Ilmu adalah harta yang paling berharga, ia adalah warisan para Nabi. Dengan ilmu tercapai
kebahagian dunia dan akhirat. Bagian seorang hamba dalam ilmu selaras dengan pengagungan
dan penghormataannya terhadap ilmu. Barangsiapa hatinya dipenuhi dengan pengagungan
terhadap ilmu maka akan semakin mudah mendapatkan ilmu. Sebaliknya, semakin kurang
pengagungannya terhadap ilmu maka akan sulit mendapatkan ilmu. Benarlah perkataan hikmah
berikut,
Barangsiapa tidak memuliakan ilmu maka ilmu tidak akan menjadikannya mulia
Berikut ini beberapa hal utama untuk meningkatkan pengagungan ilmu dalam diri kita:
1. 1.
Hati yang bersih dan suci akan lebih mudah untuk didiami ilmu. Kesucian hati kembali pada dua
hal penting yaitu:
1. 2.
Mengikhlaskan niat
Niat yang benar dalam menuntut ilmu kembali pada 4 hal utama:
Seseorang akan mendapatkan ilmu sesuai dengan keikhlasan yang dia miliki. Menjaga lurusnya
niat dalam menuntul ilmu memang bukan hal yang mudah. Sufyan Atsauriy berkata, Tidaklah
aku mengobati sesuatu yang lebih sulit dari niatku, karena sungguh ia berbolak-balik.
1. 3.
Ilmu tidak akan didapatkan dengan bersantai-santai. Harus ada perjuangan dan pengorbanan
untuk mencapainya. Setidaknya ada tiga hal penting yang harus diperhatikan:
Tiga hal diatas tercakup dalam sabda Rasulullah, Bersemangatlah dengan apa-apa yang
bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan Allah dan jangan merasa lemah [HR Muslim]
1. 4.
Seluruh ilmu yang bermanfaat kembalinya kepada Al Quran dan Sunnah. Keduanya adalah
sumber ilmu yang sebenarnya, sedang ilmu yang lainnya adalah pelengkap atau wasilah saja.
Jangan sampai kita sibuk dengan ilmu yang lainnya tetapi lalai dari mengkaji Al Quran dan
Sunnah.
1. 5.
Segala sesuatu memiliki jalan untuk meraihnya, tak terkecuali juga ilmu. Hendaknya memulai
dengan menguasai dan menghafal mutun (kitab-kitab dasar) dan belajar langsung dari seorang
yang berilmu (alim rabbaniy). Jika belajar tanpa bimbingan seorang alim hanya akan menyianyiakan waktu dan bahkan bisa menjerumuskan pada pemahaman yang salah.
1. 6.
Hendaknya seorang penuntul ilmu memulai dari yang paling penting seperti hal-hal yang
berkaitan dengan ibadah sehari-hari. Setelah itu hendaknya memulai dengan menguasai hal-hal
yang dasar dari setiap cabang ilmu. Setelah memiliki bekal yang cukup dari setiap cabang ilmu
lalu mulai mendalami bidang yang diminati atau dibutuhkan. Tidak selayaknya pemula penuntut
ilmu sibuk dengan permasalahan-permasalahan pelik apalagi yang aneh. Imam Malik
mengatakan Jeleknya ilmu adalah hal yang aneh/tidak jelas, sedang baiknya ilmu adalah yang
jelas yang telah diriwayatkan/disebarkan oleh manusia
1. 7.
Masa muda adalah masa keemasan untuk menuntut ilmu karena badan dan pikiran masih kuat
dan belum disibukkan dengan banyak hal. Selain itu, menuntut ilmu diwaktu muda/kecil juga
akan lebih membekas. Hasan Al Basri pernah mengatakan, Ilmu di masa kecil seperti memahat
dalam batu.
1. 8.
Tidak diragukan lagi bahwa segala sesuatu butuh proses. Perlu kesabaran untuk menempuh
tahapan-tahapan dalam belajar. Mulai dari hal yang dasar lalu meningkat ke hal yang sulit.
Jangan tergesa-gesa menelaah hal-hal yang sulit. Berkata syaikh Abdul Karim RifaI Makanan
orang dewasa adalah racun bagi anak kecil. Benar perkataan beliau, jika ada bayi lalu diberi
makanan orang besar seperti daging dan lainnya bisa saja langsung meninggal bayi tersebut
meskipun makanan tersebut bergizi dan lezat. Begitu juga dengan ilmu.
1. 9.
Sabar
Ilmu butuh kesabaran baik dalam mencarinya, mengamalkan dan mendakwahkan ilmu tersebut.
Berkata Al Ashmaiyu, Barangsiapa tidak pernah merasakan hinanya belajar barang sesaat
maka ia akan berada dalam hinanya kebodohan selama-lamanya.
Bertanya pada hal-hal yang bermanfaat. Suatu saat Imam Ahmad rahimahullah pernah
ditanya tentang Yajuj dan Majuj, apakah mereka muslim. Maka Imam Ahmad menjawab,
Apakah kamu telah menguasai ilmu (semuanya) hingga bertanya tentang hal ini??
Melihat kondisi syaikh yang mau ditanyai, jangan sampai bertanya saat ia sibuk dengan
hal yang lain.
kesempatan kali ini saya mengajak Anda untuk berdiskusi tentang cara-cara mencari ilmu atau
dalam istilah lain disebut sebagai adab belajar.
Seberapa pentingkah adab itu?
Ibnu Mubarok berkata, Barangsiapa yang meremehkan adab-adab, maka ia akan dihukum
dengan terhalang dari sunnah-sunnah. Barangsiapa yang meremehkan sunnah-sunnah, maka ia
akan dihukum dengan terhalang dari fardhu-fardhu. Dan barangsiapa yang meremehkan
fardhu-fardhu, maka ia akan dihukum dengan terhalang dari marifat (mengenal Allah).
Imam Syafii, imam mazhab yang banyak menjadi panutan kaum Muslim di Indonesia, pernah
ditanya, bagaimana upayanya dalam meraih adab? Sang Imam menjawab, bahwa ia selalu
mengejar adab laksana seorang ibu yang mencari anak satu-satunya yang hilang.
Begitulah pentingnya adab dalam belajar.
Saudaraku yang berbahagia, agar sukses dalam belajar, hendaknya kita mengamalkan adab-adab
dalam belajar, yaitu niat mencari ilmu untuk memperoleh ridlo dari Alloh taala, berdoa,
mempunyai cita-cita yang tinggi, bersungguh-sungguh, istiqomah, menjahui kemaksiatan, tidak
malu dan tidak sombong, mengamalkan dan menyebarluaskan.
1. Niat mencari ilmu untuk memperoleh ridlo dari Alloh taala
Kita semestinya menuntut ilmu dengan niat untuk mendapatkan ridlo dari Alloh taala. Kita
belajar dengan tujuan agar hilanglah kebodohan dari diri kita, agar kita mengetahui yang benar
dan yang salah, yang manfaat dan yang mudlorot, agar kita bisa menghidup-hidupkan agama
Islam ini, agar kita semakin dekat kepada Alloh taala dan semakin bermanfaat kepada sesama
manusia.
Perhatikan pesan Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam berikut:
.
.
Arti Hadits:
Sesungguhnya setiap perbuatantergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan
dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan
keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan
siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin
dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (H.R. Imam Bukhori
dan Imam Muslim)
Jadi kalau tujuan kita belajar adalah untuk mendapatkan ridlo Alloh taala, niscaya kita kan
mendapatkannya. Jika Alloh taala ridlo kepada kita, sudah tentu kebahagiaan dan keselamatan
di dunia dan akhiratlah yang akan kita peroleh. Adakah yang lebih baik dari hal ini? Sebaliknya,
jika tujuan kita menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan kemuliaan di dunia, misalnya harta
benda dan kekuasaan, maka itulah yang akan kita dapatkan.
Perhatikan juga peringatan dari Nabi kita tercinta
Barangsiapa yang mempelajari ilmu untuk membanggakan diri di hadapan para ulama,
mempermainkan diri orang-orang bodoh dan dengan itu wajah orang-orang berpaling
kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka Jahannam. (HR. Ibn Majjah
dari sahabat Abu Hurairah(
Dalam kitabnya, Adabul Alim wal-Mutaallim, KH Hasyim Asyari mengutip hadits Rasulullah
saw: Barangsiapa mencari ilmu bukan karena Allah atau ia mengharapkan selain keridhaan
Allah Taala, maka bersiaplah dia mendapatkan tempat di neraka.
2. Berdoa
Doa adalah ungkapan bahwa kita butuh kepada Alloh taala. Dan memang begitulah adanya.
Sungguh kita sangat butuh kepada Alloh taala. Selain itu, doa adalah senjata orang-orang yang
beriman. Bukankah jika Alloh taala berkehendak, semua hal bisa saja terwujud?
Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam mengajarkan doa bagi para pencari ilmu. Bacalah,
resapi maknanya, hafalkan, dan amalkan setiap hari..!!
Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat dan Aku berlindung
kepada Engkau dari (mendapatkan) ilmu yang tidak bermanfaat. (HR. Al-Nasai dari sahabat
Jabir bin Abdillah ra)
Selain doa tersebut, masih banyak doa-doa belajar yang lain. Silahkan mencari, menghafal,
memahami, dan mengamalkan.
4. Bersungguh-sungguh
Ini adalah sebuah keharusan. Kita musti bersungguh-sungguh dalam belajar. Karena dengan
bersungguh-sungguhlah kesuksesan itu dapat dicapai. Bagi para pemalas, hanya sesal dan
hinalah yang kan didapat.
Ingatkan pepatah Arab yang sangat masyhur..?? MAN JADDA WA JADA.
siapa yang bersungguh-sungguh, niscaya dia kan (berhasil) mendapatkan (apa yang dicitacitakannya)
5. Istiqomah
Belajar adalah kebutuhan dasar manusia. Dengan belajar manusia bisa meningkatkan kualitas
dirinya, menyelesaikan permasalahan hidupnya, dan menciptakan karya-karya yang bermanfaat.
Oleh karena itu belajar harus dilakukan secara terus menerus, berkesinambungan, dan
berkelanjutan.
Ada dikatakan;
seseorang itu dikatakan pintar, selama ia mau belajar
Jika seseorang berhenti belajar, karena merasa sudah pintar, mulailah ia bodoh
6. Menjauhi kemaksiatan
Inilah ciri khas pendidikan Islam. Pendidikan yang beradab. Para pengajar dan pelajar haruslah
menjahui perbuatan maksiat. Karena kemaksiatan dapat menghalangi merasuknya ilmu ke dalam
qolbu.
Perhatikan baik-baik syiir gubahan Imam SyafiI berikut ini,
Aku mengadu kepada guruku bernama Waqi, tentang jeleknya hafalanku, maka ia memberikan
petunjuk kepadaku agar meninggalkan kemaksiatan. Karena sesungguhnya ilmu itu adalah
cahaya, dan cahaya Alloh itu tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat
Simaklah juga nasihat Imam Malik kepada Imam Syafii:
Sesungguhnya aku melihat pada hatimu pancaran cahaya, maka jangan engkau redupkan
cahaya itu dengan gelapnya kemaksiatan.
7. Memuliakan ilmu
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah
rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)
Termasuk dalam arti memuliakan ilmu adalah memuliakan guru, kitab (buku), dan teman belajar.
Bagaimana cara memuliakan guru? Menurut Syeikh az-Zarnujiz, cara memuliakan guru adalah
dengan melakukan hal-hal yang menyebabkan beliau ridlo dan menghindari hal-hal yang
menyebabkan beliau tidak enak hati. Contoh; bertutur kata yang sopan dan membantu beliau
menyelesaikan urusan beliau.
Selain itu kita juga dianjurkan untuk memuliakan kitab. Misalnya dengan menyampuli kitab agar
awet, menulis dengan tulisan yang bagus, dan menempatkan kitab di tempat yang terhormat,
tidak seenaknya saja. Sementara memuliakan teman belajar bisa dilakukan dengan bersikap
lemah lembut terhadap mereka, menerima kekurangan mereka, dan memuji kelebihan mereka.
Dan ingatlah ketika kami berfirman kepada para malaikat : Sujudlah kamu kepada Adam, maka
sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabbur dan adalah ia termasuk golongan orang
orang yang kafir.
Sifat sombong menyebabkan seseorang merasa lebih baik daripada yang lain. Ia cenderung
merendahkan orang lain. Hal tersebut mengakibatkan ia seringkali menolak kebenaran yang
sesungguhnya ia sudah sadari.
Sombong itu adalah, menolak kebenaran dan merendahkan manusia.(HR. Muslim dari sahabat
Ibn Masud ra)
Jika sifat sombong ini berada dalam diri seseorang, tentu orang tersebut akan kesulitan
mendapatkan tambahan ilmu. Naudzu billahi min dzalik.
9. Mengamalkan dan Menyebarluaskan ilmu
Ilmu yang tak diamalkan laksana pohon tak berbuah
Buahnya ilmu adalah amal. Tentu rugilah kita jika sudah tahu kebaikan tapi tidak
mengamalkannya.
Sungguh sangat bagus ucapan Al-Fudhail Bin Iyadh :
Seorang alim tetap dikatakan jahil sebelum ia mengamalkan ilmunya, jika ia mengamalkannya
maka barulah ia dikatakan seorang alim.
Abdullah bin Mubarak berkata, Orang yang berakal adalah, seseorang yang tidak melulu
berpikir untuk menambah ilmu, sebelum dia berusaha mengamalkan apa yang telah dia miliki,
Maka dia menuntut ilmu untuk diamalkan, karena ilmu dicari untuk diamalkan.
Selain itu kita juga hendaknya menyebarluaskan ilmu yang telah kita peroleh dengan
mengajarkannya kepada orang lain, baik secara langsung maupun melalui media seperi tulisan.
Semoga saja ilmu yang kita ajarkan tersebut dapat menjadi amal ibadah yang pahalanya terus
mengalir walaupun kita sudah meninggal dunia kelak. Kita tentu masih ingat hadits terkenal
tentang amal yang pahalanya terus mengalir walaupun kita sudah meninggal dunia, yaitu,
shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang mendoakan orang tuanya. (HR.
Imam Muslim)
Perhatikan dengan seksama hadits dari nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam berikut ini,
Siapa orang yang menunjukkan kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang
.melakukkannya (HR. Tirmidzi dari sahabat Abi Masud ra)
Saudaraku yang dicintai Alloh taala, mari kita memahami dan mengamalkan adab-adab dalam
belajar ini. Semoga dengan mengamalkan adab-adab dalam belajar ini kita dapat memperoleh
ilmu yang manfaat dan barokah. Amin.
sangat wajib dijaga oleh setiap muslim. Sebab seorang yang mengajarmu satu huruf yang
memang kamu butuhkan dalam soal agama, maka ia adalah ayahmu dalam agama. Dalam hal ini
telah diriwayatkan dari Rasulullah s.a.w. bahwasanya beliau bersabda : Artinya : "Sebaik-baik
para bapak adalah orang yang telah mengajarmu." Dalam hal ini pernah ditanyakan kepada
Iskandar Zul Qarnain : "Mengapa engkau lebih banyak mengagungkan gurumu daripada ayahmu
?" Jawabnya : "Karena ayahku yang menurunkan aku dari langit ke bumi, sedangkan guruku
yang mengangkat aku dari bumi ke langit." Ini mengandung maksud bahwa tergantungnya ruh
pada badan dalam rahim para ibu adalah turunnya ruh dari alam malakut ke alam kerusakan bagi
anak yang dilahirkan. Sedangkan guru Yang menyebabkan naiknya ruh manusia dari alam fana
(rusak) ke alam baka (kekal) lantaran memberikan kesempurnaan berma'rifat kepada Tuhan.
Guruku Syekh AI Imam Sadiduddin As Syirazi berkata, bahwa guru-guru kami pernah
memberikan keterangan : "Siapa yang menginginkan anaknya menjadi alim (Kyai atau Ulama),
hendaknya mengagungkan, memuliakan dan memberikan sesuatu yang layak diberikan kepada
para santri perantau ilmu yang mendalami Fiqih. Kalau anaknya tidak menjadi alim, maka insya
Allah cucunya menjadi seorang yang alim." Dalam hal ini sekalipun yang diberikan itu hanya
sedikit, karena mengagungkan dan memuliakan Ulama merupakan amal yang diterima dan
berfaidah. Di antara mengagungkan guru yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh seorang
murid atau santri hendaknya 1. Jangan berjalan di muka gurunya. 2. Jangan menduduki tempat
duduk gurunya. 3. Jangan mendahului bicara di hadapan gurunya kecuali dengan izinnya. 4.
Jangan banyak bicara di hadapan guru. 5. Jangan bertanya sesuatu yang membosankannya. 6.
Jika berkunjung pada guru harus menjaga waktu, dan jika guru belum keluar maka jangan
mengetuk-ngetuk pintu, tapi bersabarlah hingga guru itu keluar. 7. Selalu memohon
keridlaannya. 8. Menjauhi hal-hal yang dapat menimbulkan kemarahan guru. 9. Melaksanakan
perintah guru asal bukan perintah maksiat. 10. Menghormati dan memuliakan anak-anak, famili
dan kerabat gurunya. Guru kami Syaikhul Islam Burhanuddin pengarang kitab "Al Hidayah"
pernah menceritakan : "Pada suatu hari datang para pemimpin dari Bukhara. Dia duduk di majlis
pengajian. Di tengah-tengah majlis itu dia sesekali berdiri. Maka ditanyakan kepadanya,
mengapa anda sesekali berdiri ? Jawabnya : "Sebab saya melihat putra guruku sedang bermainmain di jalanan bersama teman-temannya. Jika saya melihatnya lalu saya berdiri, karena saya
mengagungkan guruku." Al Qadli Imam Fahruddin Al Arsabandy seorang tokoh para pemimpin
di Marwa. la sangat dihormati dan dimuliakan para raja pada zamannya. Lalu katanya :
"Kesuksesan saya sebagai tokoh pemimpin dan mempunyai kedudukan dihormati para raja,
adalah lantaran saya selalu mengagungkan dan menghormati guru saya. Sebab saya berkhidmat
pada guru saya Syekh Al Qadli Imam Abu Yazid. Saya melayani dan memasakkan makanannya,
tetapi saya tidak ikut memakannya. Dan khidmatku itu semata-mata mengagungkannya."
Maksudnya bahwa khidmatku dan pekerjaanku memasakkan makanannya bukan karena untuk
ikut makan dan ikut memanfa'atkan, Tetapi semata-mata karena mengagungkan dan memuliakan.
Pasal IV : Mengagungkan Ilmu dan Ulama (Bag. 2) Syekh Imam Syamsul Aimmah Al
Khulwany ketika di Bukhara pernah merantau keluar di sementara desa hingga beberapa hari.
Selama di perantauan beliau banyak dikunjungi murid-muridnya, hanya Syekh Abu Bakar Az
Zarnuji saja yang tidak sempat berkunjung menjenguknya. Setelah berjumpa, Syekh Al
Khulwany bertanya kepadanya : "Mengapa engkau tidak menjengukku ?" Jawab Syekh Abu
Bakar : "Saya sedang sibuk berkidmat pada ibuku." Kemudian kata beliau : "Kalau demikian
engkau dikaruniai umur, tetapi tidak akan dikaruniai kelezatan belajar." Akhirnya kenyataan ini
memang benar-benar dirasakannya, sebab ia berada di desa, dimana kelancaran belajar tidak
dapat ia peroleh. Maka siapa yang menyakitkan perasaan gurunya, ia akan terhalang dari
keberkahan ilmu dan ilmunya tidak akan bermanfaat kecuali sedikit. Sebagaimana dinyatakan
dalam sya'ir Artinya : Sesungguhnya guru dan dokter itu tidak akan memberikan nasehat jika
keduanya tidak dihormati. Maka sabarlah merasakan sakitmu jika engkau mengabaikan
pemberi obat, dan terimalah kebodohanmu jika kamu mengabaikan guru. Maksudnya, bahwa
guru dan dokter tidak mau bertindak baik kepada pelajar dan orang sakit jika keduanya tidak
dihormati. Sebab jika keduanya tidak dihormati maka keduanya tidak mau mengasihi kepada
orang yang sakit dan pelajar, sehingga keduanya tidak mau memberi nasehat. Maka bersabarlah
merasakan sakitmu jika engkau mengabaikan dokter dan jangan memaksakannya untuk
mengobati. Demikian juga murid yang mengabaikan gurunya, maka harus mau menerima
kebodohan karma dalam belajar tidak memberikan manfa'at dan tetap dalam kebodohan.
Diceritakan, bahwa seorang Khalifah Bagdad Harun Ar Rasyid pernah menyerahkan putranya
kepada Syekh Ashmu'i seorang Syekh dari para Syekh Arab untuk mengajarkan ilmu dan
kesopanan kepadanya. Kemudian pada suatu hari Khalifah melihat Syekh Ashmui berwudlu dan
membasuh kaki, dimana putra Khalifah yang menuangkan airnya. Melihat demikian maka
Khalifah menegurnya : "Wahai Syekh, anakku saya serahkan kepadamu untuk dididik ilmu dan
kesopanan. Kenapa anakku tidak engkau suruh menuangkan air dengan tangan kanannya sedang
tangan kirinya untuk menggosok kakimu?" Termasuk mengagungkan ilmu adalah
mengagungkan kitab dengan mentelaah dan membacanya. Maka sebaiknya cara mengagungkan
kitab bagi penuntut ilmu hendaknya jangan memegang kitab kecuali dengan bersuci yaitu
berwudlu. Hal ini dikuatkan, bahwa Syaikhul Imam Syamsul Aimmah Al Khulwany
meriwayatkan : "Kesuksesan saya memperoleh ilmu ini, karena saya selalu mengagungkan ilmu,
dan sekali-kali saya tidak memegang bendel kitab melainkan dalam keadaan bersuci."
Bahwasanya Syaikhul Imam Syamsul Aimmah As Sarkhasiy dalam kondisi sakit perut. Maka
beliau berwudlu berkali-kali di waktu malam untuk belajar sampai 17 kali. Beliau tidak
mengulangi belajar melainkan dalam keadaan bersuci sebagai mengagungkan ilmu. Sebab ilmu
dan wudlu adalah cahaya. Maka akan bertambahlah cahaya ilmu lantaran berwudlu. Termasuk
mengagungkan ilmu yang wajib adalah, jangan memanjangkan (menarik) kaki pada kitab,
meletakkan kitab tafsir di atas semua kitab, dan jangan menaruh sesuatu benda di atas kitab.
Guru kami Syaikhul Islam Burhanuddin meriwayatkan dari seorang guru dari para gurunya,
bahwasanya ada salah seorang cendekia yang meletakkan tempat tinta di atas kitab. Seorang guru
tadi melihatnya seraya menegurnya dengan bahasa Persi yang artinya : "Jika demikian
tindakanmu, niscaya kamu tidak dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat." Karena menganggap
remeh dan rendah terhadap kitab. Seorang Guru Besar kami Qadli Fahrul Islam yang terkenal
dengan nama Qadli Khan berkata : "Jika menaruh sesuatu di atas kitab itu tidak bermaksud
meremehkan, maka tidak jadiapa. Tetapi sebaiknya jangan menaruh sesuatu benda di atas kitab."
Termasuk mengagungkan ilmu adalah memperindah tulisan dalam kitab. Jangan menulis terlalu
kecil sehingga tidak jelas. Berilah sisa ruangan tepi halanan untuk catatan-catatan penting,
kecuali bila darurat. Imam Abu Hanifah pernah melihat seorang menulis dengan tulisan yang
jelek sulit dibaca, maka beliau menegurnya : "Janganlah kamu memperjelek tulisanmu, sebab
jika kamu hidup akan menyesal dan jika mi akan dicerca." Maksudnya jika kamu berumur
panjang hingga lewat usia sedangkan penglihatanmu sudah lemah kamu tentu menyesal, karena
kamu merasa sakit untuk membacanya. Diceritakan dari Syekh Al Imam Majduddin As
Sharakhiy bahwa ia berkata : "Aku sesali tulisanku yang terlalu kecil dan rucek padahal sudah
kuanggap sempuma. Akupun menyesal karena tidak membandingkan kitab dan mencocokkannya
dengan yang lain." Selama itu kami menyesal karena membawa dampak membahayakan diri
kami, sehingga menjadi kendala setiap kami mentelaah untuk memahami maksudnya. Sebaiknya
kitab itu dibuat bendel kurasan yang terdiri empat lembaran, seperti aturan bendel kitab Abu
Hanifah, agar mudah diangkat, diletakkan dan ditelaah. Dan sebaiknya jangan menulisi atau
membubuhi sesuatu yang merah dalam kitab. Sebab hal itu merupakan perbuatan para Ahli
Filsafat, dan bukan tuntunan para Ulama Salaf. Sebagian guru-guru kami ada yang membenci
tulisan yang diselang-seling dengan merah. Barangkali kebencian ini karena berdampak seperti
tersebut dan juga karena warnanya. Termasuk mengagungkan ilmu lagi adalah mengagungkan
dan menghormati teman-teman yang menemani dalam menuntut ilmu dan belajar serta siapa saja
yang pernah mengajar yaitu guru. Kerinduan hati itu tercela, kecuali apabila hati itu rindu untuk
mempelajari ilmu pengetahuan, yang dengan Sebab itu dapat menimbulkan kerinduan terhadap
para guru dan kawan-kawannya dalam rangka mencari faidah dari mereka. Sebaiknya penuntut
ilmu hendaknya benar-benar memperhatikan Ilmu dan hikmah dengan mengagungkan dan
memuliakan, sekalipun telah mendengar satu masalah dan satu kalimat itu 1000 (seribu) kali.
Sebab telah diterangkan bahwa siapa yang tidak mau mengagungkannya setelah seribu kali,
seperti mengagungkannya pada waktu pertama kali mendengar, maka ia tidak termasuk ahli
ilmu. Sebab ilmu harus diagungkan dan dimuliakan dalam segala keadaan dan waktu tidak
terbatas pada suatu waktu tertentu. Maka siapa berhenti dalam mengagungkan ilmu dalam
sementara waktu tertentu dan tidak sampai pada puncak mengagungkan, dia tidak termasuk ahli
ilmu. Sebab orang yang memperoleh kelezatan ilmu dan mengetahui potensinya serta
kedudukannya, maka dia tidak dapat untuk tidak mengagungkannya. Penuntut ilmu sebaiknya
jangan sampai memilih vak-vak atau bidang Ilmu pengetahuan semaunya sendiri tanpa
memusyawarahkan pada gurunya. Tetapi arahkanlah dan mintalah pertimbangan kepada guru.
Sebab guru itu lebih berpengalaman dan telah sukses, dimana ia akan memilihkan bidang ilmu
pada muridnya sesuai bakat dan kemampuannya masing-masing. Sebab bakat dan kemampuan
itu berbeda-beda, ada yang cocoknya bidang Diceritakan dari Syekh Al Imam Majduddin As
Sharakhiy bahwa ia berkata : "Aku sesali tulisanku yang terlalu kecil dan rucek padahal sudah
kuanggap sempuma. Akupun menyesal karena tidak membandingkan kitab dan mencocokkannya
dengan yang lain." Selama itu kami menyesal karena membawa dampak membahayakan diri
kami, sehingga menjadi kendala setiap kami mentelaah untuk memahami maksudnya. Sebaiknya
kitab itu dibuat bendel kurasan yang terdiri empat lembaran, seperti aturan bendel kitab Abu
Hanifah, agar mudah diangkat, diletakkan dan ditelaah. Dan sebaiknya jangan menulisi atau
membubuhi sesuatu yang merah dalam kitab. Sebab hal itu merupakan perbuatan para Ahli
Filsafat, dan bukan tuntunan para Ulama Salaf. Sebagian guru-guru kami ada yang membenci
tulisan yang diselang-seling dengan merah. Barangkali kebencian ini karena berdampak seperti
tersebut dan juga karena warnanya. Termasuk mengagungkan ilmu lagi adalah mengagungkan
dan menghormati teman-teman yang menemani dalam menuntut ilmu dan belajar serta siapa saja
yang pernah mengajar yaitu guru. Kerinduan hati itu tercela, kecuali apabila hati itu rindu untuk
mempelajari ilmu pengetahuan, yang dengan Sebab itu dapat menimbulkan kerinduan terhadap
para guru dan kawan-kawannya dalam rangka mencari faidah dari mereka. Sebaiknya penuntut
ilmu hendaknya benar-benar memperhatikan Ilmu dan hikmah dengan mengagungkan dan
memuliakan, sekalipun telah mendengar satu masalah dan satu kalimat itu 1000 (seribu) kali.
Sebab telah diterangkan bahwa siapa yang tidak mau mengagungkannya setelah seribu kali,
seperti mengagungkannya pada waktu pertama kali mendengar, maka ia tidak termasuk ahli
ilmu. Sebab ilmu harus diagungkan dan dimuliakan dalam segala keadaan dan waktu tidak
terbatas pada suatu waktu tertentu. Maka siapa berhenti dalam mengagungkan ilmu dalam
sementara waktu tertentu dan tidak sampai pada puncak mengagungkan, dia tidak termasuk ahli
ilmu. Sebab orang yang memperoleh kelezatan ilmu dan mengetahui potensinya serta
kedudukannya, maka dia tidak dapat untuk tidak mengagungkannya. Penuntut ilmu sebaiknya
jangan sampai memilih vak-vak atau bidang Ilmu pengetahuan semaunya sendiri tanpa
memusyawarahkan pada gurunya. Tetapi arahkanlah dan mintalah pertimbangan kepada guru.
Sebab guru itu lebih berpengalaman dan telah sukses, dimana ia akan memilihkan bidang ilmu
pada muridnya sesuai bakat dan kemampuannya masing-masing. Sebab bakat dan kemampuan
itu berbeda-beda, ada yang cocoknya bidang Ilmu Fiqih, ada yang ilmu-ilmu Bahasa Arab dan
yang lain. Maka guru pasti mengetahui bakat murid dan mengetahui berbagai macam ilmu yang
cocok dengan bakat dan kemampuannya. Syekh Al Imam Ustadz Syaikhul Islam Burhanuddin
mengatakan "Para santri pada zaman dahulu dalam mememilih bidang ilmu sama menyerahkan
pada gurunya. Sehingga cita-cita mereka dapat sukses dengan gemilang. Sedangkan pada masa
sekarang, mereka memilih bidang-bidang ilmu pengetahuan menurut kehendaknya sendiri tanpa
pertimbangan dan sepengertian guru. Maka kebanyakan cita-cita mereka untuk memperoleh ilmu
dan Fiqih tidak berhasil. Sebab mereka tidak tahu Ilmu yang lebih bermanfaat bagi mereka dan
ilmu mana yang lebih cocok dengan bakatnya. Maka mereka tidak mendapat petunjuk kepada
apa yang dituntut. Diriwayatkan, bahwa Muhammad bin Ismail AI Bukhari rahimahuIlahu Ta'ala
pertama kali belajar Fiqih bab shalat kepada Syekh Muhammad bin Al Hasan yang masyhur
dengan sebutan Imam Ar Rabbani dari madzhab Hanafi. Lalu Syekh Muhammad bin Al Hasan
menyarankan kepada Muhammad bin Ismail seraya berkata : "Sebaiknya anda pindah dari sini
dan belajarlah Ilmu Hadits." Hal ini karena beliau mengetahui, bahwa bakat Muhammad bin
Ismail Al Bukhari itu Ilmu Hadits. Setelah ia menerima saran dari gurunya, ia segera pindah dan
benar-benar menekuni serta mendalami Ilmu Hadits. Akhirnya terbuktilah bahwa ia, menjadi
Ulama Besar Ahli Hadits, dan memperoleh peringkat pertama dari sekian ulama ahli hadits yang
sangat populer dengan nama Imam Bukhari penyusun kitab Hadits Shahih Bukhari, yang
mu'tabar di kalangan para manusia sesudah Kitabullah. Janganlah duduk terlalu dekat dengan
guru di waktu murid itu sedang belajar kecuali terpaksa. Tapi ambillah jarak duduk dengan guru
sekira lengkung panah. Hal ini lebih dekat pada ta'dhim (mengagungkan). Penuntut ilmu
hendaknya juga menghindari budi pekerti tercela menurut syara'. Sebab budi pekerti tercela itu
ibarat anjing. Karena anjing itu dapat menyakiti orang yang menemaninya, demikian pula budi
pekerti yang tercela dapat menyakiti dirinya dan orang yang menemaninya. Rasulullah s.a.w.
benar-benar pernah bersabda : Artinya : "Malaikat tidak mau masuk rumah yang di dalamnya
terdapat gambar atau anjing." Maka siapa yang mempunyai akhlak tercela yang digambarkan
seperti anjing secara maknawi, maka para malaikat merasa sakit dan lari dari orang itu serta tidak
mau memasuki rumahnya. Padahal manusia dapat sukses memperoleh ilmu dengan perantaraan
malaikat. Maksudnya bahwa keadaan manusia dalam belajar hanyalah dengan perantaraan
bisikan malaikat. Maka jelaslah bahwa orang yang berbudi pekerti tercela dan hina, ia tidak akan
memiliki keelokan ilmu. Tentang budi pekerti tercela dapat anda ketahui dalam kitab Akhlak, dan
kitab kami ini tidak akan memuat penjelasannya. Sebab tujuan pembukuan kitab ini sebagai
penjelasan Metode Pengajaran dan Belajar. Sedangkan pembahasan akhlak adalah di luar tujuan
ini. Terutama penuntut ilmu hendaknya menjauhi kesombongan, karena sombong termasuk budi
pekerti tercela yang berbahaya, dan dengan kesombongan itu maka ilmu tidak dapat dihasilkan.
Karma ilmu mengajak kepada tawadlu' (merendahkan diri) dan menolak takabur (sombong).
Dalam sya'ir telah dikatakan : Artinya : "Ilmu adalah musuh orang yang sombong ; bagaikan
banjir yang merusak tempat-tempat yang tinggi." "Al Harbu" dengan arti "Al Aduwwu" yaitu
"Musuh". Pengarang Kamus mengatakan : "Seorang diperangi adalah musuh yang dilawan." Dan
yang dimaksud bahwa ilmu menjadi musuh terhadap orang yang sombong lagi angkuh.
Disebutkan pula dalam sya'ir Artinya : - Segala kemuliaan dapat sukses karena karunia Allah
bukan karena kesungguhan saja ; Maka apakah keagungan dapat diperoleh tanpa kesungguhan. Banyak hamba yang menduduki kedudukan orang merdeka ; dan tidak sedikit orang merdeka
menempati kedudukan hamba. "Al Jaddu" yang pertama dengan fathah jim-nya dengan makna
"Al Bakhtu" artinya :keuntungan ; kemuliaan. Yang kedua dengan kasrah jimnya "Jiddin"
maknanya "Al Jahdu" dan "As Sa'yu" yaitu : kesungguhan dan usaha. Maksudnya bahwa segala
kemuliaan, keuntungan dan keagungan itu dengan karunia Allah Ta'ala yang disertai dengan
kesungguhan usaha. Banyak para hamba yang menduduki kedudukan orang merdeka dalam
martabat dan kemuliaannya dengan karunia Allah Ta'ala yang disertai kesungguhan dan usaha.
Dan tidak sedikit orang merdeka yang menempati kedudukan hamba dalam kehinaannya karena
tidak disertai usaha dan kesungguhan dari karunia Allah Ta'ala Read more at:
http://alifbraja.blogspot.com/2012/06/kitab-talimul-mutaalim-pasal-4.html Copyright
ALIFBRAJA|alifbraja.blogspot.com Under Common Share Alike Atribution
Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
FASAL IV MENGAGUNGKAN ILMU DAN AHLI ILMU
Mengagungkan ilmu
.
Penting diketahui, Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula
ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan
menghormati keagungan gurunya.
:
: .
.
Ada dikatakan : Dapatnya orang mencapai sesuatu hanya karena mengagungkan sesuatu
itu, dan gagalnya pula karena tidak mau mengagungkannya. Tidaklah anda telah tahu,
manusia tidak menjadi kafir karena maksiatnya, tapi jadi kafir lantaran tidak mengagungkan
Allah.
Mengagungkan Guru
:
.
Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati pada sang guru. Ali ra berkata:
Sayalah menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah
padanya, saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap menjadi hambanya.
:
.
Dalam masalah ini saya kemukakan Syiirnya:
Keyakinanku tentang haq guru, hak paling hak adalah itu
Paling wajib di pelihara, oleh muslim seluruhnya
demi memulyakan, hadiah berhak di haturkan
seharga dirham seribu, tuk mengajar huruf yang Satu
Memang benar, orang yang mengajarmu satu huruf ilmu yang diperlukan dalam urusan
agamamu, adalah bapak dalam kehidupan agamamu.
:
:
.
Guru kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata : Guru-guru kami berucap :
bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan,
mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang tengah dalam
pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh ternyata bukan putranya yang alim, maka cucunyalah
nanti.
.
Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di tempatnya,
memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam darinya,
dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar
hingga ia sendiri yang keluar dari rumah.
:
:
: . .
Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya
dan menjungjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama, sebab orang
tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan perbuatan durhak kepada Allah Maha
Pencipta. Termasuk arti menghormati guru pula, yaitu menghormati putera dan semua
oarang yang bersangkut paut dengannya.
:
: ,
.
Di sini Guru kita Syaikhul Islam Burhanuiddin Shahibul Hidayah pernah bercerita bahwa
ada seorang imam besar di Bochara, pada suatu ketika sedang asyiknya di tenmgah majlis
belajar ia sering berdiri lalu duduk kembali. Setelah ditanyai kenapa demikian, lalu
jawabnya : ada seorang putra guruku yang sedang main-main dihalaman rumah dengan
teman-temannya, bila saya melihatnya sayapun berdiri demi menghormati guruku.
:
] [ .
Qodli Imam Fakhruddin Al-Arsyabandiy yang menjabat kepala para imam di marwa lagi pula
sangat di hormati sultan itu berkata : Saya bisa menduduki derajat ini, hanyalah berkah
saya menghormati guruku. Saya menjadi tukang masak makanan beliau, yaitu beliau Abi
Yazid Ad-Dabbusiy, sedang kami tidak turut memakannya.
: :
: .
Syaikhul Imamil Ajall Syaikhul Aimmah Al-Khulwaniy, karena suatu peristiwa yang menimpa
dirinya, maka berpindah untuk beberapa lama, dari Bochara kesuatu pedesaan. Semua
muridnya berziarah kesana kecuali satu orang saja, yaitu syaikhul imam Al-qadli Abu Bakar
Az-Zarnujiy. Setelah suatu saat bisa bertemu, beliau bertanya: kenapa engkau tidak
menjengukku? Jawabnya : Maaf tuan, saya sibuk merawat ibuku beliau berkata: Engkau
dianugrahi panjang usia, tetapi tidak mndapat anugrah buah manis belajar. Lalu
kenyataanya seperti itu, hingga sebagian banyak waktu Az-Zarnujiy digunakan tinggal di
pedesaan yang membuatnya kesulitan belajar.
.
[] !
[] !
Barang siapa melukai hati sang gurunya, berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit
kemamfaatannya.
Sungguh, dokter dan guru
Tak akan memberi nasehat, bila tak di hormat
terimalah penyakitmu, bila kau acuh doktermu
dan terimalah bodohmu, bila kau tentang sang guru
: ] [
Suatu hikayat : Khalifah Harun Ar-Rasyid mengirim putranya kepada Al-Ashmaiy agar diajar
ilmu dan adab. Pada suatu hari, Khalifah melihat Al-Ashmaiy berwudlu dan membasuh
sendiri kakinya, sedang putra khalifah cukup menuang air pada kaki tersebut. Maka,
Khalifahpun menegur dan ujarnya : Putraku saya kirim kemari agar engkau ajar dan didik;
tapi mengapa tidak kau perintahkan agar satu tangannya menuang air dan tangan satunya
lagi membasuh kakimu?
Memuliakan Kitab
:
.
:
.
.
Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu memulyakan kitab, karena itu, sebaiknya pelajar
jika mengambil kitabnya itu selalu dalam keadaan suci. Hikayat, bahwa Syaikhul islam
Syamsul Aimmah Al-Khulwaniy pernah berkata : Hanya saya dapati ilmu ilmuku ini adalah
dengan mengagungkan. Sungguh, saya mengambil kertas belajarku selalu dalam keadaan
suci.
Syaikhul Imam Syamsul Aimmah As-sarkhasiy pada suatu malam mengulang kembali
pelajaran-pelajarnnya yang terdahulu, kebetulan terkena sakit perut. Jadi sering kentut.
Untuk itu ia melakukan 17 kali berwudlu dalam satu malam tersebut, karena
mempertahankan supaya belajar dalam keadaan suci. Demikianlah sebab ilmu itu cahaya,
wudlupun cahaya. Dan cahaya ilmu akan semakin cemerlang bila di barengi cahaya
berwudlu.
][ .
Termasuk memulykan yang harus dilakukan, hendaknya jangan membentangkan kaki
kearah kitab. Kitab tafsir letaknya diatas kitab-kitab lain, dan jangan sampai menaruh
sesuatu diatas kitab.
:
:[]
Guru kita Burhanuddin pernah membawakan cerita dri seorang ulama yang mengtakan ada
seoranag ahli fikih meletakan botol tinta di atas kitab. Ulama itu sraya berkata : Tidak
bermanfaat ilmumu.
:
.
Guru kita Qodli Fakhrul Islam yang termasyur dengan Qodli Khan pernah berkata: Kalau
yang demikian itu tidak dimaksud meremehkan, maka tidak mengapalah. Namun lebih
baiknya disingkiri saja.
:
.
:
.
.
:
Termasuk pula arti mengagungkan, hendak menulis kitab sebaik mungkin. Jangan kabur,
jangan pula membuat catatan penyela/penjelas yang membuat tulisan kitab tidak jelas lagi,
kecuali terpaksa harus dibuat begitu. Abu hanifah pernah mengetahui seorang yang tidak
jelas tulisannya, lalu ujarnya: Jangan kau bikin tulisanmu tidak jelas, sedang kau kalau ada
umur panjang akan hidup menyesal, dan jika mati akan dimaki. Maksudnya, jika kau
semakin tua dan matamua rabun, akan menyesali perbuatanmua sendiri itu. Diceritakan
dari Syaikhul Imam Majduddin Ash-Shorhakiy pernah berkata: Kami menyesal;I tulisan
yang tidak jelas, catatan kami yang pilih-pilih dan pengetahuan yang tidak kami bandingkan
dengan kitab lain.
Sebaiknya format kitab itu persegi empat, sebagaimana format itu pulalah kitab-kitab Abu
Hanifah. Dengan format tersebut, akan lebih memudahkan jika dibawa, diletakkan dan di
muthalaah kembali.
.
Sebaiknya pula jangan ada warna merah didalam kitab, karena hal itu perbuatan kaum
filsafat bukan ulama salaf. Lebih dari itu ada diantara guru-guru kita yang tidak suka
memakai kendaraan yang berwarna merah.
Menghormati Teman
] [ :
. .
Termasuk makna mengagungkan ilmu pula, yaitu menghormati teman belajar dan guru
pengajar. Bercumbu rayu itu tidak dibenarkan, selain dalam menuntut ilmu. Malah
sebaliknya di sini bercumbu rayu degnan guru dan teman sebangku pelajarannya.
Sikap Selalu Hormat Dan Khidmah
: .
.
Hendaknya penuntut ilmu memperhatikan segala ilmu dan hikmah atas dasar selalu
mengagungkan dan menghormati, sekalipun masalah yang itu-itu saja telah ia dengar
seribu kali. Adalah dikatakan : Barang siapa yang telah mengagungkannya setelah lebih
dari 1000 kali tidak sebagaimana pada pertama kalinya, ia tidak termasuk ahli ilmu.
Jangan Memilih Ilmu Sendiri
.
Hendaklah sang murid jangan menentukan pilihan sendiri terhadap ilmu yang akan
dipelajari. Hal itu dipersilahkan sang guru untuk menentukannya, karena dialah yang telah
berkali-kali melakukan percobaan serta dia pula yang mengetahui ilmu yang sebaiknya
diajarkan kepada seseorang dan sesuai dengan tabiatnya.
:
.
Syaikhul Imam Agung Ustadz Burhanul Haq Waddin ra. Berkata: Para siswa dimasa
dahulu dengan suka rela menyerahkan sepenuhnya urusan-urusan belajar kepada gurunya,
ternyata mereka peroleh sukses apa yang di idamkan; tetapi sekarang pada menentukan
pilihan sendiri, akhirnyapun gagal cita-citanya dan tidak bisa mendapatkan ilmu dan fihq.
:
Hikayat orang, bahwa Muhammad bin Ismail Al-Bukhariy pada mulanya adalah belajar
shalat kepada Muhammad Ibnul Hasan. Lalu sang guru ini memerintahkan kepadanya :
Pergilah belajar ilmu hadist! setelah mengetahui justru ilmu inilah yang lebih sesuai untuk
Bukhariy. Akhirnya pun ia belajar hadist hingga menjadi imam hadist paling terkemuka.
Jangan Duduk Terlalu Dekat Dengan Guru
.
Diwaktu belajar, hendaklah jangan duduk terlalu mendekati gurunya, selain bila terpaksa.
Duduklah sejauh antar busur panah. Karena dengan begitu, akan terlihat mengagungkan
sang guru.
Menyingkiri Akhlak Tercela
:
. .
.
[ ].
][ :
:
Pelajar selalu memnjaga dirinya daripada akhlak-akhlak yang tercela. Karena akhlak buruk
itu ibarat anjing. Rasulullah saw bersabda: Malaikat tidak akan masuk rumah yang di
dalamnya terdapat gambar atau anjing. Padahal orang belajar itu dengan perantara
malaikat. Dan terutama yang disingkiri adalah sikap takabur dan sombong. Syaiir
dikatakan:
ilmu itu musuh bagi penyombong diri
laksana air bah, musuh dataran tinggi
Diraih keagungan dengan kesungguhan bukan semata dengan harta tumpukan
bisakah agung didapat? Dengan harta tanpa semangat?
Banyak sahaya, menduduki tingkat merdeka
Banyak orang merdeka, menduduki tingkat sahaya
FASAL IV
MENGAGUNGKAN ILMU DAN AHLI ILMU
1. Mengagungkan ilmu
.
Penting diketahui, Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula
ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan
.menghormati keagungan gurunya
: . :
.
Ada dikatakan : Dapatnya orang mencapai sesuatu hanya karena mengagungkan sesuatu itu,
dan gagalnya pula karena tidak mau mengagungkannya. Tidaklah anda telah tahu, manusia
tidak menjadi kafir karena maksiatnya, tapi jadi kafir lantaran tidak mengagungkan Allah.
1. Mengagungkan Guru
: .
Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati pada sang guru. Ali ra berkata: Sayalah
menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau
dijual, di merdekakan ataupun tetap menjadi hambanya.
:
.
Dalam masalah ini saya kemukakan Syiirnya:
Di sini Guru kita Syaikhul Islam Burhanuiddin Shahibul Hidayah pernah bercerita bahwa ada
seorang imam besar di Bochara, pada suatu ketika sedang asyiknya di tenmgah majlis belajar ia
sering berdiri lalu duduk kembali. Setelah ditanyai kenapa demikian, lalu jawabnya : ada seorang
putra guruku yang sedang main-main dihalaman rumah dengan teman-temannya, bila saya
melihatnya sayapun berdiri demi menghormati guruku.
:
[ ]
.
Qodli Imam Fakhruddin Al-Arsyabandiy yang menjabat kepala para imam di marwa lagi pula
sangat di hormati sultan itu berkata : Saya bisa menduduki derajat ini, hanyalah berkah saya
menghormati guruku. Saya menjadi tukang masak makanan beliau, yaitu beliau Abi Yazid AdDabbusiy, sedang kami tidak turut memakannya.
:
: . :
Syaikhul Imamil Ajall Syaikhul Aimmah Al-Khulwaniy, karena suatu peristiwa yang menimpa
dirinya, maka berpindah untuk beberapa lama, dari Bochara kesuatu pedesaan. Semua muridnya
berziarah kesana kecuali satu orang saja, yaitu syaikhul imam Al-qadli Abu Bakar Az-Zarnujiy.
Setelah suatu saat bisa bertemu, beliau bertanya: kenapa engkau tidak menjengukku?
Jawabnya : Maaf tuan, saya sibuk merawat ibuku beliau berkata: Engkau dianugrahi panjang
usia, tetapi tidak mndapat anugrah buah manis belajar. Lalu kenyataanya seperti itu, hingga
sebagian banyak waktu Az-Zarnujiy digunakan tinggal di pedesaan yang membuatnya kesulitan
belajar.
.
[] !
[] !
Barang siapa melukai hati sang gurunya, berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit
kemamfaatannya.
: ] [
Suatu hikayat : Khalifah Harun Ar-Rasyid mengirim putranya kepada Al-Ashmaiy agar diajar
ilmu dan adab. Pada suatu hari, Khalifah melihat Al-Ashmaiy berwudlu dan membasuh sendiri
kakinya, sedang putra khalifah cukup menuang air pada kaki tersebut. Maka, Khalifahpun
menegur dan ujarnya : Putraku saya kirim kemari agar engkau ajar dan didik; tapi mengapa
tidak kau perintahkan agar satu tangannya menuang air dan tangan satunya lagi membasuh
kakimu?
1. Memulyakan Kitab
. :
. :
.
Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu memulyakan kitab, karena itu, sebaiknya pelajar jika
mengambil kitabnya itu selalu dalam keadaan suci. Hikayat, bahwa Syaikhul islam Syamsul
Aimmah Al-Khulwaniy pernah berkata : Hanya saya dapati ilmu ilmuku ini adalah dengan
mengagungkan. Sungguh, saya mengambil kertas belajarku selalu dalam keadaan suci.
Syaikhul Imam Syamsul Aimmah As-sarkhasiy pada suatu malam mengulang kembali pelajaranpelajarnnya yang terdahulu, kebetulan terkena sakit perut. Jadi sering kentut. Untuk itu ia
melakukan 17 kali berwudlu dalam satu malam tersebut, karena mempertahankan supaya belajar
dalam keadaan suci. Demikianlah sebab ilmu itu cahaya, wudlupun cahaya. Dan cahaya ilmu
akan semakin cemerlang bila di barengi cahaya berwudlu.
][
.
Termasuk memulykan yang harus dilakukan, hendaknya jangan membentangkan kaki kearah
kitab. Kitab tafsir letaknya diatas kitab-kitab lain, dan jangan sampai menaruh sesuatu diatas
kitab.
:
:[]
Guru kita Burhanuddin pernah membawakan cerita dari seorang ulama yang mengtakan ada
seoranag ahli fikih meletakan botol tinta di atas kitab. Ulama itu sraya berkata : Tidak
bermanfaat ilmumu.
:
.
Guru kita Qodli Fakhrul Islam yang termasyur dengan Qodli Khan pernah berkata: Kalau yang
demikian itu tidak dimaksud meremehkan, maka tidak mengapalah. Namun lebih baiknya
disingkiri saja.
: .
. :
.
:
Termasuk pula arti mengagungkan, hendak menulis kitab sebaik mungkin. Jangan kabur, jangan
pula membuat catatan penyela/penjelas yang membuat tulisan kitab tidak jelas lagi, kecuali
terpaksa harus dibuat begitu. Abu hanifah pernah mengetahui seorang yang tidak jelas
tulisannya, lalu ujarnya: Jangan kau bikin tulisanmu tidak jelas, sedang kau kalau ada umur
panjang akan hidup menyesal, dan jika mati akan dimaki. Maksudnya, jika kau semakin tua dan
matamua rabun, akan menyesali perbuatanmua sendiri itu. Diceritakan dari Syaikhul Imam
Majduddin Ash-Shorhakiy pernah berkata: Kami menyesal;I tulisan yang tidak jelas, catatan
kami yang pilih-pilih dan pengetahuan yang tidak kami bandingkan dengan kitab lain.
Sebaiknya format kitab itu persegi empat, sebagaimana format itu pulalah kitab-kitab Abu
Hanifah. Dengan format tersebut, akan lebih memudahkan jika dibawa, diletakkan dan di
muthalaah kembali.
.
Sebaiknya pula jangan ada warna merah didalam kitab, karena hal itu perbuatan kaum filsafat
bukan ulama salaf. Lebih dari itu ada diantara guru-guru kita yang tidak suka memakai
kendaraan yang berwarna merah.
1. Menghormati Teman
. . ] [ :
Termasuk makna mengagungkan ilmu pula, yaitu menghormati teman belajar dan guru pengajar.
Bercumbu rayu itu tidak dibenarkan, selain dalam menuntut ilmu. Malah sebaliknya di sini
bercumbu rayu degnan guru dan teman sebangku pelajarannya.
1. Sikap Selalu Hormat Dan Khidmah
: .
.
Hendaknya penuntut ilmu memperhatikan segala ilmu dan hikmah atas dasar selalu
mengagungkan dan menghormati, sekalipun masalah yang itu-itu saja telah ia dengar seribu kali.
Adalah dikatakan : Barang siapa yang telah mengagungkannya setelah lebih dari 1000 kali tidak
sebagaimana pada pertama kalinya, ia tidak termasuk ahli ilmu.
1. Jangan Memilih Ilmu Sendiri
.
Hendaklah sang murid jangan menentukan pilihan sendiri terhadap ilmu yang akan dipelajari.
Hal itu dipersilahkan sang guru untuk menentukannya, karena dialah yang telah berkali-kali
melakukan percobaan serta dia pula yang mengetahui ilmu yang sebaiknya diajarkan kepada
seseorang dan sesuai dengan tabiatnya.
:
.
Syaikhul Imam Agung Ustadz Burhanul Haq Waddin ra. Berkata: Para siswa dimasa dahulu
dengan suka rela menyerahkan sepenuhnya urusan-urusan belajar kepada gurunya, ternyata
mereka peroleh sukses apa yang di idamkan; tetapi sekarang pada menentukan pilihan sendiri,
akhirnyapun gagal cita-citanya dan tidak bisa mendapatkan ilmu dan fihq.
:
Hikayat orang, bahwa Muhammad bin Ismail Al-Bukhariy pada mulanya adalah belajar shalat
kepada Muhammad Ibnul Hasan. Lalu sang guru ini memerintahkan kepadanya : Pergilah
belajar ilmu hadist! setelah mengetahui justru ilmu inilah yang lebih sesuai untuk Bukhariy.
Akhirnya pun ia belajar hadist hingga menjadi imam hadist paling terkemuka.
1. Jangan Duduk Terlalu Dekat Dengan Guru
.
Diwaktu belajar, hendaklah jangan duduk terlalu mendekati gurunya, selain bila terpaksa.
Duduklah sejauh antar busur panah. Karena dengan begitu, akan terlihat mengagungkan sang
guru.
1. Menyingkiri Akhlak Tercela
:
. .
.
[ ].
] [
Pelajar selalu memnjaga dirinya daripada akhlak-akhlak yang tercela. Karena akhlak buruk itu
ibarat anjing. Rasulullah saw bersabda: Malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya
terdapat gambar atau anjing. Padahal orang belajar itu dengan perantara malaikat. Dan terutama
yang disingkiri adalah sikap takabur dan sombong.
Syaiir dikatakan:
BAB PERTAMA
TERJEMAH IHYA ULUMIDDIN
TENTANG KEUTAMAAN ILMU 'MENGAJAR, BELAJAR
DAN DALIL-DALIL DARI NAQL
DAN AL HADITS ) DAN AKAL
halaman 1
Keutamaan ilmu.
:
(18 :3 )
Artinya "Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu)" (Ali 'Imran : 18).
Dalil-dalilnya dari Al Qur'an - adalah firman Allah 'Azza Wa Jalla :
:
(11 : )
:
Ibnu Abbas ra berkata : "Para ulama memperoleh beberapa derajat di atas
kaum mu'minin dengan tujuh ratus derajat yang mana antara dua derajat itu
perjalanan lima ratus tahun.
:
:
Dan Allah 'Azza Wa Jalla berfirman :
Artinya : "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hambahambaNya, hanyalah ulama" (Fathir : 28).
:
Allah Ta'ala berfirman.:
Artinya : "Dan berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab : "Aku
akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu" (An
Naml : 39).
Sebagai pemberi perhatian bahwa ia dapat melaksanakan itu dengan
kekuatan ilmu.
.. :
Allah 'Azza Wa Jalla berfirman
Artinya : "Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu :"Kecelakaan yang
besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang
beriman
dan
beramal
saleh"
(AI
Qashash
:
80).
Allah menjelaskan bahwa besarnya kadar/ukuran akhirat itu diketahui
dengan ilmu.
:
Allah Ta'ala berfirman . Artinya : "Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami
buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu" (Al 'Ankabut : 43).
:
.
Artinya : "Kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil amri di
antara mereka tentang orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya
(akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri)" (An Nisa' :
83).
Allah
menyerahkan
hukumNya
mengenai
beberapa
peristiwa
kepada
istimbath mereka, dan Dia menyusulkan tingkat mereka kepada tingkat para
Nabi dalam menyingkap hukum Allah.
. :
Dan ada ulama yang mengatakan mengenai firman Allah Ta'ala
Artinya "Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutupi "auratmu " dan pakaian indah untuk perhiasan dan
pakaian takwa" (Al Araf : 26).
ilmu,
pakaian
indah
adalah
. :
Allah 'Azza Wa Jalla berfirman :
Artinya : "Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al
Qur'an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar
pengetahuan Kami" (AI Araf : 52).
:
Allah 'Azza Wa Jalla berfirman :
Artinya : "Sebenarnya, Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam
dada orang-orang yang diberi ilmu (At 'Angkabut : 49).
Dan Allah Ta'ala berfirman :Artinya : "Dia menciptakan manusia,
mengajarnya pandai bicara" (Ar Rahman : 3 4).Allah menuturkan hal itu
dalam rangka menampilkan pemberian keni'matan.
. :
) :
Adapun hadits-hadits maka Rasulullah SAW bersabda:
Artinya : "Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan maka Allah
menjadik-annyaia pandai mengenaiagamadan is diilhami petunjukNya.
(Muttafaq 'alaih dari hadits Mu'awiyah tanpa tambahan ini pada AthThabrani
dalam Al Kabir.)
[1]1( ) :
) (
.
1[1]
Beliau SAW bersabda :Artinya : "Ulama itu adalah para pewaris para Nabi.
(H.R. Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya
dari Abu Darda'.)
[ ) ( 1]
.
Dan diketahui (sudah maklum) bahwasanya tidak ada derajat di atas derajat
para Nabi, dan tidak ada kemuliaan di atas mulianya pewarisan derajat itu.
. [1]3( ) : Beliau
SAW bersabda ;
[ ) ( 1]
.
Artinya : "Sesuatu yang di langit dan bumi itu memohonkan ampunan bagi
orang 'alim (pandai)".Ini adalah sebagian hadits Abu Darda' yang terdahulu.
) :
[1]5( Beliau SAW bersabda
[ ) ( 1]
.
2
3
4
5
6
Artinya "Sesungguhnya hikmah (ilmu) itu menambah orang yang mulia akan
kemuliaan dan mengangkat hamba sahaya sehingga ia mencapai capaian
raja-raja.'
(H.R. Abu Na'im dalam Al Hilyah, Ibnu Abdil Barr dalam Bayaul Ilmi, dan Abd.
Ghani dalam Adabul Muhaddits dari hadits Anas dengan sanad yang lemah.)
) :
[1]7(
Beliau SAW bersabda
Artinya "Dua pekerti tidak terdapat di dalam orang munafik, yaitu perilaku
yang baik dan pandai dalam agama".(H.R. At Tirmidzi dari Abu Ijurairah, ia
mengatakan hadits gharib.)
.
Dan tidak ragu lagi dalam hadits akan nifaknya sebagian fuqaha' masa ini,
karena beliau tidak menghendakinya dengan fiqh yang kamu duga. Dan
akan datang
pengertian fiqh, dan serendah-rendah derajat ahli fiqh adalah orang yang
mengetahui bahwa akhirat itu lebih baik dari pada dunia.
Pengertian ini apabila benar-benar dan dapat menang atasnya maka
dengannya ia akan terlepas nifak dari nifak dan riya'.
) :
[1]8(
7
8
( ...[ ) 1]
.
) :
( ... ) 1]1](
.Beliau SAW
bersabda :Artinya : "Iman itu telanjang, pakaiannya adalah takwa, perhiasannya adalah malu, dan buahnya adalah ilmu ". (H.R. Al Hakim dalam Tarikh Naisabur
dari hadits Abu Darda' dengan sanad yang lemah.)
) :
[ ) 1]10(
( ...
.Beliau SAW
bersabda : Artinya "Orang yang paling dekat dari derajat kenabian adalah
ahli ilmu dan jihad (perjuangan). Adapun ahli ilmu maka mereka
menunjukkan manusia atas apa yang dibawa para rasul, sedangkan ahli
jihad maka mereka berjuang dengan pedang (senjata) mereka atas apa yang
dibawa oleh para rasul".H.R. Abu Na'im dalam Fadhlul 'alim al 'afif dari hadits.Ibnu
Abbas dengan sanad yang lemah.
11
bersabda .Artinya : "Sungguh matinya satu kabilah itu lebih ringan dari pada
matinya seorang 'Alim H.R. Ath Thabrani dan Ibnu Abdil Barr dari hadits Abu
Darda'..
[ ) ( 1]
. ) ::
1( : Beliau SAW bersabda :
12
9
10
11
12
( ... )
.
Artinya "Manusia itu adalah barang tambang seperti tambang emas dan
perak. Orang-orang pilihan mereka di mass Jahiliyah adalah orang-orang
pilihan mereka di masa Islam apabila. mereka pandai ". Muttafaq 'alaih dari hadits
Abu Hurairah.
) :
Beliau SAW bersabda
Artinya : "Pada hari Kiyamat tinta ulama itu ditimbang dengan darah orangorang yang mati syahid".H.R. Ibnu Abdil Barr dari Abu Darda' dengan sanad yang
lernah.
)13[1]. ) :
15
16
Artinya "Barang siapa yang memelihara empat puluh bush hadits dari As
Sunnah atas ummatku sehingga ia menunaikannya kepada mereka maka
aku akan menjadi pemberi syafa'at kepadan yja dan saksinya pads hari
Kiyamat ". H.R. Ibnu Abdil Barr dalam al'11m dari hadits Ibnu Umar dan ia
melemahkannya.
: ) :
[1]17( . Beliu SAW bersabda
[ ) 1]
. (
18
Artinya : "Barang siapa dari ummatku menghafal empat puluh buah hadits
maka ia bertemu dengan Allah 'Azza Wa Jalla pads hari Kiyamat sebagai
seorang faqih yang 'alim ". H.R. Ibnu Abdil Barr dari hadits Anas dan ia
melemahkannya
13
14
15
16
17
18
) :
[1]19( . Beliau SAW bersabda
[ ) ( 1]
.
20
: ) :
[1]21( . Beliau SAW bersabda
[ ) 1]
. (
22
) :
) :
[1]23( . Beliau SAW bersabda
[ ) ( 1]
.
24
Artinya : "Dua golongan dari ummatku apabila mereka baik maka manusia
baik, dan apabila mereka rusak maka manusia rusak, yaitu para pemegang
pemerintahan dan para ahli figh ". H.R. Ibnu Abdil Barr dan Abu Na'im dari
hadits Ibnu Abbas.
: ) :
[1]25(: . Beliau as bersabda
19
20
21
22
23
24
25
[ ) ( 1]
.
26
Artinya : "Apabila datang hari kepadaku padanya saya tidak bertambah ilmu
yang mendekatkan saya kepada Allah 'Azza Wa Jalla maka saya tidak
mendapat berkah pada terbitnya matahari hari itu".
H.R. Ath Thabrani dalam Al Ausath dan Abu Na'im dalam Al Hilyah, dan Ibnu
Abil Barr dalam Al '11m dari
) :
[1]27( Beliau SAW bersabda
[ ) 1]
(
.
28
Artinya : "Keutamaan orang 'alim atas orang ahli ibadah adalah seperti
keutamaanku atas orang yang paling rendah dari shahabatku ". H.R. At Tirmidzi
dari hadits Abu Umamah
.
Maka lihatlah bagaimana beliau menjadikan ilmu itu menyertai derajat
kenabian, dan bagaimanakah beliau menurunkan derajat amal yang kosong
dari ilmu meskipun orang yang beribadah itu tidak kosong dari ilmu tentang
peribadatan yang ditekuninya itu. Karena seandainya tanpa ilmu maka
bukanlah ibadah.
) :
[1]29( . Beliau SAW bersabda
[ ) 1]
(
.
30
Artinya "Kelebihan orang 'alim atas orang ahli ibadah adalah seperti
kelebihan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang-bintang".
26
27
28
29
30
H.R. Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa'i dan Ibnu Hibban, dan itu sepotong
dari hadits Abu Darda' yang terdahulu.
31
( : ) :
[1]
Beliau SAW bersabda
([ ) 1]
.
32
Artinya : "ada hari Kiyamat tiga macam orang memberi syafa'at yaitu : para
Nabi, para ulama kemudian orang-orang yang mati syahid". HR. Ibnu Majah
dari hadits Utsman bin 'Affan dengan sanad yang lemah.
) :
[1]33( Beliau membesarkan derajat ilmu dengan mengiringi derajat
kenabian dan di atas mati syahid pada hal terdapat hadits mengenai
keutamaan mati syahid.
([ ) 1]
.( )
34
[1]35( ) : . Beliau
SAW bersabda
[ ) ( 1]
36
31
32
33
34
35
36
.
Artinya : "Sebaik-baik agamamu adalah yang termudahnya, dan sebaik-baik
ibadah adalah fiqh (pemaharnan)
H.R. Ibnu Abdil Barr dari hadits Anas dengan sanad yang lemah.
) :
) :
[1]37( . Beliau
bersabda
.[ ( 1]
.
38
Artinya "Sesungguhnya kamu menjadi dalam masa yang banyak ahli fiqhnya,
sedikit qurra' (ahli bats AI Qur'an) nya dan ahli pidatonya, sedikit orang yang
meminta-minta dan banyak orang yang memberinya. Amal padanya adalah
lebih baik dari pada ilmu. Dan akan datang manusia masa
yang sedikit ahli fiqhnya, banyak juru pidatonya, sedikit orang yang
memberinya, banyak orang yang meminta -minta. Ilmu padanya lebih baik
pada amal"..
H.R. Ath Thabrani dari hadits Hizam bin Hakim dari pamannya, ada yang
mengatakan dari ayahnya, sanadnya lemah.
) :
[1]39( . Beliau SAW bersabda
.[ ) ( 1]
) ( :
.
40
37
38
39
40
Artinya : "Antara orang yang 'alim dan orang yang beribadah adalah seratus
derajat, antara setiap dua derajat itu ditempuh, kuda pacuan yang dilatih
selama tujuh puluh tahun .H.R. AI Ashfihani dalam At Targhib wat Tarhib, dari
Ibnu Umar dari ayahnya.
: ) ( : :
: ) ( :
) :
[1]41( . Artinya : Ditanyakan : "Wahai
Rasulullah, amal-amal apakah yang lebih utama ? " Beliau bersabda : "Ilmu
tentang Allah 'Azza Wa Jalla" Lalu ditanyakan : "Ilmu apakah yang engkau
kehendaki ? ". Beliau SAW bersabda : "Ilmu tentang Allah 'Azza Wa Jalla ".
Lalu dikatakan kepadanya : "Kami bertanya mengenai amal sedangkan
engkau menjawab mengenai ilmu ". Maka beliau SAW bersabda :
"Sesungguhnya amal sedikit disertai ilmu (mengetahui) tentang Allah itu
berguna dan banyaknya amal serta bodoh mengenai Allah itu tidak
berguna". H.R. Ibnu Abdil Barr dari hadits dengan sanad yang lemah
: :[ ) 1]
.( ...
42
: ) :
:
. .[1]43(
([ ) 1]
. .
44
Artinya : "Allah Yang Maha Suci pada hari Kiyamat membangkitkan hambahamba kemudian Dia membangkitkan ulama kemudian Dia berfirman :
"Wahai golongan ulama, sesungguhnya Aku tidak meletakkan ilmuKu
padamu kecuali karena Aku mengetahui tentang kamu, dan Aku letakkan
ilmuKu padamu agar Aku tidak menyiksamu, pergilah karena Aku telah
memberi ampunan kepadamu . HR Ath Thabrani dari hadits Abu Musa
dengan sanad yang lemah
Kita
pohonkan
kepada
Allah
akan
kesudahan
yang
baik.
kita lanjutkan halaman 2 , Tentang : ..................
Al-Ghazalis
Ihya' Ulum al-Din
Pertama-tama, Saya memuji Allah, pujian yang banyak, berturutturut, walaupun amat kecil pujian pemuji-pemuji itu, kurang dari
hak keAgunganNya.
Kedua, saya bersalawat dan mengucapkan salam kepada Rasulrasul- Nya, salawat yang meratai Rasul-rasul yang lain, bersama
penghulu ummat manusia.
Ketiga, saya memohonkan kebajikan kepada Allah Ta'ala, tentang
membangkitnya cita-citaku, mengarang sebuah kitab, tentang
"Menghidupkan Kembali ilmu-ilmu Agama" (Ihya'Ulumiddin).
Keempat, saya menantang, untuk memotong
kesombonganmu, hai pencela, yang melampaui batas
pada mencela, diantara golongan orang-orang yang
ingkar, yang berlebih-lebihan mencaci dan melawan,
penunjuk dan teman adalah payah dan sukar. Maka penunjukpenunjuk jalan itu ialah kaum ulama. Mereka adalah pewaris nabi
- nabi. Telah kosonglah zaman dari mereka. Tidak ada yang
tinggal, kecuali orang-orang yang berbuat resmi-resmian.
Kebanyakan telah digoda sethan dan terjerumus ke dalam
kesesatan. Masing-masing mereka telah tertarik kepada
keuntungan yang dekat. Lalu me- mandang yang baik menjadi
buruk dan yang buruk menjadi baik. Sehingga ilmu agama
senantiasa terinjak-injak dan nur hidayah hilang lenyap disegala
pelosok bumi.
Orang-orang itu berkhayal kepada orang banyak, bahwa ilmu
pengetahuan itu tak lain, dari fatwa pemerintah yangdipakai oleh
para kadli (hakim) untuk menyelesaikan persengketaan ketika
berkecamuk kezaliman. Atau ilmu pengetahuan itu ialah jidal
(perdebatan), yang diperalat oleh orang yang mencari
kemegahan untuk memperoleh kemenangan dan keuntungan.
Atau ilmu pengetahuan itu ialah sajak yang dihiasi, yang
dipergunakan oleh juru-juru nasehat supaya dapat mempengaruhi
orang awam. Karena mereka itu, tidak melihat, selain dari yang
tiga tadi, tempat memburu yang haram dan menangguk harta
kekayaan duniawi.
Adapun ilmu jalan akhirat yang ditempuh ulama-ulama terdahulu
yang saleh, yang dinamakan oleh Allah swt. dalam KitabNya
dengan Fiqih, Hikmah, Ilmu, Cahaya, Nur, Hidayah dan Petunjuk,
maka telah dilipat dari orang banyak dan menjadi hal yang
dilupakan.
Manakala hal yang demikian itu menghancurkan Agama dan
mendatangkan bahaya yang mengerikan, maka aku berpendapat
bahwa berusaha menyusun kitab ini, adalah penting untuk
Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama (Ihya' Ulumiddin),
membukakan jalan yang dilalui imam-imam yang terdahulu dan
memberi-penjelasan maksud dari ilmu pengetahuan yang
berguna, dari nabi- nabi dan ulama-ulama terdahulu yang saleh.
Aku buat dasar kitab ini empat bahagian besar (empat rubu')
yaitu:
Artinya :
"Kita berlindung dengan Allah, dari ilmu yang tidak
bermanfa'at". .
Aku akan buktikan kecenderungan manusia sekarang, jauh dari
bentuk kebenaran. Tertipunya mereka dengan kilatan
patamorgana. Dan kepuasan mereka dengan kulit ilmu, tanpa isi.
Bahagian (rubu') ibadah, melengkapi sepuluh kitab :
1.Kitab ilmu.
2.Kitab kaidah-kaidah i'tikad (aqidah).
3.Kitab rahasia (hikmah) bersuci.
4.Kitab hikmah shalat.
5.Kitab hikmah zakat.
6.Kitab hikmah shiam(puasa).
7.Kitab hikmah hajji.
8.Kitab adab (kesopanan) membaca Al-Qur'an.
9.Kitab dzikir dan do'a.
10. Kitab tartib wirid pada masing-masing waktunya.
Bahagian (rubu') pekerjaan sehari-hari melengkapi sepuluh kitab :
1.Kitab adab makan.
2.Kitab adab perkawinan.
3.Kitab hukum berusaha (bekerja).
4.Kitab halal dan haram.
2.Menyusun dan mengatur apa yang dibuat mereka itu berpisahpisah dan bercerai-berai.
3.Menyingkatkan apa yang dibuat mereka itu berpanjang-panjang
dan menentukan apa yang ditetapkan mereka.
4.Membuang apa yang dibuat mereka itu berulang-ulang dan
menetapkan dengan kepastian diantara yang diuraikan itu.
5.Memberi kepastian hal-hal yang meragukan yang membawa
kepada salah paham, yang tidak disinggung sedikitpun dalam
buku-buku yang lain. Karena semuanya, walaupun mereka itu
menempuh pada suatu jalan, tetapi tak dapat di-bantah, bahwa
masing-masing orang salik (orang yang ber- jalan pada jalan
Allah) itu mempunyai perhatian tersendiri, kepada sesuatu hal
yang tertentu baginya dan dilupakan teman-temannya. Atau ia
tidak lalai dari perhatian itu, akan tetapi lupa dimasukkannya ke
dalam buku-bukunya. Atau ia tidak lupa akan tetapi ia dipalingkan
oleh sesuatu yang memalingkannya dari pada menyingkapkan
yang tertutup daripadanya.
Maka inilah keadaan-keadaan khusus bagi kitab ini serta
mengandung pula semua ilmu pengetahuan itu.
Sesungguhnya yang membawa aku mendasarkan kitab ini pada
empat bahagian (rubu), adalah dua hal :
Pertama :
-yaitu pendorong asli bahwa susunan ini pada menjelaskan
hakikat dan pengertian, adalah seperti ilmu dlaruri (ilmu yang
mudah, tak memerlukan kepada pemikiran mendalam). Sebab
pengetahuan yang menuju ke akhirat
itu, terbagi kepada ilmu mu'amalah dan ilmu mukasyafah.
Yang dimaksud dengan ilmu mukasyafah ialah yang diminta
mengetahuinya saja. Dan dengan ilmu mu'amalah ialah yang
diminta, di samping mengetahuinya, hendaklah diamalkan. Dan
yang di-maksudkan dari kitab ini, ialah ilmu mu 'amalah saja,
tidak ilmu mukasyafah, yang tidak mudah menyimpannya di
buku-buku, meskipun menjadi tujuan maksud para pelajar dan
keinginan perhatian orang-orang shiddiqin.
Dan ilmu mu'amalah itu adalah jalan kepada ilmu mukasyafah.
Tetapi, para nabi -rahmat Allah kepada mereka- tidak
memperkatakan pada orang banyak, selain mengenai ilmu untuk
jalan dan petunjuk kepada ilmu mukasyafah itu.
(S. Ali Imran, ayat 18).
Artinya :"Allah mengakui bahawa sesungguhnya Tiada tuhan
selaindaripadanya,Dan Malaikat Malaikat Mengakui, Dan Orang
orang Berilmu ". (Ali Iran ayah 18)
Maka lihatlah, betapa Allah swt. memulai dengan diriNya sendiri
dan menduai dengan malaikat dan menigai dengan ahli ilmu.
Cukuplah kiranya dengan ini, buat kita pertanda
kemuliaan,kelebihan, kejelasan, dan ketinggian orang-orang yang
berilmu.
Pada ayat lain Allah swt. Berfirman :
(S. Al Mujaadalah, ayat 11).
Artinya :"Diangkat oleh Allah orang-orang yang beriman daripada
(S. Az-Zumar, ayat 9).
Artinya :"Katakanlah, Adakah sama antara orang-orang yang
berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu?".
( Az. zumar, ayat 9).
Berfirman Allah swt. :
(S. Fathir, ayat 28).
Artinya :"Sesungguhnya yang takut akan Allah daripada
hambaNya ialah ulama (ahh ilmu)". (s Fathir ayat 28).
Berfirman Allah swt. :
(S. Ar-raa'd, ayat 43).
Artinya :"Katakanlah! Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku
dan kamu dan orang-orang yang padanya ada pengetahuan
tentang Al-Qur'an ". (S. Ar-Ra'd, ayat 43).
Pada ayat yang lain tersebut :
(Qaalal ladzii 'indahuu 'ilmun minal kitaabi ana aatika bihi)(S. AnNaml, ayat 40).
Artinya :"Berkatalah orang yang mempunyai pengetahuan
tentang Kitab "Aku sanggup membawanya kepada engkau".
( An-Naml, ayat 40).
Ayat ini memberitahukan bahwa orang itu merasa sanggup
karena tenaga pengetahuan yang ada padanya.
Berfirman Allah swt. :
nasibmu Pahala dari Allah lebih baik untuk orang yang beriman
dan mengerjakan perbuatan baik ". (S. Al-Qashash, ayat 80).
Ayat ini menjelaskan bahwa tingginya kedudukan di akhirat,
diketahui dengan ilmu pengetahuan.
Pada ayat lain tersebut :
(S. Al-'Ankabuut, ayat 43).
Artinya :"Contoh-contoh itu Kami buat untuk manusia dan tidak
ada yang mengerti kecuali orang-orang yang berilmu ".(S. AlAnkabut, ayat 43).
Dan firman Allah Swt. :
( An nisaa Ayat 83)
Artinya :"Kalau mereka kembalikan kepada Rasul dan orang yang
berkuasa diantara mereka niscaya orang-orang yang
memperkatikan itu akan dapat mengetahui yang sebenarnya".
( An-Nisa', ayat 83).
Ayat ini menerangkan bahwa untuk menentukan hukum dari
segala kejadian, adalah terserah kepada pemahaman mereka.
Dan dihubungkan tingkat mereka dengan tingkat Nabi-nabi,
dalam hal menyingkap hukum Allah.
Dan ada yang menafsirkan tentang firman Allah :
(Yaabanii Aadama qad anzalnaa 'alaikum libaasan yuwaarii sauaatikum wa riisyan wa libaasut taqwaa). (Al-A'raaf, ayat 26).
Artinya :"Wahai anak Adam Sesungguhnya Kami telah turunkan
kepadamu pakaian yang menutupkan anggota kelaminmu dan
bulu dan pakaian ketaqwaan". (S. Al-A'raf, ayat 26).
dengan tafsiran, bahwa pakaian itu maksudnya ilmu, bulu itu
maksudnya yakin dan pakaian ketaqwaan itu maksudnya malu.
Pada ayat lain tersebut :
(Walaqad ji'naahum bikitaabin fashshalnaahu 'alaa 'ilmin). (S. AlA'raaf, ayat 52).
Artinya :"Sesungguhnya Kami telah datangkan kitab kepada
mereka, Kami jelaskan dengan pengetahuan". (S. Al-A'raf, ayat
52).
(Falanaqushshanna 'alaihim bi'ilmin). (S. Al-A'raaf, ayat 7).
Artinya :" Sesungguhnya akan kami ceritakan kepada mereka
menurut pengetahuan".
(.Al-A'raf, ayat 7).
Pada ayat lain :
(S. Al-'Ankabuut, ayat 49).
Artinya :"Bahkan (Al-Qur-an) itu adalah bukti-bukti yang jelas di
dalam dada mereka yang diberipengetahuan".
(S. Al-'Ankabut, ayat 49).
Pada ayat lain :
Artinya : "Manusia yang terbaik ialah mu'min yang berilmu, jika,
diperlukan dia berguna. Dan jika tidak diperlukan, maka dia dapat
mengurus dirinya sendiri". (.Dirawikan Al-Baihaqi dari Abid
Darda')
Nabi saw. Bersabda :
:
Artinya : "Iman itu tidak berpakaian. Pakaiannya ialah taqwa,
perhiasannya ialah malu dan buahnya ialah ilmu ". (.Dirawikan AlHakim dari Abid Darda')
Nabi saw. Bersabda :
:
Artinya :"Manusia yang terdekat kepada derajat kenabian ialah
orang yang berilmu dan berjihad. Adapun orang yang berilmu,
maka memberi petunjuk kepada manusia akan apa yang dibawa
Rasul-Rasul. Dan orang yang berjihad, maka berjuang dengan
pedang membela apa yang dibawa para Rasul itu ". (.Dirawikan
Abu Nairn dari Ibnu Abbas,)
Nabi saw. Bersabda :
:
Artinya :
"Sesungguhnya mati satu suku bangsa, adalah lebih mudah
daripada mati seorang yang berilmu''. (.Dirawikan Ath-Thabrant
dan Ibnu Abdul-Birri dari Abi-Daril).
Nabi saw. Bersabda :
:
Artinya :"Manusia itu ibarat barang logam seperti logam emas
dan perak. Orang yang baik pada jahiliyah menjadi baik pula pada
masa Iislam apabila mereka itu berpaham (berilmu)". (.Dirawikan
Al-Bukharl dan Muslim dart Abu Huralrah.)
Nabi Bersabda :
:
Artinya :"Kelebihan orang berilmu atas orang 'abid, adalah seperti
kelebihan bulan malam purnama dari bintang-bintang yang
lain".Dirawikan Abu Dawud. At-Tlrmidzl dll. dari Abld-Darda'
Nabi saw. Bersabda :.
:
Artinya :"Yang memberi syafa'at pada hari qiamat ialah tiga
golongan yaitu: para nabi, kemudian alim ulama dan kemudian
para syuhada " (Dirawikan Ibnu Majah dam Utsman bin Affan)
Ditinggikan kedudukan ahli ilmu sesudah nabi dan di atas orang
syahid, serta apa yang tersebut dalam hadits tentang kelebihan
orang syahid.
Nabi bersabda :
:
Artinya :"Tiadalah peribadatan sesuatu kepada Allah yang lebih
utama dari pada memahami agama. Seorang ahli fiqih adalah
lebih sukar bagi setan menipunya daripada seribu orang 'abid.
Tiap-tiap sesuatu, ada tiangnya. Dan tiang agama itu ialah
memahaminya (ilmu fiqhi) '.'(Dirawikan Ath-Thabrani dil. dari Abu
Hurairah)
Nabi saw. bersabda :
:
(Khairu diinikum aisaruhu wa khairul 'ibaadatil fiqhu).
Artinya :"Yang terbaik dari agamamu ialah yang termudah dan
ibadah yang terbaik ialah memahami agama". Dirawikan Ibnu
Abdil-Birri dari Anas,
Nabi Bersabda :
:
(Rabbanaa aatinaa fiddun-ya hasanatan wa fil aakhirati
hasanatan)
S. Al-Baqarah, ayat 201.
Artinya :"Wahai Tuhan kami! Berilah kami kebaikan di dunia ini
dan kebaikan pula di hari akhirat". (S. Al-Baqarah, ayat 201).
Bahwa kebaikan di dunia itu ialah ilmu dan ibadah, sedang
kebaikan di akhirat itu, ialah sorga.
Ditanyakan kepada setengah hukama' (para ahli hikmah) :
"Barang apakah yang dapat disimpan lama?".
Lalu ia menjawab : "Yaitu barang-barang, apabila kapalmu karam,
maka dia berenang bersama kamu,
yakni : ilmu, Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan karam
kapal ialah binasa badan, dengan mati.
Berkata setengah hukama' : "Barangsiapa membuat ilmu sebagai
kekang di mulut kuda, niscaya dia diambil manusia menjadi