Anda di halaman 1dari 14

SOSIALISASI PENGENDALIAN HAMA TIKUS SECARA ALAMI DENGAN

BAHAN ORGANIK RAMAH LINGKUNGAN DI DESA JOHO


Rizky Burhan Kurniawan
Prodi Tsasawuf dan Psikoterapi
Fakultas Ushuluddin dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta
Kurniawanrb321@gmail.com

Pendahuluan

KKN adalah bagian dari perkuliahan yang memiliki peran strategis dalam

mengintegrasikan ranah pengabdian dengan pendidikan dan penelitian yang dijiwai semangat

moderasi beragama, untuk membangun kepedulian dan kepekaan sosial (social

responsibility) mahasiswa. Dalam situasi pandemi Covid 19 yang bergerak menuju endemi,

situasi perubahan di berbagai aspek kehidupan masyarakat, diperlukan alternatif model

pelaksanaan KKN yang bisa mendorong lahirnya generasi yang bertanggung jawab dan

tanggap terhadap kondisi kekinian masyarakat. Di samping itu, tuntutan masa studi

mahasiswa yang mengharuskan pelaksanaan KKN sesuai dengan kalender akademik, maka

perlu segera dimulai tahapan pelaksanaan KKN tahun 2022. Dengan pertimbangan bahwa

situasi pandemi COVID 19 bergerak menuju endemi dan penerapan pelonggaran sosial di

beberapa kegiatan akademik di UIN Raden Mas Said Surakarta dan di masyarakat,

berdasarkan aturan yang berlaku, maka penyelenggaraan KKN akan dilaksanakan secara

luring dan berkelompok pada bulan Juni sampai dengan Juli 2022 (sesuai kalender akademik)

dengan nama Kerso Darma.

KKN tahun 2022 dilakukan dengan tema besar “Penguatan Ketahanan Masyarakat

Pasca Pandemi Covid-19 Berbasis Kearifan Lokal dan Moderasi Beragama”. KKN ini diberi

nama Kerso Darma (ikhlas melakukan pengabdian terbaik untuk bangsa), yang merupakan
salah satu spirit perjuangan Pahlawan Nasional Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa,

Mangkunegara I), agar bisa membawa semangat transformasi kelembagaan UIN Raden Mas

Said Surakarta yang penuh perjuangan dan pengabdian kepada bangsa ke dalam semua

kegiatan akademik, terutama KKN. Tahun 2022, KKN IAIN Surakarta diberi nama “Kuliah

Kerja Nyata Transformatif Kerso Darma Tahun 2022”.

Pelaksanaan KKN Transformatif Kerso Darma akan diarahkan terutama pada

dorongan untuk hidup lebih sehat, penguatan ketahanan sosial, ekonomi, dan budaya,

penguatan ajaran agama yang moderat dan sekaligus transformatif, pelibatan dalam

pelaksanaan ketentuan Negara di dalam masyarakat yang memiliki dimensi keagamaan dan

sosial lebih luas, seperti Zakat, Infaq, Sedekah, Produksi Halal dan berbagai upaya

masyarakat dalam menghadapi perubahan pandemi Covid-19 menjadi endemi serta segala

bencana yang potensial dihadapi, dengan jiwa transformatif dan moderasi beragama.

Berbagai aspek kehidupan masyarakat dapat diangkat sebagai tema kecil KKN di lokasi

tempat tinggal mahasiswa, baik terkait kesehatan, pendidikan, budaya, lingkungan, sosial

ekonomi, sosial keagamaan dan berbagai aspek kehidupan lain yangrelevan dalam semangat

penguatan ketahanan masyarakat di berbagai aspek kehidupan yang diiringi oleh kerawanan

masyarakat akibat berbagai macam bencana, baik alam maupun sosial.

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan kegiatan intrakurikuler yang memadukan

pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian

masyarakat) dan wajib diikuti oleh semua mahasiswa program Strata Satu (S1) yang ada

dilingkungan Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta . Ketiga aspek Tri Dharma

Perguruan Tinggi tersebut dilaksanakan dengan proposi yang seimbang, harmonis, dan

terpadu dengan harapan agar kelak para lulusan Universitas Islam Negeri Raden Mas Said

Surakarta dapat menjadi manusia yang berilmu pengetahuan memadai dalam bidang masing-

masing, mampu melakukan penelitian, dan tersedia mengabdikan diri demi kemaslahatan
umat manusia pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya. Oleh karena itu

terkait hal tersebut, kami kelompok 68 KKN UIN Raden Mas Said Surakarta ditugaskan

pelaksanaan program KKN bertempat di Desa Joho yang terletak di Kecamatan Mojolaban,

Kabupaten Sukoharjo.

Berdasarkan keterangan dari para sesepuh Desa Joho pada kegiatan penyerahan

mahasiswa KKN di kelurahan Desa Joho pada hari Kamis, tanggal 30 Juni 2022 bersama

perangkat Desa, diketahui bahwasanya pada zaman dahulu, Desa Joho hanyalah Kawasan

luas yang hanya dikelilingi oleh pepohonan dan rerumputan belum ada penghuninya, hingga

suatu saat tumbuhlah pohon besar, tinggi dan rindang. Pohon tersebut jarang dijumpai dilain

tempat sehingga dapat dikategorikan sebagai pohon langka yang bernamakan pohon “Joho”.

Pada tahun 1002, oleh orang yang pertama kali bertempat tinggal di daerah tersebut

dahulunya bernama “Kariyo Gendogo”. Tempat tersebut dinamakan padukuhan Joho yang

diambil dari nama pohon tersebut. Pada pemerintahan PB IX tahun 1921, PB IX menugaskan

seseorang untuk menjadi petugas atau lurah yang bernama R. Hadi Panuksmo. Filosofi yang

terkandung pada nama Desa Joho diibaratkan seperti pohon Joho yang besar, kukuh, rindang

dan tinggi yang diharapkan Desa Joho berkembang seperti pohon tersebut yaitu menonjol,

kuat, terkenal dan juga ayem tentrem.

Potensi terbesar mata pencaharian Desa Joho didominasi oleh sektor pertanian. Sektor

pertanian merupakan tumpuan perekonomian di Desa Joho, sebab sektor pertanian mampu

menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar dan juga dapat terlihat dari ketersediaan

lahan pertanian di desa Joho. Komoditas utama dari lahan pertanian di Desa Joho adalah

tanaman padi.

Identifikasi Masalah

Observasi minggu pertama dari kelompok kami berfokus pada bidang kesehatan dan

juga sektor pertanian di Desa Joho. Berdasarkan pengamatan kami, pada petemuan di Rumah
Desa Sehat (RDS), kami dapat menyimpulkan bahwasanya di Desa Joho terdapat

problematika yang tengah berkembang di masyarakat yaitu keberadaan jentik-jentik.

Perkembangan jentik-jentik tersebut akan berimbas pada timbulnya permasalahan baru yaitu

Demam Berdarah Dengue atau yang biasa disebut dengan DBD. Demam Berdarah Dengue

(DBD) adalah penyakit demam yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang menyerang

system peredaran darah. Selain berkembangnya Demam Berdarah Dengue (DBD), karena

Desa Joho mayoritas didominasi sektor pertanian, maka juga muncul permasalahan dimana

para petani kesulitan untuk membeli pestisida. Pestisida berguna untuk memberantas hama

yang mewabah di Desa Joho yaitu tikus.

Dalam adanya perkembangbiakan jentik-jentik di desa Joho, ada sumber- sumber

yang menjadi penyebab timbulnya jentik-jentik tersebut yaitu disebabkan oleh perilaku

masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan khususnya di bak mandi.

Ketidakbersihan bak mandi akan menyebabkan perkembangbiakan jentik- jentik hingga dapat

berpotensi pada berkembangnya nyamuk Aedes Aegypti yang dapat menimbulkan penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD). Masyarakat yang ignoran pada kebersihan akan merasa

malas dan enggan untuk membersihkan bak mandi lantaran beberapa hal, diantaranya adalah

tidak memiliki cukup waktu untuk bersih- bersih, merasa sayang untuk membuang air yang

masih ditampung di bak mandi dan malasnya masyarakat untuk mengikuti regulasi dan

peraturan yang telah dibuat oleh pemerintahan daerah.

Berkaitan dengan sektor pertanian, terdapat beberapa permasalahan yang menjadi

kekhawatiran para petani yaitu dengan berkembangnya hama tikus. Dengan mewabahnya

hama tikus di area pertanian Desa Joho akan membuat sejumlah lahan pertanian menjadi

rusak dan mengakibatkan penghasilan petani terus menerus menurun secara signifikan. Ciri

ataupun karakteristik hama pertanian adalah jika di berantas pada musim ini, maka akan ada

serangan hama sebanyak dua kali lebih besar di musim yang akan datang.
Perencanaan Program Kerja

Pada problematika terkait jentik-jentik dapat diketahui ketika petugas kesehatan

melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dengan terjun langsung ke masyarakat dan

melakukan pengecekan terhadap bak mandi warga. Kasus munculnya jentik-jentik di bak

mandi disebabkan oleh ketidakpedulian masyarakat pada kebersihan bak mandi. Pada

pengecekan tersebut dapat diketahui bahwa ada beberapa orang yang terdapat jentik-jentik di

bak mandi. Upaya pemeriksaan jentik-jentik ini dilakukan untuk menanggulangi dan

mengurangi angka kenaikan DBD.

Berkaitan dengan adanya Demam Berdarah Dengue (DBD), terdapat sekitar 20-an

warga di Desa Joho yang didiagnosis menderita DBD. Warga yang terkena demam berdarah

akan merasakan beberapa gejala seperti demam, munculnya bitnik-bintik kemerahan, sakit

perut hingga muntah. DBD adalah permasalahan serius yang ada di desa Joho, sehingga

petugas kesehatan berupaya untuk memberantas persebaran Demam Berdarah Dengue. Pada

sektor pertanian, hama adalah salah satu problematika yang santer dikhawatirkan oleh para

petani, karena keberadaan hama akan membuat tanaman menjadi rusak serta membuat

partumbuhan tanaman menjadi tidak maksimal. Hama merupakan salah satu hal yang

menganggu dan kerap menjadi momok bagi para petani. Hal tersebut tentunya membutuhkan

perhatian khusus bagaimana cara mengatasi serta mengendalikan segala permasalahan

tentang hama.

Pada pekan kedua dalam kegiatan KKN, kami mengidentifikasi kemungkinan

mengatasi masalah yang telah kami temukan dalam pekan pertama. Beberapa masalah telah

kami identifikasi terkait sektor Kesehatan dan pertanian. Dan telah kami temukan

bahwasanya di Desa Joho, Mojolaban, Sukoharjo terdapat problematika yang berhubungan

dengan jentik-jentik yang ditemukan dalam kamar mandi warga setelah kami mengikuti

kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) bersama petugas kesehatan daerah. Selain itu
kami juga menemukan bahwa petani di Desa Joho telah resah dengan banyaknya hama tikus

yang menyerang lahan pertanian mereka. Namun, seiring dengan proses kami dalam

melakukan identifikasi masalah, kami memutuskan untuk berfokus pada analisis mengenai

permasalahan terkait hama tikus.

Pada kegiatan KKN di Desa Joho, Mojolaban, Sukoharjo yang kami lakukan, kami

telah mengidentifikasi sejumlah permasalahan yang menjadi sumber keresahan masyarakat.

Dominasi sektor pertanian menjadi salah satu fokus ataupun perhatian kami karena sector

pertanian menjadi tumpuan ekonomi warga Desa Joho. Salah satu faktor yang mengakibatkan

para petani merasa resah pada lahan pertaniannya adalah adanya keberadaan hama tikus yang

mengakibatkan lahan pertanian menjadi rusak. Kami mencoba untuk ikut andil dalam aksi-

aksi sosial ataupun kegiatan yang ada di masyarakat.

Dalam kegiatan pertanian, kami ikut andil dengan terjun langsung membantu serta

belajar dengan masyarakat di ladang maupun di sawah. Salah satu kegiatan yang kami ikuti

adalah kegiatan Kelompok Wanita Tani atau yang biasa disebut dengan KWT. Kegiatan ini

merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan wadah kepada ibu-ibu di Desa Joho

untuk produktif dalam mengisi waktu luang. Berbagai macam bentuk tanaman dibudidayakan

pada kegiatan ini, diantaranya adalah cabai, seledri, lidah buaya, tomat, terong, labu hingga

padi. Kelompok Wanita Tani Desa Joho dengan metode persemaian benih yang bertujuan

untuk mempercepat pertumbuhan serta membuat pertumbuhan menjadi lebih maksimal dan

optimal. Sebab apabila kita Tarik dengan permasalahan sebelumnya yaitu hama tikus yang

terus merajalela di Desa Joho, maka Teknik ini dianggap cukup membantu meskipun tidak

besar prosentasenya.

Berbagai macam pertimbangan telah kami lakukan hingga kami memutuskan untuk

berfokus pada analisis problematika hama tikus di Desa Joho. Tikus adalah salah satu factor

yang menjadi penyebab rusaknya lahan pertanian yang dapat mengakibatkan petani
mengalami kerugian yang sangat besar baik itu pada masa pertumbuhan hingga penyimpanan

padi. Pada petanaman padi di wilayah Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten

Sukoharjo, keberadaan tikus sangatlah banyak hingga menimbulkan keresahan serta

membuat petani mengalami kerugian besar. Padahal pada kenyatannya, mata pencaharian

utama di Desa Joho adalah pada bidnag pertanian. Maka dari itu, kami berupaya untuk

membantu warga khususnya petani Desa Joho untuk mengatasi masalah terkait hama tikus.

Hama adalah salah satu problematika yang santer dikhawatirkan oleh para petani,

karena keberadaan hama akan membuat tanaman menjadi rusak serta membuat partumbuhan

tanaman menjadi tidak maksimal. Hama merupakan salah satu hal yang menganggu dan

kerap menjadi momok bagi para petani. Hal tersebut tentunya membutuhkan perhatian

khusus bagaimana cara mengatasi serta mengendalikan segala permasalahan tentang hama.

Dalam mengatasi permasalahan ini, beberapa cara telah dilakukan oleh para petani

untuk mengendalikan persebaran hama tikus salah satunya dengan menggunakan bentangan

pagar plastik. Akan tetapi, Teknik ini dinilai tidak efektif untuk mengendalikan persebaran

hama tikus karena Teknik ini hanya berfungsi untuk mencegah masuknya tikus ke lahan

pertanian namun tidak memiliki kekuatan untuk mengendalikan pertumbuhannya. Maka

demikian, kami mengidentifikasi metode yang berkemungkinan untuk mengatasi masalah.

Metode yang kami rencanakan adalah dengan cara pengendalian hama tikus secara

alami dengan bahan organik. Kami mengidentifikasi bahwasanya ada dua faktor yang

menyebabkan perkembangan tikus yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dari dalam

berasal dari perkembangbiakan tikus yang didasari dari perbandingkan jenis kelamin,

kemampuan untuk mempertahankan diri, daur hidup dan usia. Di samping itu, faktor luar

dapat dilihat dari suhu, kuantitas dan kualitas makanan dan juga ekosistem. Dari faktor

tersebut, Kami terus belajar, menganalisis, mengobservasi serta mencoba mencari solusi bagi

problematika yang ada hingga akhirnya kami menemukan salah satu channel Youtube yang
membahas tentang pertanian yaitu “Hanik Channel” yang menjadikan Bapak Yoso Martono

sebagai pemeran utama. Dari channel youtube tersebut kami belajar dan berusaha mencari

metode yang tepat untuk mengatasi hama tikus di pertanian desa Joho. Hingga kami

menemukan salah satu ramuan atau obat yang dibuat oleh Bapak Yoso yang dinamakan

Bioyoso Ketika kami melakukan wawancara di kediaman Bapak Yoso yaitu di Weru,

Sukoharjo. Dan kami juga memutuskan untuk menjadikan Bapak Yoso sebagai narasumber

yang akan memberikan sosialisasi pada program kerja kami yaitu “Sosialisasi Pengendalian

Hama Tikus Secara Alami Dengan Bahan Organik.”

Bioyoso adalah ramuan yang dibuat oleh Mbah Yoso yang berasal Tegalsari, Weru,

Sukoharjo. Ramuan tersebut pada awalnya beliau temukan hanya coba-coba manakala Mbah

Yoso sedang mengalami sakit gigi dan mencoba menggunakan getah pohon kamboja akan

tetapi ternyata gigi Mbah Yoso justru terlepas. Mulai dari situlah Mbah Yoso bereksperimen

dengan memadukan bahan-bahan alam lainnya. Mbah Yoso juga sudah bereksperimen

dengan tikus dan mengarantina tikus sebanyak empat kali, dan sudah dibuktikan bahwa tikus

tersebut ada yang mati, mengalami gigi ompong bahkan mandul. Maka dengan demikian,

Teknik tersebut dinilai dapat menjadi terobosan baru sebagai usaha untuk menghentikan

persebaran hama tikus.

Maka dengan demikian, sebagai usaha untuk menanggulangi problematika tersebut,

kami kelompok 68 dari KKN Kerso Darma UIN Raden Mas Said Surakarta yang

didalamnya terdapat sebagian kecil generasi bangsa yang berada dalam satu pemikiran dan

kelompok berupaya untuk mencari solusi bagi problematika yang kini berkembang di

masyarakat. Dengan mempertimbangkan identifikasi masalah dan analisis masalah yang telah

kami lakukan sebelumnya, maka kami ingin melaksanakan kegiatan sosialisasi dengan tema

“SOSIALISASI PENGENDALIAN HAMA TIKUS SECARA ALAMI” yang diharapkan


dapat menganggulangi masalah umum pada pertanian padi khususnya hama tikus yang

terdapat di Desa Joho.

Sebagai upaya dalam pelaksanaan kegiatan “Sosialisasi Pengendalian Hama Tikus

Secara Alami dengan Bahan Organik.” tersebut, kami juga telah melakukan identifikasi

terhadap sumber daya maupun asset yang di Desa Joho. Sumber daya yang paling dominan

yang terdapat di Desa Joho adalah petani karena lahan pertanianpertanian di Joho sangatlah

luas. Meskipun sebagian besar dari petani tersebut adalah petani yang berasal dari luar Desa

Joho, akan tetapi permasalahan terkait hama tikus menjadi pokok yang harus dikendalikan

untuk mengembangkan sektor di Desa Joho.

Dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi terkait obat hama tikus yang dinamakan

bioyoso tersebut, kami juga mengidentifikasi aset atau bahan-bahan yang tersedia di Desa

Joho. Meskipun terlihat bahwasanya di Desa Joho tidak terdapat pohon Gadung, akan tetapi

para petani dapat mengakalinya dengan memanfaatkan lahan pertanian dan ditanami pohon

gadung ataupun membelinya dari daerah lain. Untuk bunga kamboja dapat ditemukan di

Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang ada di desa Joho. Biji ragi tape juga dapat dengan

mudah ditemukan di toko-toko. Kemudian untuk ikan lele juga dapat didapatkan dari

Kelompok Wanita Tani (KWT) yang membudidayakan ikan lele. Dan tumbukan juga dapat

mudah ditemukan di pasar. Sehingga bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan obat

hama tikus bioyoso bukanlah bahan yang sulit untuk ditemukan. Maka demikian bukan hal

yang sulit bagi para petani di Desa Joho untuk mencoba menerapkan penggunaan bioyoso

dalam mengendalikan hama tikus.

Pelaksanaan Program Kerja

Dalam menanggulangi problematika terkait hama tikus di Desa Joho, kami melakukan

penyusunan rencana sebelum merealisasikan menjadi kegiatan yang sesungguhnya. Langkah

pertama setelah mengidentifikasi masalah adalah menyusun rencana dimulai dengan mencari
informasi terkait keefektifan bioyoso tikus berbahan gadung begitupun dengan

pembuatannya. Kami melakukan wawancara dengan Bapak Yoso sekaligus meminta beliau

untuk menjadi narasumber dalam program kerja kami yaitu “Sosialisasi Pengendalian Hama

Tikus Secara Alami dengan Bahan Organik.”

Pemateri dalam sosialisasi tersebut adalah Bapak Yoso Martono, seorang petani yang

telah melakukan banyak eksperimen tentang pembuatan pupuk dan pestisida menggunakan

bahan organik. Alasan kami memilih Bapak Yoso menjadi narasumber dikarenakan beliau

sudah melakukan banyak eksperimen dan menguji coba eksperimen tersebut di laboratorium

UGM serta beliau juga sudah memiliki sertifikat atas hasil uji cobanya.

Program tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 Juli 2022 di kantor Desa Joho,

Mojolaban, Sukoharjo. Tujuan dilaksanakannya kegiatan sosialisasi tersebut adalah untuk

memberikan edukasi ataupun informasi kepada para petani di Desa Joho mengenai

pengendalian hama tikus dengan menggunakan bioyoso. Dalam merancang kegiatan

sosialisasi tersebut kami melibatkan beberapa perangkat desa sebagai acuan dan juga

pedoman kami dalam melaksanakannya. Kami membuat proposal yang kemudian diajukan

kepada Bapak Lurah Desa Joho, Bapak Kepala Dusun maupun ketua kelompok Tani Desa

Joho. Selain itu kami juga meminta pendapat dan masukan dari Dosen Pembimbing

Lapangan, Bapak Zainal Arifin mengenai program kerja kami. Dan baru kemudian kami

melakukan rapat koordinasi dengan anggota kelompok. Dalam rapat koordinasi tersebut,

kami membagi tugas sesama anggota sekaligus merancang rundown acara demi kelancaran

acara sosialisasi tersebut.

Dalam kegiatan tersebut, beberapa bahan harus dipersiapkan untuk pembuatan

bioyoso diantaranya adalah 1 Kg Gadung, 1 Kg Bekatul, 1 Kg Kulit kamboja, 10 biji ragi

tape, 1 Kg ikan kali atau ikan lele dan tumbukan. Bahan-bahan tersebut akan dimanfaatkan

dan digunakan untuk praktek pembuatan bioyoso oleh Mbah Yoso bersama partisipan pada
acara tersebut. Selain membuat langsung di tempat, Mbah Yoso juga menyediakan sampel

jadi yang dapat langsung dicoba oleh para petani sebagai obat untuk mengendalikan hama

tikus.

Sebelum narasumber menyampaikan materi, didahului dengan diskusi oleh kepala

desa dengan anggota kelompok tani mengenai pembagian bantuan benih dan pupuk. Dalam

diskusi tersebut juga membahas tentang pelaksanaan penyebaran benih yang harus dilakukan

secara serentak agar masa panennya bisa bersama-sama. Anggota kelompok tani meminta

kepada kepala desa untuk diberikan subsidi pupuk, selain itu anggota kelompok tani juga

mengeluh tentang masalah hama yang menyebabkan daun padi menguning dan meminta

solusi terhadap permasalahan tersebut.

Ketika sosialisasi berlangsung, kami mendapatkan penjelasan mengenai cara

pembuatan pestisida organik dan manfaatnya secara langsung dari Bapak Yoso. Beliau

mempraktikkan secara langsung bagaimana cara membuat dan mengaplikasikan pestisida ke

sawah. Selain itu, Bapak Yoso juga membawa sampel pestisida yang sudah siap pakai ke

tempat sosialisasi untuk dibagikan kepada kelompok tani Desa Joho. Tidak hanya sampel

pestisida organik saja, Bapak Yoso juga membawa sampel pupuk organik seperti hormon

mol, penyubur tanah, Pupuk Organik Cair (POC) untuk dipromosikan kepada kelompok tani

Desa Joho, dengan tujuan bagi yang ingin tahu cara membuat pupuk tersebut bisa langsung

belajar ke tempat Bapak Yoso, atau jika tidak, boleh membeli pupuk yang di buat oleh Bapak

Yoso. Terkait hal di atas, Bapak Yoso memberikan buku panduan program peningkatan

sektor pertanian kepada kami untuk dipelajari.

Respon para petani ketika sosialisasi berlangsung adalah positif. Banyak dari mereka

yang antusias ingin membuat dan mengetahui cara-cara serta mengetahui bahan apa saja yang

digunakan dalam pembuatan pupuk dan pestisida organik tersebut. Hal tersebut sesuai

dengan yang kami harapkan. Kelompok Tani Desa Joho juga berencana mengendalikan tikus
dengan obat pestisida yang telah disosialisasikan Bapak Yoso secara bersama-sama agar

lebih efektif membasmi tikus secara masal di sawah se-Desa Joho. Harapan kami Desa Joho

sebagai pelopor bagi para petani di Indonesia khususnya di Kecamatan Mojolaban untuk

mengentaskan masalah pertanian dan meningkatkan hasil pertanian dengan bahan organik

yang ramah lingkungan.

Kesimpulan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) menjadi salah satu bentuk pengabdian mahasiswa

terhadap masyarakat dan merupakan salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

KKN kelompok 68 UIN Raden Mas Said Surakarta ditugaskan bertempat di Desa Joho yang

terletak di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.

Observasi untuk menemukan permasalahan yang ada di Desa Joho menemukan

problematika yang tengah terjadi di masyarakat yaitu berkembangnya keberadaan jentik-

jentik yang menjadi penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan

penyebabnya perilaku masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan

khususnya di bak mandi yang menjadi sumber utama berkembangnya jentik-jentik .

problematika lain yang kami temukan adalah resahnya petani karena hama tikus yang

menyerang sejumlah lahan pertanian yang menjadi rusak dan mengakibatkan penghasilan

petani terus menerus menurun secara signifikan.

Berbagai macam pertimbangan telah kami lakukan hingga kami memutuskan untuk

berfokus pada analisis problematika hama tikus di Desa Joho, dominasi sektor pertanian

menjadi salah satu fokus ataupun perhatian kami karena sector pertanian menjadi tumpuan

ekonomi warga Desa Joho. Metode yang kami rencanakan untuk mengentaskan masalah

hama tikus adalah dengan cara pengendalian hama tikus secara alami dengan bahan organik

yang ramah lingkungan


kami menemukan salah satu ramuan atau obat untuk mengendalikan hama tikus yang

dibuat oleh Bapak Yoso yang dinamakan Bioyoso. Bioyoso adalah ramuan yang dibuat oleh

Mbah Yoso yang berasal dari DesaTegalsari, Weru, Sukoharjo. Beberapa bahan harus

dipersiapkan untuk pembuatan bioyoso diantaranya adalah 1 Kg Gadung, 1 Kg Bekatul, 1 Kg

Kulit kamboja, 10 biji ragi tape, 1 Kg ikan kali atau ikan lele dan tumbukan. Semua bahan di

tumbuk menjadi satu dan dijemur selanjutnya obat bisa langsung dipakai di lahan pertanian.

Tiga kemungkinan yang terjadi ketika obat tikus bioyoso di makan tikus yaitu giginya

ompong karena ragi dan kulit kamboja, mandul dan mati karena racun dari kulit kamboja dan

umbi gadung.

Dalam menanggulangi problematika terkait hama tikus di Desa Joho, kami

merealisasikan menjadi kegiatan yang sesungguhnya dengan mengadakan “Sosialisasi

Pengendalian Hama Tikus Secara Alami dengan Bahan Organik” yang dilaksanakan pada

hari Sabtu, 30 Juli 2022 di kantor Desa Joho, Mojolaban, Sukoharjo dengan pemateri oleh

Bapak Yoso Martono yang menemukan obat pestisida hama tikus atau Bioyoso. Kami

mengundang perwakilan kelompok tani yang ada di Desa Joho masing-masing 3 orang

perwakilan per kelompok tani dari 4 kelompok tani yang ada di Desa Joho. Tidak lupa kami

juga mengundang 5 Kepala Dusun yang ada di Desa Joho dan Pak Lurah atau Kepala Desa

Joho sebagai keynote speaker dalam membahas pelaksanaan penyebaran benih yang harus

dilakukan secara serentak agar masa panennya bisa bersama-sama.

Sosialisasi berlangsung dimulai dengan penjelasan mengenai cara pembuatan

pestisida organik dan manfaatnya secara langsung dari Bapak Yoso. Beliau mempraktikkan

secara langsung bagaimana cara membuat dan mengaplikasikan pestisida ke sawah. Selain

itu, Bapak Yoso juga membawa sampel pestisida yang sudah siap pakai ke tempat sosialisasi

untuk dibagikan kepada kelompok tani Desa Joho. Respon para petani ketika sosialisasi

berlangsung adalah positif. Banyak dari mereka yang antusias ingin membuat dan
mengetahui cara-cara serta mengetahui bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan

pupuk dan pestisida organik tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang kami harapkan.

Anda mungkin juga menyukai