1.
:
,
- .
Artinya: "Dari Abu Darda: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Kelebihan
seorang alim dari seorang abid (orang yang suka beribadah) seperti kelebihan bulan
pada bintang-bintang, dan sesungguhnya para ulama itu pewaris nabi-nabi, mereka
tidak mewariskan dinar (uang), tetapi mewarisi ilmu, siapa yang mengambilnya
maka ambillah dengan bagian yang cukup." (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).
Penjelasan:
Hadits tersebut di atas masih ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Dijelaskan
oleh Nabi, seorang alim (orang yang berilmu) lebih utama dari seorang hamba yang
gemar ibadah (hamba yang ilmunya sedikit). Dan Rasulullah saw. Menjelaskan
bahwa para ulama adalah pewaris para nabi.
Ada dua hal yang terkandung di dalam hadits ini:
Pertama: Bahwa seorang alim lebih utama dari seorang abid yang gemar beribadah.
Ini artinya bahwa orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang sangat tinggi
bahkan melebihi seorang abid yang gemar beribadah namun tidak didasari dengan
ilmu yang memadai.Yang dimaksud dengan orang yang berilmu di sini adalah orang
yang mempunyai ilmu dan mengamalkannya. Ilmu yang dimilikinya bagaikan
cahaya yang dapat menerangi kegelapan. Sebagai orang yang berilmu ia mengerti
bahwa ilmunya harus dimanfaatkan. Dengan ilmunya ia dapat membedakan antara
yang hak dan yang bathil, antara yang halal dan mengetahui yang haram. Dengan
ilmunya, ia dapat beribadah dengan baik, apa yang dikerjakannya mempunyai
dasar, dan di dalam berbuat ia penuh dengan hati-hati.Dengan ilmunya pula ia
dapat merubah keadaan dan cepat menyesuaikan keadaan itu dengan segera.
Jadi, orang yang berilmu itu dapat memberi manfaat pada dirinya sendiri dan
kepada umat manusia. Di saat beribadah kepada Allah dilakukannya dengan benar
sesuai dengan apa yang dimilikinya. Dan di saat itu juga ia dapat menerangi umat
manusia dengan jalan memberi petunjuk kepada orang yang membutuhkannya. ia
tidak ingin melihat orang lain terjerumus dalam kehinaan.Seseorang yang tidak
berilmu di dalam beribadah tidak sesempurna orang yang berilmu. Bisa jadi apa
yang dilakukannya tidak memberi manfaat pada dirinya.
Rasulullah saw. mengibaratkan orang alim (ulama) dibandingkan dengan seorang
abid bagaikan bulan atas bintang-bintang. Artinya ilmu yang dimiliki (seorang alim)
dapat memancarkan cahaya yang terang seperti terangngnya cahaya bulan,
sedangkan seorang abid yang beribadah memancarkan cahaya seperti cahaya
bintang.
Kedua: Para ulama adalah pewaris para nabi.
Para ulama (orang yang berilmu) bertugas sebagai pembawa amanat para nabi
yang harus disampaikan kepada umat manusia. Secara berkesinambungan
dakwawah atau ajaran yang penuh disampaikan oleh para nabi, setelah beliau
wafat dilanjutkan oleh para ulama. Seorang ulama tidak hanya memikirkan dirinya
sendiri, tapi dengan ilmu yang ia miliki ia berkewajiban mengamalkannya, dan
mengajarkannya kepada orang lain. Dengan demikian, keberadaan agama akan
terus terpelihara dengan baik. Walaupun kita tidak pernah berjumpa dengan Nabi
Muhammad saw. dan tidak pernah mendengar langsung ajaran-ajarannya, namun
berkat kegigihan para ulama Islam, kita dapat mengenyam nikmat-nikmat ajaran
Islam. Karena ulama adalah pewaris nabi dan pemegang amanah Allah. Begitu
pentingnya peranan ulama, nabi pernah mengingatkan, Allah akan mencabut
ilmunya dengan cara mencabut (nyawa) para ulama.Bagi sahabat yang ingin
membaca hadits lainnya mengenai menuntut ilmu.
2.
:. , , .
[1]( ) .(
.
)
Rosulullah Saw. Telah bersabda : Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim
dan orang yang meletakkan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya (orang yang
enggan untuk menerimanya dan orang yang menertawakan ilmu agama) seperti
orang yang mengalungi beberapa babi dengan beberapa permata, dan emas. (H.R.
Ibnu Majah)
Hadits diatas menunjukkan bahwa fardhu bagi setiap orang muslim mencari ilmu,
dan orang yang memberikan ilmu bagi selain ahlinya adalah seperti orang yang
mengalungkan babi dengan mutiara, permata dan emas. Orang yang mempunyai
ilmu agama yang mengamalkannya dan mengajarkannya orang ini seperti tanah
tanah subur yang menyerap air sehingga dapat memberikan manfaat bagi dirinya
dan memberi manfaaat bagi orang lain, dan Allah juga akan memudahkan bagi
orang-orang yang selama hidupnya hanya untuk mencari, dipermudahkan baginya
jalan menuju kesurga. Dengan ilmu derjat orang tersebut tinggi dihadapan Allah,
Allah pun akan meninggikan derajatnya di dunia maupun diakhirat nanti, seorang
muslim memperbanyak mengamalkan ilmu kepada orang lain, maka semakin tinggi
pula derajatnya dihadapan Allah, dibawah ini salah satu hadits yang menunjukkan
bahwa seseorang yang menempuh suatu jalan dalam hidupnya untuk mencari ilmu,
maka Allah akan mempermudahkan baginya jalan menuju surga. Selain Allah
memberikan derajat/kedudukan yang tinggi di dunia maupun di akhirat bagi orang
muslim yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya kepada orang yang belum
tahu. Allah juga : Seorang yang keluar dari rumahnya dalam mencari ilmu, maka
para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk orang tersebut. Jadi sangat
mulai orang yang berniat hanya untuk mencari ilmu semasa hidupnya.
Hadist tersebut merupakan penjelasan tentang hukum mencari ilmu bagi setiap
orang Islam laki laki maupun perempuan, yang telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu
Majah dan lain lain. Akan tetapi hadist tersebut diberi tanda lemah oleh imam
Syuyuti.
Adapun hukum menuntut ilmu menurut hadist tersebut adalah wajib. Karena
melihat betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Manusia
tidak akan bisa menjalani kehidupan ini tanpa mempunyai ilmu. Bahkan dalam kitab
taklimul mutaallim dijelaskan bahwa yang menjadikan manusia memiliki kelebihan
diantara makhluk-makhluk Allah yang lain adalah karena manusia memilki ilmu.
Dan janganlah memberikan ilmu kepada orang yang enggan menerimanya, karena
orang yang enggan menerima ilmu tidak akan mau untuk mengamalkan ilmu itu
bahkan mereka akan menertawakannya.
Ilmu sebagai suatau pengetahuan, yang diperoleh melalui cara-cara tertentu.
Karena menuntut ilmu dinyatakan wajib, maka kaum muslimin menjalankannya
sebagai suatu ibadah, seperti kita menjalankan sholat,puasa. Maka orang pun
mencari keutamaan ilmu. Disamping itu, timbul pula proses belajar-mengajar
sebagai konsekuensi menjalankan perintah Rasulullah itu proses belajar mengajar
ini menimbulkan perkembangan ilmu, yang lama maupun baru, dalam berbagai
cabangnya. Ilmu telah menjadi tenaga pendorong perubahan dan perkembangan
masyarakat. Hal itu terjadi, karena ilmu telah menjadi suatu kebudayaan. Dan
sebagai unsur kebudayaan, ilmu mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
masyarakat Muslim dan dihadapak Allah. Jadi ilmu juga bisa diartikan atau dijadikan
sebagai pusat dari perubahan dan perkembangan di dalam suatu masyarakat.
Kaitannya dengan hadits diatas tersebut bahwasannya ilmu telah diibaratkan
dengan keutamaan atau kelebihan Nabi yg diberikan Allah kepadanya. Begitu
tingginya derajat orang yang berilmu disisi Allah dan manfaatnya ataupun
pentingnya sangat banyak untuk perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Sungguh mulia orang yang berilmu, dan semasa hidupnya hanya untuk mencari
ilmu adalah agar dimudahkan dalam masuk surga Allah, Allah pun juga akan juga
akan mempermudah baginya masuk surga.
Ibnu munir menyatakan, bahwa keutamaan ilmu dalam hadits ini dapat dilihat
dimana ilmu telah diibaratkan dengan keutamaan atau kelebihan Nabi yang
diberikan Allah kepadanya. Dengan mengetahui pentingnya ilmu pengetahuan
maka dengan ilmu tersebut hukum. Hukum Allah dapat diamalkan, ditegakkan dan
dikembangkan. Tanpa ilmu sangat mustahil, karena salah satu kewajiban islam
yang sejajar dengan semua kewajiban lainnya adalah mencari dan menuntut ilmu.
Mencari ilmu ialah wajib hukumnya bagi setiap muslim, tidak hanya dikhususkan
satu kelompok dan tidak bagi kelompok lain seperti kewajiban sholat, puasa, zakat.
Keutamaan orang yang berilmu sehingga melebihi orang yang ahli ibadah. Karena
ibadah tanpa ilmu tidak benar dan tidak diterima, dan untuk membuktikan
keutamaan ahli ilmu ini Allah bersama malaikat dan seluruh penghuni langit dan
bumi sampai semut dan ikan bershalawat untuk orang yang mengajari kebaikan.
Keutamaan ilmu tidak terletak beberapa ilmu yang yang didapat tetapi pada
pengembangan dan pengalamannya dalam kehidupan ataupun masyarakat.tujuan
akhir seorang mumin adalah surga. Untuk itu seluruh ilmu yang mereka miliki
diamalkan. Caranya adalah mencari dan mengamalkan semua kebijakan tanpa
merasa lelah atau capek. Seorang mumin itu tak akan merasa puas dan lelah
dalam mencari maupun mempelajari ilmu, karena dengan ilmu semua kebajikan
dapat diraih. Selain Allah memberikan derajat/kedudukan yang tinggi di dunia
( )
Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim)
Hadits di atas memberi gambaran bahwa dengan ilmulah surga itu akan didapat.
Karena dengan ilmu orang dapat beribadah dengan benar kepada Allah Swt dan
dengan ilmu pula seorang muslim dapat berbuat kebaikan. Oleh karena itu orang
yang menuntut ilmu adalah orang yang sedang menuju surga Allah.
Mencari ilmu itu wajib, tidak mengenal batas tempat, dan juga tidak mengenal
batas usia, baik anak-anak maupun orang tua. Kewajiban menuntut ilmu dapat
dilaksanakan di sekolah, pesantren, majlis talim, pengajian anak-anak, belajar
sendiri, penelitian atau diskusi yang diselenggrakan oleh para remaja mesjid.
Ilmu merupakan cahaya kehidupan bagi umat manusia. Dengan ilmu, kehidupan di
dunia terasa lebih indah, yang susah akan terasa mudah, yang kasar akan terasa
lebih halus. Dalam menjalankan ibadah kepada Allah, harus dengan ilmu pula.
Sebab beribadah tanpa didasarkan ilmu yang benar adalah sisa-sia belaka. Oleh
karena itu dengan mengamalkan ilmu di jalan Allah merupakan ladang amal
(pahala) dalam kehidupan dan dapat memudahkan seseorang untuk masuk ke
dalam surga Allah.
5.
( )
:
Artinya: Dari Anas bin Malik berkata, telah bersabda Rasulullah saw : barangsiapa
keluar (pergi) untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga kembali
(HR. Tirmidzi).
Dalam hadits yang kedua Rasulullah menegaskan bahwa menuntut ilmu itu
dinilai sebagai berjuang di jalan Allah, sehingga barang siapa yang mencari ilmu
dengan sungguh-sungguh dia akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda
bahkan bila sesorang meninggal dunia saat mencari ilmu dia akan mendapatkan
surganya Allah karena dinilai sama dengan mati syahid.
6.
( )
Artinya: Telah bersabda Rasulullah saw : Jadilah engkau orang yang berilmu
pandai), atau orang yang belajar, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau
orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka
kamu akan celaka (H.R. Baehaqi)
Sementara dalam Hadits ketiga Rasulullah menganjurkan agar umat Islam (kaum
muslimin) mau menjadi orang yang :
*
Berilmu (pandai), sehingga dengan ilmu yang dimiliki seorang muslim bisa
mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada orang-orang yang ada disekitarnya. Dan
dengan demikian kebodohan yang ada dilingkungannya bisa terkikis habis dan
berubah menjadi masyarakat yang beradab dan memiliki wawasan yang luas.
*
Jika tidak bisa menjadi orang pandai yang mengajarkan ilmunya kepada umat
manusia, jadilah sebagai orang yang mau belajar dari lingkungan sekitar dan dari
orang-orang pandai.
*
Jika tidak bisa menjadi orang yang belajar, jadilah sebagai orang yang mau
mendengarkan ilmu pengetahuan. Setidaknya jika kita mau mendengarkan ilmu
pengetahun kita bias mengambil hikmah dari apa yang kita dengar.
*
Jika menjadi pendengar juga masih tidak bisa, maka jadilah sebagai orang yang
menyukai ilmu pengetahun, diantaranya dengan cara membantu dan memuliaka
orang-orang yang berilmu, memfasilitasi aktivitas keilmuan seperti menyediakan
tempat untuk pelaksanaan pengajian dan lain-lain.
*
Janganlah menjadi orang yang kelima, yaitu yang tidak berilmu, tidak belajar,
tidak mau mendengar, dan tidak menyukai ilmu. Jika diantara kita memilih yang
kelima ini akan menjadi orang yang celaka.
7.
Hadits :