Anda di halaman 1dari 3

Zakatnya Ilmu

Salah satu amal jariah yang pahala yang senantiasa mengalir meski sudah meninggal
dunia adalah ilmu yang bermanfaat. Yang dimaksud ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang
diajarkan kepada orang lain dan orang lain itu mengajarkan atau mengmalkan dengan orang
lain sehingga ilmu yang diajarkan tidak akan putus dan yang mengajarkan ilmu akan
mendapat pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya atau yang mengajarkannya
walaupun dia telah meninggal dunia.

Mendalami ilmu agama (Tafaqquh fiddin) dan ilmu umum harus berkesinambungan
seperti yang dikatakan Albert Einstein “ ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa
ilmu pengetahuan buta” namun Mendalami ilmu agama lebih penting karena ilmu agama
adalah ilmu yang bersambung dengan Rasulullah SAW melalui hadist dan diwahyukan oleh
Allah SWT melalui Al-Quran. Dengan syarat ilmu tersebut harus bersanad yang jelas
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َو َم ْن ي ُِر ْد هَّللا بِ ِه َخ ْيرًا يُفَقِّههُ فِي الدِّين‬

“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia
dalam urusan agamanya.” (HR. Bukhari) 

hadits ini menunjukkan keutamaan ilmu yang paling agung. Yaitu ilmu yang bermanfaat
merupakan tanda kebahagiaan seorang hamba dan tanda bahwa Allah Ta’ala menghendaki
kebaikan untuknya.  Dan sebaliknya, hadits ini mengisyaratkan bahwa barangsiapa yang
berpaling dari mempelajari ilmu agama, maka berarti Allah Ta’ala tidak menghendaki
kebaikan untuknya. Karena dia terhalang dari melakukan sebab-sebab yang dapat
mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan.

Fan ilmu yang dipelajari dalam ilmu agama sangat banyak. Diantaranya Ilmu Fiqih,
Ilmu Tauhid, Ilmu Aqidah, Ilmu Akhlak, Ilmu Alat, Ilmu Arudh, dan lain sebagainya.
Diantara fan ilmu yang penting dan wajib dipelajari adalah Ilmu Fiqih karena Ilmu Fiqih
membahas persoalan hukum yang mengatur aspek kehidupan manusia, baik kehidupan
bermasyarakat maupun kehidupan pribadi manusia dengan Allah SWT. Ilmu Fiqih pun masih
dibagi lagi beberapa cabang seperti Fiqih Ibadah, Fiqih Muamalat, Fiqih Hukum Keluarga,
Fiqih Hukum Negara, Dan Fiqih Hukum Pidana. Salah satu cabang Ilmu Fiqih yang wajib
dipejari oleh setiap muslim adalah Fiqih Ibadah karena Fiqih Ibadah membahas hal-hal yang
berkaitan tentang peribadatan manusia kepada Allah SWT

Zakat termasuk Fan Ilmu agama cabang Ilmu Fiqih Ibadah yang termasuk dalam
rukun islam sehingga wajib diketahui dan dilaksanan oleh setiap muslim. Zakat adalah bagian
tertentu dari harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim apabila telah mencapai syarat
yang ditetapkan dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya. Secara umum
zakat dibagi menjadi dua yaitu zakat fitrah dan zakat mal, zakat mal dibagi lagi menjadi 7
berdasarkan objek zakatnya yaitu hewan ternak, hasil pertanian, emas dan perak, harta
perniagaan, hasil tambang, barang temuan, dan zakat profesi.

Namun menurut sebagian ulama’ ada zakat lagi yang wajib dikeluarkan selain Zakat
Fitrah dan Zakat Mal yaitu Zakat Ilmu. Zakatnya ilmu itu bisa dengan beberapa cara, di
antaranya adalah dengan cara menyebarkan ilmu. Sebagaimana seseorang berzakat mal
dengan hartanya, maka seorang yang berilmu berzakat dengan ilmunya. Bahkan zakatnya
orang yang berilmu lebih kekal dan sedikit biaya. Sisi lebih kekalnya karena bisa jadi ada
sebuah kalimat yang disampaikan oleh seorang ulama dan kita turut menyampaikannya,
sehingga bisa didengar atau diketahui oleh orang banyak dan kita pun bisa turut mendapatkan
pahalanya karena menyebarkannya. KH. M. Anwar Manshur Lirboyo mengatakan
”Zakatilah ilmu yang kalian miliki. Memiliki harta namun tidak mengeluarkan zakat,
hukumnya dosa. Begitu juga ilmu, pemiliknya berdosa jika ilmunya tidak dizakati. Apa
zakatnya ilmu? Diamalkan". KH. Bashori Pengasuh Pesantren Ilmu Al Qur’an Singosari-
Malang, beliau memberikan wasiat tentang ilmu, bahwasanya:

ُ‫إن لِ ُكلِّ َشي ٍء زَ كاةً وزَكاةُ ال ِع ِلم أن يُ َعلِّ َمهُ أهلَه‬


َّ

“Sesunggunya setiap sesuatu ada zakatnya Dan zakatnya ilmu adalah, mengajarkan “

ketika orang yang berilmu enggan untuk menzakatkan atau mengajarkan ilmunya
maka hatinya telah di selemuti dengan kesombongan. Dan itu adalah salah satu penghalang
bagi Allah untuk memberikan ilmunya. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa
mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala dari orang-orang yang
mengamalkannya dengan tidak mengurangi sedikit pun pahala orang yang mengerjakannya
itu.” (HR Imam Ibnu Majah).

Menurut KH. M Anwar Manshur Lirboyo, ilmu yang harus diamalkan minimal 10%
dari yang didapatkannya, namun ketika masih muda maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya
khususnya ilmu agama karena diusia tua kita tidak akan sempat untuk mendalami ilmu. Akan
tetapi kita akan dihadapkan dengan urusan keluarga untuk mencari nafkah, dan terkadang kita
membayangkan tentang kematian dan kehidupan setelah meninggal dunia. Maka dari itu ilmu
agama khususnya tentang fiqih ibadah penting untuk dipelajari sebagai bekal kita di alam
barzah dan alam akhirat.

Semestinya para generasi muda diwajibkan untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya


walaupun pada dasarnya mencari ilmu itu tidak ada batasannya. Rasullullah SAW bersabda:

ْ ُ‫أ‬ .
(‫اللَّحْ ِد)رواه مسلم‬ ‫إِلَى‬ ‫ ْال َم ْه ِد‬  َ‫ ِمن‬ ‫طلُبُ ْال ِع ْل َم‬
Artinya, “Carilah ilmu itu sejak dari ayunan sampai masuk ke liang lahat”(HR. Muslim)

Hadist ini menjelaskan bahwa menimba ilmu dimulai sejak dari buaian orang tua yang
mengajari anaknya mengenal sebutan-sebutan di sekelilingnya, sampai mulut ini sudah tidak
mampu mengucap kata-kata karena faktor usia. Di situlah menuntut ilmu sangat dianjurkan.
Artinya, menuntut ilmu tidak memandang usia dan sampai kapanpun selama nafas masih
dapat keluar masuk lubang hidung, maka orang tersebut masih diperintahkan untuk terus
menuntut ilmu.

Atas dasar ilmu pengetahuan, kita mampu berzakat dengan yang kita punya yaitu
dengan ilmu sebagai kewajiban yang membebani bagi pencari ilmu. Namun syarat untuk
mengajarkan ilmu adalah kita harus belajar atau mencari ilmu kepada guru atau ulama’. Dan
khususnya mencari ilmu agama diharuskan belajar kepada guru dengan sanad yang jelas dan
meyambung kepada Rasulullah SAW.

Jika kita ingin berzakat ilmu bisa dimulai dengan ilmu yang kita dapatkan dengan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari pada akhirnya orang yang melihat perbuatan
kita akan tertarik untuk mengetahuinya atau ingin melakukan apa yang kita kerjakan. dan
selanjutnya kita bisa memulai dengan mengajarkannya kepada orang terdekat ataupun
masyarakat awam. Ada pepatah mengatakan belajar yang paling efektif adalah mengajar.
Karena dengan mengajar kita akan mengulang pelajaran atau ilmu yang kita dapatkan pada
saat masa belajar. Yakinlah bahwa ilmu yang kita ajarkan tidak akan berkurang, justru
dengan mempunyai pengalaman mengajarkan ilmu, ilmu kita akan terus bertambah dan
pahalanya akan terus mengalir walaupun kita sudah meninggal dunia.

Anda mungkin juga menyukai