Anda di halaman 1dari 39

2.

SHOLAT
(Pertemuan ke-3)

H.M. Muhajir, Lc., M.A.


1. Definisi (ta’rif) Sholat
Menurut bahasa, Sholat berarti do’a,
sebagaimana firman Allah SWT
“Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan, mensucikan mereka, dan
mendo’alah untuk mereka, sesungguhnya
do’a kamu itu (menjadi) ketentraman
jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Surat
at-Taubah ayat 103),
Ayat ini menerangkan “Wahai Rasullah
yang mulia, ambilah harta dari pengikutmu
dengan cara zakat yang telah ditentukan,
karena dengan zakat tersebut akan
mensucikan diri mereka, menjernihkan
hati mereka, dan mendatangkan bagi
mereka rahmat dan ampunan, maka
sesungguhnya Do’a kalian bersemayam
bersama diri kalian dan
mendamaikan/menetramkan hati kalian.
Sedangkan secara syara’ (istilah Islam)
adalah; ibadah yang mencakup
perkataan dan perbuatan
khusus/tertentu yang dimulai dengan
Takbir dan ditutup dengan salam.
2. Kedudukan Sholat
Dalam Islam
Sholat dalam Islam mempunyai kedudukan yang sangat
tinggi, sebab ia merupakan tiang agama dan
merupakan amal ibadah pertama yang akan
diterima oleh Allah SWT sebelum amal ibadah yang lain
dari hambanya.
Sholat pertama kali diwajibkan dalam islam pada malam
Isra’ Mi’raj sebelum diwajibkannya ibadah zakat,
puasa dan haji. Dan ibadah sholat adalah amal ibadah
yang pertama kali akan di hisab (dimintai
perhitungannya) pada hari kiamat, dimana merupakan
wasiat terakhir Rasullah sebelum meninggal dunia.
Pembahasan tentang sholat dalam al-Qur’an
dijelaskan lebih dari 70 tema, diantaranya
adalah firman Allah SWT
– “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,
yaitu al-kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah sholat.
Sesungguhnya sholat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar” (Surat
al-‘Ankabuut ayat 45).
Firman Allah SWT
– “Peliharalah segala sholat(mu), dan (peliharalah)
sholat wustho. Berdirilah karena Allah (dalam
sholatmu) dengan khusyu’” (surat al-Baqarah ayat
238), dan
Firman Allah SWT
– “Dan perintahkan kepada keluargamu mendirikan
sholat dan bersaabarlah kamu dalam
mengerjakannya” (Surat Thaahaa ayat 132) dan
lainnya.
3. Hikmah Diperintahkannya
Sholat
1. mensyukuri nikmat Allah berupa hubungan
baik antara manusia dengan pencipta-Nya, dan
mendekatkan hamba dengan Tuhannya
pada waktu mengerjakan sholat.
2. pelatihan akan cinta dan taat terhadap
peraturan, karena seorang muslim melalui
sholatnya menjaga atau tetap dalam keadaan
khusyu’ , suci, dan tidak adanya gerakan yang
lain kecuali dengan pearaturan tertentu yang
telah ditetapkan oleh syara’.
3. Manusia merasakan pada saat sholatnya
ketentraman diri dan ruh
sekaligus.
4. pengajaran serta pendidikan ruhani
secara teratur, berkenalan,
berkerjasama, tolong menolong, saling
menyayangi, mengasihi dalam jiwa
seorang muslim terutama dalam sholat
jamaah.
4. Kepada Siapa
Diwajibkan Sholat
kewajiban melaksanakan sholat diwajibkan
kepada setiap muslim yang baliq dan berakal
Tidak diwajibkan kepada anak kecil yang belum
sampai umur(belum baliq),
– hanya disunnahkan kepada ayah ibunya atau waliyul
amri untuk menganjurkan/memerintahkan
menunaikan sholat jika sudah berumur tujuh tahun
dan memukulnya (dengan pukulan pengajaran, tidak
menyakiti) jika meninggalkanya ketika berumur 10
tahun atau ketika sudah mencapai baliq.
5. Waktu Sholat
Setiap sholat mempunyai waktu tertentu yang
wajib untuk dikerjakanya, firman Allah SWT
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan
shalat(mu), ingatlah Allah diwaktu berdiri,
diwaktu duduk dan diwaktu berbaring.
Kemudian kamu apabila telah merasa
aman, maka dirikanlah shalat
itu(sebagaimana biasa). Sesungguhnya
shalat itu adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman”(Surat an-Nisaa’ ayat 103).
Dan ketentuan/batasan waktu setiap sholat fardlu
diwahyukan Allah SWT kepada Rasullah SAW,
sebagaimana di dalam Hadist Nabi yang diriwayatkan
dari Jabir bin Abdillah
– “Sesungguhnya Malaikat Jibril A.S datang kepada
nabi SAW kemudian berkata; tunaikanlah
sholat(sholat Dzuhur) kemudian Nabi SAW berdiri
dan menjalankan sholat Dzuhur ketika matahari
condong sedikit ke arah barat. Kemudian tibalah
saatnya sholat Ashar Jibril berkata; tunaikanlah
sholat ashar, kemudian Nabi SAW menjalankan
sholat ashar ketika bayang-bayang sesuatu
menyamainya. Kemudian datanglah waktu magrib,
Jibril berkata; tunaikanlah sholat magrib, kemudian
Nabi SAW menjalankan sholat magrib ketika
matahari terbenan. kemudian datang waktu 'isya
Jibril A.S berkata; tunaikanlah sholat 'isya,
kemudian Nabi SAW menjalankan sholat 'isya ketika
awan merah menghilang. kemudian datanglah waktu
fajar yaitu ketika fajar menyingsing, kemudian Jibril
berkata; tunaikanlah sholat subuh dan Nabi SAW
pun melaksanakannya”.
a. Waktu Sholat Subuh/Fajar
– Dimulai dari terbitnya fajar sidiq hingga sebelum terbitnya matahari
dari timur.
b. Waktu Sholat Dzuhur
– Dimulai dari tengah hari ketika matahari bergerak dari tengah-tengah
langit hingga condong, munculnya bayang-bayang sesuatu sama
terhadap sesuatu itu.
c. Waktu Sholat Ashar
– Dimulai ketika berakhirnya waktu Dzuhur (matahari yang condong
kebarat memunculkan bayang-bayang terhadp sesuatu) hingga
terbenamnya matahari.
d. Waktu Sholat Magrib
– Dimulai dari terbenamnya matahari hingga hilangnya atau tak
tampaknya semburat/benang merah matahari setelah terbenam.
e. Waktu Sholat Isya
– Dimulai berakhirnya waktu sholat magrib hingga tengah malam
(dimana waktu tersebut merupakan waktu yang sangat mustajab
untuk memohon do’a) yang berakhir hingga fajar(waktu sholat
subuh)
Oleh karena itu sangat disunnatkan sekali kepada kaum
muslimin dan muslimat untuk mengerjakan sholat fardlu
tepat pada waktunya secara umum karena hal itu
menunjukan kuatnya iman dan kepedulian mereka
terhadap sholat.
Adapun barang siapa yang tidak menjalankan sholat
karena tertidur atau lupa, maka
menjalankannya/waktunya adalah saat ingatnya. Dalam
Hadist disebutkan
– "Bahwasanya tidak ada pembebanan dalam tidur akan tetapi
yang dibebani adalah saat terjaga, maka apabila salah satu
dari kamu semua lupa sholat atau ketiduran sehingga tidak
melaksanakan sholat maka sholatlah ketika disaat ingat".
Nabi SAW telah melarang menunaikan sholat
(baik fardlu maupun sunnah) pada tiga waktu :
Pertama; ketika terbitnya matahari (pagi hari) hingga
bergerak.
Kedua; ketika condongnya matahari hingga bergerak
kewaktu magrib.
Ketiga; ketika tenggelamnya matahari hingga tidak
tampaknya.
– Kecuali jika tertinggal/terlambat seseorang muslim didalam
menunaikan sholat ashar pada awal waktunya disebabkan sesuatu
udzur, maka baginya boleh melaksanakan hingga tenggelam
matahari. Sebagaimana dimakruhkan bagi seorang muslim
menunaikan sholat sunnah setelah sholat subuh hingga terbitnya
matahari sekalipun baru muncul sedikit dan setelah ashar hingga
tenggelamnya matahari (kecuali sholat jenazah, menurut madzhab
Syafi’iyyah diperbolehkan, Madzhab hanabilah dan malikiyyah
diharamkan, sedangkan hanafi tidak sah sholatnya).
6. Rukun Sholat
a. Niat, niat dalam sholat yaitu menghadirkan
dalam hatinya untuk memasuki sholat , baik
pada saat sholat fardlu maupun sunnah.
Dalil bahwasanya niat adalah merupakan rukun dari
rukun sholat adalah firman Allah dalam surat al-
Bayyinah ayat 5
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan
kepada-Nya dalam(menjalankan) agama dengan
lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus”. Serta Sabda Nabi SAW dalam
hadist Shahih”Sesungguhnya amal
perbuatan(ibadah) dengan niat dan setiap
pekerjaan apa yang diniatkan”
b. Takbiratul Ikram, yaitu apa yang diucapkan seorang
muslim atau muslimah ketika memasuki perbuatan
sholatdengan mengucapkan lafadz “Allahu Akbar”
– sebagaimana Rasullah SAW melakukan hal tersebut“Sholatlah
kalian sebagaimana kalian melihat saya sholat”. Dan
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud dan Tirmidzi dari
sahabat Ali bin Abi Thalib R.A
– sesungguhnya Nabi SAW bersabda "Kuncinya sholat adalah
bersuci dan pembukaanya adalah takbiratul ikram dan
penutupannya adalah salam". Dan tidak diperbolehkan
seorang muslim dan muslimah membuka sholatnya dengan
lafadz selain “Allahu Akbar”.
c. Berdiri, didalam sholat fardlu bagi yang mampu
– sebagaimana firman Allah “Peliharalah segala shalat(mu), dan
peliharalah shalat wustha. Berdirilah karena Allah (dalam
shalatmu) dengan khusyu”(surat al-Baqarah ayat 238)
– dan di dalam hadist Bukhari dari ‘imron bin Hushoin berkata;
bersama saya Baasiir dan bertanya kepada Rasullah tentang
Sholat dan NabiSAW menjawab “Sholatlah dengan berdiri jika
tidak mampu maka dengan duduk dan bila tidak mampu
juga maka dengan berbaring”
d. Membaca (surat)al-Fatihah.
– Pada setiap raka'at baik dalam sholat fardlu maupun sunnah.
sebagaimana sabda Nabi SAW “tidak dianggap sholat, orang
yang mengerjakan sholatnya tanpa membaca al-
fatihah(ummul kitab)”
e. Ruku', yaitu membungkukkan punggung dan kepala
serta pundak hingga sejajar sama rata dan kedua
tangan memegang kedua lutut kaki, sambil
mengucapkan lafadz "Subhana Rabiyal 'adzim"
sebanyak tiga kali baik dalam sholat fardlu maupun
sunnah.
– firman Allah SWT "Hai orang-orang beriman, ruku'lah kamu'
sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu perbuatlah kebajikan,
supaya kamu mendapat kemenangan”(surat al-Hajj ayat 77)
f. Bangun dari ruku' dan (i'tidaal) berdiri lurus
sejenak sebelum sujud baik dalam sholat fardlu
maupun sunnah,
– sebagaimana diceritakan Syaidah Aisyah RA "sesungguhnya
nabi SAW (ketika sholat) setelah bangun dari ruku' tidak
langsung sujud hingga berdiri tegak lurus sejenak”.
g. Dua kali sujud, (yang dipisah dengan duduk
diantara dua sujud) pada setiap raka'at baik
sholat fardlu maupun sunnah.
– pada setiap sujud dengan mengucapkan lafadz
"Subhana Rabiyal 'ala" sebanyak tiga kali
h. Duduk terakhir dan membaca Syahadat di
dalamnya
– dan lafadz (syahadat) yang diucapkan sebagaimana
dalam hadis shahih yang diriwayatkan dari Abdillah
ibnu Mas'ud sesungguhnya Rasullah SAW berkata
"jika duduk terakhir dalam sholat salah satu
diantaramu maka ucapkanlah lafadz "Attachiyatu
lillah, wa sholawatu wathoyyibah, assalamu alaika
ayuhan nabiyu warahmatullahi wabarakatuh,
assalamualaina waala 'ibadillahi sholihin,
Asyhadu an-La ilaha ilallah, waasyhadu anna
muhammadan abduhu wa rasulluh"
– atau dalam riwayat lain "attachiyatul
mubarakatus sholawatu thoyyibatulillah,
assalaamu alaika ayuhan nabiyu
warahmatullahi wabarakatuh,
assalamualaina wa ala ibadillahi sholihin,
assyhadu an-La illaha ilallah, waasyhadu
anna muhammadan abduhu wa rasulluh".
– Sedangkan sholawat kepada Nabi SAW setelah
Syahadah akhir merupakan rukun yang mustaqil
(terpisah) menurut madzhab Syafe'i dan Hambali,
sedangkan sunnah menurut Hanafi dan Maliki, dan
bentuk terbaik sholawat kepada Nabi SAW dengan
mengucapkan lafadz “Allahuma sholi 'ala
muhammadin wa 'ala ali muhammad, kama
sholaita 'ala ibrahim wa 'ala ali ibrahim. wabarik
'ala muhammad wa 'ala ali muhammad kama
baarakta 'ala ibrahim wa 'ala ali ibrahim
fil'alamiina innaka hamidum majiid”
i. Mengucapkan salam diakhir sholat.
– sebagaimana sabda Nabi SAW "Kuncinya sholat
adalah bersuci dan pembukaanya adalah
takbiratul ikram dan penutupannya adalah salam".
– Dan diriwayatakan dari Waail bin Hujjri R.A berkata;
saya sholat bersama Rasullah SAW dan ketika
sampai kepada salam Beliau menolehkan kepalanya
ke kanan dengan mengucapkan lafadz
“Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakaatuh” kemudian menolehkan kepalanya
kekiri dan mengucapkan lafadz yang sama.
8. Syarat-syarat Sholat,
Syarat sholat terbagi menjadi dua macam;
Pertama; Syarat wajib Sholat, yaitu;
– Islam, Berakal, Baliq, Bersih dari darah Haid, nifas.
Maka tidak diwajibkan Sholat bagi yang tidak
menetapi/memenuhi syarat-syarat tersebut.
Kedua; Syarat sah Sholat, yaitu;
– A). Mengetahui masuknya waktu sholat, maka tidak
sah sholatnya seorang muslim/muslimah sebelum
masuk waktunya seperti; tidak sah sholat dhuhur
sebelum datang waktunya sholat dhuhur, maka
sholatnya termasuk sholat sunnah, dalil bahwa setiap
sholat fardlu mempunyai waktu yang telah ditentukan
secara tertentu adalah firman Allah “Sesungguhnya
shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktunya atas orang-orang beriman” (Surat
Annisaa` ayat 103).
B). Suci dari hadas kecil dan Besar.
– Sebagaimana firman Allah “ Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku dan sapulah
kepalamu dan basulah kakimu sampai dengan kedua kaki, &
jika kamu junub maka mandilah…” (surat Al-maidah ayat 6).
– Dan sabda Nabi “Allah tidak menerima sholat yang tidak
suci”.
C). Bersih dan suci pakaian, badan/tubuh dan tempat
sholat.
– Adapun bersih/suci pakaian sebagaimana firman Allah “Dan
pakaianmu bersihkanlah” (Surat Al-Muddatstsir ayat 4) maka
tidak sah sholat yang pakainnya terkena/ada najisnya yang tidak
dima’fu (dibebaskan darinya,
– sedangkan suci/bersih badan/tubuh adalah sabda Nabi SAW
“Bersihkanlah dari air kencing, karena sesungguhnya
kebanyakan siksa kubur darinya” begitu juga dengan tempat
sholat.
D). Menutup Aurat
– Tidak sah sholatnya seorang muslim/muslimah jika
membuka/memperlihatkan auratnya, olehkarenanya wajib menutup
aurat ketika memulai sholat sampai selesai. Dan aurat orang laki-laki
mulai dari pusar hingga akhir lutut.
– sebagiaman hadis Nabi SAW dari Abi Said al-Khudhari sesungguhnya
Nabi SAW bersabda “ Aurat laki-laki apa yang berada diantara pusar
dan lututnya”, sedangkan bagi perempuan adalah
seluruhbadan/tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangannya,
– sebagaimana firman Allah “...Dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya kecuali yang biasa nampak padanya” ,
– menurut jumhur ulama yang biasa nampak padanya adalah wajah dan
kedua telapak tangan. Dan disyaratkan untuk menutupi aurat dengan
pakaian atau sejenisnya yang tidak tipis hingga samar-samar
memperlihatkan warna kulit badannya. Dan dari kesempurnaan iman
seorang muslim/muslimah disunnatkan untuk menggunakan pakaian
terbaiknya yang mereka miliki sebagaimana dilakukan oleh sebagian
para orang-orang sholeh ketika menunaikan sholat menggunakan
pakaian terbaik dan bersih, ini oleh karena mereka mengatakan Allah
itu Indah dan mencintai sesuatu yang indah dan kami mesukai di dalam
sholat kami berbuat indah untuk Tuhan kami
– sebagaimana firman Allah “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu
yang indah setiap memasuki masjid..”(surat Al-A’raaf ayat 31). Dan
tidak menjadi keharusan bagi laki2 di dalam sholatnya untuk menutupi
kepalanya.
E). Menghadap Kiblat
– Para ulama sepakat mewajibkan orang yang sholat untuk
menghadap/mengarah ke Masjidil Haram sebagaimana firman Allah
“Sesungguhnya Kami sering melihat mukamu menengadah ke
langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat
yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah masjidil haram.
Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu
kearahnya...”(surat Al-Baqarah ayat 144).
– Bagi yang berada didalam masjidil haram dan melihat Ka’bah wajib
baginya menghadapkan/ melihat dengan matanya, sedang bagi yang
tidak dapat melihat ka’bah secara langsung wajib baginya menghadap
kearahnya..
– Barangsiapa yang samar atau ragu-ragu baginya tentang arah kiblat
dan tidak ditemukan orang yang ditanyai/memberitahukan arah kiblat
ketika akan sholat wajib baginya berijtihad(berusaha memilih mana
yang lebih mantap dengan pengetahuannya tentang arah kiblat) baru
kemudian menunaikan sholat dan sholatnya menjadi sah sekalipun
kemudian setelah selesai sholat nampak jelas kesalahan arah
menghadap kiblat mak tidak wajib baginya mengulangi sholatnya yang
lalu, kecuali jika kesalahan menghadap kiblat itu tampak jelas ketika ia
sedang melakukan sholat maka wajib baginya mengulangi sholatnya
tanpa harus memutuskan sholatnya.
– Dan barangsiapa yang tidak berijtihad sedang dia mampu untuk
mengira-ngira arah kiblat maka batal sholatnya (tidak sah).
9. Hal-Hal Yang Disunahkan
Dalam Sholat
Maksud dengan kesunahan sholat adalah
perkataan dan perbuatan yang apabila
dilakukan orang yang sholat akan mendapat
pahala disisi Allah SWT, jika tidak
dilakukan/ditinggalkan tidak mendapatkan
pahala dan dicela, karena Rasullah telah
melakukannya.
Telah dijelaskan oleh para ulama bahwa
beberapa kesunahan sholat lebih dari 50
perkara, diantaranya yang terpenting sebagai
berikut;
A). Mengangkat kedua tangan
menghadap/diatas pundak dan jari-jari tangan
diatas kedua telinga ketika Takbiratul ichram.
– Karena sesungguhnya Rasulllah ketika menunaikan
Sholat mengangkat tangannya hingga diatas bahu
kemudian mengucapkan Takbiratul Ichram. Begitu
juga disunnahkan mengangkat kedua tangan ketika
ruku’ dan bangun dari ruku’ serta ketika akan berdiri
dari sujud pertama.
B). Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri
dibawah pusar atau diatasnya setelah Takbiratul
Ichram.
C). Membaca doa Istiftah setelah Takbiratul Ichram dan
sebelum membaca Al-Fatihah.
– Karena sesungguhnya Rasullah SAW membaca doa setelah
Takbiratul Ichram sebelum membaca al-Fatihah. Diantara doa
beliau “Allahumma baa’id baini wa baina khathaya kama
ba’adta bainal masriqi wal magribi. Allahumma naqini min
khathaya kama yunqasstsaubull abyadlu minad danasi.
Allhumma agsilni min khathaya bill ma’ bis salji wal baradi” .
atau “Subhanaka allahumma wabihamdika
watabaarakasmuka wataa’ala jadduka wa ila ghairuka” atau
“Wajahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal ardha
hanifan wama ana minal musyrikin. Inna sholati wanusuki
wamachyaya wamamatillahi rabbill’alamin. Lasyarikalahu
wabidzalika umirtu wa anna minal muslimin”
D). Isti’adzah (memohon perlindungan)
– Dengan membaca lafadz “a’udzu billahi minas
syaithonir rajim” setelah membaca doa istiftah
sebagaimana disebutkan dalam hadist nabi
bahwasanya Rasullah membaca secara pelan/samar
sebelum al-fatihah pada rakaat pertama saja dari
setiap sholat.
– Firman Allah SWT “Apabila kamu membaca al-
Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan
kepada Allah dari syaitan yang terkutuk” (surat an-
Nahl ayat 98).
E). Atta’min (membaca amien), baik ketika
sholat sebagai ma’mum maupun imam /
sendirian setelah membaca al-Fatihah,
diucapkan secara halus/pelan ketika sholat pada
siang hari dan agak keras ketika malam hari.
– Tepatnya lafadz amien diucapkan setelah bacaan
“waladlaalin”, dan lafadz amien bukan termasuk surat
al-fatihah namun dia merupakan doa yang
mengandung makna; ya Allah kabulkanlah.
F). Membaca surat dari al-qur’an atau
yang termudah (seperti juz ammah).
– setelah membaca al-Fatihah setiap rakaat pada
sholat subuh dan jum’at dan dua rakaat pertama
pada sholat dzuhur, ashar, magrib dan isya’ serta
seluruh rakaat pada sholat sunnah.
G). Pergantian/perpindahan Takbir.
– Seseorang yang sholat mengucapkan lafadz “Allahu
Akbar” ketika hendak ruku’ dan sujud, dan ketika
hendak bangun dari sujud. Dan mengucapkan lafadz
“Samiallahu liman hamidah” ketika bangun dari
ruku’ baik sebagai imam,ma’mum maupun ketika
sholat sendiri.
H). Mengeraskan suara Takbir.
– Tasmii’ dan Salam bagi Imam, sehingga terdengar
ma’mum yang dibelakangnya. Dan dimakruhkan bagi
ma’mum jika tidah ada hajat kecuali jumlah jamaah
banyak sehingga suara Imam tidak terdengar.
I). Berdiri di dalam sholat dengan khusyu’ dengan
merenggangkan kedua kakinya hingga dalam posisi
yang sesuai tidak merapatkan kaki dan tidak terlalu
lebar, dan disunahkan untuk
memandang/menghadap kearah tempat sujud
karena hal itu mendekatkan kepada kekhusyu’an
– Sebagaimana yang dilakukan nabi SAW ketika menunaikan
sholat tidak memandang ketempat lain kecuali ketempat
sujudnnya.
J). Posisi/Cara ruku’ ; membungkukkan badan dan
kedua tangan ditumpukan/memegang kedua lutut
sehingga sejajar antara punggung dan kepala,
– Sebagaimana yang dilakukan oleh nabi SAW. Dan bagi laki-laki
untuk melebarkan kedua siku tanganya dari sebelahnya,
sedangkan bagi perempuan merapatkan kedua siku tangannya
dari sebelahnya.
K). Mengucapkan Tasbih ketika Ruku’;
– dengan membaca lafadz “Subhana rabiyal a’dhimi” sebanyak
tiga kali.
L). Posisi/cara sujud ;
– Menurunkan badan dimulai dari kedua lututnya kemudian tangan
dan wajahnya, sebaliknya ketika berdiri dimulai dengan
mengangkat wajahnya kemudian tangan seterusnya kedua
lututnya, hal ini jika dalam keadaan tidak ada udzur.
– Bagi laki-laki disunnahkan juga untuk melapangkan kedua
lengannya dari sebelahnya/satunya, dan perutnya dari pahanya.
– Bagi perempuan kebalikannya sambil mengucapkan lafadz
“Subhana rabiyal a’la” sebanyak tiga kali dan pada posisi sujud
ini disunnatkan untuk cenderung membaca do’a-do’a yang baik.
– Sebagaimana dijelaskan dalam hadist nabi SAW “keadaan
hamba lebih dekat dengan tuhannya ketika sujud, maka
perbanyaklah dengan doa-doa”.
M). Posisi/cara duduk diantara dua sujud ;
– disunahkan untuk menduduki kaki kirinya ketika duduk diantara
dua sujud dan menegakkan telapak kaki kanan. Dan membaca
lafadz “Allahuma ghfirli warhamni wahdini wa’afini
warzukni”.
N). Sifat duduk pada tahiyat pertama yang dilakukan
setelah rakaat kedua (pada akhir rakaat kedua),
– Disunahkan duduk tahiyat pertama ini seperti duduk di
antara dua sujud.dan disunnatkan untuk
merentangkan/membuka jari-jari tangan kiri pada paha kiri,
sedangkan tangan kanan mengenggam jarii kelingking
dan jari manis serta meluruskan ibu jari/jempol dengan jari
tengah (menempelkan). Dan mengangkat jari telunjuk.
O). Sifat duduk pada tahiyat akhir.
– Sebagaimana duduk pada tahiyat awal sambil membaca
shalawat kepada Nabi SAW sebagai berikut “allahuma
shali ala muhammadin wa a’la aali muhammad kama
shallaita ‘ala ibrahim wa a’la aali ibrahim, wabarik a’la
muhammadin wa a’ala aali muhammad kama barakta
a’la ibrahim wa’la aali ibrahim fil a’laamiin., innaka
hamiidun majiid”, kemudian membaca doa “Allahumma
inni `audhu bika min `adzhabi jahannam wa min
`adzhabil qobri wa min fitnatil mahya wal mamati, wa
min syarri fitnatil masihid dajjal” kemudian
salam(menolehkan kepala/wajak) kearah kanan dan
berkata “assalamualaikum warahmatullah” dan
menoleh kekiri berkata “assalamualaikum
warahmatullah”.
P). Berzdikir dan berdoa setelah salam
semampu yang dia bisa.
– Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasullah SAW
setelah selesai sholat membaca istighfar tiga kali
kemudian mengucapkan lafadz “Allahumma anta
salam, waminka salam, tabarakta ya dzal jalalil
wal ikram” atau “Allahumma a’ainni ala dzikrika
wasyukrika wakhusni ibaadatika”.
– Dalam hadist Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah
diriwayatkan bahwasannya Nabi SAW bersabda
“Barangsiapa yang membaca Tasbih setiap sholat
sebanyak 33 kali dan tahmid 33 kali serta Takbir 33
kali, kemudian di sempurnkan menjadi 100 dengan
lafadz “La ilaha ila Allah wahdahu la syarikalah,
lahu mulku walahu hamdu wahuwa ala kulli syaiin
qadir”, maka diampuni kesalahan-kesalahannya
walau sebanyak buih di lautan”.
10. Hal-Hal Yang Membatalkan
Dan Merusak Sholat
A). Berbicara/bercakap-cakap
– Dengan perkataan yang asing (diluar lafadz yang
diwajibkan dan disunnahkan dalam sholat), baik secara
sengaja/mengetahuai maupun lupa/tidak tau.
B). Banyak bergerak
– Yang tidak merupakan termasuk jenis sholat( gerakan
yang diwajibkan dalam sholat), baik ketika disengaja
maupun lupa. Adapun gerakan sedikit seperti
mengusap/menggaruk kulit adalah makruh dan tidak
membatalkan sholat.
C). Makan dan Minum, baik sengaja maupun lupa, sedikit
ataupun banyak semuannya itu membatalkan sholat
– karena sholat adalah ibadah yang mewajibkan menjauhi
makan dan minum selama pelaksanaannya, kecuali
ketika ada sedikit sisa makanan disela-sela giginya maka
disunnatkan dijauhkan namun apabila tertelan maka tidak
membatalkan sholat.
D). Berpindah Arah Kiblat,
– yaitu merubah arah sholat yang semula menghadap
kiblat kemudian kearah lain dengan tanpa udzur.
E). Ada yang merusak/membatalkan wudlu
selama sholat
– maka sholatnyapun batal, sebab sholat wajib dalam
keadaan suci.
F). Terbuka/Tersingkapnya aurat selama sholat,
– maka merusak sholat karena menutup aurat
merupakan rukun sholat.
G). Mendahului gerakan Imam dengan sengaja,
– seperti mendahuli ruku’ sebelum rukunya imam atau
sujud sebelum imam sujud. Hal ini termasuk
membatalkan sholat, namun jika apa yangdilakukan
karena lupa & tidak dengar suara imam kemudian
kembali mengikuti imam maka tidak membatalkan
sholat.
H). Adanya hadast dan najis yang tidak
dima’fu(dimaafkan) selama sholat
– baik di badan atau pakaian maupun tempat sholat,
semua itu membatalkan sholat.
I). Tertawa dalam sholat
– hingga suaranya terdengar baik oleh dirinya sendiri
maupun yang berada disampingnya, maka sholatnya
batal dan juga harus mengulangi wudlunya.
J). Jika seseorang yang tayamum dalam
melakukan sholatnya kemudian menemukan air
dan dia mampu/bisa untuk melakukan wudlu
maka batal sholatnya,
– sebab tidak sah melakukan tayamum jika ada air
untuk berwudlu dan bisa/mampu megunakannya.
11. Hal-Hal Yang Di Makruhkan (tidak
disukai) Dalam Sholat
Makruh bagi orang yang sholat jika
meninggalkan sunah dari kesunahan sholat,
Sebagaimana di makruhkan juga jika acak-
acakan/kotor pakaian dan badannya,
Melihat selain tempat sujud seperti menengadah
kelangit selama sholat atau melihat sesuatu yag
lain.
Memakai pakaian yang tidak menutupi aurat
yang tidak sesuai dengan keagungan
kedudukan/tempat sholat.
Menahan kecing/buang air besar, kentut yang
tidak tak tertahankan.
13. Hal-Hal Yang Dimubahkan
(Diperbolehkan) Dalam Sholat
Semua hal yang tidak bertentangan dengan
adab dan kesunahan serta kekhusyu’an sholat,
seperti mengalirkan/meneteskan air mata ketika
membaca ayat-ayat al-Qur’an atau
mendengarkan dari orang lain
mengucapkan lafadz “Subhanallah” untuk
mengingatkan sang Imam jika terdapat
kesalahan dalam membaca ayat-ayat al-Qur’an
Sekian
Wassalam
Kaliurang, 12-03-12

Anda mungkin juga menyukai