Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

ILMU DAKWAH

OLEH:

NAMA : ANNISA YUNIARTI

NIM : 15020200054

KELAS : C11

DOSEN : Drs. M. Said P, M.A.

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2023
NAMA : ANNISA YUNIARTI

NIM : 15020200054

KELAS : C11

TUGAS KULIAH ILMU DAKWAH

KEUTAMAAN DALAM MENUNTUT ILMU

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin, wash-sholaatu was-salaamu 'ala


asyrofil ambiya-i wal-mursalin, sayyidinaa wa nabiyyinaa muhammadin,
wa 'alaa aalihi wa shohbihi ajma'in, wa ba'du.

Puji dan Syukur tak henti kita panjatkan kepada Allah SWT yang
tiada henti memberikan nikmat, berkah, dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Karena nikmat dan hidayah dari Allah berupa keimanan dan
keislaman-lah yang membuat kita tetap kokoh berjalan di atas jalan Allah.
Dan nikmat kesehatan dan kesempatan dari Allah pula sehingga hari ini
kita dapat berkumpul di tempat ini dalam rangka melaksanakan salah satu
aktivitas yang merupakan kewajiban kita sebagai umat Islam, yakni
menuntut ilmu.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita,


Nabi Muhammad SAW, yang diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini
sebagai rahmatan lil alamiin, yang telah menggempur kesesatan dan
mengibarkan panji-panji kebenaran, serta memperjuangkan islam hingga
sampai kepada kita sebagai rahmat tak terperi dari allah SWT.

Para hadirin yang juga saya hormati dan semoga alloh mulyakan.
Saya berada di podium ini bukanlah untuk menyombongkan diri namun
hanya untuk melatih diri dan ingin membagi ilmu yang saya miliki, jadi
jangan heran atau di salahkan jika nanti banyak kata kata saya yang tidak
dimengerti dan tidak dipahami. Saya saat ini akan membahas tema
mengenai “Keutamaan menuntut Ilmu”.
Kita lahir di bumi ini dalam keadaan tak berilmu. Oleh karena itu,
setiap orang tua berkewajiban mendidik dan mengajarkan ilmu
pengetahuan kepada anaknya. Karena manusia lahir ke dunia dalam
keadaan tak berilmu, maka Allah SWT memerintahkan kepada semua
manusia, terutama umat islam untuk belajar atau menuntut ilmu sebagai
bekal untuk menjalani hidup. Diantara salah satu amalan wajib yang mulai
banyak ditinggalkan sebagian besar kaum muslimin adalah amalan
menuntut ilmu agama. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa menuntut
ilmu itu adalah wajib bagi setiap kaum muslimin. Baik itu muslim laki-laki,
ataupun muslimat perempuan, baik itu anak kecil, ataupun orang dewasa,
semuanya wajib menuntut ilmu. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul

“Belajarlah karena seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan pandai,


dan pemilik ilmu itu tidak sama dengan orang yang bodoh.”

Dalam pandangan islam, ilmu adalah sesuatu yang tergolong suci.


Ilmu bagaikan pelita atau cahaya di malam yang gelap. Seseorang tak kan
dapat berjalan dengan baik di malam yang gelap tanpa cahaya atau pelita,
demikian pula halnya tak dapat seseorang membedakan yang benar dan
salah, kecuali dengan ilmu. Mengenai perintah menuntut ilmu, Allah SWT
memerintahkan secara tersirat dalam wahyu yang pertama diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, QS Al-Alaq ayat 1 – 5, yang artinya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakannya


2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Kewajiban menuntut ilmu bagi seorang muslim tidaklah dibatasi oleh


umur. Berapapun umur kita saat ini, entah itu muda ataupun tua,
semuanya wajib menuntut ilmu sampai ajalnya menjemput. Bahkan jika
seorang muslim sudah dianggap ulama sekalipun, maka ia tatap wajib
menambah ilmunya. Apalagi kita yang bukan ulama, tentulah lebih
ditekankan lagi untuk menuntut ilmu. Ketahuilah sesungguhnya
kesuksesan dan kebahagiaan tidak akan pernah diraih tanpa ilmu.
Seorang yang ingin sukses dan bahagia di dunia saja membutuhkan ilmu
untuk meraihnya. Apalagi jika kita ingin sukses dan bahagia di akhirat,
tentu juga ada ilmunya.

Wahyu pertama ini, sebagai tanda pengangkatan Muhammad


menjadi utusan Allah, memerintahkan “Iqro yang artinya bacalah”. Meski
tak secara langsung mengatakan “belajarlah”, namun perintah Allah dalam
ayat ini untuk membaca adalah perintah tersirat kepada manusia untuk
belajar, karena membaca merupakan salah satu cara untuk belajar.
Membaca yang dimaksudkan disini tak sekedar membaca buku atau
materi pelajaran, tetapi juga bermakna sebagai perintah untuk membaca
dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah.

Tidakkah kita sadari bahwa wahyu pertama ini, yang memerintahkan


untuk membaca mengandung makna yang luas tentang pentingnya
belajar. Allah tidak menurunkan wahyu pertama berupa perintah untuk
shalat, puasa, sedekah, zakat dan sebagainya, tetapi perintah “Iqro yang
artinya bacalah” yang dapat kita tafsirkan sebagai perintah untuk belajar.
Ini menunjukkan bahwa sebelum kita beramal, kita wajib berilmu, yang
insya Allah akan mengantarkan pada kebahagiaan dunia akhirat. Islam
tidak menghendaki umatnya sengsara di dunia dan di akhirat. Oleh sebab
itu perintah menuntut ilmu tidak dibedakan antara laki-laki dan
perempuan.

Tegasnya, menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam, meskipun
di tempat yang jauh dari negerinya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad
saw:

“Tuntutlah ilmu walaupun di negeri China karena sesungguhnya


menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para
malaikat meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena
ridha terhadap ilmu yang dituntutnya.’ (HR ibnu Abdi Al-bar).
Dari ayat dan hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum
menuntut ilmu pada dasarnya adalah wajib/fardhu. Ada yang hukumnya
fardhu „ain seperti menuntut ilmu agama, terutama yang berkaitan dengan
ibadah kepada Allah seperti cara berwudhu, shalat, dan sebagainya. Ada
pula yang hukumnya fardu kifayah, seperti ilmu-ilmu yang dibutuhkan
untuk mendukung urusan-urusan dunia, seperti ilmu kedokteran karena
ilmu ini menjadi sesuatu yang penting untuk memelihara tubuh, atau ilmu
hitung karena ini menjadi sesuatu yang penting didalam muamalah (jual
beli), pembagian wasiat, harta waris dan lainnya. Selain itu, hukum
menuntut ilmu bisa berubah menjadi haram jika ilmu yang dipelajari dapat
mendatangkan mudharat bagi diri sendiri maupun orang lain, atau
menyesatkan dan membahayakan, seperti ilmu hitam, ilmu sihir, ilmu
santet dan sebagainya.

Allah mewajibkan manusia menuntut ilmu bukan tanpa sebab. Ada


banyak sekali keutamaan menuntut ilmu yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an
dan Sunnah Rasul. Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang
beriman dan berilmu sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Mujaadilah
ayat 11:

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara


kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat.” (Al-
Mujaadilah:11)

Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan


atas besarnya keutamaan, dan ketinggian di sini mencakup ketinggian
maknawiyyah di dunia dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara
(artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan mencakup pula
ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di
akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah.

Satu hal lagi yang harus diketahui, bahwa orang yang berilmu
memiliki pendirian yang teguh, tidak mudah terombang-ambing, serta
tidak mudah tergoda oleh bujukan syaitan. Bahkan dalam sabdanya
Rasulullah menyebutkan bahwa seorang yang berilmu (alim) lebih sulit
digoda oleh syaitan dari pada 1000 ahli ibadah yang tidak berilmu :

“Seorang yang alim lebih sulit digoda oleh syaitan dari pada 1000
ahli ibadah (yang tidak berilmu)” (HR. Tirmidzi)

Selanjutnya, yang tak kalah pentingnya untuk direnungkan adalah


bahwa pada suatu saat nanti, yang kita tak ketahui kapan datangnya,
entah hari ini, esok, lusa atau kapan saja Allah berkehendak, malaikat
maut akan datang menjemput kita untuk menjalani kehidupan lain di alam
berbeda. Ketika masa itu tiba, tak ada lagi yang dapat kita lakukan untuk
menambah isi pundi-pundi pahala kita, terputuslah kita dari kehidupan
dunia, kecuali 3 hal yaitu shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta
anak sholeh yang selalu mendoakan, sebagaimana sabda Rasul :

“Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah


amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang
bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo‟akannya.” (HR.
Muslim)

Hadits ini menunjukkan pentingnya ilmu pengetahuan sebagai


investasi masa depan. Dengan sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat,
serta anak soleh yang selalu mendoakan, kita tetap mendapat tambahan
pahala meski kita tak lagi menjalani kehidupan di alam fana ini. Hadits ini
juga menyiratkan perintah untuk „memanfaatkan‟ ilmu yang kita miliki. Tak
hanya sekedar mengetahui suatu ilmu, tetapi perlu pengamalan dalam
kehidupan. Kata orang bijak „ilmu tanpa pengamalan ibarat pohon tanpa
buah”. Ada pula yang menyebutkan, ilmu tanpa amal, pincang, dan amal
tanpa ilmu, buta. Oleh karena itu harus ada kesesuaian antara ilmu dan
amal.
Selain mengamalkan ilmu yang kita miliki, kita juga diperintakan
berbagi ilmu atau mengajarkan ilmu yang kita miliki kepada orang lain.
Berbagi ilmu dengan orang lain tak sama dengan berbagi harta. Jika kita
memberikan harta kita kepada orang lain, maka secara otomatis kita akan
kehilangan harta itu atau dengan kata lain kita tak lagi memilikinya.
Berbeda halnya dengan memberikan ilmu. Jika kita mengajarkan ilmu
pengetahuan kepada orang lain, kita tidak akan kehilangan ilmu
pengetahuan yang kita miliki, tetapi malah semakin menambah
penguasaan kita terhadap ilmu tersebut.

Yang harus kita ingat adalah ilmu yang dimiliki hendaknya tidak
membuat kita tinggi hati dan merasa lebih hebat dari orang lain. Niat
menuntut ilmu hendaknya didasari keikhlasan karena Allah SWT. Orang
yang menuntut ilmu dengan niat untuk membanggakannya di hadapan
manusia diancam akan dimasukkan ke dalam neraka. Sabda rasul yang
artinya:

“Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap


para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh
dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk
penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik
perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka
baginya neraka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)”

Ilmu pengetahuan berkembangan seiring dengan perkembangan


zaman. Jika kita berhenti belajar, sementara ilmu pengetahuan semakin
berkembang, maka kita akan tertinggal. Oleh karena itu, proses belajar
manusia tak hanya berhenti ketika kita menyelesaikan studi di bangku
pendidikan. Menuntut ilmu tak hanya dilakukan di bangku sekolah atau
kuliah. Sejatinya, dunia ini adalah laboratorium pendidikan. Setiap
elemennya adalah sarana untuk menambah wawasan dan mengambil
pelajaran. Karena itulah, proses belajar manusia seharusnya berawal
sejak manusia dilahirkan hingga kematian menjemput. Rasulullah SAW
bersabda:
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat”

Hadits tersebut menjadi dasar dari ungkapan “Long life education”


atau pendidikan seumur hidup. Berdasar dari hadits itu pula, kita
seharusnya termotivasi agar tak pernah lelah untuk belajar. Kita niatkan
perjuangan menuntut ilmu ini sebagai ibadah kepada Allah, dengan niat
suatu hari kelak akan kita bagi kepada orang lain, agar ilmu yang kita
miliki tak hanya bermanfaat buat diri kita, tetapi juga makhluk Allah yang
lain. Jangan pernah berhenti belajar hal-hal bermanfaat, selama kita
masih diberi kesempatan oleh Allah. Dengan niat ikhlas karena Allah,
mudah-mudahan kita semua memperoleh keutamaan menuntut ilmu
seperti yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Aamiin.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan. Semoga dapat bermanfaat


bagi kita semua. Jika ada kekurangan itu datangnya dari diri saya sebagai
makhluk dhoif yang tak luput dari khilaf, dan atas semua kesalahan itu
mohon dimaafkan dan dimohonkan ampun kepada Allah SWT. Semua
kebenaran yang terucap datangnya dari Allah SWT sebagai sang Khalik
yang Maha Sempurna, semoga dapat dijadikan pelajaran dan bahan
renungan.

Wassalamu‟alaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai