Anda di halaman 1dari 4

Materi Panduan Guru

Jumat – 16
KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU

Tujuan Pembelajaran :
Peserta memahami bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim
Peserta termotivasi untuk giat belajar

Menuntut Ilmu adalah Wajib


Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah)
Menuntut ilmu itu wajib bagi Muslim maupun Muslimah maka kita harus melaksanakan
kewajiban untuk menuntut ilmu. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya maka Allah akan pahamkan dia dalam
urusan/ilmu agama.” (Muttafaq ‘alaih)”

Ilmu yang Harus Dipelajari


 Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang Allah
wajibkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali dengan
ilmu. Imam Ahmad mengatakan, “Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan
minuman. Karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dua atau tiga kali sehari,
sedangkan ilmu diperlukan di setiap waktu.”
Ilmu yang utama dipelajari adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang 
mukallaf mengetahui kewajiban-kewajiban sebagai seorang muslim, yaitu masalah aqidah,
ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang sifat-sifat Allah dan tata cara bermasyarakat ”
Meskipun demikian, kita tidak boleh melalaikan manfaat belajar ilmu yang bukan syar’I
seperti kedokteran, militer, matematika, astronomi, farmasi dan sebagainya. Umat Islam akan
maju dan jaya ketika mempelajari kedua macam ilmu tersebut secara seimbang.

Keutamaan-Keutamaan Pemilik Ilmu


Beberapa dalil tentang keutamaan ilmu dan pemilik ilmu adalah:
1. Ilmu Menyebabkan Dimudahkannya Jalan Menuju Surga
Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). 
2. Ilmu Adalah Warisan Para Nabi
 Pewaris adalah pemilik berikutnya, jika yang diwariskan mulia maka pewarisnya akan mulia
juga. “Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan
dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia
telah mengambil bagian yang cukup.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah). 
3. Ilmu Akan Kekal Dan Akan Bermanfaat Bagi Pemiliknya Walaupun Dia Telah Meninggal
 Disebutkan dalam hadits,  “Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali
dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa untuknya”
(HR. Muslim). 
4. Allah Tidak Memerintahkan Nabi-Nya Meminta Tambahan Apa Pun Selain Ilmu
 Allah berfirman:  “Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu“. (QS.
Thaaha [20] : 114). Ini dalil tegas diwajibkannya menuntut ilmu. 
5. Orang Yang Dipahamkan Agama Adalah Orang Yang Dikehendaki Kebaikan
Materi Panduan Guru

Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah


kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang
agama.” (HR. Bukhari dan Muslim).
6. Orang Yang Berilmu Akan Allah Angkat Derajatnya
 Allah Ta’ala berfirman: “…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al-
Mujadilah [58]: 11).

Kewajiban dalam menuntut ilmu


1. Menghormati guru atau ustad/ ustazah
Rasulullah SAW bersabda yang artinya, "Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua,
dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu." (HR
Tabrani). Keberkahan ilmu akan datang jika seorang murid bisa menghormati, menhargai
bahkan menyayangi guru-gurunya. Kedurhakaan pada guru akan menyebabkan ilmu yang
dipelajari sia-sia, bahkan mencelakai diri sendiri.
2. Menghargai Ilmu
Semua pelajaran yang mengandung kebaikan dan manfaat dunia akhirat adalah Ilmu. Ilmu akan
memuliakan pemiliknya. Dalam QS al-Mujadilah ayat 11 Allah SWT berfirman, "Allah akan me
ninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat."
3. Belajar terus menerus
Aisyah ra yang merupakan istri Nabi Muhammad SAW mempunyai ilmu yang sangat luas.
Aisyah sangat cerdas dan rajin mempelajari ilmu yang ada pada saat itu. Diibaratkan ilmu
milik Muslimah saat ini dikumpulkan, ini masih ringan timbangannya jika dibandingkan dengan
ilmu milik Ummul Mukminin ini. Aisyah menguasai tiga ilmu, yaitu tentang syariat, kedokteran,
dan syair. Imam Syafii mempunyai lebih dari 7000 guru. Dia sangat haus ilmu sehingga setiap
ada orang alim dia akan belajar kepada orang alim tersebut.
4. Bersungguh-sungguh
Ketika menuntut ilmu hendaknya kita bersungguh-sungguh dan selalu antusias untuk
mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Seolah-olah tidak pernah kenyang dengan ilmu yang
didapatkan, hendaknya kita selalu berkeinginan untuk menambah ilmu kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus yang tidak pernah
kenyang: yaitu (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan (2)
orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)
5. Berniat mendapat Pahala
Niat akan menentukan hasil baik atau buruk. Ilmu akan baik hasilnya jika niatnya baik.
Sebaliknya ilmu yang sama akan berbahaya jika memang niatnya tidak baik atau jahat. Niat
yang baik karena Allah akan dicatat sebagai pahala.

Allah telah memberikan banyak kenikmatan. Marilah kita giat dalam belajar menghormati
guru kita dan mengamalkan ilmu yang kita miliki. Semoga Allah memberikah taufiq dan
hidayah-Nya kepada kita untuk bisa menuntut ilmu dan mengamalkannya sesuai dengan
tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam . Aamiin.
Materi Panduan Guru

Bahaya tidak berilmu


1. Amalan menjadi sia-sia
Beramal tanpa ilmu membawa akibat amalan tersebut jauh dari tuntunan Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam, akhirnya amalan itu jadi sia-sia dan tertolak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫ْس َعلَ ْي ِه َأ ْم ُرنَا فَهُ َو َر ٌّد‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل َع َمالً لَي‬
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut
tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
2. Amalan tanpa ilmu akan menimbulkan kerusakan
Kalau seorang dokter salah memberi obat karena kebodohannya, maka tentu saja akan
membawa bahaya bagi pasiennya. Begitu pula jika seseorang jahil atau tidak paham akan ilmu
agama, tentu amalan ibadahnya tidak benar, tidak sah bahkan menimbulkan pertengkaran.
Allah telah memerintahkan kepada kita untuk mengawali amalan dengan mengetahui ilmunya
terlebih dahulu. Ingin melaksanakan shalat, harus dengan ilmu. Ingin puasa, harus dengan ilmu.
Ingin terjun dalam dunia bisnis, harus tahu betul seluk beluk hukum dagang.
Maka berilmulah terlebih dahulu sebelum  beramal. Mu’adz bin Jabal berkata,
“Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al
Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15)
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,
‫َم ْن َعبَ َد هللاَ بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َكانَ َما يُ ْف ِس ُد َأ ْكثَ َر ِم َّما يُصْ لِ ُح‬
“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak
kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.”  (Al Amru bil Ma’ruf, hal. 15)

Referensi
1. Tips Belajar Agama Di Waktu Sibuk, Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid dan Dr.
Ubaid Bin Salim Al-Amri, Penerjemah, Arif Munandar, Lc, Kiswah Media, Solo.
2. Menebar Ilmu Menuai Pahala, Syaikh Abdul Aziz Bin Abdillah Bin Baz, Fawwaz Ahmad
Zamarli, Media Hidayah, Yogyakarta.
3. Setiap Muslim Wajib Mempelajari Agama, Muhammad Saifudin Hakim,
2013, https://muslim.or.id/18810-setiap-muslim-wajib-mempelajari-agama.html
 

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/10472-keutamaan-menuntut-ilmu-agama.html
Materi Panduan Guru

Beri Porsi yang Adil


Bukan berarti kita tidak boleh mempelajari ilmu dunia. Dalam satu kondisi mempelajari ilmu
dunia bisa menjadi wajib jika memang belum mencukupi orang yang capable dalam ilmu
tersebut. Misalnya di suatu desa belum ada dokter padahal sangat urgent sehingga masyarakat
bisa mudah berobat. Maka masih ada kewajiban bagi sebagian orang di desa tersebut untuk
mempelajari ilmu kedokteran sehingga terpenuhilah kebutuhan masyarakat.
Namun yang perlu diperhatikan di sini bahwa sebagian orang tua hanya memperhatikan sisi
dunia saja apalagi jika melihat anaknya memiliki kecerdasan dan kejeniusan. Orang tua lebih
senang menyekolahkan anaknya sampai jenjang S2 dan S3, menjadi pakar polimer, dokter, dan
bidan, namun sisi agama anaknya tidak ortu perhatikan. Mereka lebih pakar menghitung,
namun bagaimanakah mengerti masalah ibadah yang akan mereka jalani sehari-hari, mereka
tidak paham. Untuk mengerti bahwa menggantungkan jimat dalam rangka melariskan
dagangan atau menghindarkan rumah dari bahaya, mereka tidak tahu kalau itu syirik. Inilah
yang sangat disayangkan. Ada porsi wajib yang harus seorang anak tahu karena jika ia tidak
mengetahuinya, ia bisa meninggalkan kewajiban atau melakukan yang haram. Inilah yang
dinamakan dengan ilmu wajib yang harus dipelajari setiap muslim. Walaupun anak itu menjadi
seorang dokter atau seorang insinyur, ia harus paham bagaimanakah mentauhidkan Allah,
bagaimana tata cara wudhu, tata cara shalat yang mesti ia jalani dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak mesti setiap anak kelak menjadi ustadz. Jika memang anak itu cerdas dan tertarik
mempelajari seluk beluk fiqih Islam, sangat baik  baik sekali jika ortu mengerahkan si anak ke
sana. Karena mempelajari Islam juga butuh orang-orang yang ber-IQ tinggi dan cerdas
sebagaimana keadaan ulama dahulu seperti Imam Asy Syafi’i sehingga tidak salah dalam
mengeluarkan fatwa untuk umat. Namun jika memang si anak cenderung pada ilmu dunia,
jangan sampai ia tidak diajarkan ilmu agama yang wajib ia pelajari.
Dengan paham agama inilah seseorang akan dianugerahi Allah kebaikan, terserah dia adalah
dokter, engineer, pakar IT dan lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫َم ْن ي ُِر ِد هَّللا ُ بِ ِه َخ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ فِى الدِّي ِن‬
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan
memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037)
Ingatlah pula bahwa yang diwarisi oleh para Nabi bukanlah harta, namun ilmu diin.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ٍّ ‫ِإ َّن اَأل ْنبِيَا َء لَ ْم ي َُو ِّرثُوا ِدينَارًا َوالَ ِدرْ هَ ًما ِإنَّ َما َو َّرثُوا ْال ِع ْل َم فَ َم ْن َأ َخ َذ بِ ِه َأ َخ َذ بِ َح‬
‫ظ َوافِ ٍر‬
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan
ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah memperoleh keberuntungan yang
banyak.” (HR Abu Dawud no. 3641 dan Tirmidzi no. 2682, Shahih)
Semoga tulisan ini semakin mendorong diri kita untuk tidak melalaikan ilmu agama. Begitu pula
pada anak-anak kita, jangan lupa didikan ilmu agama yang wajib mereka pahami untuk bekal
amalan keseharian  mereka. Wallahu waiyyut taufiq. (*)

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:


https://rumaysho.com/1626-lalai-untuk-belajar-islam.html

Anda mungkin juga menyukai