Anda di halaman 1dari 14

tika dalam mencari ilmu sangatlah mutlak dibutuhkan. Ilmu ibarat sesuatu yang luhur dan rumit.

Bisa mengubah nasib seseorang, dan bisa mengubah derajat seseorang. Tapi anehnya ilmu bisa
cepat hilang apabila kita tidak menghormatinya dan memberlakukannya dengan bijak.
TALIMUL MUTAALLIM (Etika Menuntut Ilmu)
A. Menuntut Ilmu
Pengertian Ilmu
Ilmu secara bahasa mempunyai arti mengetahui. Sedangkan secara istilah adalah
pengetahuan tentang suatu hal yang dikaji secara sistematis logis yang dibakukan menjadi
pengetahuan tertentu. Suatu missal ilmu agama, ilmu matematika dan sebagainya. Secara
bahasa, orang yang berilmu menunjukkan ia banyak tahu tentang suatu hal. Makna ilmu
disini tidak hanya ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah, tapi mempunyai makna yang
lebih luas lagi, yaitu ilmu yang dapat memberikan pengetahuan luas sehingga menjadikan
orang tersebut lebih bijak, sempurna pola fikirnya dan sejahtera lahir dan batin.
Mencari ilmu tidak dibatasi pada bidang tertentu dan jangka waktu. Lebih lama menuntut
ilmu lebih banyak pula ilmu yang dimiliki dan banyaknya ilmu akan menunjukkan
kesempurnaan orang tersebut.
2. Kewajiban Menuntut IlmuIlmu mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan ini.
Berkembangnya zaman ini tidak lain karena ilmu, negara yang menguasai ilmu pengetahuan akan
menjadi negara yang maju. Sehingga ada istilah; Orang tanpa ilmu pengetahuan bagaikan mayat
berjalan
Dalam Islampun menekankan pentingnya ilmu, dan menjadi hokum wajib menuntut ilmu. Sabda
Rasulullah SAW: Menuntut ilmu diwajibkan bagi orang Islam laki-laki dan perempuan.
Menuntut ilmu hukumnya wajib. Hokum wajib akan membawa konsekuensi buruk bagi mereka yang
meninggalkannya. Keburukan ini bisa didapat di dunia, lebih-lebih lagi di akhirat.
Kalau kita perhatikan wahyu yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah AlAlaq ayat 1-5. Ayat pertama yang disampaikan Allah kepada nabinya, Iqra yang artinya bacalah.
Membaca adalah sumber utama menggali ilmu pengetahuan. Jadi ini menunjukkkan perintah untuk
menuntut ilmu.
Pada masa Rasulullah, sampai ia memerintah mencari ke negeri kaumnya orang kafir. Hadits:
Tuntutlah ilmu meskipun sampai ke negeri Cina, karena menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap
muslim.
Hadits di atas mengisyarakatkan betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan inilah yang hanya mengantarkan manusia bahagia dunia dan akhirat. Sabda Rasulullah
SAW: Barangsiapa ingin (memperoleh kebahagiaan) di dunia, hendaklah ia berilmu. Dan
barangsiapa ingin (memperoleh kebahagiaan) di akhirat, hendaklah ia berilmu. Dan barangsiapa
ingin memperoleh kebahagiaan keduanya, hendaklah ia berilmu.
Tujuan menuntut ilmu dibagi dua: fardhuain dan fardhu kifayah. Ketahuilah, bahwa kewajiban
setiap muslim bukanlah menuntut segala macam ilmu. Tetapi yang wajib baginya adalah menuntut
ilmu haal (ilmu yang menyangkut kewajiban sehari-hari sebagai muslim seperti ilmu tauhid, akhlak,

dan fikih) sebagaimana diterangkan dalam hadits: Ilmu yang paling utama adalah ilmu haal dan
amal yang paling utama adalah menjaga haal (hal-hal yang merupakan kewajiban sehari-hari
seperti menghindari penyia-nyiakan harta dan kerusakan).
Diwajibkan bagi setiap muslim mempelajari ilmu yang berhubungan dengan kewajiban sehari-hari
dalam kondisi apapun. Karena ia wajib menjalankan salat, maka wajib baginya mempelajari ilmu
yang dibutuhkan di dalam salatnya sesuai dengan batasan, agar ia dapat menunaikan kewajiban itu
secara sempurna.
Demikian juga wajib baginya mempelajari ilmu yang mengantarkannya (ilmu yang menjadi
prasyarat) menunaikan segala sesuau yang menjadi kewajibannya. Karena segala sesuatu yang
menjadi prasyarat bagi sesuatu yang wajib itu hukumnya menjadi wajib pula. Wajib pula
mempelajari ilmu tentang puasa; zakat bila ia berharta dan haji bila sudah wajib baginya, begitu
pula ilmu mengenai jual-beli bila ia berdagang.
Demikian pula wajib mempelajari ilmu-ilmu mengenai aturan-aturan yang berhubungan dengan
orang lain dan berbagai pekerjaan. Setiap orang terjun pada salah satu dari urusan-urusan
tersebut harus mempelajari ilmu yang menghindarkannya dari perbuatan haram di dalamnya.
Setiap muslim juga wajib mempelajari ilmu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan hati,
seperti tawakkal (pasrah kepada Allah), kembali kepada Allah (inabah atau tobah) takut (kepada
murka Allah) dan ridha. Semua itu selalu dibutuhkan dalam kondisi apapun.
Ilmu yang hokum fardhu kifayah adalah ilmu yang diperlukan pada saat-saat tertentu saja. Bila di
suatau daerah ada seseorang yang melakukanna, maka kewajiban itu gugur bagi yang lain, namun
apabila tidak seorang pun yang melakukannya, maka semua orang bersama-sama menanggung dosa.
Adalah kewajiban para pemimpinnya menyuruh orang-orang untuk menegakkan dan memaksa
kepada penduduk setempat untuk menegakkannya.
Adapun ilmu nujum (meramal sesuatu berdasarkan ilmu perbintangan) hukumnya haram, karena
ilmu tersebut berbahaya pada keyakinan seseorang dan tidak ada manfaatnya. Lari dari
ketentuan dan takdir Allah jelas tidak mungkin. Begitu pula ilmu-ilmu yang merugikan orang lain
bagi dari segi fisik maupun keyakinan seseorang.
2. Keutamaan Menuntut Ilmu
Keutamaan ilmu sudah tidak diragukan lagi bagi siapapun, karena ilmu inilah yang membedakan
manusia dengan mahluk lainnya. Sebab potensi fisik (biologis) dan potensi insting/rasa juga
dimiliki oleh mahluk lainnya. Binatang mempunyai struktur biologis yang sama dengan manusia,
rasa marah, kekuatan, kasih sayang, mempertahankan diri juga dimiliki oleh binatang. Satu hal
yang tidak dimiliki oleh binatang adalah ilmu.
Dengan ilmu pula Allah memberikan keunggulan kepada Nabi Adam AS atas para malaikat. Dan
menyuruh mereka sujud kepada Ada. Keutamaan ilmu hanya karena ia menjadi wasilah (pengantar)
menuju ketakwaan yang menyebabkan seseorang berhak mendapatkan kemuliaan di sisi Allah dan
kebahagiaan dunia.

Secara bahasa halus, Allah menanyakan kepada manusia, samakah orang yang berpengetahuan
dengan yang tidak: Katakanlah : Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berhak Allah yang dapat menerima pelajaran.
(Az-Zumar: 9).
Selanjutnya, malah Allah mempertegas posisi orang yang berilmu yaitu Allah akan mengangkat
derajat orang yang berilmu. Niscaya Allah akan menegaskan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadalah: 11).
Rasulullah pun menegaskan keutamaan orang yang berilmu:
Barangsiapa keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah SWT sehingga kembali.
Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah SWT akan memudahkan
baginya jalan ke surga.
Dari firman Allah dan sabda Rasulullah SAW, dapat diuraikan bahwa keutamaan orang yang
berilmu adalah:
-

Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu baik di dunia lebih-lebih di akhirat

Orang yang berilmu akan lebih mulia kehidupannya, karena segala sepak tanduknya selalu
dipertimbangkan baik buruknya
Orang yang sedang menuntut ilmu, berada di jalan Allah dan apabila ia meninggal karena
mencari ilmu ia mati syahid
-

Allah akan memberikan kemudahan jalan ke surga

B. Niat dalam menuntut ilmu


Di dalam kamus bahasa Indonesia, niat mempunyai arti berkehendak. Pengertian yang lebih luas
mendalam lagi, niat adalah keinginan untuk melakukan sesuatu yang tulus dan ikhlas dalam rangka
ingin mendapatkan sesuatu. Niat tidak hanya didasari keinginan melakukan sesuatu semata, tetapi
merupakan aktifitas jiwa yang mendalam. Ketika seseorang berniat melakukan sesuatu, maka
sebelum melakukannya sudah tertanam dalam ahtinya kesungguhan dan keyakinan.
Orang yang mempunyai niat seperti yang dimaksud di atas, ia tidak akan bombing dan goyah dalam
melakukan sesuatu, dan timbul semangat serta tidak pantang menyerah selagi tujuan tidak
tercapai. Sangat logis sekali Rasulullah mengatakan, seseorang akan meraih sesuatu sesuai
dengan niatnya. Sabda Rasulullah SAW: sesungguhnya semua amal tergantung pada niatnya dan
setiap orang hanya mendapatkan sesuai dengan niatnya.

Kaitannya dengan menuntut ilmu seorang pelajar seharusnya sebelum berangkat ke sekolah, ia
sudah tanamkan niat yang kuat dan benar. Dari niat yang kuat dan benar, akan pengaruh pada
kondisi jiwa yaitu
Ada ketulusan dan keikhlasan dalam mencari ilmu, sehingga tidak mudah lelah dan tidak
gelisah
Adanya tujuan yang jelas, tidak akan mudah dipengaruhi teman lainnya untuk melakukan
sesuatu yang tidak berkaitan dengan keilmuan
-

Akan timbul semangat, karena orientasinya jelas

Orang yang diniati mencari ridha Allah akan mendapatkan 2 keuntungan yaitu; kebaikan
dunia dan kebaikan akhirat.
Oleh sebab itu, sebaiknya pelajar berniat mencari ridha Allah SWT mengharap kebahagiaan
akhirat, menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari segenap orang-orang bodoh,
menghidupkan agama dan melestarikan Islam, karena sesungguhnya kelestarian Islam hanya
dapat dipertahankan dalam ilmu dan perilaku zuhud serta takwa tidak lah sah dengan kebodohan.
Syekh Al Imam Al Ajjal Al Ustadz Qopmaruddin Hammad Bin Ibrahim Bin Ismail Ash Shaffar Al
Anshori memberikan nasehat kepada kita lewat sebuah syairnya yang didiktekan oleh Imam Abu
Hanifah:
Barangsiapa mencari ilmu untuk tujuan akhirat, maka beruntunglah ia dengan keutamaan
dari petunjuk Allah
Sungguh amat merugi orang yang mencari ilmu hanya untuk mendapatkan keuntungan
dari hamba Allah (manusia)
Namun apabila seseorang mencari kedudukan untuk dapat menyerukan kebaikan dan mencegah
kemungkaran, menegakkan kebenaran dan mengagungkan agama bukan untuk kepentingan hawa
nafsu, maka hal itu diperbolehkan sebatas kedudukan dimana ia sudah dapat menyerukan
kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Setiap pencari ilmu hendaklah memikirkan hal tersebut. Ia sudah menuntut ilmu dengan
perjuangan yang berat. Jangan sampai ia memalingkannya pada tujuan duniawi yang hina, sedikit
dan binasa.
Sebuah syair mengatakan:
Dunia itu sedikit dari yang sedikit dan seorang yang tenggelam di dalamnya lebih hina
dari orang hina

Dunia dengan sihirnya membutakan dan menulikan orang sehingga mereka bingung tanpa
pegangan.
C. Ketetapan dalam memilih ilmu, guru, dan teman
1. Memilih ilmu
Terbentuknya watak seseorang tidak begitu saja terbentuk seperti watak orang dewasa.
Pembentukan watak/karakter memerlukan proses yang begitu lama, serta membutuhkan
pendukung-pendukung lainnya seperti lingkungan, pendidikan, keluarga, dan sebagainya.
Materi pendidikan (ilmu) sangat mempengaruhi sekali baik buruknya watak seseorang. Ketika
seseorang, dari kecil sampai dewasa banyak dikenal pada materi pengetahuan dunia semata, maka
terbentuk watak orang yang materialitik-hedonestik, yang jauh dari nilai-nilai agama.
Jadi seharusnya ada skala prioritas dalam mendahulukan menuntut ilmu. Ilmu yang lebih awal
dikuasai adalah ilmu yang digunakan saat ini dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya shalat,
membaca AL-Quran, tata karma, dll. Maka ilmu yang seharusnya diutamakan adalah ilmu tata cara
shalat yang benar, ilmu membaca AL-Quran dan ilmu akhlak. Jika ilmu ini semua dikuasai, baru
menginjak pada ilmu yang kebutuhannya jangka panjang.
Di atas telah dijelakan bahwa menuntut ilmu adalah wajib/fardhu. Tapi karena ada kebutuhan
ilmu yang mendesak dipenuhi dan ilmu yang kebutuhannya untuk jangka panjang . Sehingga
kewajiban menuntut ilmu dibagi dua, yaitu ilmu fardhuain dan ilmu fardhu kifayah. Ilmu
fardhuain, kewajiban menuntut ilmu bagi tiap-tiap muslim karena berkaitan dengan ibadah yang
dilaksanakan setiap hari. Fardhu Kifayah, kewajiban menuntut ilmu bagi segolongan masyarakat
muslim karena ilmu ini penyempurna ibadah. Contohnya, orang tidak bisa shalat dengan sempurna
dan melaksanakan rukun-rukunnya dengan baik, jika orang tersebut lagi sakit. Disinilah kewajiban
kifayah menuntut ilmu kedokteran dalam rangka menyehatkan orang untuk beribadah dan
seterusnya.
2. Memilih guru
Guru kencing berdiri, murid kencing berlari., pepatah ini perlu kita renungkan. Guru adalah
sumber pengetahuan bagi kita, khususnya bagi anak-anak. Memori otak anak masih bersih/kosong,
tatkala sang anak sering melihat perilaku guru jelek, berarti secara tidak langsung maupun
langsung guru tersebut telah mengisi memori otak anak dengan perilaku salah/jelek. Lamakelamaan terbentuklah pola fikir anak yang jelek, bisa jadi anak yang demikian ini akan lebih
buruk lagi perilakunya daripada gurunya. Jadi sangat betul pepatah di atas.
Dari ibnu Abbas, ia berkata: Ada orang bertanya: wahai Rasulullah, siapakah temanteman berkumpul kamu yang baik? Beliau bersabda: Orang yang dapat mengingatkan kamu kepada
Allah saat kamu melihatnya, pembicaraannya menambah ilmu kamu dan perbuatannya
mengingatkan kamu kepada hari akhirat (HR. Abu Yala)

Wahai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan. (Ash-Shof: 2-3).
Dari kedua nash di atas, hendaklah guru memiliki criteria sebagai berikut:
Apa yang guru sampaikan sesuai dengan perilakunya sehari-hari. Ia mengajarkan kebaikan
dan ia sendiri maupun mengamalkan apa yang ia sampaikan kepada muridnya. Guru yang hanya
pintar ngomong saja, pasti dibenci oleh Allah. Maukah kalian diajari guru yang dibenci Allah.
(Ash-Shof: 2-3).
Pembicaraannya menambah ilmu seorang guru jika berbicara selayaknya mengandung
pengetahuan (nasehat), baik ia berada di dalam kelas maupun di luar kelas. Sudah tentu guru
seperti ini mempunyai pengetahuan yang luas.
-

Akhlaknya sangat terpuji

Ucapannya penuh dengan ajakan untuk takut kepada Allah dan hari akhirat.

3. Memilih teman
Dalam mencapai tujuan, banyak faktor yang mempengaruhinya tidak hanya pada kemampuan
pribadi. Mencapai tujuan belajarpun juga ada beberapa faktor yang mempengaruhi, di antaranya
adalah teman.
Di dalam memilih sahabat sebaiknya pilihlah orang yang tekun, warak, bertabiat lurus serta
tanggap. Hindarilah orang yang malas, pengangguran, pembual, suka berbuat onar, dan suka
memfitnah.
Inilah nasehat, yang dikemas dalam bentuk syair untuk para pelajar yang mencari teman bermain
atau belajar:
Janganlah kamu tanyakan mengenai jati diri seseorang, tetapi lihatlah siapa temannya.
Karena seseorang akan mengikuti perilaku temannya.
Bila teman orang jahat, maka hindarilah segera. Bila temannya adalah orang baik, maka
bersahabatlah dengannya, niscaya kamu akan mendapat petunjuk.
Janganlah kamu bersahabat dengan pemalas dalam segala perilakunya. Banyak orang yang
rusak karena ulah orang lain.
Begitu cepat pengaruh orang bodoh menjalar kepada orang yang pandai. Bagaikan bara api
yang diletakkan pada abu, maka padamulah ia.

Nabi Muhammad SAW bersabda: Setiap orang dilahirkan dalam keadaan suci (Islam), kecuali
kedua orang tuanya menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.
Sebuah syair berbahasa Persia mengungkapkan:
Teman yang buruk lebih berbahaya daripada ular berbisa. Demi Allah zat yang maha benar
dan maha suci
Teman yang buruk mengantarkan menuju neraka Jahim. Teman yang baik mengantarkan
menuju surge Naim
Bila kamu ingin mendapat ilmu dari ahlinya atau ingin mengetahui dan mengabarkan
mengenai kebaikan
Maka renungkanlah bumi dengan nama-namanya dan renungkanlah (ambillah pelajaran) dan
sahabat (teman) mengenai dirinya.
D. Menghormati guru dan menghormati ilmu serta memuliakan kitab
1. Menghormati ilmu
Ketahuilah bahwa pelajar tidak akan dapat meraih ilmu dan memanfaatkan ilmunya kecuali dengan
menghormati ilmu dan ahli ilmu serta menghormati dan mengagungkan gurunya. Diungkapkan:
Orang yang ingin mencapai sesuatu tidak akan berhasil kecuali dengan menghargai dan orang
tidak akan jatuh dalam kegagalan kecuali dengan meninggalkan respek (rasa hormat) dan
mengagungkan.
Diungkapkan lagi: Rasa hormat lebih baik daripada kepatuhan. Ingat, bahwa manusia tidak
menjadi kafir (kepada Allah) karena berbuat maksiat, tetapi ia kafir karena meninggalkan rasa
hormat (kepada-Nya).
2. Menghormati guru
Salah satu cara menghormati ilmu adalah menghormati guru. Sayyidina Ali ra.
Mengatakan: Aku adalah hamba sahaya bagi orang yang mengajarku, walaupun saru huruf
saja. Bila ia bermaksud memerdekakanku, maka ia bisa memerdekaknku dan bila ia
bermaksud memperbudakku maka ia bisa memperbudakku.
Dalam hal ini pernah didendangkan sebuah syair untukku:
Menurutku hak paling utama adalah hak guru, dan hak itu wajib dijaga bagi setiap
muslimSungguh ia berhak diberi kemuliaan. Setiap ia mengajar satu huruf tak cukup memberinya
seribu uang dirham.
Sesungguhnya orang yang mengajarimu satu huruf yang kamu butuhkan dalam urusan dan
agamamu, maka ia merupakan ayahmu dalam kehidupan agamamu. Guru kami Syekh Al Imam

Sadiduddin Asy Syairazi berkata: Guru-guru kami mengatakan: barangsiapa mengharap anaknya
menjadi orang alim, hendaklah ia memelihara, memuliakan dan memberikan sesuatu kepada para
ahli agama yang mengembara. Bila anaknya ternyata tidak menjadi orang alim, tentu cucunya yang
kana menjadi orang alim.
Salah satu cara menghormati guru adalah tidak kencang berjalan di depannya, tidak duduk di
tempatnya, tidak memulai percakapan dengannya kecuali atas izinnya, tidak memperbanyak
omongan di sisinya, tidak menanyakan sesuatu ketika ia sudah bosan, menjaga waktu dan tidak
mengetuk rumah atau kamarnya, tetapi harus menunggu sampai keluar. Kesimpulannya, seorang
murid harus berusaha mendapat ridhanya, menghindari kemurkaannya dan patuh kepadanya selain
dalam perbuatan maksiat kepada Allah SWT sebab tidak boleh patuh kepada mahluk untuk
melakukan perbuatan maksiat kepada Pencipta.
Juga salah satu menghormati guru adalah menghormati anak-anaknya dan orang yang mempunyai
hubungan dengannya. Gru kami Syaikhal Islam Burhanuddin Shahibul Hidayah pernah bercerita,
bahwa seorang ulama besar dari Bukhara sedang duduk dalam suatu majelis pengajian, sesekali ia
berdiri dan duduk lagi. Ketika ditanyakan kepadanya mengenai sikapnya ieu, ia menjawab:
Sesungguhnya putra guruku sedang bermain bersama anak-anak lain di halaman rumah, setiap
kali aku melihatnya, aku berdiri sebagai penghormatana pada guruku.
Hakim Agung Fahruddin Al Arsabandi, seorang pemimpin para imam di Marwa sangat dihormati
oleh sultan (raja), ia berkata: Saya dapat merasakan kedudukan ini karena berkah hormat saya
kepada guru. Saya melayani guru saya, yaitu Abu Yaizid Dabusi. Saa memasak makanan untuk
berlian dan saya tidak ikut memakannya.
Syekh Al Imam Al AJjal Syamsul Aimmah Al Khulwani terpaksa keluar dari Bukhara dan pindah
ke suatu desa karena suatu peristiwa yang menimpanya. Murid-muridnya mengunjungi kecuali
Syekh AL Imam Al Qadhi Abu Bakar Az Zagauni, saat mereka bertemu. Imam Al Khulwani
bertanya: Mengapa kamu tidak mengunjungiku? Syekh Abu Bakar menjawab: Saya sangat sibuk
melayani ibu saya. Al Khalwani kemudian berkata: Kamu akan dapat karunia umur panjang, tetapi
kamu tidak akan mendapat anugerah nikmatnya belajar. Ternyata hal itu memang terbukti Syekh
Abu Bakar lebih banyak tinggal di desa dan tidak teratur dalam belajar.
Maka barangsiapa membuat sakit hati gurunya, maka ia tidak akan mendapat berkah ilmu dan
tidak dapat memanfaatkan ilmunya kecuali hanya sedikit, sebuah syair mengungkapkan:
-

Sesungguhnya guru dan dokter tidak akan berguna nasehatnya bila tidak dihormati

Bersabarlah dengan penyakitmu bila kamu menentang dokter. Dan bersabarlah kamu
dengan kebodohanmu bila kamu menentang guru.
Dikisahkan bahwa khalifah Harun Al Rasyid mengutus putranya kepada Al AshmaI diajarkan ilmu
dan tata karma. Pada suatu hari Khalifah melihat Al Ashmau berwudlu dan membasuh kakinya,
sementara putra khalifah menyiram air pada kakinya, khalifah pun menegur pada Al AshmaI,
katanya: Saya mengutus kepadamu agar kamu mengajarkan ilmu dan tata karma kepadanya,

mengapa kamu tidak menyuruh menyiram air dengan salah satu tangannya dan membasuh kakinya
dengan tangan yang lainnya?
3. Memuliakan kitab
Salah satu cara menghormati ilmu adalah memuliakan kitab. Pelajar sebaiknya tidak mengambil
kitab kecuali dalam keadaan suci dari hadas. Dikisahkan dari Syekh Al Khulwani, ia berkata:
Sesungguhnya aku dapat memperoleh ilmu hanya dengan mengagungkannya, aku tidka meraih
kertas pelajaranku kecuali dalam keadaan suci.
Syekh Asy Syarkasyi suatu malam mengulang pelajarannya dalam kondisi perut sakit. Naka
terpaksa ia berwudlu tujuh belas kali malam itu, karena ia tidak mau mengulang pelajarannya
kecuali dalam keadaan suci. Hal ini dilakukannya karena ilmu adalah cahaya dan wudlu juga cahaya
dengan demikian cahaya ilmu akan semakin cemerlang dengan adanya wudlu.
Salah satu sikap memuliakan kitab adalah tidak menelonjorkan kaki kea rah kitab. Letakkanlah
kitab tafsir di atas kitab-kitab yang lain, dan tidak meletakkan sesuatu di atas kitab. Guru kami
Burhanudddin menuturkan cerita dari seorang guru, bahwa seorang ahli fiqih meletakkan botol
tinta di atas kitab, maka dikatakannya kepadanya: Tidak bermanfaat ilmumu.
Tetapi guru kita Hakim Agung Fakhrul Islam terkenal dengan nama Qadhi Khan berpendapat,
bahwa hal itu bila tidak dimaksudkan untuk apa-apa, tetapi lebih baik tindakan itu dihindari.
Juga termasuk memuliakan kitab adalah menulis dengan baik, jelas dan tidak kabur. Tidak
membuat catatan pinggir yang mengaburkan kitab, kecuali dalam keadaan terpaksa. Imam Abu
Hanifah pernah melihat seorang yang menulis kabur (semrawut/tidak jelas), maka ia berkata:
Jangan membuat tulisan tidak jelas, sebab bila kamu hidup berumur panjang, maka kamu akan
menyesal, dan bila kamu meninggal maka kamu akan tercela. Maksudnya bila kamu semakin tua
dan penglihatanmu sudah semakin rabun, maka kamu akan menyesali tindakanmu itu. dikisahkan
dari Syekh Imam Muhammad Majduddin Ash Sharhaki, bahwa ia berkata: Saya menyesal karena
menulis tidak jelas, telah mencatat terlalu ringkas dan tidak membandingkan kitabku dengan
kitab yang lain. Sebaiknya bentuk kitab itu persegi empat simetris. Karena untuk kitab ala Abu
Hanifah itu lebih muudah diangkat, diletakkan dan dipelajari. Hindari warna merah dalam kitab.
Wana itu merupakan ciri para filosof bukan cirri ulama shalih. Banyak di antara para guru kita
yang tidak suka memakai kendaraan yang berwarna merah.
E. Kesungguhan , kontinu dan cita-cita luhur
1. Kesungguhan dan kerja keras
Merupakan suatu keharusan bagi seorang pelajar untuk bersungguh-sungguh, kontinu, dan tidak
kenal berhenti dalam belajar, hal itu telah diisyaratkan dalam firman Allah SWT: Dan orangorang yang berjihad (mencari keridhaan). Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan kami, dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
(Al-Ankabut: 69).

Diungkapkan: Barangsiapa bersungguh-sungguh mencari sesuatu, niscaya akan menemukannya


seseorang akan mendapatkan sesuatu yang dicarinya, sejauh usaha yang dilakukannya. Dalam
menuntut ilmu dibutuhkan kesungguhan hati tiga pihak, yaitu pelajar, guru dan ayah bila ia masih
hidup.
Syekh Al Imam Al Ajjal Ustadz Sadiduddin mendendangkan syair gubahan Imam SyafiI untukku:
-

Kesungguhan akan mendapatkan sesuatu yang jauh dan membukakan pintu yang terkunci

Hak Allah yang paling utama bagi mahluknya adalah orang yang bercita-cita tinggi justru
diuji dengan hidup yang sempit.
Kau idam-idamkan menjadi ahli fiqih yang ahli menganalisa tanpa mau bersusah payah.
Memang kegiatan itu beraneka ragam bentuknya.
-

Harta benda saja takkan kau dapatkan tanpa susah payah apalagi dengan ilmu!

Abu Thayyib berkata: Saya tidak melihat di antara aib-aib manusia sebuah cela yang lebih besar
sebagaimana kekurangan orang-orang yang sebenarnya mampu, tetapi tidak dapat melakukan
sesuatu dengan sempurna.
Adalah suatu keharusan bagi pelajar untuk berjaga pada malam hari sebagaimana diungkapkan
oleh seorang penyair:
Keluhuran derajat akan dicapai sebatas usaha yang dilakukan. Barangsiapa mengaharapkan
kemuliaan maka ia harus mau berjaga pada malam hari.
Kau ingin mendapatkan kemuliaan tetapi kau terlelap di malam hari, padahal orang yang
mencari mutiara, ia harus menyelami lautan
Derajat yang tinggi harus dengan kemauan yang tinggi pula. Dan kemuliaan seseorang
tergantung ada keterjagaannya di malam hari
Ya Tuhan kutinggalkan tidur di malam hari untuk mendapat ridha-Mu, wahai Tuhan bagi
segala tuan.
Barangsiapa bercita-cita tinggi tanpa mau bersusah payah sama dengan mengulur umur
dalam meraih sesuatu yang mustahil
-

Maak tolonglah aku untuk mendapatkan ilmu dan sampaikan aku pada puncak keluhuran

Jadikanlah malam sebagai kendaraanmu untuk mendapatkan cita-citamu.

Saya juga menggubah syair yang senada dengan syair-syair di atas:


Barangsiapa menghendaki untuk mendapatkan cita-citanya, maka jadikanlah malam sebagai
saranya
Kurangkanlah makan agar kamu dapat terjaga di waktu malam. Kalau itu semua dapat kamu
lakukan, niscaya kamu dapat mencapai kesempurnaan
-

Baransiapa membiarkan dirinya terjaga di malam hari, hatinya akan ceria di malam hari

2. Kontinu dan tidak memaksa diri


Adalah suatu keharusan bagi pelajar untuk kantinu atau rutin dalam belajar serta mengulangi
setiap awal dan akhir malam, karena antara waktu maghrib dan isya serta waktu sahur adalah
waktu yang penuh berkah. Kata seorang penyair:
Wahai pelajar, bergaullah dengan orang-orang yang warak. Hindari banyak tidur dan
kekenyangan
Rutinlah belajar jangan sampai meninggalkannya. Dengan belajar ilmu akan tertanam dan
berkembang.
Ambillah kesempatan pada masa awal remaja sebagaimana dikatakan oleh syair:
Kamu akan dianugerahi apa yang menjadi angan-anganmu sebesar udahamu. Barangsiapa
yang menggunakan cita-cita luhur, maka ia harus terjaga di malam hari
-

Raihlah kesempatan di waktu muda, karena masa itu tidak akan lama

Ia juga tidak boleh memaksa diri sendiri dan membebani terlalu berat sehingga menjadi lemah
dan tidak mampu melakukan sesuatu. Tetapi ia harus memperlakukan diri sendiri dengan santun,
karena sikap santun merupakan modal yang besar dalam meraih segala sesuatu. Rasulullah SAW
bersabda: Ingatlah, bahwa agama Islam itu kokoh, maka perhatikanlah dirimu dalam menjalankan
agama dan jangan kau menyakiti dirimu dalam menjalankan agama dan jangan kau menyakiti dirimu
sendiri dalam beribadah kepada Allah, karena orang yang lemah tidak mampu melintasi dunia dan
tidak mempunyai sarana yang utuh. Sabdanya lagi: Dirimu adalah kendaraanmu, maka kasihanilah
ia.
3. Cita-cita luhur
Seorang pelajar harus memiliki cita-cita yang luhur dalam berilmu. Karena sesungguhnya
seseorang akan terbang dengan cita-citanya sebagaimana burung terbang dengan dua sayapnya.
Abu Thayyib berkata:

Cita-cita akan tercapai sejauh orang-orang akan bercita-cita. Kemuliaan akan tercapai
sejauh seseorang berbuat mulia.
Sesuatu yang kecil akan tampak besar bagi orang-orang yang bercita-cita kecil. Dan
sesuatu yang besar akan tampak kecil bagi orang-orang yang bercita-cita besar.
Modal untuk mencapai segala sesuatu adalah kerja keras dan cita-cita luhur. Seseorang yang
bercita-cita menghafalkan kitab-kitab Muhammad Bin Hasan misalnya, dengan disertai kerja
keras dan kontinuitas, maka secara lahir ia tentu dapat menghafalkan sebagian besarnya, atau
paling tidak setengahnya. Adapun orang-orang yang cita-cita tinggi, tetapi tidak memiliki
kesungguhan atau memiliki kesungguhan tetapi tidak memiliki cita-cita tinggi, maka ia tidak akan
mendapatkan ilmu kecuali hanya sedikit.
Dalam kirab Makarimul Akhlak, Imam an Naisaburi menuturkan bahwa ketika Raja Dzul Qurnain
hendak menaklukan negeri timur dan barat, ia bermusyawarah dengan para bijak bestari,
katanya: Bagaimana, aku akan pergi untuk meraih kekuasaan kerajaan ini, sementara dunia ini
hanya kecil, akan binasa dan kekuasaan adalah hina. Berangkatlah untuk meraih kebesaran dunia
dan akhirat. Kemudian raja Dzul Qurnain berkata: Nah, ini berarti sesuatu yang baik.
Rasulullah bersabda: Allah menyukai perkara yang luhur dan membenci perkara yang hina.
Diungkapkan dalam sebuah syair:
Janganlah engkau tergesa-gesa dalam menghadapi masalahmu, tetapi biarkanlah dulu. Tak
ada yang dapat diluruskan tongkatmu seperti sediakala.
Diungkapkan pula, bahwa Abu Hanifah pernah berkata kepada Abu Yusuf: Kamu bukanlah orang
yang cerdas, tetapi kamu bisa mengatasinya dengan rajin belajar. Hindarilah kemalasan, karena
kemalasan adalah sesuatu yang buruk dan akibat buruknya juga sangat besar.
Syekh Abu Nasr Ash Shaffar Al Anshari bersyair:
-

Wahai jiwa, janganlah kau bermalas-malasan dalam berbuat taat, keadilan, dan kebaikan

Siapapun yang berbuat baik, pastikan mendapatkan keuntungan sedangkan orang yang
malas pasti akan mendapatkan bencana dan kesukaran
Wahai jiwaku, tinggalkan kemalasan dan penundaan masalah. Sebab, jika tidak, maka kau
jatuhkan aku dalam kehinaan
Tak pernah kulihat sesuatu yang dapat diraih bagi pemalas kecuali penyesalan dan citacita yang tak terwujud
-

Banyak perasaan malu, lemah dan sesal manusia lahir dari kemalasan

Hindarilah rasa malas untuk membahas sesuatu yang belum jelas dengan alasan sudah tahu
atau masih ragu
Adapun ungkapan rasa mala situ disebabkan oleh kurangnya penghayatan terhadap keutamaan dan
kelebihan ilmu.
About these ads
Dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11 Allah berfirman :Hai orang-orang yang beriman apabila

dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah dalam majelis maka lapangkanlah niscaya Allah akan
member kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan .
Asbabun Nuzul

Yang kedua 2. Nikmat yang diberikan Allah


Secara garis besar nikmat yang diberikan Allah Swt kepada Ummat manusia terbagi dua
yang pertama nikmat Ijad artinya mengadakan seuatu nikmat yang belum ada dan yang kedua
nikmat Imdad yaitu nikmat yang diberikan Allah ada kelanjutanya, Nikmat yang paling diantara
nikmat yang diberikan Allah itu adalah nikmat Iman dan kesehatan. Kalaulah manusia menghitung
nikmat Allah yang ada meskipun dibantu oleh Computer an alat teknologi canggih lainnya tak
seoangpun yang sanggup menghitungnya, ranting-ranting dijadikan pena, daun-daun sebagai
bukunya dan lautan sebagai tintanya tentu belum cukup untuk menuliskan nikmat Allah yang
diberikan kepada manusia " dan jika kamu hitung nikmat Allah niscaya takan
sanggup kamu menghitungn

Good nigh selamat malam


Good morning selamat pagi
Saya sudahi dengan salam
Semoga kita berjumpa lagi
Dosa,
Jgn mnulis diats kaca
Mnlislah diatas meja
Jgn mnangis karna cinta
Menangislah krna dosa
Daun terap diatas dulang
Anak udang mati d tuba
Dlm kitab ad terlarang
Yang haram jgn dicoba

Berguna hidup karena beradat


Adat lembaga jadi pakaian
Sempurna hidup karena syahadat
Syahadat dijaga mengokohkan iman

Adat mati dikandung tanah


Dunia tinggal harta pun tinggal
Selamat mati mengandung ibadah
Banyak amal banyak bekal

Orang berkain menutup aurat


Sesuai dengan petuah hadis
Orang muslimin hidup beradat
Lakunya sopan mukanya manis

Di bulan Ramadhan orang tarawih


Sudah sembahyang membaca Qur'an
Orang beriman hidupnya salih
Dadanya lapang lakunya sopan

Elok
Elok
Elok
Elok

adat karena dikaji


kaji karena sunnah
ummat karena berbudi
berbudi karena lillah

Elok
Elok
Elok
Elok
Elok
Elok
Elok
Elok

budi karena ikhlas


kerja karena niat
kaji karena dibahas
manusia karena syariat
langkah karena pedoman
laku karena beramal
manusia karena beriman
ilmu karena beramal

ada kumbang mencari makan,


makanannya ada dibunga,
Assalamualaikum saya ucapkan,
khusus untuk anda semua,
Pantun penutup acara:
makan kerupuk malam-malam
kerupuknya sangat gurih
akhir kata ucapankan salam
ucapankan salan dan terimakasih

Siapa suka duduk mengaji


Banyaklah ilmu dapat dikenang
Siapa suka mengelokkan budi
Ke hilir ke hulu disayangi orang

Siapa suka memegang adat


Mulialah sifat dengan karenah
Siapa suka sembahyang sunnat
Pahala dapat iman bertambah
Elok
Elok
Elok
Elok

langkah karena pedoman


laku karena beramal
manusia karena beriman
ilmu karena beramal

Elok
Elok
Elok
Elok

kaki dapat melangkah


tangan dapat memegang
hati mengingat Allah
iman tiada bergoyang

Anda mungkin juga menyukai