Anda di halaman 1dari 20

AKHLAK; Adab Menuntut Ilmu dan

Akhlak Islami
MENTORING 2023 UKMI DAARUL
HIJRAH
I. ADAB MENUNTUT ILMU
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan lainnya adalah
penekanannya terhadap ilmu. Al-Qur‟an dan Hadits Rasulullah SAW.
menghimbau kaum muslimin yang beriman untuk mencari dan
mendapatkan ilmu, serta menempatkan kedudukan orang-orang mukmin
yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Dalam perspektif Islam,
ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul dari
makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan di muka
bumi.
1. Pengertian Adab dan Ilmu
Adab dalam bahasa Arab artinya budi pekerti, tata krama, dan sopan
santun. Adab adalah segala bentuk sikap, perilaku, etika, tata cara
kehidupan yang mencerminkan nilai sopan santun dan akhlak.
Sedangkan Ilmu, kata Ilmu diambil dari bahasa arab, yaitu „ilm
mengandung makna kejelasan. Dalam hal ini, Ilmu adalah
pengetahuan yang jelas tentang sesuatu.

Dalam menuntut ilmu terdapat sesuatu yang amat penting yang perlu
diperhatikan, yakni adab yang membentuk karakter seseorang dalam
menuntut ilmu. Adab membantu manusia untuk menginterpretasikan dan
menentukan sikap yang tepat dalam kehidupan sehari-hari, yang bisa
dipertanggungjawabkan, baik dalam hubungannya dengan dirinya sendiri
maupun hubungannya dengan orang lain di kehidupan sosial. Manusia yang
tidak memahami dan menggunakan adab dalam menjalani kehidupan berarti
tergolong manusia yang tidak mampu menjadi pelaku sosial, politik, budaya,
pendidikan, dan lainnya.
2. Pentingnya Menuntut Ilmu
Menurut Imam Al-Ghazali menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap
muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-
Qur‟an yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW „‟Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhan yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.
Yang mengajar dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang ia tidak tau‟‟.
(Al-„Alaq:1-5). Ayat ini berisi perintah untuk membaca, menulis, dan juga belajar
yang dalam pengertiannya erat sekali dengan proses untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan. Allah telah memberikan manusia sifat fitrah dalam dirinya untuk
bisa belajar dan menggapai bermacam-macam ilmu pengetahuan sehingga
dengan ilmu tersebut dapat menambah ketaatannya kepada Allah Subhanahu
Wa Ta‟ala.
Allah juga menerangkan dalam Al-Qur‟an akan mengangkat derajat
orang-orang yang berilmu, isyarat ini menandakan bahwa dengan
ilmu manusia bisa menjadi lebih mulia, tidak dengan hartanya
apalagi nasabnya, “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan
kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis-majlis, maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-
Mujadillah: 11). Dalam sebuah Hadis juga disebutkan tentang
keutamaan mempelajari ilmu pengetahuan dalam Islam, Rasulullah
SAW bersabda: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu,
maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.
Muslim, no. 2699)
3. Adab Menuntut Ilmu
Ilmu memiliki keutamaan, Imam Az-Zarnuji mengutip
ungkapan seorang penyair tentang keutamaan ilmu sebagai
berikut: ‘’Belajarlah, karena ilmu adalah hiasan bagi
penyandangnya, keutamaan dan tanda semua akhlak yang
terpuji. Usahakanlah, setiap hari menambah ilmu dan
berenanglah di lautan ilmu yang bermanfaat. Belajarlah ilmu
fiqh, karena ia pandu yang paling utama pada kebaikan, taqwa
dan adilnya orang yang paling adil. Ia adalah tanda yang
membawa pada jalan petunjuk, ia adalah benteng yang
menyelamatkan dari segala kesulitan. Karena seorang ahli fiqh
yang menjauhi perbuatan haram adalah lebih membahayakan
bagi setan dari pada seribu orang yang beribadah.’’
Dalam kitab Ta‟limul Muta‟allim (Pentingnya adab sebelum Ilmu), Imam Az-Zarnuji
menerangkan beberapa adab dalam belajar, yaitu:
1) Niat Belajar Niat sebagai dasar dari berbagai hal yang akan dilakukan termasuk
belajar atau menuntut ilmu. Sebagai orang muslim, penting baginya senantiasa
memperbaharui niat agar mencapai kepada Ridho Allah Subhanahu Wa Ta‟ala.
Imam Az-Zarnuji mengingatkan agar setiap penuntut ilmu jangan sampai keliru
menentukan niat dalam belajar, belajar tidak diniatkan untuk mencari pengaruh,
mendapatkan kenikmatan duniawi atau kehormatan dan kedudukan tertentu. Jika
niat sudah lurus dan benar, seorang penuntut ilmu akan merasakan kelezatan ilmu
dan amal serta berkuranglah kecintaannya pada harta dunia yang bersifat fana

2) Memilih Guru, Ilmu, Teman, dan Memiliki Ketabahan dalam Belajar Sebagai
seorang penuntut ilmu hendaknya kita memilih ilmu yang terbaik dan ilmu yang
dibutuhkan dalam kehidupan agama pada saat itu dan saat mendatang. Kita
perlu mendahulukan ilmu tauhid dan ma‟rifat beserta dalilnya. Demikian pula
perlu memilih ilmu „atiq (kuno). Dalam memilih guru atau pendidik hendaknya
mengambil yang lebih wara‟, „alim, berlapang dada serta penyabar. Peserta didik
juga harus sabar dan tabah dalam belajar kepada guru yang telah dipilihnya
serta sabar dalam menghadapi berbagai cobaan yang datang pada saat proses
menuntut ilmu berlangsung
3) Menghormati Ilmu Dan Ulama Menurut Imam Az-Zarnuji,
peserta didik harus menghormati ilmu, orang yang berilmu serta
pendidiknya. Apabila melukai pendidiknya, keberkahan ilmu bisa
tertutup dan hanya sedikit kebermanfaatannya. Cara
menghormati pendidik antara lain adalah tidak berjalan di
depannya, tidak menempati tempat duduknya, tidak memulai
mengajak bicara kecuali atas izinnya, tidak bicara macam-
macam di depannya, tidak menanyakan suatu masalah pada
waktu pendidiknya lelah, dan tidak duduk tertalu dekat
dengannya sewaktu belajar kecuali karena terpaksa.

4) Sungguh-Sungguh, Kontinuitas dan Memiliki Minat yang Kuat


Peserta didik harus memiliki kesungguhan serta minat yang kuat
dalam menuntut ilmu, tidak bosan untuk senantiasa mengulang
ilmu tersebut secara kontinu yakni waktu antara maghrib dan isya
dan setelah waktu sahur, sebab waktu-waktu tersebut
merupakan waktu yang diberkahi. Kesungguhan dan minat yang
kuat adalah pangkal kesuksesan.
5) Tertib (Permulaan dan Intensitas Belajar) Menurut Imam Az-
Zarnuji, belajar hendaknya dimulai pada hari rabu karena hari itu
Allah SWT menciptakan nur (cahaya), hari sialnya orang kafir
yang berarti hari berkahnya orang mukmin. Bagi pemula
hendaknya mengambil pelajaran yang sekiranya dapat dikuasai
dengan baik setelah di ulangi dua kali. Kemudian tiap hari
ditambah sedikit demi sedikit, sehingga apabila telah banyak
masih mungkin dikuasai secara baik dengan mengulanginya dua
kali, seraya ditambah sedikit demi sedikit lagi.

6) Tawakkal Kepada Allah SWT Dalam belajar Seorang murid


atau peserta didik harus tawakkal kepada Allah dan tidak tergoda
oleh urusan rezeki. Peserta didik hendaknya tidak digelisahkan
oleh urusan duniawi, karena kegelisahan tidak bisa mengelakkan
musibah, bahkan membahayakan hati, akal, badan dan merusak
perbuatan-perbuatan yang baik.
7) Pintar Memanfaatkan Waktu Belajar Masa muda merupakan
masa keemasan untuk menuntut ilmu, maka manfaatkanlah
dengan sebaik-baiknya. Seorang peserta didik yang baik akan
memanfaatkan seluruh waktunya untuk belajar.

8) Kasih Sayang Dan Memberi Nasehat Sebagi seorang yang


berilmu hendaknya selalu berusaha menghiasi dirinya dengan
akhlak mulia, memiliki rasa kasih sayang, dan mampu
memberikan nasehat kepada sesama.

9) Mengambil Pelajaran Peserta didik hendaknya memanfaatkan


semua kesempatannya untuk belajar, hingga dapat mencapai
keutamaan. Misalnya dengan membawa alat tulis disetiap saat
untuk mencatat hal-hal ilmiah dan ilmu yang diperolehnya.
10) Wara‟ (menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada
masa belajar Ketika belajar hendaknya peserta didik berlaku
wara‟, sebab dengan begitu ilmunya akan lebih bermanfaat, lebih
besar faedahnya dan belajarpun lebih mudah. Sedangkan yang
termasuk perbuatan wara‟ antara lain menjaga diri dari terlalu
kenyang, terlalu banyak tidur dan terlalu banyak membicarakan
hal-hal yang tidak bermanfaat.

11) Penyebab Hafal Dan Lupa Penyebab dari mudah lupa adalah
perbuatan maksiat dan terlalu sibuk dengan urusan-urusan
dunia. Upaya untuk memperkuat hafalan adalah melalui
kesungguhan, kontinu, mengurangi makan, melaksanakan
qiyamul lail, membaca Al-Qur‟an, banyak membaca salawat
Nabi, dan berdoa sewaktu mengambil buku serta seusai menulis.

12) Masalah Rezeki dan Umur Peserta didik perlu mengetahui hal-
hal yang bisa menambah rizki dan umur. Bangun pagi-pagi itu
diberkahi dan membawa berbagai macam kenikmatan, khususnya
rezeki dan bersedekah termasuk dari memperbanyak rezeki.
Adapun penyebab yang paling kuat untuk memperoleh rezeki
adalah salat dengan ta‟zhim, khusyu‟ sempurna rukun, wajib, dan
sunnah. Di antara faktor penyebab tambah umur adalah berbuat
kebaikan dan bersilaturrahim
II. AKHLAK ISLAMI
1. Definisi Akhlak Islami
Akhlaq adalah ciri khas seorang muslim yang membedakan dirinya dengan yang lain.
Akhlaq Islam yang tinggi dan mulia akan menjadikan generasi yang terbaik dalam
peradaban manusia. Sehingga setiap muslim hendaknya menyadari ada perbedaan
antara akhlaq dirinya dengan orang lain yang bukan muslim karena salah satu tugas
Rasul di muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia (QS.2:111, 68:4,
33:21). Akhlaq pula yang mengidentifikasikan manusia sebagai makhluk yang
berbeda dengan binatang (QS.7:179) sehingga manusia yang dalam dirinya tidak
terdapat akhlaq yang selayaknya dimiliki oleh manusia.

Buruknya akhlaq merupakan indikasi buruknya pemahaman


seseorang terhadap aqidah dan syariah . Akhlaq juga merupakan
buah dari ibadah (QS.29:45, 2:197). Dalam hadist Rasulullah saw
bersabda ”Paling sempurna orang mukmin imannya adalah yang
paling luhur akhlaknya.‟‟(HR. Tirmidzi). "Sesungguhnya kekejian
dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan
sesungguhnya sebaik baik keislaman manusia adalah yang paling
baik akhlaqnya.”(H.R.Thabrani)
2. Ciri Pribadi Muslim Bertaqwa Sebagai Realisasi
Akhlaq yang Sempurna
1) Mencintai Allah diatas segala kecintaan dan
menjadikan cinta ini sebagai dasar untuk mencintai
yang lain seperti Rasulullah, orang tua, dsb
(QS.9:24)
2) Takut akan kemurkaan Allah
3) Senantiasa mengharap Ridho Allah SWT
4) Senantiasa merasa disertai Allah dimanapun kita
berada
5) Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dalam
berbagai keadaan
3. Contoh Akhlaq Seorang Muslim
1) Selalu memperkuat hubungan dengan Allah
2) Menjaga diri dari hal yang syubhat (samar-
samar/meragukan)
3) Menundukkan pandangan dan menjaga
kehormatan (QS. 24:30)
4) Istiqomah dalam kebenaran (QS.11:113)
5) Lemah lembut dan suka memaatkan (QS. 20.44)
6) Penuh cinta dan kasih sayang (QS. 9: 128)
7) Benar, jujur dan tegas (QS. 33:70)
8) Tawadhu/rendah hati (QS. 26:215)
9) Jiwa yang siap berkorban (QS. 49:15)
10) Menyimpan rahasia
11) Menutupi aib orang lain
12) Menghormati yang tua dan menyayangi yang muda
13) Memenuhi janji
14) Tidak berteman dengan orang-orang yang buruk /
ikut-ikutan
15) Tidak melakukan ghibah
4. Tata Krama Yang Berlaku Umum Untuk Lelaki Dan
Perempuan
1) Komunikasi antara keduanya harus dalam batas
ucapan yang baik, tidak mengandung kemunkaran,
tidak mengandung hal yang tidak bermanfaat,dsb
(QS.33:12).
2) Menundukkan pandangan (QS.24:30-31) kecuali
dalam hal pendidikan, kesehatan/kedokteran, jual
beli, dan meminang.
3) Menghindari percampuran antat lawan jenis
(ikhtilat).
4) Tidak berkhalwat / berduaan antara lawanjenis.
5) Menghindari posisi syubhat yang memungkinkan
munculnya pandangan negatif dari orang lain.
5. Tata Krama Khusus Wanita
1) Komitmen dengan pakaian syar'i / menutup aurat (QS.
24:31, 33 :59)
2) Serius dalam berbicara / tidak mendayu-dayu
(QS.33:32)
3) Wajar dalam melakukan gerak-gerik
6. Cara Mencapai Akhlaq Mulia
1) Menjadikan iman sebagai pondasi dan sumber. Iman artinya percaya yaitu percaya
bahwa Allah selalu melihat segala perbuatan manusia. Bila melakukan perbuatan
baik, balasannya akan menyenangkan. Bila perbuatan jahat maka balasan pedih siap
menanti. Hal ini akan melibatkan iman kepada hari akhir. Akhlaq yang baik akan
dibalas dengan surga dan kenikmatan (QS.55:12-37). Begitu pula dengan akhlak
yang buruk akan disiksa di neraka (QS. 22: 19-22)
2) Pendekatan secara langsung. Artinya melalui Al-Qur'an. Sebagai seorang muslim
harus menerima Al-Qur'an secara mutlak dan menyeluruh. Jadi, apa pun yang tertera
di dalamnya wajib diikuti. Misalnya, Al-Qur'an melarang untuk saling berburuk sangka
(QS.49: 12), menyuruh memenuhi janji (QS.23: 18), dan sebagainya.
3) Pendekatan tidak secara langsung Yaitu dengan upaya mempelajari pengalaman
masa lalu, yakni agar kejadiankejadian malapetaka yang telah terjadi tak akan
terulangi lagi di masa kini dan yang akan datang. Dari hal di atas, intinya adalah
latihan dan kesungguhan. Latihan artinya berusaha mengulang-ulang perbuatan yang
akan dijadikan kebiasaan. Kemudian bersungguh-sungguh berkaitan dengan
motivasi. Motivasi yang terbaik dan paling potensial adalah karena ingin memenuhi
perintah Allah dan siksa-Nya.
HAMASAH

Anda mungkin juga menyukai