Anda di halaman 1dari 5

Nama : Isa mukti rizki zakaria

Nim : 202121056
Kelas : HKI 3B

WAHYU
A. Sebagai sumber pengetahuan Nabi dan Rosul
Sebagai pondasi atau bukti awal tentang hakikat kenabian dan kerasulan. Sumber pertama untuk
segala berita-berita Ghaib, segala macam informasi tentang ‘aqidahdan juga sumber pertama
hukum syari’ah, sebagai satu-satunya pedoman/hakim/penentu pada perselisihan di antara
manusia yang berfikir melalui idenya dan merumuskan hukum melalui akalnya.

Secara terminologis, wahyu adalah informasi yang diberikan Allah SWT kepada Nabi-Nabi dan
Rasul-Rasul-Nya dalam bentuk kalam (lafazh) ataumakna, yang disampaikan dengan cara yang
mampu dipahami oleh Nabi Nabi dan Rasul-Rasul-Nya dan berbentuk ilmu pengetahuan yang
tingkat kebenaran dan keyakinannya itu final Perbedaannya dengan ilham adalah bahwa ilham
merupakan rasa batin yang datang secara tiba-tiba tentang hal yang seringkali dipikirkan
seseorang.

B. Bentuk dan unsur dalam penyampaian wahyu


Jika hikmah memancar dari lisan manusia, dan keteladanan datang dari perbuatannya, dan
kesucian terlihat dari kondisi dan tujuan hidupnya, maka wahyu muncul dengannya pengetahuan
ke dalam hati para nabi dengan berbagai macam dantingkatan kedatagannya. Ibnul Qoyim
menyebutkan bahwa penyampaian wahyu yang diterima oleh Muhammad ada beberapa bentuk,
diantaranya adalah

Gambaran mimpi yang nyata, Mimpi ini termasuk salah satu permulaan media penyampaian
wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Bisikan hati, Wahyu yang disusupkan ke dalam jiwa dan hati beliau, tanpa dilihatnya,
sebagaimana yang dikatakan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam,“Sesungguhnya
RuhulQudus menghembuskan ke dalam diriku, bahwa suatu jiwa sama sekali tidak akan
mati hingga disempurnakan rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah, baguskan
dalam meminta, dan janganlah kalian menganggap lamban datangnya rezeki, sehingga
kalian mencarinya dengan cara mendurhakai Allah, karena apa yang ada di sisi Allah
Subhanahu Wataala tidak akan bisa diperoleh kecuali dengan menaati-Nya.”

Mendengar seperti gemerincing lonceng yang sangat dahsyat, Wahyu ini dianggap wahyu
paling berat dan malaikat tidak dapat dilihat oleh pandangan Nabi. Dahi Nabi sampai
berkerut dan mengeluarkan keringat sekalipun pada waktu yang sangat dingin.
Bahkan, hewan yang ditunggangi Nabi menderum ke tanah. Wahyu seperti ini pernah terjadi
tatkala paha beliau berada di atas Zaid bin Tsabit, sehingga Zaid merasa keberatan dan hampir
saja tidak kuat menyangganya.
Mendengar suara keras, seperti rantai yang digesekkan ke batu.

Perantara Malaikat Jibril dengan wujud manusia, Malaikat menyerupai seoarng laki-laki
menemui secara langsung kepada Nabi. Lalu, ia berbicara dengan Nabi hingga bisa
menangkap secara langsung apa yang dibicarakan. Bahkan, dalam hal ini terkadang para
sahabat juga bisa melihat penjelmaaan malaikat.

Perantara Malaikat Jibril dengan wujud aslinya. Melasir laman MUI disebutkan, peristiwa
seperti ini pernah terjadi dua kali kepada Nabi. Malaikat mendatangi Nabi untuk
menyampaikan wahyu seperti yang dikehendaki Allah kepada beliau. Hal ini
sebagaimana disebutkan oleh Allah di dalam surat An-Najm.

Wahyu yang disampaikan Allah kepada Nabi. Kejadian ini terjadi di lapisanlapisan langit pada
malam Mi’raj. Wahyu ini berisi kewajiban untuk melaksanakan sholat dan lain-lain.

Allah berbicara langsung kepadanya, dalam hal ini, sebagaimana Allah telah berfirman
dengan Musa bin Imran. Wahyu semacam ini berlaku bagi Musaberdasarkan nash
Alquran. Sedangkan Nabi Muhammad terjadi dalam peristiwa Isra Mi’raj.Didalam
wahyu Allah memiliki beberapa unsur,

Unsur_Unsur
Informasi dari Allah yang meliputi ilmu segala sesuatu

Nabi dan Rasul mendapatkan wahyu secara langsung dari Allah Subhanahu Wataala

Wahyu terpatri dalam diri seorang nabi dan rasul dalam bentuk ilmu yang yakin
kebenarannya

Seluruh wahyu dalam bentuk hukum.

Sebagai bukti logis dan empiris tentang kebenaran akan kenabian seseorang, maka mereka yang
hidup sezaman dengan Nabi dan Rasul meyakininya secara nyata karena menyaksikannya.
Sedangkan orang-orang yang tidak hidup sezaman dengan Nabi dan Rasul meyakininya secara
nyata karena adanya kabar terpercaya yang diturunkan secara temurun.
Di zaman sekarang penyampaian kebenaran turunnya wahyu dari Allah Subhanahu
Wataala kepada masyarakat yaitu melalui adanya al-Quran dan Hadits Shahih serta
Penuturan saksi sejarah di setiap generasi dan zaman.

SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN NABI DAN RASUL


‫ عاونا ء‬E‫سانال ةنسأل نم ضيفت ةمكحال ذإف بتارمو‬،‫ نم سبتقت ةوسألاو‬E‫ مهالمعأ‬،‫ مهت اه اجتاو مهل وح أب نرتقت ةقلطمال ةهازنالو‬،‫يذال يحوالف‬
‫ايبنألا بولف ىلع ةفرعمال هب قرست‬

‫ ةقادصال ايؤرال‬،‫ةطقيال دنع ماهلإلا‬،‫ظافلألا مهيقلي كلمال السرإ‬، E‫ىالعت هللا نم ةرشابم ميلكتب‬

Jika hikmah memancar dari lisan manusia, dan keteladanan datang dari perbuatannya, dan
kesucian terlihat dari kondisi dan tujuan hidupnya, maka wahyu muncul dengannya
pengetahuan ke dalam hati para nabidengan berbagai macam dan tingkatan kedatagannya;

Ru’yah Shodiqoh : gambaran mimpin yang nyata


Penglihatan ketika sadar
Hadirnya malaikat dengan menyampaikan lafazh
Bercakap-cakap langsung dengan Allah SWT

Perbedaan antara wahyu, ilham dan ta’lim


Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie, ilham ialah menuangkan suatu pengetahuan ke dalam jiwa yang
menuntut penerimanya supaya mengerjakannya, tanpa didahului dengan ijtihad dan penyelidikan
hujjah-hujjah agama. Wahyu hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu yang dipilih oleh
Allah, yaitu para Nabi dan Rasul. Sedangkan ilham dan ta’lim (ilmu) diberikan kepada semua
manusia.Perbedaan wahyu dengan ilham adalah bahwa ilham itu intuisi yang diyakini jiwa
sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta tanpa mengetahui dari mana datangnya

SEBAGAI BUKTI LOGIS DAN EMPIRIS TENTANG KEBENARAN AKAN KENABIAN


SESEORANG
Mereka yang hidup sezaman dengan Nabi dan Rasul meyakininya secara nyata karena
menyaksikannya

Mereka yang tidak hidup sezaman dengan Nabi dan Rasul meyakininya secara nyata karena
adanya kabar terpercaya yang diturunkan secara temurun.
1) Penyampaian kebenaran turunnya wahyu kepada masyarakat sekarang melalui:

Adanya al Qur’an

Penuturan saksi sejarah di setiap generasi dan zaman o Hadits Shahih


Kitab sebagaiwahyu Allah sangat penting bagi manusia karena: o
Menjadi pedoman utama manusia yang kepadanya mereka kembali o
Menjadi sumber hukum yang adil dalam setiap permasalahan manusia o
Menjaga otentisitas kesucian dan orisinal wahyu Allah ketika melintasi
zaman dan tempat

o Sebagai pedoman tertulis bagi nabi dan rasul dalam berdakwah.


perlu kita ketahui bersama bahwa keimanan kepada kitab-kitab dan wahyu Allah terkandung di
dalamnya empat unsur, yaitu:

beriman bahwa kitab-kitab dan wahyu-Nya itu benar-benar diturunkan dari sisi Allah ta’ala.

Beriman kepada apa yang telah Allah namakan dari kitab-kitabNya dan mengimani secara global
kitab-kitab yang kita tidak ketahui namanya. Allah ta’ala berfirman yang artinya,
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa buktibukti yang
nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan.” Ayat ini menunjukkan bahwa terdapat kitab bagi setiap Rasul, akan
tetapi kita tidak mengetahui seluruh namanya. Adapun kitab-kitab yang kita ketahui
namanya adalah Al-Qur’an Al-Karim yang diturunkan kepada Nabi kita
Muhammad shallallahu’alaihiwasallam, Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa
‘alaihissalaam, Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud ‘alaihissalaam, Suhuf Ibrohim,
dan Taurat (Ada sebagian ulama yang menyatakan kitab yang diturunkan bagi nabi Musa
‘alaihissalaam adalah Taurat, ada pula yang menyatakan bahwa bagi nabi Musa
‘alaihissalaam terdapat kitab lainnya yaitu Suhuf Musa).

Kemudian, membenarkan berita-berita yang benar dari kitab-kitab dan wahyuNya tersebut
sebagaimana pembenaran kita terhadap berita-berita Al-Qur’an dan juga beritaberita lainnya
yang tidak diganti atau dirubah, dari kitab-kitab terdahulu (sebelum AlQur’an).

IV. Mengamalkan hukum-hukum yang tidak dihapus (nasakh) serta dengan rela dan pasrah
menerimanya, baik kita ketahui hikmahnya atau tidak. Ketahuilah saudariku, bahwa
seluruh kitab yang ada telah terhapus (mansukh) dengan turunnya Al-Qur’an. Allah
ta’ala berfirman yang artinya, “Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan sebagai muhaimin terhadap kitab-kitab yang lain itu.” (QS.
AlMaa’idah 5:48). Artinya,Al-Qur’an sebagai ‘hakim’ atas kitab-kitab yang ada
sebelumnya. Maka tidaklahdiperbolehkan untuk mengamalkan hukum apapun dari
hukum-hukum terdahulu, kecuali yang sah dan diakui oleh Al-Qur’an.Kitab sebagai
wahyu Allah sangat penting dalam mengambil faedahnya bagi manusia.

Kemungkinan turunnya wahyu


Orang yang sezaman dengan wahyu itu menyaksikan wahyu dan menukilnya secara mutawatir
daengan segala persyaratannya yang menyakinkan kepada generasi-generasi sesudahnya.

Umat manusia pun menyaksikan pengaruhnya didalam kebudayaan bangsanya serta dalam
kemampuan pengikutnya.manusia akan bisa maenjadi mulia selama tetap berpegang pada
keyakinan itu,dan akan hancur serta huna jika mengabaikannya.kemungkinan terjadnya wahyu
serta kepastiannya sudah tidak dapat diragukan lagi,serta perlunya manusia kembali kepada
petunjuk wahyu demi menyiram jiwa yang haus akan nilai-nilai dan kesegaran rohani.

Anda mungkin juga menyukai