Anda di halaman 1dari 2

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan sarana mengaktualisasi diri terhadap

beberapa keahlian atau ketrampilan baik softskill atau hardskill yang sudah diperoleh selama
perkuliahan, diterapkan di suatu perusahaan atau instansi selama beberapa bulan. PPL kami
yang beranggotakan 4 orang yaitu saya sendiri, Habib, Adit, dan Zeka ditempatkan di Dinas
Sosial Kabupaten Boyolali selama kurang lebih 1 bulan.

Dinas Sosial Kota Bandar Lampung merupakan instansi pemerintah Kota Boyolali yang
membidangi masalah pemberdayaan sosial, pelayanan dan rehabilitasi sosial, bantuan dan
jaminan sosial dan kesejahteraan sosial yang beralamat di Tegalarum, Kemiri, Kec.
Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Penempatan PPL pada instansi pemerintah ini
dibagian Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial meliputi
Pelayanan Sosial Anak, Pelayanan Lanjut Usia, Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial penyandang cacat,
pelayanan rehabilitasi sosial tuna sosial serta fasilitasi dan rehabilitasi sosial korban narkoba.

Pelaksanaan kerja pada bagian Bidang Rehabilitasi Sosial yang dilakukan secara rutin
diantaranya kegiatan pemberdayaan di Rumah Singgah untuk PMKS, ODGJ, PGOT, Memberikan
bantuan sosial penyandang disabilitas dan orang miskin, dan lain sebagainya Rumah Singgah adalah
sebuah tempat yang dibawah Bidang Rehabilitas Dinas Sosial Kabupaten Boyolali yang berfungsi
sebagai rumah penampungan sementara para penyandang PMKS, ODGJ, dan PGOT untuk diberikan
pelayanan kebutuhan sehari-hari dan pelayanan berobat yang selanjutya dilakukan pengawasan jika
sudah membaik akan di pulangkan atau menunggu keluarga menjemputnya.

Kegiatan PPL kami pada minggu pertama yaitu penyerahan PPL oleh Dosen Pembimbing
Lapangan kepada pihak Dinas Sosial dalam hal ini pihak Dinas Sosial di wakilkan oleh Kebala Sub
Bagian Umum dan Kepegawaian. Dalam penyerahan ini kami ber koordinasi terkait apa saja bagian
yang ada di Dinas Sosial dan penempatan kerja PPL kami selama 1 bulan kedepan. Kami ditempatkan
di bidang 1 bagian rehabilitas dan berkooordinasi dengan kepala Bidang 1 yaitu Pak Mudzakir dan
diajak ke Rumah Singgah untuk observasi awal apa saja kegiatan dan kondisi disana. Disana kami
berkenalan langsung dengan penghuni Rumah Singgah yang dihuni oleh PMKS, ODGJ, dan PGOT.
Minggu pertama kami mengikuti langsung kegiatan di Rumah Singgah yaitu mencukur rambut,
memandikan, dan memeberikan makanan kepada ODGJ dan mengantarkan ODGJ yang baru masuk
ke RSJD Solo untuk dilakukan tindakan pemeriksaan, assessment dan perawatan medis kurang lebih
satu sampai dua minggu lamanya setelah itu di bawa lagi ke Rumah Singgah. Rata-rata penghuni
Rumah singgah adalah ODGJ yang di temukan dijalan atau diserahkan oleh keluarga kepada pihak
Rumah Singgah adapun ODGJ yang dialkukan penjemputan oleh Tim Reaksi Cepat yang di bentuk
oleh Dinas Sosial Setelah dilakukan penjemputan ada dua metode yang dilakukan. Bagi ODGJ yang
temperamental akan dikirim ke rumah sakit jiwa. Tetapi untuk ODGJ yang tidak temperamental, akan
dikirim ke Rumah Singgah.

Minggu ke dua, kami mengantarkan ODGJ yang sudah sembuh ke tempat tinggalnya. Ada
beberapa syarat yang dipenuhi jika ODGJ sudah boleh pulang kerumah termasuk jika ODGJ sudah
tidak berbahaya lagi bagi orang orang di sekitar. Banyak gejala yang terjadi di Rumah Singgah seperti
mengamuk karena depresi yang berlebih, melamun, berhalusinasi, tapi seiring dengan waktu dan
perawatan yang benar mereka sedikit demi sedikit mampu mengendalikan dirinya
ODGJ dan PGOT tidak tidak secara langsung ditempatkan di Rumah Singgah, namun ada
Alur Pelayanan ODGJ dan PGOT Kabupaten Boyolali jika ada ODGJ/PGOT yang dilaporkan oleh
kepolisian, keluarga Masyarakat, atau Lembaga mitra (satpol Pp, Koramil, Pemuda Pancasila, MMR,
FKDH, Relawan ODGJ dll) dilaporkan ke Dinas Sosial Boyolali selanjutnya akan diproses oleh
Bidang Rehabilitasi Sosial Kabupaten Boyolali dan ditempatkan di Rumah Singgah untuk
diidentifikasi, registrasi, dan assessment masalah jika di ketemukan asal-usulnya dan asalnya maka di
dikembalikan ke keluarganya dan jika belum akan ditempatkan di Rumah SInggah dan jika
mengalami gangguan yang tidak bisa di tangani pihak Rumah Singgah selanjutnya dirujuk ke Rumah
Sakit Jiwa sementara untuk dilakukan pertolongan kedaruratan selanjutnya di kembalikan lagi ke
Rumah Singgah untuk assemen lanjutan untuk mendalami latar belakang keluarga, jika tidak
diketemukan ditetapkan tinggal di Rumah Singgah dan jika ditemukan akan di antar ke keluarganya.

Pada Minggu ke-dua kami juga menemukan

Anda mungkin juga menyukai