Anda di halaman 1dari 13

AKHLAK MENURUT ILMU

1. Isyrin Yus Fauziah (17512143)


2. Dwi Karina H. A. (17512154)
3. Nisa Mayori N. (17512159)
LATAR BELAKANG

Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk
memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat
yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu
melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik,
tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang
menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan
justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi
karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang kalau
belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat. Orang yang berpengetahuan luas tapi tidak
tersentuh ilmu agama sama sekali, maka dia akan sangat mudah terkena bujuk rayu syaitan untuk
merusak bumi, bahkan merusak sesama manusia dengan berbagai tindak kejahatan. Disinilah alasan
mengapa ilmu agama sangat penting dan hendaknya diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini
lebih dulu diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia. Kebodohan adalah
salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia membutuhkan
terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT.
PENGERTIAN AKHLAK

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. cara membedakan akhlak, moral dan
etika yaitu Dalam etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau
buruk menggunakan tolok ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral
dan susila menggunakan tolok ukur norma-norma yang tumbuh dan berkembang
dan berlangsung dalam masyarakat (adat istiadat), dan dalam akhlaq menggunakan
ukuran Al Qur’an dan Al Hadis untuk menentukan baik-buruknya.
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad
Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang
yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran
terlebih dahulu.
AKHLAK MENUNTUT ILMU

Allah swt Berfirman :

ِ‫َللاه الّذينَِ َءا َمنهوا م ْن هك ِْم َوالّذينَِ أهوتهوا ْالع ْل َِم َد َر َجات‬
ِّ ِ‫يَ ْرفَع‬
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi
ilmu (agama) beberapa derajat.” (Al-Mujaadilah:11)
Di dalam Al Qur’an diterangkan bahwa sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu. Ilmu merupakan sarana utama menuju kebahagiaan abadi. Ilmu merupakan pondasi
utama sebelum berkata-kata dan berbuat. Dengan ilmu, manusia dapat memiliki peradaban dan
kebudayaan. Dengan ilmu, manusia dapat memperoleh kehidupan dunia, dan dengan ilmu pula, manusia
menggapai kehidupan akhirat.Ada sebuah pepatah arab mengatakan :
“Uthlubu al-’ilma min al-mahdi ila al-llahdi” artinya : tuntutlah ilmu dari buaiyan samapai keliang lahat.
Allah swt menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu karena ilmu itu memang sangatlah penting seperti
yang difirmankan allah swt pada ayat diatas dengan ilmu derajat kita akan terangkat baik dimata allah
ataupun dimata manusia. Baik atau buruk nya sebuah ilmu bukan karena ilmunya melainkan karena niat
atau tujuan sipemilik ilmu, Ibarat pisau, tergantung siapa yang memilikinya. Jika pisau dimiliki oleh orang
jahat, maka pisau itu bisa digunakan untuk membunuh, merampok atau mencuri. Tetapi jika dimiliki oleh
orang baik, maka pisau itu bisa digunakan untuk memotong hewan qurban, mengiris bawang atau
membelah ikan.
METODE YANG BAIK DALAM
MENCARI/MENUNTUT ILMU

• Awali dengan niat yang benar, baik dan ikhlas. Niatkan bahwa mencari/menuntut
ilmu hanya untuk mendapatkan ridho Allah. Niatkan bahwa ilmu yang dimiliki akan
digunakan untuk kebaikan, bukan untuk mengejar dunia semata. Niatkan bahwa
dengan ilmu tersebut, kita berjuang di jalan Allah. Memohonlah kepada Allah agar
ilmu yang kita miliki bermanfaat dunia-akhirat. Memohonlah kepada Allah agar kita
terhindar dari ilmu/ajaran sesat dan menyesatkan.
• Selalu minta restu dan ridho orangtua. Mintalah dengan kerendahan hati dan santun
kepada orangtua untuk mendoakan agar kita selamat dunia-akhirat.
• Berhati-hati dalam memilih ilmu. Pelajarilah ilmu agama sebagai landasan hidup.
Pelajarilah ilmu tentang aqidah, karena aqidah yang benar merupakan pondasi
keimanan. Pelajarilah ilmu tentang akhlak, karena akhlak merupakan cermin dari
suasana hati. Ingatlah bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW diutus ke dunia untuk
memperbaiki akhlak manusia. Pelajarilah ilmu fiqh agar tata cara ibadah kita sesuai
dengan tuntunan Rasulullah SAW. Pelajarilah ilmu-ilmu duniawi sebagai sarana untuk
beribadah kepada Allah dan berbuat kebaikan.
METODE YANG BAIK DALAM
MENCARI/MENUNTUT ILMU

• Belajar kepada guru yang terpercaya akan keilmuannya dan agamanya. Cara ini
lebih cepat dan lebih meyakinkan daripada belajar tanpa guru. Dengan belajar
kepada guru akan memungkinkan diskusi, tanya-jawab dan timbal-balik antara
murid dan guru.
• Belajar kepada alam. Gunakanlah akal untuk memikirkan alam semesta ini dan
kejadian-kejadiannya, dalam rangka meneguhkan/menguatkan keyakinan kita
terhadap kekuasaan dan keagunggan Allah.
• Belajar dari pengalaman dan ujian hidup. Jika hidup dan kehidupan ini kita jalani
dengan kesholehan hati, maka setiap pengalaman dan ujian/cobaan dapat kita
jadikan pelajaran. Sabar dan rasa syukur kepada Allah merupakan dua aspek
penting dalam mengambil atau memetik pelajaran dari pengalaman dan ujian
hidup.
HAL YANG DAPAT MEMPEROLEH
KEMUDAHAN DALAM MENUNTUT ILMU

• Taat beribadah, rajin bangun malam untuk sholat tahajud dan tafakur.
• Tidak berbuat maksiat
• Memuliakan/menghormati guru (adab murid kepada guru)
• Memuliakan/menghormati sahabat (adab murid kepada sesama murid)
• Memuliakan/menghormati kitab/buku (adab murid kepada pelajaran)
• Sering bergaul/berdiskusi dengan ulama (memuliakan ulama)
• Membiarkan diri lapar ketika sedang belajar (rajin berpuasa)
AKHLAK KEPADA PENGAJAR (ORANG YANG
BERILMU)

Guru merupakan orang yang berjasa terhadap sang murid dengan kata lain guru
merupakan orang yang mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada
murid diluar bimbingan orang tua dirumah, sehingga akhlakul karima terhadap
guru perlu diterapkan sebagaimana akhlak kita terhadap orang tua.
Ibn jama’ah menyusun kode etik yaitu:
• Murid harus mengikuti guru yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan keahlian,
berwibawa, santun dan penyayang. Ia tidak mengikuti guru yang tinggi ilmunya
tetapi tidak saleh, tidak waras, atau tercela akhlaknya.
• Murid harus mengikuti dan mematuhi guru. Menurut ibn jama’ah rasa hina dan
kecil di depan guru merupakan pangkal keberhasilan dan kemuliaan. Ia
memberikan umpama lain, yaitu penuntut ilmu ibarat orang lari dari kebodohan
seperti lari dari singa ganas. Ia percaya kepada orang penunjuk jalan lari.
• Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya.
Orang yang berhasil hingga menjadi ilmuwan besar, sama sekali tidak boleh berhenti menghormati guru.
• Murid harus mengingat hak guru atas dirinya sepanjang hayat dan setelah wafa. Ia menghormati sepanjang
hidup guru, meski wafat. Murid tetap mengamalkan dan mengembangkan ajaran guru.
• Murid bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru. Hendaknya berusaha untuk
memaafkan perlakuan kasar, turut memohon ampun dan bertaubat untuk guru.
• Murid harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru. Melalui itulah ia mengetahui apa
yang harus dilakukan dan dihindari. Ia memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Meskipun guru
menyampaikan informasi yang sudah di ketahui murid, ia harus menunjukan rasa ingin tahu tinggi terhadap
informasi.
• Murid tidak mendatangi guru tanpa izin lebih dahulu, baik guru sedang sendiri maupun bersama orang lain.
Jika telah meminta izin dan tidak memperoleh. Ia tidak boleh mengulangi minta izin. Jika ragu apakah guru
mendengar suaranya, ia bisa mengulanginya paling banyak tiga kali.
• Harus duduk sopan didepan guru. Missalnya, duduk bersila dengan tawadu’, tenang, diam, posisi duduk
sedapat mungkin berhadapan dengan guru, atentif terhadap perkataan guru sehingga tidak membuat guru
mengulangi perkataan.Tidak di benarkan berpaling atau menoleh tanpa keperluan jelas, terutama saat guru
berbicara kepadanya.
• Berkomunikasi dengan guru secara santun dan lemah- lembut. Ketika guru keliru baik khilaf atau karena
tidak tahu, sementara murid mengetahui, ia harus menjaga perasaan agar tidak terlihat perubahan wajahnya.
Hendaknya menunggu sampai guru menyadari kekeliruan. Bila setelah menunggu tidak ada indikasi guru
menyadari kekeliruan, murid mengingatkan secara halus.
• Jika guru mengungkapkan satu soal, atau kisah atau sepenggal sair yang sudah dihafal murid, ia harus tetap
mendengarkan dengan antusias, seolah-olah belum pernah mendengar.
• Murid tidak boleh menjawab pertanyaan guru meskipun mengetahui, kecuali guru memberi isyaratia memberi
jawaban.
• Murid harus mengamalkan tayamun (mengutamakan yang kanan). Ketika memberi sesuatu kepada guru. Harus
menjaga sikap wajar, tidak terlalu dekat hingga jaraknya terkesan mengganggu guru. Tidak pula terlalu jauh hingga
harus merentangkan tangan secara berlebihan yang mengesankan kurang serius.

Keberhasilan dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakuan baik (adab) si penuntut ilmu,
terutama adab kepada guru. Sayyidina Ali rodhiallu’anhu berkata, “aku ibarat budak dari orang yang mengajarkanku
walaupun hanya satu huruf “. Perkataan Ali ini merupakan ungkapan bahwa begitu besar penghormatan beliau
kepada guru.
Khalifah Harun Ar Rasyid pernah mengirimkan putranya untuk belajar kepada syekh burhanuddin. Suatu saat, ketika
khalifah berkunjung untuk menemui putranya yang sedang belajar, khalifah melihat putranya itu sedang menuangkan
air wudhu untuk syekh. Lalu khalifah berkata kepada putranya, “Wahai anakku, kenapa engkau menggunakan tangan
kananmu untuk menuangkan air sementara tangan kirimu kau biarkan diam. Gunakanlah kedua tanganmu, yang satu
untuk menuangkan air dan yang satu lagi untuk membasuh kaki gurumu”. Begitu tegas khalifah mendidik anaknya agar
hormat kepada guru.
ADAB MURID KEPADA GURU

• Menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas.
• Tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru
• Jujur dan setia bersama guru
• Bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru
• Hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan
• Tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru
• Tidak menghianati dan tidak menyakiti hati guru
• Berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya
ADAB MURID KEPADA GURU

• Selalu berusaha menyenangkan hati guru


• Memanggil guru dengan panggilan yang disukainya
• Berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru
• Membiasakan diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai
tanda menghormatan kepada mereka
• Tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya
• Tidak terbahak-bahak di depan guru
• Tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru
• Telalu duduk dalam sikap sopan
• Berusaha keras ( jihad ) dan tekad membuat kemajuan bersama guru
DAFTAR PUSTAKA

• http://delsajoesafira.blogspot.co.id/2010/04/akhlak-anak-terhadap-orang-tua-
dan.html
• https://khafidhotulamaliah.wordpress.com/2013/05/17/6/
• http://hikmatulagnia.blogspot.co.id/2012/01/adab-dan-akhlak-dalam-menuntut-
ilmu.html
• https://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak

Anda mungkin juga menyukai