kosong).
Jadi
dalam
empirisme
sumber
utama
untuk
memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diterima oleh
indera, akal tidak banyak berfungsi kalaupun ada hanya sebatas
ide yang kabur. Kelemahan aliran ini adalah: indera terbatas, indera
kadang menipu, objek yang menipu, berasal dari indera dan objek
sekaligus.
b. Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwaakal adalah dasar
kepastian pengetahuan, pengetahuan yang benar diperoleh melalui
akal manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan
menangkap objek. Bagi aliran ini kelemahan aliran empirisme yang
disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi seandainya akal
digunakan.
c. Intuisi, Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi
pemahaman yang tertinggi, kemampuan ini mirip dengan insting
tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya, kemampuan
pengembangan kemampuan ini memerlukan suatu usaha.
Menurutnya intuisi bersifat lahiriah pengetahuan simbolis yang
pada dasarnya bersifat analisis menyeluruh dan mutlak dan tanpa
dibantu penggambaran secara simbolis.
d. Wahyu, Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah
kepada manusia lewat perantara para nabi. Para nabi memperoleh
pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah,
tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan
12

dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah yang
membedakan mereka dengan manusia lainnya. Bagi manusia tidak
adajalan lain kecuali menerima dan membenarkan semua yang
berasal dari Nabi. Kepercayaan inilah yang merupakan titik tolak
dalam agama dan lewat pengkajian selanjutnya dapat
meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu. Sedangkan ilmu
pengetahuan sebaliknya, yaitu dimulai mengkaji dengan riset,
pengalaman, dan percobaan untuk sampai kepada kebenaran yang
faktual.
C. Ukuran Kebenaran
Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah
untuk mencapai kebanaran, namun masalahnya tidak hanya sampai
disitu saja, problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan
berkembangnya epistimologi, telaah epistimologi terhadap kebenaran
membawa kita pada sebuah kesimpulan bahwa perlu dibedakan
adanya 3 jenis yaitu kebenaran epistimologis, kebenaran ontologis dan
kebenaran semantik. Kebenaran epistimologis adalah kebenaran yang
berhubungan dengan pengetahuan manusia, kebenaran dalam arti
ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada
hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan, kebenaran dalam arti
semantic adalah kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur
kata dan bahasa.Dalam pembahasannya penulis membahas
kebenaran epistimologis karena kebenaran yang lainnya secara
inheren akan masuk dalam kategori kebenaran epistimologis, teori
yang menjelaskan episyimologis adalah sebagai berikut :
1. Teori korespondensi, atau the correspondence theory of truth,
menurut teori ini kebenaran itu apabila ada kesesuaian antara arti
yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek
yang dituju oleh pernyataan itu. Suatu proposisi atau pengertian
adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang diselaraskannya,
yaitu apabila ia menyatakan apa adanya, kebenaran adalah yang
bersesuaian dengan fakta, yang berselaras dengan realitas yang
serasi dengan situasi akal
2. Teori koherensi tentang kebenaran, atau teori konsistensi atau the
consistence of truth yang sering pula dinamakan the coherence of
truth, menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan
antara putusan dengan sesuatu yang lain yaitu fakta dan realitas,
tetapi atas hubungan antara antara putusan putusan itu sendiri
dengan kata lain kebenaran ditegakkan atas hubungan antara
putusan yang baru itu dengan dengan putusan putusan lainnya
yang telah kita ketahui dan akui kebenarannya terlebih dahulu.
13

3. Teori Fragmatisme tentang kebenaran, atu the fragmatic theory of


truth. Menurut teori ini benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau
teori semata mata tergantung kepada azas manfaat, sesuatu
dianggap benar jika mendatangkan manfaat dan akan dikatakan
salah jika tidak mendatangkan manfaat. Menurut teori ini suatu
kebenaran dan suatu pernyataan diukur dengan criteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia,
teori hipotesa atau ide adalah benar apabila ia membawa pada
akibat yang memuaskan, apabila ia berlaku dalam praktik apabila
ia mempunyai nilai praktis, jadi kebenaran adalah sesuatu yang
berlaku.
4. Agama sebagai teori kebenaran, Manusia sebagai makhluk
pencarikebenaran salah satu cara untuk menemukan suatu
kebenaran adalah melalui agama, agama dengan karakteristiknya
sendiri memberikan jawaban atas persoalan asasi yang
dipertanyakan manusia baik tentang alam, manusia maupun
tentang Tuhan, agama mengedepankan wahyu yang bersumber
dari Tuhan. Dengan demikian suatu hal dianggap benar apabila
sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu
kebenaran mutlak, oleh karena itu sangat wajar bila Imam Al
Ghazali merasa tidak puas dengan penemuan penemuan akalnya
dalam mencari suatu kebenaran, akhirnya Al Ghazali sampai
kepada
kebenaran dalam
tasawuf,
tasawuf
lah
yang
menghilangkan keragu raguan tentang segala sesuatu.
D. Klasifikasi dan Hierarki Ilmu
Para filosof muslim membedakan ilmu kepada ilmu yang berguna
dan ilmu yang tidak berguna. Kategori ilmu yang berguna mereka
kategorikan kepada ilmu ilmu duniawi seperti ilmu kedokteran, fisika,
kimia, geografi, logika, etika, bersama disiplin yang khusus mengenai
ilmu keagamaan. Ilmu sihir, alkemi dan numerologi (ilmu nujum
dengan menggunakan bilangan) dimasukkan kedalam golongan
cabang-cabang ilmu yang tidak beguna. Klasifikasi ini memberikan
makna implisit menolak adanya sekularisme, karena wawasan Yang
Kudus tidak menghalang-halangi orang untuk menekuni ilmu-ilmu
pengetahuan dinuawi secara teoritis dan praksis.
Sedangkan Al Ghazali secara filosofis membagi ilmu kedalam
ilmu syariyah dan ilmuaqliyyah. Oleh Al-Ghazali ilmu yang terakhir ini
disebut juga sebagai ilmu ghair syariyyah. Begitu juga Quthb Al-Din
membedakan jenis ilmu menjadi ulum hikmy dan ulum ghair hikmy.
Sedangkan Dr Muhammad Al Bahi membagi ilmu dari sumbernya
menjadi 2 yaitu ilmu yang bersumber dari Tuhan dan ilmu yang
14

bersumber dari manusia. Al-Jurjani membagi ilmu kepada ilmu


Qadim dan ilmu Hadis. Ilmu Qadim adalah ilmu Allah yang jelas sangat
berbeda dari ilmu Hadist yang dimiliki manusia sebagai hamba-Nya.
Karena semua bentuk pengetahuan yang bersifat empiris,
rasionalis, dan iluminasioris ketiganya bersumber dari manusia yang
bersifat relative. Relativitas itu tidak saja dari pemikiran tetapi juga
perangkat yang dimiliki oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan
seperti panca indera, akal dan wahyu. Oleh karena itu, hanya adanya
wawasan Yang Kudus-lah yang membedakan pemikiran Islam dengan
Barat.

Kritik:
Penggunaan kata ilmu dan pengetahuan tidak perlu terlalu
dipermasalahkan namun sebagai makhluk yang berakal, manusia
harus mengutamakan konsep ketuhanan. Hakikat ilmu adalah
mengungkap tentang awal dan akhir dari sesuatu. Sedangkan yang
awal dan akhir itu jelas Allah/Tuhan.
Ilmu pengetahuan harus terbuka pada konteksnya,
agamalah yang menjadi konteksnya itu. Agama mengarahkan
pengetahuan pada tujuan hakikinya, yakni memahami realitas
dan memahami eksistensi Allah, agar manusia menjadi sadar
hakikat penciptaan dirinya.

dan
ilmu
alam
akan

15

BAB IV
DASAR-DASAR ILMU
A. Ontologi
Ontologi merupakan salah satu lapangan penyelidikan
kefilsafatan yang paling kuno. Dalam persoalan ontology orang
menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari
segala yang ada ini? pertama kali orang dihadapkan pada adanya 2
macam kenyataan, yang pertama kenyataan yang berupa materi yang
kedua kenyataan yang berupa rohani.
Term ontologi pertamakali dikenalkan oleh rodolf goclenius pada
tahun 1636 M, untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang
bersifat metafisis, dalam perkembangannya Rudolf Wolf membagi
metafisika menjadi 2 yaitu metafisika umum dan metafisika khusus,
metafisika umum dimaksuidkan sebagai istilah lain ontology, dengan
demikian metafisika umum atau ontology adalah cabang filsafat yang
membicarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala
sesuatu yang ada, sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi
kosmologi, psikologi dan teologi.
Didalam pemahaman ontology dapat diketemukan pandangan
pandangan pokok pemikiran sebagai berikut :
a. Monoisme, paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal
dari seluruh kenyataan hanyalah satu saja, tidk mungkin dua,
faham ini kemudian terbagi 2 yaitu: materialism yang menganggap
bahwa sumber yang asal itu adalah materi bukan rohani aliran ini
16

b.

c.

d.

e.

sering juga disebut naturalism, yang kedua yaitu idealisme aliran


ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam
itu semua berasal dari ruh yaitu sesuati yang tidak berbentuk dan
menempati ruang.
Dualisme, aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari 2 macam
hakikat yaitu hakekat materi dan hakekat ruhani, benda dan ruh,
jasad dan spirit. Umumnya manusia tidak akan mengalami
kesulitan untuk menerima prinsip dualisme ini, karena setiap
kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh panca indera kita,
sedang kenyataan batin dapat segera diakui adanya oleh akal dan
perasaan hidup.
Pluralime, paham ini berpandangan bahwa segenap bentuk
merupakan kenyataan, prularisme bertolak dari keseluruhan
danmengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.
Nihilisme, sebuah doktrin yang tidak mengakui validits alternative
yang positif, istilah nihilism sebenarnya sudah ada sejak yunani
kuno.
Agnotisisme yaitu mengingkari kesanggupan manusia untuk
mengetahui hakekat benda, baik hakekat materi maupun hakikat
ruhani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang
mengenal dan mampu menerangkan secara konkrit akan adanya
kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.

B. Epistimologi
Epistimologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar dasarnya
serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan
yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal,
indera dan lain lain meiliki metode tersendiri dalam teori pengetahuan
diantaranya adalah :
a. Metode induktif, yaitu metode yang menyimpulkan pernyataan
pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan
yang lebih umum, dalam induksi setelah diperoleh pengetahuan,
maka akan dipergunakan hal hal lain seperti ilmu mengajarkan kita
bahwa kalau logam dipanaskan maka akan mengembang
b. Metode deduktif, yaitu metode yang menyimpulkan bahwa data
data empiric diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan
yang runtut, hal yang harus ada dalam metode deduktis adalah
perbandingan logis antara kesimpulan kesimpulan itu sendiri.
c. Metode positivisme, metode ini berpangkal dari apa yang telah
diketahui, yang factual dan dan positif, ia mengenyampingkan
segala persoalan diluar yang ada sebagai fakta.menurut comte

17

perkembangan pemikiran manusia melaui 3 tahap yaitu, teologis,


metafisis dan positif.
d. Metode kontemplatif, metode ini mengatakan adanya keterbatasan
indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan,
sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda beda, harusnya
dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi,
pengetahuan yang didapat melalui intuisi ini bias diperoleh dengan
cara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh Al Ghazali.
e. Metode dialektis, metode ini mula mula berarti metode Tanya
jawab untuk mencapai kejernihan filsafat namun plato
mengartikannya sebagai diskusi logika.
C. Aksiologi
Pengertian aksiologi yang dikutip penulis berasal dari buku jujun
s suriasumantri yang berartisebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Dari definisi mengenai aksiologi, terlihat jelas bahwa
permasalahan yang utama adalah mengenai nilai, niai yang dimaksud
adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai, teori tentang nilai dalam
filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Makna etika
dipakai dalam 2 bentuk arti, pertama etika merupakan suatu kumpulan
pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan perbuatan
manusia, arti kedua etika merupakan suatu predikat yang dipakai untk
membedakan hal hal, perbuatan perbuatan atau manusia manusia
yang lain.
Dalam Encyclopedia of Philosophy
disamakan dengan value and valuation:

dijelaskan

aksiologi

1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian


yang lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan
dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan
segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.
2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata
sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada
sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.
3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,
member nilai atau dinilai.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa
permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud
adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
18

pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam
filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.
Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif
dalam mpemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan
sebagaimana dijumpai dalam kehidupan, yang menjelajahi berbagai
kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik
material.

Kritik:
Dalam kehidupan kita harus memberi penilaian secara normatif
terhadap kebenaran atau kenyataan yang di jumpai dalam menjelajahi
berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik ataupun
fisik material.

BAB V
SARANA ILMIAH
A. Bahasa
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa
tiada komunikasi. Sebagai sarana komunikasi maka segala yang
berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti
berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan.
Unsur-unsur dalam bahasa :

19

1.

Simbol-simbol : Things that stand for other things atau sesuatu


yang menyatakan sesuatu yang lain, jika dikatakan bahwa bahasa
adalah suatu system simbol-simbol, hal tersebut mengandung
makna bahwa ucapan si pembicara di hubungkan secara simbolis
dengan objek-objek ataupun kejadian dalam dunia praktis
Simbol-simbol vokal : bunyi-bunyi yang urutan-urutan bunyinya
dihasilkan dari kerja sama berbagai organ atau alat tubh dengan
system pernapasan
Simbol-simbol vokal arbitrer : arbitrer = mana suka misalnya
untuk
menyatkan
jenis
binatang
yang
disebut Equus
Caballu, orang Inggris menyebutnya horse, orang Perancis
menyebutnya Cheval dan orang Indonesia menyebutnya Kuda
semuanya merupakan sejenis persetujuan yang tidak diucapkan
atau kesepakatan secara diam-diam antara sesame anggota
masyarakat yang memberi setiap makna tertentu.
Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer
Dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai
alat bergau satu sama lainnya.
Fungsi Bahasa
Para pakar telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa.
Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistikmelihat fungsi bahasa
sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi,
sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa
adalah sarana untuk perubahan masyarakat.

Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa


fungsi bahasa adalah sebagai berikut :

Fungsi Instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu


hal yang bersifat materi seperti makan, minum, dan sebagainya.
Fungsi Regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan
perbaikan tingkah laku.
Fungsi
Interaksional:
penggunaan
bahasa
untuk
saling
mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain.
Fungsi personal: seseorang menggunakan bahasa untuk
mencurahkan perasaan dan pikiran.
Fungsi
Heuristik:
penggunaan
bahasa
untuk
mencapai
mengungkap tabir fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.
Fungsi Imajinatif: Penggunaan bahasa untuk mengungkapkan
imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery
seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata).
20

2.

Fungsi
Representasional:
pengunaan
bahasa
untuk
menggambarkan pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya
pada orang lain.
Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menuasai
criteria maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah. Dengan
menguasai hal tersebut tujuan yang akan digapai akan terwujud. Di
samping menguasai langkah-langkah tentunya kegiatan ini dibantu
oleh sarana berupa bahasa, logika matematika, dan statistika.

3.

Bahasa Ilmiah dan Bahasa Agama


Ada dua pengertian mendasar tentang bahasa agama:
a. bahasa agama adalah kalam ilahi yang terabadikan ke dalam
kitab suci.
b. Kedua, bahasa agama merupakan ungkapan serta perilaku
keagamaan dari seseorang atau sebuah kelompok social.

Dengan kata lain, bahasa agama dalam konteks ke dua ini


merupakan wacana keagamaan yang dilakukan oleh umat beragama
maupun sarjana ahli agama, meskipun tidak selalu menunjuk serta
menggunakan ungkapan-ungkapan kitab suci. Walaupun ada erbedaan
antara kedua bahasa ini namun keduanya merupkan sarana untuk
menyampikan sesuatu dengan gaya bahasa yang khas.
B. Matematika
Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah
mempergunakan matematika, baik matematika sangat sederhana
hanya menghitung satu, dua, tiga, maupun yang sampai sangat rumit,
misalnya
perhitungan
antariksa.
Demikian
pula
ilmu-ilmu
pengetahuan, semuanya sudah mempergunakan matematika, baik
matematika sebagai pengembanagn aljabar maupun statistika. Hampir
dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan
fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan
1.

Matematika Sebagai Bahasa

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian


makna dari serangkaain pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tampa
21

itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang


mati. Dalam hal ini matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik,
dan informative dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat
emosional.
2.

Matematika Sebagai Sarana Berpikir Deduktif

Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif


diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak
didasari atas pengalaman seperti halnya yang terdapat dalam ilmu
empirik, melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaranpenjabaran) pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam
bidang ilmiah maupun bidang lain yang merupakan proses
pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang
kebenarannya telah ditentukan. Misalnya: jika diketahui A termasuk
dalam lingkungan B, sedangkan B tidak ada hubungan dengan C, maka
A tidak ada hubungan dengan C.
3.

Matematika untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam matematika


memberikan kontribusi yang cukup besar. Kontribusi matematika
dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan
lambang-lambang bilangan untuk perhitungan dan pengukuran, di
samping hal lain seperti bahasa, metode, dan lainnya. Hal ini sesuai
dengan objek ilmu alam, yaitu gejala-gejala alam yang dapat diamati
dan dilakukan penelaahan yang berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu
sosial yang memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit dalam
melakukan pengamatan, di samping objek penelaahan yang tak
berulang maka kontribusi matematika tidak mengutamakan kepada
lambang-lambang bilangan.
Adapun ilmu-ilmu sosial dapat ditandai oleh kenyataan bahwa
kebanyakan dari masalah yang digadapinya tidak mempunyai
pengukuran yang mempergunakan bilangan dan pengertian tentang
ruang adalah sama sekali tidak relevan.
C. Statistik
1.

Pengertian Statistik

Secara etimologi, kata statistic berasal dari kata status


(bahasa latin) yang mempunyai persamaan dengan dengan arti kata
state (bahasa inggris), yang dalam bahasa Indonesia di terjemahkan
dengan Negara
22

Pada mulanya, kata statistic diartikan sebagai kumpulan


bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif)
maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai
arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu Negara. Namun
pada perkembangannya, arti kata statistic hanya dibatasi pada
kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif
saja)
Dari
segi
terminologi,
dewasa
terkandung berbagai macam pengertian.

ini

istilah

statistik

Pertama, istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data


statistic, yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau
bilangan.
Kedua, sebagai kegiatan statistik kadang atau kegiatan
perstatistikan.
Ketiga, kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistic yaitu
cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka
mengumpulkan,
menyusun
atau
mengatur
menyajikan,
menganalisis,
dan
memberikan
interpretasi
terhadap
sekumpulan bahan keterangan yang berupa angkaitu dapat
berbicara atau dapat memberikan makna tertentu.
Keempat, istilah statistik dewasa ini juga dapat diberi pengertian
sebagai ilmu statistik. Ilmu statistik tidak lain adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan secara
ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan statistik. Jadi
statistika merupakan sekumpulan metode untuk membuat
keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.

2. Sejarah Perkembangan Statistik


Statistika yang relatif sangat muda dibandingkan dengan
matematika berkembang dengan sangat cepat terutama dalam
dasawarsa lima puluh tahun belakangan ini. Penelitian ilmiah, baik
yang berupa survei maupun eksperimen, dilakukan lebih cermat dan
teliti
dengan
menggunakan
teknik-teknik
statistika
yang
diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan. Di Indonesia sendiri
kegiatan dalam bidang penelitian sangat meningkat, baik kegiatan
akademik maupun pengambilan keputusan telah memberikan
momentum yang baik untuk pendidikan statistika.
3. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika, dan
Statistika
23

Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan


antara deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah
menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam
berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting
dalam berpikir induktif. Jadi keempat sarana ilmiah ini saling
berhubungan erat satu sama lain.
Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala sesuatu
yang berkaitan erat dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa.
Seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan.
Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa,
maka seseorang tidak dapat melakukan kegiatan ilmiah secara
sistematis dan teratur.
4. Tujuan Pengumpulan Data Statistik
Tujuan dari pengumpulan data statistika dapat dibagi ke dalam
dua golongan besar :

Secara kasar dapat dirumuskan sebagai tujuan kegiatan praktis


dan kegiatan kelimuan.
Kedua tujuan sebenarnya tidak mempunyai perbedaan yang hakiki
karena kegiatan keilmuan merupakan dasar dari kegiatan praktis.
Dalam bidang statistika, perbedaan yang penting dari kedua
kegiatan ini dibentuk oleh kenyataan bahwa dalam kegiatan praktis
hakikat alternative yang sedang dipertimbangkan telah diketahui,
paling tidak secara prinsip, di mana konsekuensi dalam memilih
salah satu dari alternative tersebut dapat di exaluasi berdasarkan
serangkaian perkembangan yang akan terjadi.

5. Statistika dan Cara Berpikir Induktif


Pengambilan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita
kepada sebuag permasalahan mengenai banyaknya kasus yang kita
hadapi. Dalam hal ini statistikka memberikan jalan keluar untuk dapat
menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati
hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu
memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang
ditarik tersebut, yakni makin besar contoh yang diambil, maka makin
tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut.
6. Peranan Statistika dalam Tahap-tahap Metode Keilmuan
24

Observasi. Ilmuwan melakukan observasi mengenai apa yang


terjadi, mengumpilkan dan mempelajari fakta yang berhubungan
dengan masalah yang sedang di selidikinya. Peranan statistika dalam
hal ini, statistika dapat mengemukakan secara terperinci tentang
analisis mana yang akan dihasilkan dari observasi tersebut.
Hipotesis. Untuk menerangkan fakta yang diobservasi dugaan
yang sudah ada dirumuskan dalam sebuah hipotesis, atau teori, yang
menggambarkan sebuah pola yang menurut anggapan ditemukan
dalam tata tersebut. Dalam tahap kedua ini, statistika membantu kita
dalam mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan menyajikan hasil
observasi dalam mengembangkan hipotesis
Ramalan. Dari hipotesis atau teori dikembangkanlah deduksi. Jika
teori yang dikemukakan itu memenuhi syarat deduksi akan merupakan
sesuatu pengetahuan yang baru, yang belum diketahui sebelumnya
secara empiris, tetapi dideduksikan dari teori. Nilai dari suatu teori
tergantung dari kemampuan ilmuan yang menghasilkan pengetahuan
baru tersebut. Fakta baru ini disebut ramalan, bukan dalam pengertian
menuju hari depan, namun menduga apa yang akan terjadi
berdasarkan syarat-syarat tertentu.
Pengujuan kebenaran. Ilmuwan lalu mengumpulkan fakta untuk
menguji kebenaran ramalan yang dikembangkan dari teori. Mulai thap
ini, keseluruhan tahap-tahap sebelumnya berulang seperti sebuah
siklus. Jika teorinya didukung sebuah data, teori tersebut mengalami
pengujian dengan lebih berat, dengan jalan membuat lamaran yang
lebih spesifik dan mempunyai jangkauan lebih jauh, dimana ramalan
ini kebenarannya diuji kembali sampai akhirnya ilmuwan tersebut
menemukan beberapa penyimpangan yang memerlukan beberapa
perubahan dalam teorinya.
7. Penerapan Statistika
Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua
pengambilan keputusan dalam bidang managemen. Statistika
diterapkan dalam penelitian pasar, penelitian produksi, kebijaksanaan
penanaman modal, control kualitas, seleksi pegawai, kerangka
percobaan industry, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan risiko dalam
pemberian kredit, dan masih banyak lagi. Singkatnya statistika adalah
alat yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah yang
timbul dalam penelaahan secara empiris hampir disemua bidang.
D. Logika
25

Logika adalah sarana berpikir sistematis, valid dan dapat


dipertanggungjawabkan. Karena itu berpikir logis adalah berpikir
sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh
lebih besar dari pada satu.
Hukum-hukum pikiran beserta mekanismenya dapat digunakan
secara sadar dalam mengontrol perjalanan pikiran yang sulit dan
panjang itu.
1) Aturan Cara Berpikir yang Benar
Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat
terwujud, dapat terlaksana. Untuk berpikir baik, yakni berpikir benar,
logis-dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu:
a.

Mencintai kebenaran

Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab


sikap ini senantiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari,
mengusut, meningkatkan mutu penalarannya; manggerakkan si
pemikir untuk senantiasa mewaspadai ruh-ruh yang akan
menyelewengkannya dari yang benar. Misalnya, menyederhanakan
kenyataan, menyempitkan cakrawala/perspektif, berpikir terkotakkotak. Cinta terhadap kebenaran diwujudkan dalam kerajinan (jauh
dari kemalasan, jauh dari takut sulit, dan jauh dari kecerobohan) serta
diwujudkan dengan kejujuran, yakni disposisiatau sikap kejiwaan (dan
pikiran) yang selalu siap sedia menerima kebenaran meskipun
berlawanan dengan prasangka dan keinginan/kecenderungan pribadi
atau golongannya.
b.

Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda kerjakan

Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir.


Seluruh aktivitas intelek kita adalah suatu usaha terus menerus
mengejar kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya pengetahuan
tentang kebenaran tetapi parsial sifatnya. Untuk mencapai kebenaran,
kita harus bergerak melalui berbagai macam langkah dan kegiatan.
c.

Ketahuilah (dengan sadar) apa yang Anda katakan

Pikiran diungkapkan ke dalam kata-kata. Kecermatan pikiran


diungkapkan ke dalam kecermatan kata-kata, karenanya kecermatan
ungkapan pikiran ke dalam kata merupakan sesuatu yang tidak boleh
ditawar lagi. Anda senantiasa perlu menguasai ungkapan pikiran
kedalam kata tersebut. Waspadalah terhadap term-term ekuivokal
(bentuk sama, tetapi arti berbeda), analogis (bentuk sama, arti
26

sebagian sama sebagian berbeda). Ketahuilah pula perbedaan kecil


arti (nuansa) dari hal-hal yang Anda katakan.
d. Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang
semestinya
Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama, hal
itu jelas berbeda. Tetapi banyak kejadian dimana dua hal atau lebih
mempunyai bentuk sama, namun tidak identik. Disinilah perlu dibuat
suatu distingsi, suatu pembedaan. Karena realitas begitu luas, perlu
diadakan pembagian ( klasifikasi). Peganglah suatu prinsip pembagian
yang sama, jangan sampai Anda menjumlahkan bagian atau aspek
realitas prinsip klasifikasi yang sama.
e.

Cintailah definisi yang tepat

Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan


tidak ditangkap sebagaimana yang akan diungkapkan atau yang
dimaksudkan. Karenanya jangan segan membuat definisi. Definisi
artinya pembatasan, yakni membuat jelas batas-batas sesuatu. Hindari
uraian-uraian yang tidak jelas artinya.
f. Ketahuilah (dengan sadar) mengapa Anda menyimpulkan begini
atau begitu
Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi, implikasiimplikasi, dan konsekuensi-konsekuensi dari suatu penuturan
(assertion), pernyataan, atau kesimpulan yang Anda buat. Jika bahan
yang ada tidak cukup atau kurang cukup untuk menarik kesimpulan,
hendaknya orang menahan diri untuk tidak membuat kesimpulan atau
membuat pembatasan-pembatasan (membuat reserve) dalam
kesimpulan.
g. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga,
serta sangguplah mengenali jenis, macam, dan nama kesalahan,
demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran
(penalaran)
Dalam belajar logika Ilmiah (scientific) Anda tidak hanya mau
tahu hukum-hukum, prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pikiran sekadar
untuk tahu saja. Anda perlu juga;
1. Dalam praktik, menjadi cakap dan cekatan berpikir sesuai dengan
hukum, prinsip, bentuk berpikir yang betul, tanpa mengabaikan
dialektika, yakni proses perubahan keadaan. Logika ilmiah
melengkapi dan mengantar kita untuk menjadi cakap dan sanggup
27

berpikir kritis, yakni berpikir secara menentukan karena menguasai


ketentuan-ketentuan berpikir yang baik.
2. Selanjutnya sanggup mengenali jenis-jenis, macam-macam, namanama, sebab-sebab kesalahan pemikiran, dan sanggup menghindari,
juga menjelaskan segala bentuk dan sebab kesalahan dengan
semestinya.
2)

Klasifikasi

Sebuah konsep klasifikasi, seperti panas atau dingin,


hanyalah menempatkan objek tertentu dalam sebuah kelas.
Pertimbangan yang berdasarkan klasifikasi tentu saja lebih baik
daripada tak ada pertimbangan sama sekali. Misal; terdapat tiga puluh
lima orang yang melamar pekerjaan yang membutuhkan kemampuan
tertentu, dan perusahaan yang akan menerima mempunyai psikolog
harus menetapkan cara-cara pelamar dalam memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan. Ahli psikologi tersebut membuat klasifikasi
kasar berdasarkan keterampilan, kemampuan dibidang matematika,
stabilitas emosional, dan sebagainya. Ketiga puluh lima orang tersebut
dibandingkan dengan pengetahuan yang berdasarkan klasifikasi kuat,
lemah dan sedang, kemudian ditempatkan dalam urutan berdasarkan
kemampuannya masing-masing.
3)

Aturan Definisi

Definisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi


batasan terhadap sesuatu yang dikehendaki seseorang untuk
memindahkannya kepada orang lain. Dengan kata lain menjelaskan
materi yang memungkinkan cendekiawan untuk membahas tentang
hakikatnya.
Sedangkan pengertian definisi secara terminologi adalah sesuatu
yang menguraikan makna lafadz kulli yang menjelaskan karakteristik
khusus pada diri individu. Penulis member pengertian defenisi sebagai
pengurai makna lafadz kulli karena lafadz juItidak mempunyai
pengertian terminology dengan adanya perubahan karasteristik yang
konsisten menyertainya.

Kritik:
Antara bahasa, matematika dan statistik serta logika menuntut
pemahaman masing-masing karena keseluruhannya saling menunjang
satu sama lain. Logika memberikan penilaian benar atau salah.

28

BAB VI
TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU
A. Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan

29

Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk


mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi
telah menimbulkan keresahandan ketakutan baru bagi kehidupan
manusia ibarat cerita raja midas yang menginginkan setiap yang
disentuhnya menjadi emas ternyata ketika keinginan dikabulkan dia
tidak smakin senang tetapi semakin gila.
Ternyata teknologi layar mampu membius manusia untuk tunduk
kepada layar dan mengabaikan yang lain. Jika manusia tidak sadar
akan hal ini maka dia akan kesepian dan kehilangan sesuatu yang
amat penting
dalam
dirinya
yakni
kebersamaan hubungn
kekeluargaan, dan sosial yang hangat.
Karena itu, wajar kemudian timbul kontroversi di berbagai
negara apakah pengembanan rekayasa genetik untuk manusia
dibolehkan atau tidak. Bagi negara-negara liberal rekayasa genetik
untuk manusia diperbolehkan bahkan didukung oleh pemerintah
sedangkan para negara-negara yang konserpatif pengembangan
fekayasa yang menjurus kepada perubahan manusia secara total amat
ditentang. Pemusnahan embriao manusia tidak jadi diklon dianggap
sebuah bentuk kekejian yang tidak normal.
Bila memacu pada pengertian diatas, pengetahuan merupakan
mengetahui sesuatu tanpa ada ragu. Misalkan bila cuaca gelap pasti
akan turun hujan. Pernyataan tersebut kita yakini tanpa ragu walaupun
orang yang kita anggap pintar akan mengatakan bila cuaca gelap pasti
akan panas. Kita akan tetap pada pendirian kita karena kita
mengetahui hal tersebut tanpa ragu. Hal ini yang disebut pengetahuan
yang sebatas hanya mengetahui tanpa ragu (sekedar tahu), akan
tetapi berlanjut kepada timbul pernyataan mengapa hal itu bias terjadi
atau penyebab dari hal itu. Jawaban dari pertanyan atas peristiwa
yang telah dicontohkan diatas, itu baru merupakan sebuah ilmu. Jadi
ilmu itu tidak hanya sebatas tahu, tapi bagaimana kita memahami dari
pengetahuan tersebut.
B. Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia
Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi
tertentu
memiliki
kesamaan.
Agama
lebih
mengedepankan
moralitasdan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual) cenderung
ekslusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang baru. Tidak
perlu terikat dengan etika progresif. Agama memberikan ketenangan
dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, sedangkan
ilmu memberi ketenangandansekaligus, kemudahan, bagi kehidupan di
dunia.

30

Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu hampir semua


kitab suci menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak
mungkin. Adapun menurut ilmu, gempa bumi terjadi akibat pergeseran
lempengan bumi atau tersumbatnya lava gunung berapi oleh karena
itu para ilmuan harus mencari ilmu dan teknologi untuk mendektes,
kapan gempa akan terjadi dan bahkan kala perlu mencari cara
mengatasinya.
Disini ilmu dan teknologi tidak harus dilihat dari aspek yang
sempit, tetapi harus dilihat dari tujuan jangka panjang dan untuk
kepentingan kehidupan yang lebih abadi kalo visi ini yang diyakini oleh
para ilmuwan dan agamawan maka harapan kehidupan ke depan akan
lebih cerah dan sentosa tentu saja pemikiran-pemikiran seperti ini
perlu dukungan dari berbagai pihak untuk terwujudnya masa depan
yang lebih cerah.

Kritik:
Tantangan apapun yang akan dihadapi oleh manusia dimasa
yang akan datang, agama dan ilmu pengetahuan harus di utamakan
karena agama memberikan ketenangan dari segi batin sedangkan ilmu
memberi ketenangan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia.

31

Anda mungkin juga menyukai