Anda di halaman 1dari 3

1.

Saya akan membuat refleksi pembelajaran  di kelas mata kuliah saya Filsafat Ilmu.

Dari bahasa Yunani disebut " Philoshopia" , bahasa Arab filsafat disebuat dengan
"Falsafah"  lalu dari bahasa Inggris disebut "Philosophy", dan dari bahasa Indonesia
disebut "Filsafat".  Pertama kali kata filsafat muncul dari yunani lalu dibawa ke Arab,
ke Inggris hingga ke Indonesia.

Berikut beberapa nama tokoh filsuf yunani klasik:

1. Phytagoras (572-479)

2. Socrates (470-399)

3. Plato (427-347)

4. Aristoteles (384-332)

5. Alexander The Great / Iskandar Zulkarnain

Yang menarik adalah ketika dosen saya menjelaskan biografi mengenai tokoh-tokoh
tersebut, dan yang saya ingat adalah Socrates dan Alexander The Great. Socrates
disebut sebagai kakek filsafat karena kegigihannya dalam mempertahankan ilmu
filsafat. Walau masyarakat dan pemimpin Socrates menentang, menghina, bahkan
menghukumnya socrates tetap teguh pendirian. Pemimpinnya menghukum Socrates
dengan hukuman mati dengan meminum racun cemara pun socrates menerimanya.
Padahal, murid-murid socrates sudah merencanakan akan membawa Socrates ke luar
kota agar terhindar dari hukuman mati itu. Sedangkan Alexander the Great atau disebut
Iskandar Zulkarnain adalah suatu nama yang disebutkan dalam Al-Qur'an. 

Secara bahasa Philosophy atau filsafat dibentuk dari dua kata yaitu "Philos dan Sophos
" dan juga "Philos" dan "Sophia".  Philos dan sophos mempunyai makna sendiri-
sendiri. 

Philos berarti persahabatan dan cinta dan sophos berarti kebijaksanaan dan
pengetahuan. Jadi, jika digabung antara philos dan sophos, filsafat bermakna cinta
kearifan atau dalam bahasa inggris Love of Widson. Sedangkan secara istilah filsafat
bermakna suatu proses berpikir / hasil pemikiran tentang segala sesuatu yang "ada" dan
"mungkin ada" secara universal, radikal, sistematis, logis dan bebas untuk menemukan
kebenaran yang sebenar-benarnya.

Dari pengertian tersebut contonya yaitu ketika saya berpikir bahwa Allah itu berasal
dari mana? walau mengundang ahli ilmu manapun tidak akan bisa menjawab
pertanyaan tersebut karena kita berpikir menggunakan otak yang terbatas dari ciptaan
Tuhan. dan Tuhan adalah sesuatu yang tidak terbatas. Jadi kesimpulannya kita tidak bisa
memikirkan apa yang diluar keterbatasan otak kita. Ilmu pengetahuan dibagi menjadi 4,
diantaranya:

1.  pengetahuan indrawi

2. pengetahuan ilmiah

3. pengetahuan filsafat

4. pengetahuan Religi.

Dari berbagai ilmu tersebut kita bisa memecahkan suatu persoalan tidak hanya dari satu
pandangan pengetahuan saja. Misalnya : Jembatan di Sembayat Gresik roboh akibat
bangunan tersebut sudah lama dan waktunya diperbarui. 

Dari pengetahuan indrawi, kita tau bahwa bangunan itu roboh. Lalu pengetahuan ilmiah
kita serahkan pada ahli teknik sipil untuk menelitinya, mungkin beralasan bahwa
bangunan itu lama atau tipisnya lapisan semen dll. 

Jika kita berpikir dengan pengetahuan filsafat, kita tidak lagi menyelidi dengan ilmu
ilmiah, indrawi maupun religi. Tapi kita berpikir rasional mengapa jembatan itu roboh,
kita selidiki tim pembangunan jembatan, apakah mereka sudah tepat menggunakan
bahan sesuai rencana teknik sipil ataukah korupsi? Itu yang akan ditelusuri sampai
benar-benar menemukan kebenarannya.

2. Epistemologi Islam berdasarkan sumber naqliyyah atau wahyu tanpa mengabaikan


aspek-aspek `aqliyyah atau nalar yang berasaskan penyuburan akal dan perkembangan
pemikiran manusia. Pembahasan ilmu dalam Islam merupakan suatu acuan yang
terintegrasi yaitu gabungan antara akidah, syariah dan akhlak yang akhirnya membentuk
suatu ilmu yang bersifat saintifik dan kemanusiaan seperti ilmu sains, teknologi,
ekonomi dan lainnya.

Konsep Epistemologi Islam

Pembahasan tentang konsep epistemologi biasanya dikaitkan dengan masalah filsafat di


mana ia menjadi aspek penting dalam pembahasan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
konsep epistemologi menurut perspektif Islam memainkan peran penting dalam
masyarakat yang mana epistemologi merupakan pandangan hidup (worldview) yang
mencakup kehidupan di dunia dan akhirat.

Filsafat ilmu dalam tradisi Islam bertujuan untuk melahirkan individu atau masyarakat
yang seimbang antara dunia dan akhirat. Atas dasar inilah ruang lingkup pembahasan
epistemologi menurut perspektif Islam adalah lebih luas di mana sesuatu hakikat yang
digapai itu adalah bersumberkan kepada keyakinan. Konsep epistemologi Islam yang
berdasarkan kepada worldview tauhid tidak hanya terbatas kepada al-khabar al-sadiq
dan ilham saja, akan tetapi memberi ruang juga kepada akal dan pancaindera untuk
memperolehi ilmu berdasarkan kepada ruang lingkup yang mampu dicapai oleh saluran
akal dan inderawi.

Anda mungkin juga menyukai