Anda di halaman 1dari 10

ETIKA DALAM MENUNTUT ILMU PENGETAHUAN

(HADITS TARBAWI)

Dosen Pengampu
( Hamdani, M.Th.I )

Disusun Oleh:
Umar (20010611)
Suhlal Efendi (20010604)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STIT SYAMSUL MA’ARIF BONTANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 2

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG................................................................................ 3
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 3
C. TUJUAN .................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. ETIKA DALAM MENUNTUT ILMU PENGETAHUAN ................. 4

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN .........................................................................................8
B. SARAN .....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 10

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tulisan ini membahas etika menuntut ilmu menurut kitab Ta’lim al-
Muta’alim karya dari Syekh al-Zarnuzi. Tulisan ini memfokuskan kajiannya pada
deskripsi-konsepsi serta langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik dalam
menuntut ilmu. Sumber data dalam artikel ini diperoleh dari kitab Ta’lim al-
Muta’alim karya dari Syekh al-Zarnuzi dan beberapa sumber sekunder berupa
referensi-referensi pendukung dan pembanding yang sesuai dengan tema artikel.
Tulisan ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan
pendekatan kualitatif, yaitu berusaha untuk menggambarkan tentang suatu variable,
gejala atau keadaan “apa adanya”, dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis
tertentu. Hasil dari tulisan ini memperlihatkan bahwa etika menuntut ilmu peserta
didik dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim adalah 1) Cerdas dalam memilih Guru, ilmu,
teman. 2) Menghormati ilmu dan ulama; 3) tekun dan semangat; 4) memulai
belajar, pengaturan dan urutannya; 5) Tawakal; 6) Kasih sayang kepada sesama
para penuntut ilmu dan nasehat; 7) dapat mengambil hikmah dari setiap yang
dipelajari.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini kami akan membahas tentang:

1. Apa saja etika dalam menuntut ilmu pengetahuan ?


C. TUJUAN
1. Mengetahui etika dalam menuntut ilmu pengetahuan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. ETIKA DALAM MENUNTUT ILMU PENGETAHUAN


Seorang murid harus berniat di masa belajarnya karena niat adalah inti dari
segala sesuatu, nabi saw bersabda “Sesungguhnya a,malperbuatan tergantung pada
niatnya”. Hendaknya seorang pelajar berniatdalam menuntut ilmu adalah untuk
mencari ridho Allah, bekal di akhirat,membasmi kebodohan dari dirinya dan orang
lain, menghidupkan agamadan menegakkan islam karena islam akan tegak dengan
ilmu, selain itutidak dibenarkan zuhud dan taqwa yang disertai dengan kebodohan.
Berikut beberapa etika seorang murid dalam menuntut ilmu :
1. Memilih bidang ilmu, guru, teman dan ketekunan
Hendaknya seorang murid memilih bidang ilmu yang terbaik yang ia
butuhkan untuk menjalankan agamanya saat itu, kemudian ia memilihapa
yang ia akan butuhkan kelak, dalam hal ini yang perlu ia dahulukan adalah
ilmu tauhid dan ma’rifah untuk mengenali allah dan dalilnya,karena
keimanan seorang muqalid meskipun kamu anggap sah tetapi ia akan berdosa
apabila tidak mempelajari dalil-dalinya.
Cara memilih guru hendaknya dipilih guru yang paling alim, yang paling
wara’ dan lebih tua, seperti halnya Abu Hanifah memilih Hammad bin
Sulaiman rahimahullah setelah beliau berfikir panjang dan beliau mengatakan
“Aku mendapati beliau sebagai seorang guru yang berwibawa, lembut dan
penyabar”. Mencari ilmu merupakan kepentingan tertinggi dan paling sulit
maka dalam hal ini musyawarah lebih penting dan lebih wajib. Ketahuilah
bahwa kesabaran dan ketekunan merupakan dasar utama segala sesuatu tetapi
hal ini jarang ditemui.
Dalam memilih teman hendaknya ia memilih yang serius dalam belajar,
wara’ dan yang shaleh, dan menjauhi teman yang males, suka membuat onar,
banyak bicara, perusak dan pembawa fitnah. Dikatakan dalam kata hikamah
dalam bahasa persi “teman yang durhaka, lebih berbisa daripada ular yang
bahaya”

4
2. Menghormati ilmu dan ulama
Ketahuilah bahwa seorang pencari ilmu tidak akan mendapat ilmu dan
tidak akan manfaat dari ilmunya kecuali dengan menghormati ilmu dan
orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya barang siapa yang mengajarimu
satu huruf yang engkau butuhkan untuk ibadahmu berarti ia ayahmu dalam
agama.
Termasuk penghormatan terhadap guru hendaknya seorang murid tidak
berjalan di depanya, tidak duduk di tempatnya, tidak memulai berbicara
dihadapanya kecuali seizinnya, tidak banyak banyak bicara didepannya
kecuali seizinnya dan lain-lain. Termasuk penghormatan terhadap guru adalah
menghormati anak-anaknya dan orang-orang yang dekat dengan guru.
Termasuk menghormati guru adalah menghormati kitab, hendaknya seorang
murid tidak mengambil kitab kecuali dalam keadaan suci.
3. Tekun dan semangat
Seorang murid harus memiliki semangat dan ketekunan. Telah
dikatakan: “Barang siapa yang mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh
maka ia akan mendapatkannya, barang siapa yang mengetuk pintu dengan
sungguh-sungguh maka ia akan masuk surga”. Tergantung kesungguhan
engkau akan meraih keinginanmu. Hendaknya seorang murid begadang di
malam hari untuk belajar dan selalu mengulanginya diawal malam dan di
akhirnya karena waktu antara maghrib dan isya’ juga menjelang subuh adalah
waktu yang penuh barakah.
Sudah sepatutnya seorang murid mempunyai semangat tinggi dalam
menuntut ilmu, karena seseorang akan terbang bersama semangatnya seperti
seekor burung yang terbang dengan kedua sayapnya. Kunci utama
memperoleh segala sesuatu adalah kesungguhan dan semangat yang tinggi.
Lezatnya mempelajari ilmu sudah cukup menjadi motivasi bagi orang berakal
untuk mencari ilmu, terkadang kemalasan muncul dari banyaknya dahak dan
kadar air. Cara menguranginya dengan mengurangi porsi makanan.
4. Memulai belajar, pengaturannya dan urutannya

5
Hal ini juga dilakukan oleh Abu Hanifah dan beliau menyebutkan hadis
ini dari gurunya Syaikh Al imam Qiwamuddin Ahmad bin Abdurrasyid
Rahimahullah, dan aku juga mendengar dari orang-orang yang terpercaya
bahwa Syaikh Abu Yusuf Al Hamdani Rahimahullah memulai seluruh
amalan kebaikannya di hari rabu. (Karena hari rabu adalah hari diciptakannya
cahaya, dan ia adalah hari yang sangat pedih bagi orang-orang kafir dan hari
yang penuh berkah bagi orang-orang mukmin.
Pelajaran yang telah dipahami dan dikaji ulang hendaknya dicatat karena
hal ini akan sangat bermanfaat, seorang santri tidak perlu menulis sesuatu
yang tidak ia pahami karena hal ini dapat menghilangkan kecerdasan,
menimbulkan kejenuhan dan menyia-nyiakan waktunya.Seorang murid harus
sering mendiskusikan masalah ilmu dan dalam hal ini hendaknya ia bersikap
menerima, tidak gegabah, banyak belajar dan menjauhi kemarahan karena
mendiskusikan ilmu ibarat musyawarah yang intinya adalah menghasilkan
kebenaran. Hal ini tidak akan di peroleh kecuali dengan pengamatan,
kesabaran dan mau menerima, ia tidakdapat diperoleh denagn marah dan
ambisi. Bila niatnya menundukkan lawan, maka hal ini tidak boleh dan hanya
diperbolehkan adalah untuk menampakkan kebenaran saja, sedangkan
menyamarkan persoalan tidak diperbolehkan kecuali bila kawan diskusi kita
tidak sportif bukan menginginkan kebenaran. Bila seoorang santri harus
terpaksa kerja karena menafkahi keluargannya dan orang lain maka ia boleh
bekerja sambil menelaah kitab dan berdiskusi.
5. Tawakkal
Seorang santri harus bertawakkal dalam menuntut ilmu tidak perlu
memusingkan masalah rezeki. Karena orang sibuk memikirkan urusan rezeki
baik itu sandang dan pangan, jarang sekali ia berusaha untuk mencari akhlak
yang baik dan hal-hal yang luhur. Hendaknya ia lebih memikirkan urusan
akhirat karena hal ini lebih bermanfaat. Adapun sabda nabi Saw:
“sesungguhnya di antara dosa-dosa ada sebuah dosa tidak ada yang dapat
menghapuskannya kecuali prihatin biaya hidup”. Seorang santri tidak sibuk
dengan apapun selain ilmu fiqih. Karena dengan ilmu fiqih kita akan
merasakan kelezatan yang tiada duanya.

6
6. Kasih sayang dan nasehat
Orang yang berilmu harus bersifat kasih sayang, memberi nasehat dan
tidak iri karena hanya akan merusak dan tidak bermanfaat. Syaikh islam
burhanuddin rahimahullah berkata: “anak seorang guru akan menjadi orang
alim karena si alim menginginkan murid-muridnya menjadi ulama’, maka
berkat keyakinan dan kasih sayannya hingga menjadi seorang alim”. Ia tidak
boleh bermusuhan dengan siapapun kerana hal ini menyia-nyiakan waktunya.
Seorang ulama berkata: “orang yang baik akan mendapat balasan karena
kebaikannya, orang yang jahat akan hancur karena kejahatannya”.
7. Mengambil faedah
Hendaknya seorang santri selalu siap setiap saat untuk mengambil ilmu
agar ia mendapatkan kemuliaan. Cara memperolehnya setiap saat ia harus
membawa pena agar ia bisa menulis ilmu yang ia dengar. Seorang ulama’
berkata: “barang siapa yang menghafal saja akan hilang ilmunya, barang
siapa yang menulis maka akan tetap ilmunya”. Ia juga harus mampu bertahan
dan berkorban dalam menuntut ilmu. Mencintai seseorang diluar batas adalah
perbuatan tercela kecuali dalam menuntut ilmu, karena dalam hal ini seorang
murid seharusnya benar-benar mencintai guru,teman-temanya dan orang lain
dengan tujuan untuk mendapatkan ilmu.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hendaknya seorang pelajar berniat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari
ridho Allah, bekal di akhirat,membasmi kebodohan dari dirinya dan orang lain,
menghidupkan agamadan menegakkan islam karena islam akan tegak dengan ilmu,
selain itu tidak dibenarkan zuhud dan taqwa yang disertai dengan kebodohan.
Berikut beberapa etika seorang murid dalam menuntut ilmu :. Cara memilih guru
hendaknya dipilih guru yang paling alim, yang paling wara’ dan lebih tua, seperti
halnya Abu Hanifah memilih Hammad bin Sulaiman rahimahullah setelah beliau
berfikir panjang dan beliau mengatakan “Aku mendapati beliau sebagai seorang
guru yang berwibawa, lembut dan penyabar”. Dalam memilih teman hendaknya ia
memilih yang serius dalam belajar, wara’ dan yang shaleh, dan menjauhi teman
yang males, suka membuat onar, banyak bicara, perusak dan pembawa fitnah.
Ketahuilah bahwa seorang pencari ilmu tidak akan mendapat ilmu dan tidak
akan manfaat dari ilmunya kecuali dengan menghormati ilmu dan orang-orang yang
berilmu. Termasuk penghormatan terhadap guru hendaknya seorang murid tidak
berjalan di depanya, tidak duduk di tempatnya, tidak memulai berbicara
dihadapanya kecuali seizinnya, tidak banyak banyak bicara didepannya kecuali
seizinnya dan lain-lain. Termasuk penghormatan terhadap guru adalah
menghormati anak-anaknya dan orang-orang yang dekat dengan guru. Seorang
murid harus memiliki semangat dan ketekunan. Hendaknya seorang murid
begadang di malam hari untuk belajar dan selalu mengulanginya diawal malam dan
di akhirnya karena waktu antara maghrib dan isya’ juga menjelang subuh adalah
waktu yang penuh barakah.

8
Sudah sepatutnya seorang murid mempunyai semangat tinggi dalam menuntut
ilmu, karena seseorang akan terbang bersama semangatnya seperti seekor burung
yang terbang dengan kedua sayapnya. Kunci utama memperoleh segala sesuatu
adalah kesungguhan dan semangat yang tinggi. Hal ini juga dilakukan oleh Abu
Hanifah dan beliau menyebutkan hadis ini dari gurunya Syaikh Al imam
Qiwamuddin Ahmad bin Abdurrasyid Rahimahullah, dan aku juga mendengar dari
orang-orang yang terpercaya bahwa Syaikh Abu Yusuf Al Hamdani Rahimahullah
memulai seluruh amalan kebaikannya di hari rabu. (Karena hari rabu adalah hari
diciptakannya cahaya, dan ia adalah hari yang sangat pedih bagi orang-orang kafir
dan hari yang penuh berkah bagi orang-orang mukmin. Hal ini tidak akan di
peroleh kecuali dengan pengamatan, kesabaran dan mau menerima, ia tidakdapat
diperoleh denagn marah dan ambisi. Bila niatnya menundukkan lawan, maka hal ini
tidak boleh dan hanya diperbolehkan adalah untuk menampakkan kebenaran saja,
sedangkan menyamarkan persoalan tidak diperbolehkan kecuali bila kawan diskusi
kita tidak sportif bukan menginginkan kebenaran. Seorang santri tidak sibuk
dengan apapun selain ilmu fiqih. Karena dengan ilmu fiqih kita akan merasakan
kelezatan yang tiada duanya. Orang yang berilmu harus bersifat kasih sayang,
memberi nasehat dan tidak iri karena hanya akan merusak dan tidak bermanfaat.
Hendaknya seorang santri selalu siap setiap saat untuk mengambil ilmu agar ia
mendapatkan kemuliaan. Cara memperolehnya setiap saat ia harus membawa pena
agar ia bisa menulis ilmu yang ia dengar.

B. SARAN
tetap semangat dalam menuntut ilmu sesuai dengan etika menuntut ilmu agar
tidak sia-sia

9
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/43308598/Makalah_Hadits_Wajib_Menuntut_Ilmu
https://www.academia.edu/25641005/Etika_Menuntut_Ilmu

10

Anda mungkin juga menyukai