Anda di halaman 1dari 4

Kitab Ta’alim Muta’alim

Oleh : Ade Irawan

Di masa sekarang ini banyak sekali orang-orang yang sangat bersungguh-sungguh


dalam menuntut ilmu tetapi, tidak banyak yang dapat mencapai hasilnya. Di Indonesia sendiri
kita mengenal kalimat dari Kasino WARKOP yang mengatakan “Bangsa kita tidak
kekurangan orang pintar melainkan kekurangan orang jujur”. Kalimat ini ternyata benar
adanya ketika kita melihat banyaknya orang-orang ber titel menggunakan kepintarannya
untuk memeras anggaran untuk kepentingan pribadi dan golongan. Imam Az-zarnuji dalam
ta’alim muta’alim halaman 57 menyatakan bahwa “Di antara manfaat dan buah ilmu adalah
mengamalkan ilmu dan menyebarkannya. Mereka terhalang (dari ilmu) sebab kesalahan
dalam metode mencari ilmu, dan mereka meninggalkan syarat-syaratnya. Sedangkan setiap
orang yang salah jalan maka akan tersesat, dan tidak mendapat sesuatu yang ia inginkan
sedikit ataupun banyak”. Hal inilah yang menyebabkan beliau mengarang kitab Ta’lim
Muta’alim.

Nama lengkap kitab ini adalah Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum. Isi kitab ini ialah
tuntunan belajar, bagaimana menuntut ilmu, menghargai ilmu, dan lain-lain. Adapun nama lengkap
pengarang kitab ini adalah Burhânuddîn Ibrâhim al-Zarnûji al-Hanafi. Kata al-Zarnûj sendiri
dinisbatkan kepada suatu kota dekat sungai Oxus di Turki. Al-Hanafi di ujung namanya juga dapat
diketahui bahwa beliau bermazhab Hanafi. Beliau diketahui juga berguru dengan ulama besar
pada masanya, di antaranya adalah Ruknul Islam Muhammad bin Abi Bakr (573 H),
Hammad bin Ibrahim, Fakhruddin al-Kâsyâni, Fakhruddin Qâdhi Khan al-Awz Jundi, dan
Ruknuddin al-Farghâni. Para ulama ini merupakan ahli Fiqh dan Sastra. Dalam memperkuat
pendapatnya, beliau menggunakan hadis dan syair-syair. Banyak sekali syair dalam kitab
Ta’lîm al-Muta’allim, hingga ada yang menghimpunnya dalam kitab khusus, yaitu syair
Alala. Salah satu bait yang terkenal dalam kitab ini adalah Syair Muhammad bin al-Hasan:  

‫ وفضل وعنوان لكل المحامد وكن مستفيدا كل يوم‬# ‫تعلم فإن العلم زين ألهله‬
‫ من العلم واسبح في بحور الفوئد‬# ‫ زيادة‬ 
Belajarlah, karena ilmu adalah perhiasan bagi pemiliknya, juga keutamaan dan tanda
bagi setiap sesuatu yang terpuji.Jadilah dirimu dapat mengambil faedah dari ilmu setiap
harinya, dan berenanglah engkau dalam lautan kemanfatan

Di dalam kitab ini terdapat tiga belas pokok bahasan tentang bagaimana menuntut
ilmu diantaranya:

1. Hakikat Ilmu, dan Keutamaannya


Menunut ilmu merupakan kewajiban bagi seluruh muslim seperti dalam hadist
‫ طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة‬:‫ هللا صلى هللا عليه وسلم‬o‫قال رسول‬
Artinya: Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim dan muslimah
Dan hendaknya diketahui bahwa menuntut ilmu disini yang diwajibkan ialah
ilmu agama seperti ilmu sholat, ilmu iman, ilmu cara bertingkah laku dan
bermuamalah dan sebagainya. Ada empat hukum menuntut ilmu yaitu Fardhu ‘ain
seperti Ilmu wudhu dan Sholat, kemudian Fardhu Kifayah seperti Ilmu pengurusan
jenazah, lalu Haram seperti Ilmu ramalan berdasarkan perbintangan, dan juga Jaiz
seperti ilmu kedokteran. Beliau juga menjelaskan mengapa ilmu agama hendaknya
pilihan utama dalam menuntut ilmu karena ilmu agama dapat membimbing kita pada
iman dan takwa serta menuntun kita pada jalan yang lurus sehingga, sulit bagi setan
untuk menggoda satu orang berilmu daripada seribu orang ahli ibadah yang tidak
berilmu.
Imam Abu Hanifah juga berkata bahwa tidak ada ilmu kecuali untuk
diamalkan sedangkan mengamalkannya berarti meninggalkan dunia untuk meraih
kebahagiaan di akhirat.
2. Niat Dalam Menuntut Ilmu
Karena sesuai dengan hadist Rasulullah SAW. yaitu
‫إنما األعمال بالنيات‬
Artinya: Sesungguhnya segala sesuatu tergantung pada niat
Dari sini kita mengetahui bahwa seorang penuntut ilmu wajib memiliki niat
dalam menuntut ilmu. Ada beberapa niat yang dianjurkan Imam al-Zarnuji ketika
menuntut ilmu. Pertama, mencari ridha Allah SWT. Kedua, menghilangkan
kebodohan dirinya dan orang lain. Ketiga, menghidupkan agama dan mendirikan
Islam. Keempat, mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan.
3. Memilih Ilmu, Guru, Dan Teman, Serta Keteguhan Dalam Menuntut Ilmu
Dalam pasal ini beliau memberi tuntunan bagi para penuntut ilmu dalam
memilih ilmu, guru, dan teman. Hendaknya bagi seorang penuntut ilmu
mendahulukan ilmu yang dibutuhkannya sekarang yaitu ilmu agama (ilmul hal), baru
kemudian mempelajari ilmu yang berguna baginya pada masa yang akan datang. Dan
beliau juga menyarankan agar mencari guru yang lebih pandai dan lebih berumur
daripada dirinya, dan memilih teman yang tekun, wara’, jujur, dan tanggap, dan
menjauhi teman-teman yang malas atau toxic.
4. Menghormati Ilmu dan Pemiliknya
Di sini Imam al-Zarnuji menjelaskan bahwa seorang penuntut ilmu tidak akan
bisa mendapatkan ilmu kecuali ia menghormati ilmu dan pemiliknya, yaitu gurunya.
Beliau menyebut etika apa saja yang harus dilakukan seorang penuntut ilmu, seperti
tidak duduk di tempat duduk gurunya, tidak memulai percakapan dengan guru kecuali
atas izinnya, tidak banyak berbicara di sisi gurunya, dan lain-lain.
5. Bersungguh-Sungguh, Tekun, dan Semangat
Imam al-Zarnuji memandang ilmu adalah tujuan yang agung, ia harus dicapai
dengan kesungguhan, ketekunan dan semangat yang tinggi. Kesungguhan tidak hanya
bergantung pada penuntut ilmu saja, namun guru dan orangtua pun harus bersungguh-
sungguh menyiapkan pendidikan anaknya. Beliau banyak memberi saran supaya ilmu
itu kuat melekat pada diri seorang penuntut ilmu. Di antaranya dengan mengulang
pelajaran pada setiap permulaan dan akhir malam.
6. Tahap Awal, Ukuran, Dan Urutannya  
Di sini imam al-Zarnuji banyak menyinggung soal urutan tingkat pelajaran
yang mesti diajarkan guru kepada murid, mulailah dasar baru kemudian dapat kepada
tingkat yang lebih tinggi. Selain itu, Imam al-Zarnuji juga menyatakan bahwa
merupakan suatu keharusan bagi penuntut ilmu agar saling menggelar kegiatan seperti
mudzâkarah, munâdharah, dan almuthârahah. Imam al-Zarnuji juga mengingatkan
kepada penuntut ilmu agar selalu bersyukur atas karunia yang dianugerahkan kepada
mereka berupa kemampuan untuk menuntut ilmu.
7. Tawakal kepada Allah  
Tentunya setelah usaha-usaha diatas, seorang penuntut ilmu harus berserah
diri kepada Allah SWT. Imam al-Zarnuji menganjurkan para penuntut ilmu untuk
tidak perlu merasa sulit dan menyibukkan hati dalam masalah rezeki. Hal ini senada
dengan hadis Nabi SAW, “Barangsiapa yang mencari ilmu, maka Allah SWT akan
menjamin rezekinya.”  
8. Masa Produktif  Menuntut Ilmu
Masa mencari ilmu ada seumur hidup, sejak dilahirkan hingga masuk ke liang
lahat. Menurut Imam al-Zarnuji, waktu terbaik untuk mencari ilmu adalah saat masih
muda. Jika seorang penuntut ilmu merasa jenuh terhadap satu disiplin ilmu, ia dapat
beralih pada disiplin ilmu yang lain.
9. Kasih Sayang dan Nasihat  
Ilmu dan akhlak adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Seorang pelajar
hendaknya memiliki rasa kasih sayang, bersedia memberi nasihat dan tidak iri hati.
Seorang penuntut ilmu juga seharusnya menghindari permusuhan dengan orang lain,
karena dapat menyia-nyiakan waktu. Beliau juga menyarankan agar mereka selalu
positif thinking, tidak berburu sangka kepada orang lain.
10. Mengambil Faedah Pelajaran  
Imam al-Zarnuji meletakkan metode praktis untuk menambah pengetahuan, di
antaranya ialah dengan mempersiapkan alat tulis setiap saat, tidak menyia-nyiakan
waktu, bergaul dengan guru dan merasa selalu haus kepada ilmu, fokus ketika
pelajaran, dan taat kepada seorang guru.
11. Bersikap Wara’ Ketika Belajar  
Imam al-Zarnuji dalam pasal ini memberi nasehat kepada para penuntut ilmu
untuk menjauhi rasa kenyang, banyak tidur, banyak membicarakan sesuatu yang tidak
bermanfaat, menghindari makanan dari pasar bila memungkinkan, menggunjing,
bergaul dengan orang yang rusak akhlaknya. Dan hendaknya mereka bergaul bersama
orang-orang sholeh, duduk menghadap kiblat, mengamalkan sunnah-sunnah Rasul,
memperbanyak sholawat.
12. Penyebab Hafal dan Lupa  
Menghafal termasuk ke dalam metode belajar di berbagai lembaga pendidikan.
Imam Zarnuji menyebutkan bahwa hal yang banyak membantu hafalan ialah
kesungguhan, tekun, sedikit makan, dan shalat di malam hari, membaca Al-Qur’an.  
Seadngkan hal-hal yang dapat menyebabkan lupa di antaranya adalah banyak berbuat
maksiat, banyak melakukan dosa, gelisah, khawatir, dan sibuk dengan urusan dunia.
13. Sesuatu yang mendatangkan dan menjauhkan rezeki, serta menambah dan
memperpendek umur.
Dalam pasal ini Imam al-Zarnuji mengingatkan bahwa seorang pelajar harus
mengetahui apa saja yang menambah rezeki dan apa saja yang menambah panjang
usia dan kesehatan, supayamasa belajarnya dapat diselesaikan dengan baik. Imam al-
Zarnuji menyebutkan bahwa perbuatan dosa dan dusta dapat menjadi penghalang
datangnya rezeki.Selain itu, Beliau juga menyatakan bahwa tidur pada waktu Subuh
termasuk penghalang rezeki, banyak tidur menyebabkan fakir, termasuk fakir dalam
ilmu. Sedangkan bangun di waktu pagi dapat mendatangkan segala kemudahan dan
dapat mendatangkan rezeki.

Anda mungkin juga menyukai