Anda di halaman 1dari 11

Hakekat Filsafat Ilmu

Makalah ini dibuat untuk dapat menjelaskan dengan rinci


Dan mudah di pahami mengenai Hakikat Filsafat dan Filsafat Ilmu.

Disusun oleh M. Miftakhul Abror


2331320400232
Filsafat Ilmu

FAKULTAS USHULUDDIN DAN SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH


ASY’ARI (IAIFA) KEDIRI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kehendak-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaiaan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun berkat bimbingan
dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan walaupun tentu saja
masih terdapat banyak kekurangan. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaiaan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa
mendatang.

Sumbersari, 05 februari 2024 M.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat adalah merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala


sesuatu untuk memperoleh kebenaran.Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang
hakikat. Ilmu pengetahuan tentang hakikat menanyakan tentang apa hakikat atau sari
atau inti atau esensi segala sesuatu. Filsafat adalah suatu titik penemuan tentang
hakikat kebenaran yang sudah ada namun ingin dikembangkan lebih mendalam tanpa
adanya ujung dari kebenaran yang ada karena penyelesaian masalah dalam filsafat itu
bersifat mendalam dan universal.

Filsafat merupakan sikap atau pandangan hidup dan sebuah bidang terapan untuk
membantu individu untuk mengevaluasi keberadaannya dengan cara yang lebih
memuaskan. Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman membawa
kita kepada tindakan yang telah layak, filsafat perlu pemahaman bagi seseorang yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan karena ia menentukan pikiran dan pengarahan
tindakan seseorang untuk mencapai tujuan.

Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik
bersifat abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta.Sehingga
untuk faham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-
pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang
lingkup filsafat.

B. Rumusan Masalah
A. Apa Hakikat dari Filsafat dan Filsafat Ilmu itu?
B. Metode-metode apa saja dalam Filsafat?
C. Apa persamaan dan perbedaaan antara Filsafat dan Filsafat Ilmu?
D. Apa Hakikat dari Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Filsafat dan Filsafat Ilmu
A. Hakikat Filsafat
Manusia di dunia selalu dihinggapi rasa keingintahuan. Jujun S. Suriasumantri
menyatakan pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan
rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya.Berfilsafat didorong untuk
mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti
berendah hati bahwa tidak semuannya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan
yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri,
semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang
dicari telah kita jangkau.
Poedjawiyatna memdefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang
berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan
pikiran belaka. Hasbullah Bakry, mengatakan bahwa Filsafat ialah sejenis
pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengaan mendalam mengenai
ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagamana hakikatnya sejauh yang dapat di capai akal manusia dan bagaimana
sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu. Plato menyatakan
bahwa Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli. Bagi
Aristoteles, Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang
tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan
estetika. Dan bagi Al Farabi, Filsafat adalah pengetahuan tentang alam maujud
bagaimana hakikat yang sebenarnya. Imamanuel Kant mendefinisikan Filsafat
sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok pangkal segala pengetahuan yang
tercakup didalamnya empat persoalan:
A. Apa yang dapat diketahui? (dijawab Metafisika)
B. Apa yang seharusnya diketahui? (dijawab Etika)
C. Sampai dimana harapan kita? (dijawab Agama)
D. Apa itu manusia? (dijawab Antropologi).
O’Kattsoff, filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak
mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu didalam bentuk yang
sistematis.Filsafat membawa kita kepada pemahaman, dan pemahaman membawa
kita kepada tindakan yang layak.Filsafat merupakan pemikiran yang
sistematis.Kegiatan kefilsafatan adalah merenung, tetapi merenung bukanlah
melamun, juga bukan berfikir secara kebetulan yang bersifat untung-
untungan.Perenungan kefilsafatan ialah percobaan untuk menyusun suatau sistem
pengetahuan yang rasional yang memadai untuk memahami dunia tempat kita hidup,
maupun untuk memahami diri kita sendiri. Perenungan kefilsafatan dapat merupakan
karya satu orang yang dikerjakan sendiri, ketika ia dengan pikirannya berusaha keras
menemukan alasan dan penjelasan dengan cara semacam bertanya pada diri sendiri.
Atau perenungan itu dapat pula dilakukan oleh dua atau lebih dari dalam suatu
percakapan ketika mereka melakukan analisis, melakukan kritik dan menghubungkan
pikiran mereka secara timbal balik. Perenungan kefilsafatan dapat pula semacam
percakapan yang dilakukan dengan diri sendiri atau orang lain. Hal itu dapat
ditunjukkan oleh aktifitas seorang filsuf yang berhubungan dengan polemik yang
terkadang mempertentangkan dan membandingkan diantara alternatif-alternatif yang
masing-masing berpegangan dari unsur atau segi yang penting, dan kemudian
mencoba untuk mengujinya pada pengalaman, kenyataan empirik dan akal.Ada yang
berpendirian bahwa pengetahuan diperoleh hanya melalui pengalaman, dan ada yang
berpendirian bahwa pengetahuan didapat hanya melalui akal.Kedua pendirian itu
diuraian secara panjang lebar sampai tercapai suatu sintesis.
B. Hakikat Filsafat Ilmu
The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif
terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu
maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Jujun S. Suriasumantri memandang filsafat ilmu sebagai bagian filsafat
pengetahuan (epistimologi) yang ingin menjawab tiga kelompok pertanyaan
mengenai hakikat ilmu sebagai berikut:
A. Kelompok pertanyaan pertama merupakan tinjauan ilmu secara ontologis,
antara lain:
a. Objek apa yang ditelaah ilmu?
b. Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut?
c. Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia?
B. Kelompok pertanyaan kedua merupakan tinjauan ilmu secara epistimologis:
a. Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang
berupa ilmu?
b. Bagaimana prosedurnya?
c. Hal-hal apa yang diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang
benar?
d. Apa yang dimaksud dengan kebenaran?
e. Dan seterusnya
C. Kelompok pertanyaan ketiga sebagai tinjauan ilmu secara aksiologis:
A. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu?
B. Bagaimana kaitan antara cara menggunakan ilmu dengan kaidah-kaidah
moral?
C. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
moral?
D. Dan seterusnya.
B. Metode-metode dalam Filsafat
Metode-metode filsafat yang khas adalah sebagai berikut:
A. Metode Kritis : Socrates dan Plato
Metode ini bersifat analisis istilah dan pendapat atau aturan-aturan yang di
kemukakan orang. Merupakan hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan dan
memperlihatkan pertentangan.Dengan jalan bertanya (berdialog), membedakan,
membersihkan, menyisihkan dan menolak yang akhirnya di temukan hakikat.
B. Metode Intuitif : Plotinus dan Bergson
Dengan jalan metode intropeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol di
usahakan membersihkan intelektual (bersama dengan pencucian moral), sehingga
tercapai suatu penerangan pemikiran. Sedangkan Bergson dengan jalan pembauran
antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai
kenyataan.
C. Metode Skolastik : Aristoteles, Thomas Aquinas, Filsafat Abad
Pertengahan.
Metode ini bersifat sintetis-deduktif dengan bertitik tolak dari definisi-definisi atau
prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya di tarik berbagai kesimpulan.
D. Metode Geometris : Rene Descartes dan Pengikutnya
Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks di capai intiuisi akan hakikat-hakikat
sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain), dari hakikat-hakikat itu
dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.
E. Metode Empiris : Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume
Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide)
dalam intropeksi di bandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian di
susun bersama secara geometris.
F. Metode Transendental : Immanuel Kant dan Neo skolastik
Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis
diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.
G. Metode Fenomenologis : Husserl, Eksistensialisme
Yakni dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atau
fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni.Fenomelogi
adalah suatu aliran yang membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan
diri, atau yang membicarakan gejala. Hakikat segala sesuatu adalah reduksi atau
penyaringan dan menurut Husserl ada tiga macam reduksi yaitu:
a. Reduksi Fenomologis, kita harus menyaring pengalaman-pengalaman kita
dengan maksud supaya mendapatkan fenomena dalam wujud semurni-
murninya.
b. Reduksi eidetis, penyaringan atau penempatan inti sari atau fenomena untuk
melihat hakikat sesuatu.
c. Reduksi Transendental, eksistensi dan segala sesuatu yang tiada hubungan
timbal balik dengan kesadaran murni agar sampai kepada apa yang ada pada
subjek itu sendiri.
H. Metode Dialektis : Hegel dan Mark
Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri menurut triade tesis,
antitetis, sistesis di capai hakikat kenyataan.Dialektis itu di ungkapkan sebagai tiga
langkah, yaitu dua pengertian yang bertentangan kemudian di damaikan (tesis-
antitesis-sintesis).
I. Metode Non-positivistis
Kenyataan yang di pahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-
aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).
J. Metode analitika bahasa : Wittgenstein
Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya
ucapan-ucapan filosofis. Metode ini di nilai cukup netral sebab tidak sama sekali
mengendalikan salah satu filsafat. Keistimewaannya adalah semua kesimpulan dan
hasilnya senantiasa di dasarkan kepada penelitian bahasa yang logis.

C. Persamaan dan Perbedaan antara Filsafat dan Filsafat Ilmu


Persamaan Filsafat dan Ilmu, sebagai berikut:
a. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-
lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
b. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada
antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-
sebabnya.
c. Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang
bergandengan.
d. Keduanya mempunyai metode dan sistem.
e. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul
dari hasrat manusia (objektifitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
Adapun perbedaan Filsafat dan Ilmu adalah sebagai berikut:
a. Objek material filsafat itu bersifat universal, yaitu segala sesuatu yang ada
sedangkan material ilmu itu bersifaat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya
terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak,
sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.
b. Objek formal filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian
dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan
ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Disamping itu, objek formal
ilmu itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan
penyatuan diri dengan realita.
c. Filsafat dilaksanakan dalam suatu suatu suasana pengetahuan yang menonjolkan
daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset
lewat pendekatan trial dan error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada
kegunaan pragmatis, sedang kegunaan filsafat timbul dari nilainya.
d. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan mendalam berdasarkan pada
pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu
menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
e. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam
sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab
yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).
BAB III
KESIMPULAN
Manusia di dunia selalu dihinggapi rasa keingintahuan. Jujun S. Suriasumantri
menyatakan pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan
rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya.Berfilsafat didorong untuk
mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti
berendah hati bahwa tidak semuannya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan
yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri,
semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang
dicari telah kita jangkau.
The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif
terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu
maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, Cet 11.
Feibleman, James K, Ontologi dalam Dagobert D. Runes, Dictinary Philoshopy,
Totowa New Jersey , Little Adam, 1976.
Gazalba, Sidi, Sistematika Filsafat Pengantar kepada Teori Pengetahuan, Bulan
Bintang, Jakarta, 1973.
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Gaya Media Pratama, Jakarta,
1997, cet-1.
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Bumi Aksara,
Jakarta, 2010.
Suriasumatri, Jujun S, Filsafat Ilmu, Pustaka Sinar harapan, Jakarta, 1998, cet 1.
Salam, Burhanuddin, Pengantar Filsafat, Bina Aksara, Jakarta, 1988.
Ahmad Tafsir. 2007. Filsafat Umum. Bandung: Remaja Rosdakarya
Amsal Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Jujun S. Suriasumatri. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Sinar
Harapan: Jakarta
Soejono Soemargono. 1996, Pengantar FilsafatLouis O.Kattsoff. Yogyakarta:
Tiara Wacana Yogya.
Surajiyo. 2007. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai