1. Definisi (ta’rif) Sholat Menurut bahasa, Sholat berarti do’a, sebagaimana firman Allah SWT “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan, mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Surat at-Taubah ayat 103), Ayat ini menerangkan “Wahai Rasullah yang mulia, ambilah harta dari pengikutmu dengan cara zakat yang telah ditentukan, karena dengan zakat tersebut akan mensucikan diri mereka, menjernihkan hati mereka, dan mendatangkan bagi mereka rahmat dan ampunan, maka sesungguhnya Do’a kalian bersemayam bersama diri kalian dan mendamaikan/menetramkan hati kalian. Sedangkan secara syara’ (istilah Islam) adalah; ibadah yang mencakup perkataan dan perbuatan khusus/tertentu yang dimulai dengan Takbir dan ditutup dengan salam. 2. Kedudukan Sholat Dalam Islam Sholat dalam Islam mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, sebab ia merupakan tiang agama dan merupakan amal ibadah pertama yang akan diterima oleh Allah SWT sebelum amal ibadah yang lain dari hambanya. Sholat pertama kali diwajibkan dalam islam pada malam Isra’ Mi’raj sebelum diwajibkannya ibadah zakat, puasa dan haji. Dan ibadah sholat adalah amal ibadah yang pertama kali akan di hisab (dimintai perhitungannya) pada hari kiamat, dimana merupakan wasiat terakhir Rasullah sebelum meninggal dunia. Pembahasan tentang sholat dalam al-Qur’an dijelaskan lebih dari 70 tema, diantaranya adalah firman Allah SWT – “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar” (Surat al-‘Ankabuut ayat 45). Firman Allah SWT – “Peliharalah segala sholat(mu), dan (peliharalah) sholat wustho. Berdirilah karena Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu’” (surat al-Baqarah ayat 238), dan Firman Allah SWT – “Dan perintahkan kepada keluargamu mendirikan sholat dan bersaabarlah kamu dalam mengerjakannya” (Surat Thaahaa ayat 132) dan lainnya. 3. Hikmah Diperintahkannya Sholat 1. mensyukuri nikmat Allah berupa hubungan baik antara manusia dengan pencipta-Nya, dan mendekatkan hamba dengan Tuhannya pada waktu mengerjakan sholat. 2. pelatihan akan cinta dan taat terhadap peraturan, karena seorang muslim melalui sholatnya menjaga atau tetap dalam keadaan khusyu’ , suci, dan tidak adanya gerakan yang lain kecuali dengan pearaturan tertentu yang telah ditetapkan oleh syara’. 3. Manusia merasakan pada saat sholatnya ketentraman diri dan ruh sekaligus. 4. pengajaran serta pendidikan ruhani secara teratur, berkenalan, berkerjasama, tolong menolong, saling menyayangi, mengasihi dalam jiwa seorang muslim terutama dalam sholat jamaah. 4. Kepada Siapa Diwajibkan Sholat kewajiban melaksanakan sholat diwajibkan kepada setiap muslim yang baliq dan berakal Tidak diwajibkan kepada anak kecil yang belum sampai umur(belum baliq), – hanya disunnahkan kepada ayah ibunya atau waliyul amri untuk menganjurkan/memerintahkan menunaikan sholat jika sudah berumur tujuh tahun dan memukulnya (dengan pukulan pengajaran, tidak menyakiti) jika meninggalkanya ketika berumur 10 tahun atau ketika sudah mencapai baliq. 5. Waktu Sholat Setiap sholat mempunyai waktu tertentu yang wajib untuk dikerjakanya, firman Allah SWT “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring. Kemudian kamu apabila telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”(Surat an-Nisaa’ ayat 103). Dan ketentuan/batasan waktu setiap sholat fardlu diwahyukan Allah SWT kepada Rasullah SAW, sebagaimana di dalam Hadist Nabi yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah – “Sesungguhnya Malaikat Jibril A.S datang kepada nabi SAW kemudian berkata; tunaikanlah sholat(sholat Dzuhur) kemudian Nabi SAW berdiri dan menjalankan sholat Dzuhur ketika matahari condong sedikit ke arah barat. Kemudian tibalah saatnya sholat Ashar Jibril berkata; tunaikanlah sholat ashar, kemudian Nabi SAW menjalankan sholat ashar ketika bayang-bayang sesuatu menyamainya. Kemudian datanglah waktu magrib, Jibril berkata; tunaikanlah sholat magrib, kemudian Nabi SAW menjalankan sholat magrib ketika matahari terbenan. kemudian datang waktu 'isya Jibril A.S berkata; tunaikanlah sholat 'isya, kemudian Nabi SAW menjalankan sholat 'isya ketika awan merah menghilang. kemudian datanglah waktu fajar yaitu ketika fajar menyingsing, kemudian Jibril berkata; tunaikanlah sholat subuh dan Nabi SAW pun melaksanakannya”. a. Waktu Sholat Subuh/Fajar – Dimulai dari terbitnya fajar sidiq hingga sebelum terbitnya matahari dari timur. b. Waktu Sholat Dzuhur – Dimulai dari tengah hari ketika matahari bergerak dari tengah-tengah langit hingga condong, munculnya bayang-bayang sesuatu sama terhadap sesuatu itu. c. Waktu Sholat Ashar – Dimulai ketika berakhirnya waktu Dzuhur (matahari yang condong kebarat memunculkan bayang-bayang terhadp sesuatu) hingga terbenamnya matahari. d. Waktu Sholat Magrib – Dimulai dari terbenamnya matahari hingga hilangnya atau tak tampaknya semburat/benang merah matahari setelah terbenam. e. Waktu Sholat Isya – Dimulai berakhirnya waktu sholat magrib hingga tengah malam (dimana waktu tersebut merupakan waktu yang sangat mustajab untuk memohon do’a) yang berakhir hingga fajar(waktu sholat subuh) Oleh karena itu sangat disunnatkan sekali kepada kaum muslimin dan muslimat untuk mengerjakan sholat fardlu tepat pada waktunya secara umum karena hal itu menunjukan kuatnya iman dan kepedulian mereka terhadap sholat. Adapun barang siapa yang tidak menjalankan sholat karena tertidur atau lupa, maka menjalankannya/waktunya adalah saat ingatnya. Dalam Hadist disebutkan – "Bahwasanya tidak ada pembebanan dalam tidur akan tetapi yang dibebani adalah saat terjaga, maka apabila salah satu dari kamu semua lupa sholat atau ketiduran sehingga tidak melaksanakan sholat maka sholatlah ketika disaat ingat". Nabi SAW telah melarang menunaikan sholat (baik fardlu maupun sunnah) pada tiga waktu : Pertama; ketika terbitnya matahari (pagi hari) hingga bergerak. Kedua; ketika condongnya matahari hingga bergerak kewaktu magrib. Ketiga; ketika tenggelamnya matahari hingga tidak tampaknya. – Kecuali jika tertinggal/terlambat seseorang muslim didalam menunaikan sholat ashar pada awal waktunya disebabkan sesuatu udzur, maka baginya boleh melaksanakan hingga tenggelam matahari. Sebagaimana dimakruhkan bagi seorang muslim menunaikan sholat sunnah setelah sholat subuh hingga terbitnya matahari sekalipun baru muncul sedikit dan setelah ashar hingga tenggelamnya matahari (kecuali sholat jenazah, menurut madzhab Syafi’iyyah diperbolehkan, Madzhab hanabilah dan malikiyyah diharamkan, sedangkan hanafi tidak sah sholatnya). 6. Rukun Sholat a. Niat, niat dalam sholat yaitu menghadirkan dalam hatinya untuk memasuki sholat , baik pada saat sholat fardlu maupun sunnah. Dalil bahwasanya niat adalah merupakan rukun dari rukun sholat adalah firman Allah dalam surat al- Bayyinah ayat 5 “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. Serta Sabda Nabi SAW dalam hadist Shahih”Sesungguhnya amal perbuatan(ibadah) dengan niat dan setiap pekerjaan apa yang diniatkan” b. Takbiratul Ikram, yaitu apa yang diucapkan seorang muslim atau muslimah ketika memasuki perbuatan sholatdengan mengucapkan lafadz “Allahu Akbar” – sebagaimana Rasullah SAW melakukan hal tersebut“Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat saya sholat”. Dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud dan Tirmidzi dari sahabat Ali bin Abi Thalib R.A – sesungguhnya Nabi SAW bersabda "Kuncinya sholat adalah bersuci dan pembukaanya adalah takbiratul ikram dan penutupannya adalah salam". Dan tidak diperbolehkan seorang muslim dan muslimah membuka sholatnya dengan lafadz selain “Allahu Akbar”. c. Berdiri, didalam sholat fardlu bagi yang mampu – sebagaimana firman Allah “Peliharalah segala shalat(mu), dan peliharalah shalat wustha. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu”(surat al-Baqarah ayat 238) – dan di dalam hadist Bukhari dari ‘imron bin Hushoin berkata; bersama saya Baasiir dan bertanya kepada Rasullah tentang Sholat dan NabiSAW menjawab “Sholatlah dengan berdiri jika tidak mampu maka dengan duduk dan bila tidak mampu juga maka dengan berbaring” d. Membaca (surat)al-Fatihah. – Pada setiap raka'at baik dalam sholat fardlu maupun sunnah. sebagaimana sabda Nabi SAW “tidak dianggap sholat, orang yang mengerjakan sholatnya tanpa membaca al- fatihah(ummul kitab)” e. Ruku', yaitu membungkukkan punggung dan kepala serta pundak hingga sejajar sama rata dan kedua tangan memegang kedua lutut kaki, sambil mengucapkan lafadz "Subhana Rabiyal 'adzim" sebanyak tiga kali baik dalam sholat fardlu maupun sunnah. – firman Allah SWT "Hai orang-orang beriman, ruku'lah kamu' sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”(surat al-Hajj ayat 77) f. Bangun dari ruku' dan (i'tidaal) berdiri lurus sejenak sebelum sujud baik dalam sholat fardlu maupun sunnah, – sebagaimana diceritakan Syaidah Aisyah RA "sesungguhnya nabi SAW (ketika sholat) setelah bangun dari ruku' tidak langsung sujud hingga berdiri tegak lurus sejenak”. g. Dua kali sujud, (yang dipisah dengan duduk diantara dua sujud) pada setiap raka'at baik sholat fardlu maupun sunnah. – pada setiap sujud dengan mengucapkan lafadz "Subhana Rabiyal 'ala" sebanyak tiga kali h. Duduk terakhir dan membaca Syahadat di dalamnya – dan lafadz (syahadat) yang diucapkan sebagaimana dalam hadis shahih yang diriwayatkan dari Abdillah ibnu Mas'ud sesungguhnya Rasullah SAW berkata "jika duduk terakhir dalam sholat salah satu diantaramu maka ucapkanlah lafadz "Attachiyatu lillah, wa sholawatu wathoyyibah, assalamu alaika ayuhan nabiyu warahmatullahi wabarakatuh, assalamualaina waala 'ibadillahi sholihin, Asyhadu an-La ilaha ilallah, waasyhadu anna muhammadan abduhu wa rasulluh" – atau dalam riwayat lain "attachiyatul mubarakatus sholawatu thoyyibatulillah, assalaamu alaika ayuhan nabiyu warahmatullahi wabarakatuh, assalamualaina wa ala ibadillahi sholihin, assyhadu an-La illaha ilallah, waasyhadu anna muhammadan abduhu wa rasulluh". – Sedangkan sholawat kepada Nabi SAW setelah Syahadah akhir merupakan rukun yang mustaqil (terpisah) menurut madzhab Syafe'i dan Hambali, sedangkan sunnah menurut Hanafi dan Maliki, dan bentuk terbaik sholawat kepada Nabi SAW dengan mengucapkan lafadz “Allahuma sholi 'ala muhammadin wa 'ala ali muhammad, kama sholaita 'ala ibrahim wa 'ala ali ibrahim. wabarik 'ala muhammad wa 'ala ali muhammad kama baarakta 'ala ibrahim wa 'ala ali ibrahim fil'alamiina innaka hamidum majiid” i. Mengucapkan salam diakhir sholat. – sebagaimana sabda Nabi SAW "Kuncinya sholat adalah bersuci dan pembukaanya adalah takbiratul ikram dan penutupannya adalah salam". – Dan diriwayatakan dari Waail bin Hujjri R.A berkata; saya sholat bersama Rasullah SAW dan ketika sampai kepada salam Beliau menolehkan kepalanya ke kanan dengan mengucapkan lafadz “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh” kemudian menolehkan kepalanya kekiri dan mengucapkan lafadz yang sama. 8. Syarat-syarat Sholat, Syarat sholat terbagi menjadi dua macam; Pertama; Syarat wajib Sholat, yaitu; – Islam, Berakal, Baliq, Bersih dari darah Haid, nifas. Maka tidak diwajibkan Sholat bagi yang tidak menetapi/memenuhi syarat-syarat tersebut. Kedua; Syarat sah Sholat, yaitu; – A). Mengetahui masuknya waktu sholat, maka tidak sah sholatnya seorang muslim/muslimah sebelum masuk waktunya seperti; tidak sah sholat dhuhur sebelum datang waktunya sholat dhuhur, maka sholatnya termasuk sholat sunnah, dalil bahwa setiap sholat fardlu mempunyai waktu yang telah ditentukan secara tertentu adalah firman Allah “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang beriman” (Surat Annisaa` ayat 103). B). Suci dari hadas kecil dan Besar. – Sebagaimana firman Allah “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku dan sapulah kepalamu dan basulah kakimu sampai dengan kedua kaki, & jika kamu junub maka mandilah…” (surat Al-maidah ayat 6). – Dan sabda Nabi “Allah tidak menerima sholat yang tidak suci”. C). Bersih dan suci pakaian, badan/tubuh dan tempat sholat. – Adapun bersih/suci pakaian sebagaimana firman Allah “Dan pakaianmu bersihkanlah” (Surat Al-Muddatstsir ayat 4) maka tidak sah sholat yang pakainnya terkena/ada najisnya yang tidak dima’fu (dibebaskan darinya, – sedangkan suci/bersih badan/tubuh adalah sabda Nabi SAW “Bersihkanlah dari air kencing, karena sesungguhnya kebanyakan siksa kubur darinya” begitu juga dengan tempat sholat. D). Menutup Aurat – Tidak sah sholatnya seorang muslim/muslimah jika membuka/memperlihatkan auratnya, olehkarenanya wajib menutup aurat ketika memulai sholat sampai selesai. Dan aurat orang laki-laki mulai dari pusar hingga akhir lutut. – sebagiaman hadis Nabi SAW dari Abi Said al-Khudhari sesungguhnya Nabi SAW bersabda “ Aurat laki-laki apa yang berada diantara pusar dan lututnya”, sedangkan bagi perempuan adalah seluruhbadan/tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangannya, – sebagaimana firman Allah “...Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak padanya” , – menurut jumhur ulama yang biasa nampak padanya adalah wajah dan kedua telapak tangan. Dan disyaratkan untuk menutupi aurat dengan pakaian atau sejenisnya yang tidak tipis hingga samar-samar memperlihatkan warna kulit badannya. Dan dari kesempurnaan iman seorang muslim/muslimah disunnatkan untuk menggunakan pakaian terbaiknya yang mereka miliki sebagaimana dilakukan oleh sebagian para orang-orang sholeh ketika menunaikan sholat menggunakan pakaian terbaik dan bersih, ini oleh karena mereka mengatakan Allah itu Indah dan mencintai sesuatu yang indah dan kami mesukai di dalam sholat kami berbuat indah untuk Tuhan kami – sebagaimana firman Allah “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap memasuki masjid..”(surat Al-A’raaf ayat 31). Dan tidak menjadi keharusan bagi laki2 di dalam sholatnya untuk menutupi kepalanya. E). Menghadap Kiblat – Para ulama sepakat mewajibkan orang yang sholat untuk menghadap/mengarah ke Masjidil Haram sebagaimana firman Allah “Sesungguhnya Kami sering melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah masjidil haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu kearahnya...”(surat Al-Baqarah ayat 144). – Bagi yang berada didalam masjidil haram dan melihat Ka’bah wajib baginya menghadapkan/ melihat dengan matanya, sedang bagi yang tidak dapat melihat ka’bah secara langsung wajib baginya menghadap kearahnya.. – Barangsiapa yang samar atau ragu-ragu baginya tentang arah kiblat dan tidak ditemukan orang yang ditanyai/memberitahukan arah kiblat ketika akan sholat wajib baginya berijtihad(berusaha memilih mana yang lebih mantap dengan pengetahuannya tentang arah kiblat) baru kemudian menunaikan sholat dan sholatnya menjadi sah sekalipun kemudian setelah selesai sholat nampak jelas kesalahan arah menghadap kiblat mak tidak wajib baginya mengulangi sholatnya yang lalu, kecuali jika kesalahan menghadap kiblat itu tampak jelas ketika ia sedang melakukan sholat maka wajib baginya mengulangi sholatnya tanpa harus memutuskan sholatnya. – Dan barangsiapa yang tidak berijtihad sedang dia mampu untuk mengira-ngira arah kiblat maka batal sholatnya (tidak sah). 9. Hal-Hal Yang Disunahkan Dalam Sholat Maksud dengan kesunahan sholat adalah perkataan dan perbuatan yang apabila dilakukan orang yang sholat akan mendapat pahala disisi Allah SWT, jika tidak dilakukan/ditinggalkan tidak mendapatkan pahala dan dicela, karena Rasullah telah melakukannya. Telah dijelaskan oleh para ulama bahwa beberapa kesunahan sholat lebih dari 50 perkara, diantaranya yang terpenting sebagai berikut; A). Mengangkat kedua tangan menghadap/diatas pundak dan jari-jari tangan diatas kedua telinga ketika Takbiratul ichram. – Karena sesungguhnya Rasulllah ketika menunaikan Sholat mengangkat tangannya hingga diatas bahu kemudian mengucapkan Takbiratul Ichram. Begitu juga disunnahkan mengangkat kedua tangan ketika ruku’ dan bangun dari ruku’ serta ketika akan berdiri dari sujud pertama. B). Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri dibawah pusar atau diatasnya setelah Takbiratul Ichram. C). Membaca doa Istiftah setelah Takbiratul Ichram dan sebelum membaca Al-Fatihah. – Karena sesungguhnya Rasullah SAW membaca doa setelah Takbiratul Ichram sebelum membaca al-Fatihah. Diantara doa beliau “Allahumma baa’id baini wa baina khathaya kama ba’adta bainal masriqi wal magribi. Allahumma naqini min khathaya kama yunqasstsaubull abyadlu minad danasi. Allhumma agsilni min khathaya bill ma’ bis salji wal baradi” . atau “Subhanaka allahumma wabihamdika watabaarakasmuka wataa’ala jadduka wa ila ghairuka” atau “Wajahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal ardha hanifan wama ana minal musyrikin. Inna sholati wanusuki wamachyaya wamamatillahi rabbill’alamin. Lasyarikalahu wabidzalika umirtu wa anna minal muslimin” D). Isti’adzah (memohon perlindungan) – Dengan membaca lafadz “a’udzu billahi minas syaithonir rajim” setelah membaca doa istiftah sebagaimana disebutkan dalam hadist nabi bahwasanya Rasullah membaca secara pelan/samar sebelum al-fatihah pada rakaat pertama saja dari setiap sholat. – Firman Allah SWT “Apabila kamu membaca al- Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk” (surat an- Nahl ayat 98). E). Atta’min (membaca amien), baik ketika sholat sebagai ma’mum maupun imam / sendirian setelah membaca al-Fatihah, diucapkan secara halus/pelan ketika sholat pada siang hari dan agak keras ketika malam hari. – Tepatnya lafadz amien diucapkan setelah bacaan “waladlaalin”, dan lafadz amien bukan termasuk surat al-fatihah namun dia merupakan doa yang mengandung makna; ya Allah kabulkanlah. F). Membaca surat dari al-qur’an atau yang termudah (seperti juz ammah). – setelah membaca al-Fatihah setiap rakaat pada sholat subuh dan jum’at dan dua rakaat pertama pada sholat dzuhur, ashar, magrib dan isya’ serta seluruh rakaat pada sholat sunnah. G). Pergantian/perpindahan Takbir. – Seseorang yang sholat mengucapkan lafadz “Allahu Akbar” ketika hendak ruku’ dan sujud, dan ketika hendak bangun dari sujud. Dan mengucapkan lafadz “Samiallahu liman hamidah” ketika bangun dari ruku’ baik sebagai imam,ma’mum maupun ketika sholat sendiri. H). Mengeraskan suara Takbir. – Tasmii’ dan Salam bagi Imam, sehingga terdengar ma’mum yang dibelakangnya. Dan dimakruhkan bagi ma’mum jika tidah ada hajat kecuali jumlah jamaah banyak sehingga suara Imam tidak terdengar. I). Berdiri di dalam sholat dengan khusyu’ dengan merenggangkan kedua kakinya hingga dalam posisi yang sesuai tidak merapatkan kaki dan tidak terlalu lebar, dan disunahkan untuk memandang/menghadap kearah tempat sujud karena hal itu mendekatkan kepada kekhusyu’an – Sebagaimana yang dilakukan nabi SAW ketika menunaikan sholat tidak memandang ketempat lain kecuali ketempat sujudnnya. J). Posisi/Cara ruku’ ; membungkukkan badan dan kedua tangan ditumpukan/memegang kedua lutut sehingga sejajar antara punggung dan kepala, – Sebagaimana yang dilakukan oleh nabi SAW. Dan bagi laki-laki untuk melebarkan kedua siku tanganya dari sebelahnya, sedangkan bagi perempuan merapatkan kedua siku tangannya dari sebelahnya. K). Mengucapkan Tasbih ketika Ruku’; – dengan membaca lafadz “Subhana rabiyal a’dhimi” sebanyak tiga kali. L). Posisi/cara sujud ; – Menurunkan badan dimulai dari kedua lututnya kemudian tangan dan wajahnya, sebaliknya ketika berdiri dimulai dengan mengangkat wajahnya kemudian tangan seterusnya kedua lututnya, hal ini jika dalam keadaan tidak ada udzur. – Bagi laki-laki disunnahkan juga untuk melapangkan kedua lengannya dari sebelahnya/satunya, dan perutnya dari pahanya. – Bagi perempuan kebalikannya sambil mengucapkan lafadz “Subhana rabiyal a’la” sebanyak tiga kali dan pada posisi sujud ini disunnatkan untuk cenderung membaca do’a-do’a yang baik. – Sebagaimana dijelaskan dalam hadist nabi SAW “keadaan hamba lebih dekat dengan tuhannya ketika sujud, maka perbanyaklah dengan doa-doa”. M). Posisi/cara duduk diantara dua sujud ; – disunahkan untuk menduduki kaki kirinya ketika duduk diantara dua sujud dan menegakkan telapak kaki kanan. Dan membaca lafadz “Allahuma ghfirli warhamni wahdini wa’afini warzukni”. N). Sifat duduk pada tahiyat pertama yang dilakukan setelah rakaat kedua (pada akhir rakaat kedua), – Disunahkan duduk tahiyat pertama ini seperti duduk di antara dua sujud.dan disunnatkan untuk merentangkan/membuka jari-jari tangan kiri pada paha kiri, sedangkan tangan kanan mengenggam jarii kelingking dan jari manis serta meluruskan ibu jari/jempol dengan jari tengah (menempelkan). Dan mengangkat jari telunjuk. O). Sifat duduk pada tahiyat akhir. – Sebagaimana duduk pada tahiyat awal sambil membaca shalawat kepada Nabi SAW sebagai berikut “allahuma shali ala muhammadin wa a’la aali muhammad kama shallaita ‘ala ibrahim wa a’la aali ibrahim, wabarik a’la muhammadin wa a’ala aali muhammad kama barakta a’la ibrahim wa’la aali ibrahim fil a’laamiin., innaka hamiidun majiid”, kemudian membaca doa “Allahumma inni `audhu bika min `adzhabi jahannam wa min `adzhabil qobri wa min fitnatil mahya wal mamati, wa min syarri fitnatil masihid dajjal” kemudian salam(menolehkan kepala/wajak) kearah kanan dan berkata “assalamualaikum warahmatullah” dan menoleh kekiri berkata “assalamualaikum warahmatullah”. P). Berzdikir dan berdoa setelah salam semampu yang dia bisa. – Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasullah SAW setelah selesai sholat membaca istighfar tiga kali kemudian mengucapkan lafadz “Allahumma anta salam, waminka salam, tabarakta ya dzal jalalil wal ikram” atau “Allahumma a’ainni ala dzikrika wasyukrika wakhusni ibaadatika”. – Dalam hadist Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah diriwayatkan bahwasannya Nabi SAW bersabda “Barangsiapa yang membaca Tasbih setiap sholat sebanyak 33 kali dan tahmid 33 kali serta Takbir 33 kali, kemudian di sempurnkan menjadi 100 dengan lafadz “La ilaha ila Allah wahdahu la syarikalah, lahu mulku walahu hamdu wahuwa ala kulli syaiin qadir”, maka diampuni kesalahan-kesalahannya walau sebanyak buih di lautan”. 10. Hal-Hal Yang Membatalkan Dan Merusak Sholat A). Berbicara/bercakap-cakap – Dengan perkataan yang asing (diluar lafadz yang diwajibkan dan disunnahkan dalam sholat), baik secara sengaja/mengetahuai maupun lupa/tidak tau. B). Banyak bergerak – Yang tidak merupakan termasuk jenis sholat( gerakan yang diwajibkan dalam sholat), baik ketika disengaja maupun lupa. Adapun gerakan sedikit seperti mengusap/menggaruk kulit adalah makruh dan tidak membatalkan sholat. C). Makan dan Minum, baik sengaja maupun lupa, sedikit ataupun banyak semuannya itu membatalkan sholat – karena sholat adalah ibadah yang mewajibkan menjauhi makan dan minum selama pelaksanaannya, kecuali ketika ada sedikit sisa makanan disela-sela giginya maka disunnatkan dijauhkan namun apabila tertelan maka tidak membatalkan sholat. D). Berpindah Arah Kiblat, – yaitu merubah arah sholat yang semula menghadap kiblat kemudian kearah lain dengan tanpa udzur. E). Ada yang merusak/membatalkan wudlu selama sholat – maka sholatnyapun batal, sebab sholat wajib dalam keadaan suci. F). Terbuka/Tersingkapnya aurat selama sholat, – maka merusak sholat karena menutup aurat merupakan rukun sholat. G). Mendahului gerakan Imam dengan sengaja, – seperti mendahuli ruku’ sebelum rukunya imam atau sujud sebelum imam sujud. Hal ini termasuk membatalkan sholat, namun jika apa yangdilakukan karena lupa & tidak dengar suara imam kemudian kembali mengikuti imam maka tidak membatalkan sholat. H). Adanya hadast dan najis yang tidak dima’fu(dimaafkan) selama sholat – baik di badan atau pakaian maupun tempat sholat, semua itu membatalkan sholat. I). Tertawa dalam sholat – hingga suaranya terdengar baik oleh dirinya sendiri maupun yang berada disampingnya, maka sholatnya batal dan juga harus mengulangi wudlunya. J). Jika seseorang yang tayamum dalam melakukan sholatnya kemudian menemukan air dan dia mampu/bisa untuk melakukan wudlu maka batal sholatnya, – sebab tidak sah melakukan tayamum jika ada air untuk berwudlu dan bisa/mampu megunakannya. 11. Hal-Hal Yang Di Makruhkan (tidak disukai) Dalam Sholat Makruh bagi orang yang sholat jika meninggalkan sunah dari kesunahan sholat, Sebagaimana di makruhkan juga jika acak- acakan/kotor pakaian dan badannya, Melihat selain tempat sujud seperti menengadah kelangit selama sholat atau melihat sesuatu yag lain. Memakai pakaian yang tidak menutupi aurat yang tidak sesuai dengan keagungan kedudukan/tempat sholat. Menahan kecing/buang air besar, kentut yang tidak tak tertahankan. 13. Hal-Hal Yang Dimubahkan (Diperbolehkan) Dalam Sholat Semua hal yang tidak bertentangan dengan adab dan kesunahan serta kekhusyu’an sholat, seperti mengalirkan/meneteskan air mata ketika membaca ayat-ayat al-Qur’an atau mendengarkan dari orang lain mengucapkan lafadz “Subhanallah” untuk mengingatkan sang Imam jika terdapat kesalahan dalam membaca ayat-ayat al-Qur’an Sekian Wassalam Kaliurang, 12-03-12