Anda di halaman 1dari 5

ADAB THOLABUL ILMI

Adab dalam Menuntut Ilmu

Di dalam Al Quran diterangkan bahwa sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-
orang yang beriman dan berilmu. Ilmu merupakan sarana utama menuju kebahagiaan abadi.
Ilmu merupakan pondasi utama sebelum berkata-kata dan berbuat. Dengan ilmu, manusia
dapat memiliki peradaban dan kebudayaan. Dengan ilmu, manusia dapat memperoleh
kehidupan dunia, dan dengan ilmu pula, manusia menggapai kehidupan akhirat.

Baik atau buruknya suatu ilmu, bukan karena ilmunya, melainkan karena niat dan tujuan si
pemiliki ilmu. Ibarat pisau, tergantung siapa yang memilikinya. Jika pisau dimiliki oleh orang
jahat, maka pisau itu bisa digunakan untuk membunuh, merampok atau mencuri. Tetapi jika
dimiliki oleh orang baik, maka pisau itu bisa digunakan untuk memotong hewan qurban,
mengiris bawang atau membelah ikan.

Di bawah ini merupakan metode yang baik dalam mencari/menuntut ilmu, agar ilmu yang
kita miliki bermanfaat dan mendapat barokah dari Allah.

1. Awali dengan niat yang benar, baik dan ikhlas. Niatkan bahwa mencari/menuntut
ilmu hanya untuk mendapatkan ridho Allah. Niatkan bahwa ilmu yang dimiliki akan
digunakan untuk kebaikan, bukan untuk mengejar dunia semata. Niatkan bahwa
dengan ilmu tersebut, kita berjuang di jalan Allah. Memohonlah kepada Allah agar
ilmu yang kita miliki bermanfaat dunia-akhirat. Memohonlah kepada Allah agar kita
terhindar dari ilmu/ajaran sesat dan menyesatkan.
2. Selalu minta restu dan ridho orangtua. Mintalah dengan kerendahan hati dan santun
kepada orangtua untuk mendoakan agar kita selamat dunia-akhirat.
3. Berhati-hati dalam memilih ilmu. Pelajarilah ilmu agama sebagai landasan hidup.
Pelajarilah ilmu tentang aqidah, karena aqidah yang benar merupakan pondasi
keimanan. Pelajarilah ilmu tentang akhlak, karena akhlak merupakan cermin dari
suasana hati. Ingatlah bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW diutus ke dunia
untuk memperbaiki akhlak manusia. Pelajarilah ilmu fiqh agar tata cara ibadah kita
sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Pelajarilah ilmu-ilmu duniawi sebagai
sarana untuk beribadah kepada Allah dan berbuat kebaikan.
4. Belajar kepada guru yang terpercaya akan keilmuannya dan agamanya. Cara ini lebih
cepat dan lebih meyakinkan daripada belajar tanpa guru. Dengan belajar kepada guru
akan memungkinkan diskusi, tanya-jawab dan timbal-balik antara murid dan guru.
5. Belajar kepada alam. Gunakanlah akal untuk memikirkan alam semesta ini dan
kejadian-kejadiannya, dalam rangka meneguhkan/menguatkan keyakinan kita
terhadap kekuasaan dan keagunggan Allah.
6. Belajar dari pengalaman dan ujian hidup. Jika hidup dan kehidupan ini kita jalani
dengan kesholehan hati, maka setiap pengalaman dan ujian/cobaan dapat kita jadikan
pelajaran. Sabar dan rasa syukur kepada Allah merupakan dua aspek penting dalam
mengambil atau memetik pelajaran dari pengalaman dan ujian hidup.

Jangan menjadi manusia yang berilmu (pintar) tetapi zolim. Dan jangan pula menjadi
manusia yang taat beribadah (sholeh) tapi bodoh. Ilmu tanpa didasari dengan keimanan, maka
dengan ilmu tersebut manusia akan berbuat kerusakan dan kezoliman. Iman tanpa didasari
dengan ilmu, maka keimanannya bersifat semu, hanya sebuah khayalan dan sugesti belaka,
begitupun ibadahnya hanya bersifat ikut-ikutan. Oleh karena itu, raihlah kesuksesan dengan 2
sayap, iman dan ilmu. Insya Allah kesuksesan yang kita raih bukan hanya di dunia, tapi
juga di akhirat.

Menuntut ilmu tidaklah mudah, tetapi juga tidak sulit. Dalam menuntut ilmu dibutuhkan
keyakinan, kesabaran, kesungguhan, dan pengorbanan. Kita harus meyakini bahwa kita pasti
bisa memahami suatu ilmu/pelajaran. Kita harus bersabar, karena untuk memahami suatu
ilmu sampai tuntas memerlukan waktu yang lama. Kita harus sungguh-sungguh, karena
hanya dengan kesungguhan suatu ilmu dapat kita miliki. Kita harus mempunyai jiwa
berkorban, karena untuk meraih ilmu perlu tenaga dan biaya.

Beberapa hal yang dapat memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu:

1. taat beribadah, rajin bangun malam untuk sholat tahajud dan tafakur.
2. tidak berbuat maksiat
3. memuliakan/menghormati guru (adab murid kepada guru)
4. memuliakan/menghormati sahabat (adab murid kepada sesama murid)
5. memuliakan/menghormati kitab/buku (adab murid kepada pelajaran)
6. sering bergaul/berdiskusi dengan ulama (memuliakan ulama)
7. membiarkan diri lapar ketika sedang belajar (rajin berpuasa)

Adab murid kepada guru

menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas
tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru
jujur dan setia bersama guru
bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru
hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan
tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru
tidak menghianati dan tidak menyakiti hati guru
berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya
selalu berusaha menyenangkan hati guru
memanggil guru dengan panggilan yang disukainya
berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru
membiasakan diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai tanda
penghormatan kepada mereka
tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya
tidak terbahak-bahak di depan guru
tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru
selalu duduk dalam sikap sopan
berusaha keras ( jihad ) dan tekad membuat kemajuan bersama guru

Keberhasilan dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakuan baik (adab)
si penuntut ilmu, terutama adab kepada guru. Sayyidina Ali rodhialluanhu berkata, aku
ibarat budak dari orang yang mengajarkanku walaupun hanya satu huruf . Perkataan Ali ini
merupakan ungkapan bahwa begitu besar penghormatan beliau kepada guru.

Khalifah Harun Ar Rasyid pernah mengirimkan putranya untuk belajar kepada syekh
burhanuddin. Suatu saat, ketika khalifah berkunjung untuk menemui putranya yang sedang
belajar, khalifah melihat putranya itu sedang menuangkan air wudhu untuk syekh. Lalu
khalifah berkata kepada putranya, Wahai anakku, kenapa engkau menggunakan tangan
kananmu untuk menuangkan air sementara tangan kirimu kau biarkan diam. Gunakanlah
kedua tanganmu, yang satu untuk menuangkan air dan yang satu lagi untuk membasuh kaki
gurumu. Subhanallah begitu tegas khalifah mendidik anaknya agar hormat kepada guru.

Adab murid kepada sesama murid

menghormati dan memuliakan sesama murid dengan tulus dan ikhlas


hendaknya memberikan nasehat kepada sesama murid dengan kerendahan hati dan
bebas dari kesombongan ( amar maruf nahi munkar )
selalu berbaik sangka kepada sesama murid dan tidak mencari-cari keburukan mereka
tidak menyakiti hati sesama murid
hendaknya menerima permintaan maaf sesama murid apabila mereka memintanya
selalu membantu sesama murid dalam suka maupun duka
bersikap rendah hati dan santun kepada sesama murid
tidak meminta menjadi pemimpin mereka, hanya menjadi sesama saudara dengan
mereka
lapang dada dalam perbedaan pendapat yang mungkin terjadi di antara sesama murid

Adab murid kepada pelajaran

niat yang ikhlas karena Allah ketika memulai belajar


diniatkan bahwa belajar ( menuntut ilmu ) itu untuk menghilangkan kebodohan diri
dan orang lain di lingkungannya
menghormati dan memuliakan buku pelajaran ( kitab ) dengan tulus dan ikhlas
menjaga kebersihan dan kerapihan buku pelajaran ( kitab )
meletakkan buku pelajaran ( kitab ) di tempat yang baik dan terhormat
tekun dan kontinyu dalam memahami pelajaran ( ilmu )
membiasakan diri menghafal pelajaran dan menjaga hafalan
selalu menulis atau mencatat pelajaran ( ilmu ) yang diperoleh
meneliti sumber dan isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
bersikap adil terhadap isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
menjauhkan sifat malu yang berlebihan dalam proses memahami suatu pelajaran atau
ilmu

Semoga ilmu yang kita miliki dapat bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga
bermanfaat untuk orang lain. Oleh karena itu, hendaknya kita berusaha untuk selalu berbuat
baik, memperhatikan adab dan berakhlak mulia. Insya Allah. ilmu yang kita miliki dapat
menyelamatkan kita di kemudian hari. Jika penuntut ilmu tidak memperhatikan bahkan
meninggalkan adab dan akhlak, maka amal dan ilmunya tidak akan mendapatkan barokah
dari Allah.
Kewajiban Menuntut Ilmu

Nabi bersabda: Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim. (HR. Ibnu Majah)

Dalam hadis ini, Rasulullah SAW dengan tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu
hukumnya wajib atas setiap muslim, bukan bagi sebahagian orang muslim saja. Lalu, ilmu
apakah yang dimaksud dalam hadis ini? Penting untuk diketahui bahwa ketika Allah Taala
atau Rasul-Nya Muhammad SAW menyebutkan kata ilmu saja dalam Al Quran atau As-
Sunnah, maka ilmu yang dimaksud adalah ilmu agama, termasuk kata ilmu yang terdapat
dalam hadis di atas.

Ilmu membuat seseorang jadi mulia, baik di hadapan manusia juga di hadapan Allah:
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS Al Mujaadilah [58] : 11)

Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Az-
Zumar [39]: 9).

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa darjat. (Al-Mujadilah:11)

Itulah kemulian orang yang berilmu!

Menuntut ilmu itu satu tuntutan yang begitu besar:


Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan
menuju surga. (HR.Muslim)

Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka Allah akan fahamkan dia dalam
(masalah) dien (agama). (HR.Bukhari)

Dalam hadis lainnya dijelaskan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang
bermanfaat. Yang bukan hanya benar, tapi juga dapat mendekatkan diri kita kepada Allah
SWT dan dapat memberi kebahagiaan bagi kita, keluarga, dan masyarakat baik di dunia mau
pun di akhirat.

Allah berfirman, Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, nescaya tidak akan
habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah. Sesungguhnya Allah Maha
perkasa lagi Maha bijaksana. (QS Lukman [31] : 27)

Oleh kerana itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam doanya, Allaahumma inni
auudzubika min ilmin laa yanfau. Ya, Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang
tidak bermanfaat.
Kita menuntut ilmu dunia selama 12 tahun dari tahun 1 hingga tahun 6, disambung pula
dengan tingkatan 1 hingga tingkatan 5 dan selepas itu melanjutkan pelajaran ke universiti.
Setiap hari paling tidak 5 jam kita mempelajari ilmu dunia. Tapi pernahkah kita menghitung
berapa lama kita belajar ilmu agama? Adakah sejam sehari? atau hanya sejam atau dua jam
dalam satu minggu??

Jika tidak, sungguh malang nasib kita, padahal ilmu agama penting bagi kita guna
mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Bukankah kebahagiaan di akhirat lebih baik dan lebih
kekal? Bukankah hidup di dunia hanya sekejap saja?

Meski kita berpangkat besar seperti Profesor atau Doktor Pakar sekali pun, tapi jika tidak
tahu ilmu agama apakah yang akan kita bawa untuk kembali ke alam akhirat nanti?

Tentu saja bukan maksud kita menyanggah kepentingan ilmu dunia. Mempelajari ilmu dunia
yang bermanfaat adalah fardu kifayah. Sejarah Islam menunjukkan bahwa meski pun umat
Islam gemar mempelajari ilmu agama, namun ilmu dunia mereka juga tinggi. Angka yang
dunia pakai sekarang adalah angka Arab (Arabic Numeral) yang diperkenalkan sarjana
Muslim kepada dunia. Bukan angka Romawi atau Eropa! Aljabar (Algebra), Algoritma yang
mengembangkannya adalah sarjana Muslim: Al Khawarizm. Demikian pula di bidang
kedoktoran dikenal Avicenna (Ibnu Sinna), di bidang sosial Averroes (Ibnu Rusyid), dan
sebagainya. Kimia (Chemical) juga berasal dari bahasa Arab Alkimia (Alchemy). Yang
memperkenalkan angka 0 ke dunia adalah ummat Islam. Itulah prestasi ummat Islam di
bidang ilmu dunia.

Jika sebahagian muslim sudah mempelajarinya (misalnya ada beberapa orang yang belajar
ilmu kedoktoran), maka gugurlah kewajiban itu bagi yang lainnya. Tapi mempelajari ilmu
agama adalah fardu ain, kewajiban bagi setiap Muslim. Tanpa ilmu, maka semua amalnya
akan menjadi sia-sia.

Jadi kesimpulannya, sebagai seorang Muslim kita wajib mempelajari ilmu dunia dan lebih-
lebih lagi ilmu akhirat

Anda mungkin juga menyukai