Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TATA KRAMA DALAM MENUNTUT ILMU

A. Pendahuluan
Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim. Untuk dapat sukses di
dunia dan akhirat, kita harus menuntut ilmu. Rasulullah SAW bersabda:
‫َطَلُب اْلِع ْلِم َفِر يَض ٌة َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم‬
Artinya: Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim (HR.Ibnu
Majah).
Menuntut ilmu dalam Islam tidak ada perbedaan antara ilmu agama dan
ilmu umum. Tujuannya sama dengan memohon keridhaan dan berkah dari
Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan keduanya.
Dalam menuntut ilmu diperlukan etika atau tata krama, hal ini bertujuan
agar ilmu yang didapat menjadi ilmu yang berkah dan bermanfaat, serta bisa
menyelamatkan dan membahagiakan kehidupan di dunia dan di akhirat.

B. Tata Krama dalam Menuntut Ilmu


Adab atau tata krama dalam menuntut ilmu harus dikuasai oleh siswa.
Dengan menerapkan tata krama dalam menuntut ilmu ketika belajar maka
ilmu akan berkah dan dimudahkan dalam segala urusan menuntut ilmu.
Siswa tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil
manfaatnya tanpa mau menghormati ilmu dan gurunya. Karena orang-orang
yang telah berhasil, ketika menuntut ilmu mereka sangat menghormati hal
tersebut. Dan orang-orang yang tidak berhasil dalam menuntut ilmu, karena
mereka tidak mau menghormati atau memuliakan ilmu dan gurunya.
Berikut adalah tata krama atau etika seorang siswa dalam menuntut
ilmu yang sangat penting untuk diketahui dan diamalkan, yaitu:
1. Ikhlas karena Allah
Sebelum menuntut ilmu, hal pertama yang harus diperhatikan
adalah berusaha selalu untuk mengikhlaskan niat. Rasulullah SAW
bersabdah:
‫َع ْن ُع َم َر َأ َّن َر ُسو َل ال َّل ِه َص َّلى ال َّل ُه َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َق ا َل ا َأْل ْع َم اُل ِب ال ِّن َّي ِة َو ِل ُك ِّل‬
‫ا ْم ِر ٍئ َم ا َن َو ى َف َم ْن َك اَن ْت ِه ْج َر ُت ُه ِإ َل ى ال َّل ِه َو َر ُس و ِلِه َف ِه ْج َر ُت ُه ِإ َل ى ال َّل ِه‬
‫َو َر ُسو ِلِه َو َم ْن َك اَن ْت ِه ْج َر ُت ُه لُد ْن َي ا ُيِص يُب َه ا َأ ْو ا ْم َر َأ ٍة َي َتَز َّو ُج َه ا َف ِه ْج َر ُت ُه ِإ َل ى‬
‫َم ا َها َج َر ِإ َل ْي ِه‬
Dari Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Semua perbuatan
tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa
yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya,
maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa niat
hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang
perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa
dia diniatkan." (HR. Bukhari).
Niat kita dalam mencari ilmu seharusnya untuk Allah, bukan untuk
orang lain. Untuk mencari ilmu membutuhkan keridhaan Allah. Ketika
keridhaan Allah tercapai, maka tujuan lain akan mendekat.
2. Niat untuk menghilangkan kebodohan
Diantara niat yang benar dalam menuntut ilmu adalah untuk
menghilangkan kebodohan. Imam Ahmad bin Hanbal ra mengatakan:
‫الِع ْلُم اَل َيْع ِد ُلُه َش ْي ٌء ِلَم ْن َص َّح ْت ِنَّيُتُه‬
“Ilmu itu tidak dapat ditandingi oleh amal apa pun bagi orang yang
benar niatnya.”
Ada yang bertanya, “Bagaimana niat yang benar itu?”
Beliau menjawab:
‫َيْنِوي َر ْفَع اْلَج ْهِل َع ْن َنْفِس ِه َو َع ْن َغْيِر ِه‬
“Seorang meniatkan untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya
dan dari orang lain.”
Ketika mengomentari ucapan Imam Ahmad di atas, Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin ra berkata ”karena mereka itu pada
dasarnya bodoh sebagaimana dirimu yang juga bodoh. Jika Engkau
belajar dengan tujuan menghilangkan kebodohan dari umat ini maka
Engkau termasuk ke dalam golongan orang yang senantiasa berjihad di
jalan Allah dalam rangka menyebarkan agama-Nya.”
Semua orang pada awalnya bodoh, maka mengejar ilmu juga harus
diniatkan untuk menghilangkan kebodohan. Setelah menjadi orang yang
terpelajar, kita harus mengajari orang lain bagaimana menggunakan
pengetahuan kita untuk membuatnya berguna dan orang lain yang
awalnya tidak tahu ilmu bisa menjadi tahu.
3. Selalu berdoa saat menuntut ilmu
Hendaknya seorang siswa senantiasa memohon ilmu yang
bermanfaat kepada Allah swt dan memohon pertolongan kepada-Nya
dalam mencari ilmu serta selalu merasa butuh kepada-Nya.
Rasulullah saw menganjurkan kita untuk selalu memohon ilmu yang
bermanfaat kepada Allah swt dan berlindung kepada-Nya dari ilmu yang
tidak bermanfaat.
‫َالَّلُهَّم اْنَفْع ِنْي َم ا َع َّلْم َتِنْي َو َع ِّلْمِنْي َم ا َيْنَفُع ِنْي َو ِز ْد ِنْي ِع ْلمًا‬
Artinya: "Ya Allah, berilah manfaat atas apa yang Engkau ajarkan
kepadaku, ajarilah aku hal-hal yang bermanfaat bagiku, dan tambahilah
aku ilmu."
4. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu
Ketika menuntut ilmu hendaknya kita bersungguh-sungguh dan
selalu antusias untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Tuntutlah ilmu
seolah-olah tidak pernah kenyang dengan ilmu yang didapatkan,
hendaknya kita selalu berkeinginan untuk menambah ilmu lagi.
" : ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬,‫ي هللا عنه قال‬DD‫عن ابن مسعود رض‬
‫ الطبراني في الكبير‬، " ‫َم ْنُهوَم اِن ال َيْش َبَع اِن َطاِلُب ِع ْلٍم َو َطاِلُب ُد ْنَيا‬
Dari Ibnu Mas'ud ra bahwa Rasulullah saw bersabda: "Ada dua
macam orang yang rakus selalu tidak merasa kenyang, yaitu penuntut
ilmu dan pemburu duniawi." (HR. At-Tabroni).
Adapun orang yang berilmu, maka bertambahlah ridha Allah Yang
Maha Pemurah kepadanya. Adapun orang yang berharta, maka dia
semakin tenggelam di dalam kesesatannya (sikap melampaui batasnya).
5. Menjauhi maksiat
Setiap maksiat membuat hati tertutup noda hitam dan lama
kelamaan hati menjadi tertutup. Jika hati tertutup, maka dia tidak akan
mampu menerima cahaya kebenaran. Ibnul Qayyim ra mengatakan, “Jika
hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk
kebenaran.” Inilah di antara dampak bahaya maksiat bagi hati.
Rasulullah saw bersabdah:
‫ َق اَل « ِإَّن اْلَع ْب َد ِإَذ ا َأْخ َط َأ‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َع ْن َأِبى ُهَر ْي َر َة َع ْن َر ُس وِل ِهَّللا‬
‫َخ ِط يَئًة ُنِكَتْت ِفى َقْلِبِه ُنْك َتٌة َس ْو َداُء َفِإَذ ا ُهَو َنَز َع َو اْس َتْغ َفَر َو َت اَب ُس ِقَل َقْلُب ُه َو ِإْن َع اَد‬
‫ِز يَد ِفيَها َح َّتى َتْع ُلَو َقْلَبُه َو ُهَو الَّراُن اَّلِذ ى َذ َك َر ُهَّللا ( َك َّال َبْل َر اَن َع َلى ُقُلوِبِهْم َم ا َك اُنوا‬
( ‫َيْك ِس ُبوَن‬
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw, beliau bersabda: "Seorang
hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam
hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta
ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat
maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi
hatinya. Itulah yang diistilahkan 'ar raan' yang Allah sebutkan dalam
firman-Nya (yang artinya), 'Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa
yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka'."
Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak
melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat
menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati,
merusak kehidupan dan mendatangkan murka Allah swt.
Agar kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan penuh berkah,
maka kita harus menjauhkan diri dari maksiat, karena maksiat akan
membuat otak menjadi sulit untuk berkonsentrasi sehingga ilmu yang
kita tangkap akan sulit di mengerti.
6. Jangan sombong ketika menuntut ilmu
Seorang siswa jika ingin mendapatkan ilmu yang bermanfaat,
alangkah baiknya harus tetap rendah hati. Jangan merasa sombong dan
sudah merasa cukup dengan ilmu yang dimiliki.
Seorang ulama besar golongan tabi'in, murid sahabat Ibnu Abbas
ra, seorang imam, ahli fiqih, serta banyak meriwayatkan hadits dengan
derajat periwayatan yang dianggap sangat tepercaya (tsiqah), yaitu Imam
Mujahid Bin Jabir (642 - 722 M, Mekkah), mengatakan bahwa kalau mau
dapat ilmu, hilangkan dua sifat buruk, yaitu sifat malu dan sombong.
‫َقاَل ُمَج اِهٌد اَل َيَتَع َّلُم اْلِع ْلَم ُم ْسَتْح ٍي َو اَل ُم ْسَتْك ِبٌر‬
“Imam Mujahid berkata, orang yang malu tidak akan (bisa)
mendapatkan ilmu, demikian juga orang sombong”.
7. Diam ketika pelajaran disampaikan
Adab atau tata krama seorang siswa yang sedang belajar dan
mengkaji ilmu tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa ada
keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu yang disampaikan.
Imam Nawawi berkata: "Seorang murid tidak boleh mengangkat
suara tanpa keperluan, tidak boleh tertawa, tidak boleh banyak berbicara
tanpa kebutuhan, tanpa adanya keperluan yang sangat, bahkan ia harus
menghadapkan wajahnya ke arah gurunya."
Allah SWT berfirman:
‫َو ِاَذ ا ُقِرَئ اْلُقْر ٰا ُن َفاْسَتِم ُعْو ا َلٗه َو َاْنِص ُتْو ا َلَع َّلُك ْم ُتْر َحُم ْو َن‬
“dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah
agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raaf: 204).
8. Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan
Ketika belajar, seorang siswa harus mencatat pelajaran, poin-poin
penting, fawaa-id (faedah dan manfaat) dari ayat, hadits dan perkataan
para sahabat serta ulama, atau berbagai dalil bagi suatu permasalahan
yang dibawakan oleh seorang guru. Agar ilmu yang disampaikannya
tidak hilang dan terus tertancap dalam ingatan setiap kali mengulangi
pelajaran.
Rasulullah saw bersabdah:
‫َقِّيُدوا اْلِع ْلَم ِباْلِكَتاِب‬
“Ikatlah ilmu dengan tulisan”
Imam Syafi’i ra juga pernah bertutur,
‫اْلِع ْلُم َص ْيٌد َو اْلِكَتاَبُة َقْيُد ُه * َقِّيْد ُصُيْو َدَك ِباْلِحَباِل اْلَو اِثَقْه‬
‫َفِم َن اْلَح َم اَقِة َأْن َتِص ْيَد َغَز اَلًة َو َتْتُر َك َها َبْيَن اْلَخ َالِئِق َطاِلَقْه‬
“Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya
Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat
Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang
Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja”.
Daya ingat manusia lemah dan terbatas, karenanya kita dianjurkan
agar mencatat ilmu. Dengan mencatat ilmu ketika di dalam kelas, maka
kita berusaha merangkum apa yang didengar dan mencatatnya. Ini
membuat lebih fokus ketika mengikuti pelajaran dan membuat ingatan
lebih kokoh dan yang lebih penting sikap ini menunjukkan perhatian kita
terhadap ilmu serta memuliakan ilmu.
9. Praktekkan apa yang sudah dipelajari
Menuntut ilmu bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar
kepada tujuan yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada Allah, merasa
diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-Nya, dan mengamalkan tuntutan dari
ilmu tersebut. Dengan demikian, barang siapa yang menuntut ilmu bukan
untuk diamalkan, niscaya ia diharamkan dari keberkahan ilmu,
kemuliaan, dan ganjaran pahalanya yang besar. Nabi Muhammad
saw bersabdah:

‫ َم َثُل اَّلِذ ْى ُيَع ِّلُم الَّناَس اْلَخ ْيَر َو َيْنَس ى َنْفَس ُه َك َم َث ِل الِّس َر اِج‬: ‫َو َقاَل َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
.‫ُيِض ْيُئ ِللَّناِس َو َيْح ِرُق َنْفَس ُه‬

Nabi Muhammad saw bersabda: “Perumpamaan seorang alim yang


mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya
(tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang
menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri.”
Ilmu yang tidak di amalkan seperti pohon yang tidak berbuah. Itu
hanya tumbuh tanpa bisa memberi manfaat bagi orang lain.
Mempraktekkan ilmu harus dengan perilaku. Ilmu dan perilaku, dua hal
yang berbeda. Maka, produk dari ilmu dan perilaku pun berbeda.
Membangun rumah dengan ilmu (arsitek, teknik sipil, dan sebagainya),
tapi membangun rumah tangga dengan perilaku (kasih sayang, setia, dan
sebagainya).
Ilmu tentang kejujuran dipelajari di sekolah, tapi saat ujian,
mengapa siswa mencontek dibiarkan? Kita belajar soal kedisiplinan, tapi
mengapa memulai jadwal pelajaran tidak pernah bisa tepat waktu? Dalam
konteks pendidikan karakter, jika belum menjadi perilaku sehari-hari,
maka sejumlah sifat baik (jujur, disiplin, tanggung jawab, dan
sebagainya) baru menjadi ilmu tentang nilai-nilai baik saja. Sebaliknya,
jika sifat baik sudah menjadi perilaku keseharian, itulah karakter.
Esensinya, belajar dan bertindak memperbaiki perilaku diri, proses
menjadi orang berkarakter.
10. Menghormati guru
Seseorang siswa harus bisa menghormati serta memuliakan
gurunya. Ia harus taat saat diperintah untuk mengerjakan tugas atau pun
pekerjaan rumah. Dan jika timbul perbedaan pendapat antara murid dan
gurunya, maka murid harus tetap bisa menaruh hormat dan tidak
mencelanya.
Menghormati guru berarti menaruh rasa hormat, menghargai, serta
tidak memandang remeh guru. Terdapat tiga cara seorang siswa dalam
mengormati guru, yaitu:
a. Cara menghormati guru di sekolah
Cara menghormati guru di sekolah yang wajib dilakukan siswa
adalah:
1) Memberi salam saat berpapasan.
Cara ini dilakukan sebagai bentuk hormat kepada guru dan
juga wujud dari rasa sopan kepada orang yang lebih tua.
Memberikan salam pada guru saat berpapasan bisa dengan
menyebut nama guru, mengangguk, hingga tersenyum pada
guru.
2) Memperhatikan dan mendengarkan guru saat mengajar
Dengan memperhatikan dan mendengarkan guru saat
belajar, anak tidak hanya bersikap sopan tapi juga bisa
menyerap pelajaran yang diajarkan lebih baik.
3) Menaati perintah guru
Kedudukan guru di sekolah ini menyamai kedudukan
orang tua di rumah. Jadi, sudah sepatutnya kalau anak menuruti
perkataan guru saat berada di sekolah.
4) Tidak Memotong Pembicaraan Guru
Saat guru sedang menjelaskan atau mengajar di kelas,
jangan pernah menyela perkataannya karena hal ini kurang
sopan dan tidak menghargai guru.
Biarkan guru menyelesaikan penjelasannya saat mengajar
terlebih dahulu. Baru setelah selesai menjelaskan, anak bisa
berbicara kepada guru. Sopannya, anak harus mengangkat
tangan terlebih dahulu dan menunggu untuk dipersilahkan
berbicara oleh gurunya.
5) Langsung meminta maaf saat melakukan kesalahan
Jika anak melakukan kesalahan di sekolah, terutama
kepada gurunya, maka anak harus langsung meminta maaf. Hal
ini tidak hanya membuat anak menghormati guru tapi juga
membuat anak bisa mengakui kesalahannya dan tahu mana yang
benar atau tidak.
b. Cara menghormati guru di luar sekolah
Berikut beberapa cara siswa untuk menghormati guru di luar
sekolah:
1) Selalu memberi salam
Memberi salam tidak hanya dilakukan di area lingkungan
sekolah saja, tapi juga saat bertemu guru di luar sekolah.
Dengan memberi salam kepada guru di luar sekolah, tandanya
anak tidak hanya menghargai guru saat berada di sekolah saja,
tapi juga di luar sekolah.
2) Salim tangan guru saat bertemu
Saat bertemu guru di luar sekolah, cara menunjukkan rasa
hormat tidak hanya dengan memberi salam saja, tapi juga
dengan salim tangan. Salim tangan kepada guru ketika bertemu
di luar sekolah tidak hanya menunjukkan rasa hormat tapi juga
sikap sopan kepada orang yang lebih tua.
c. Cara menghormati guru yang sudah meninggal
Beberapa cara menghormati guru yang sudah meninggal bisa
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Mendoakan Guru
Cara menghormati guru yang telah tiada adalah dengan
selalu mendoakannya. Meski sudah meninggal, siswa tetap bisa
menghormati gurunya dengan mendoakan sang guru supaya bisa
tenang di alam barzah dan bisa mendapatkan tempat terbaik di
sisi-Nya. Mendoakan guru bisa dilakukan kapan saja dan di
mana saja. Semakin sering mendoakan guru, maka semakin
besar rasa hormat kepada guru.
2) Selalu Mengingat Jasa Guru
Selain mendoakan guru, cara menghormati guru yang
telah meninggal adalah dengan selalu mengingat jasa-jasanya
selama mengajar dulu. Dengan selalu mengingat jasa-jasa sang
guru, siswa tidak hanya menunjukkan rasa hormat tapi juga
menunjukkan rasa menghargai usaha dan kerja keras dari guru
dalam mendidik anak muridnya.
C. Keutamaan Tata Krama dalam Menuntut Ilmu
Keutamaan tata krama dalam menuntut ilmu sangat penting, dan juga
sangat besar faedah yang Allah berikan kepada orang yang ber tolabul ilmi
dengan adab. Beberapa keutamaan tata krama dalam menuntut ilmu adalah:
1. Allah akan mempercepat pemahamannya dalam pembelajaran.
2. Allah akan meningkatkan dan dipermudah ingatannya.
3. Siswa akan cenderung mudah mengamalkan apa yang dipelajari.
4. Siswa akan lebih mudah dalam menjalin hubungan baik dengan orang
lain, baik dengan guru maupun siswa yang lain.
5. Dapat menciptakan suatu kedamaian dalam kehidupan sosial
dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah.
6. Dapat menghindari terjadinya pertentangan dengan guru maupun dengan
siswa yang lain.
7. Mendapat kemudahan dalam hubungan baik dengan guru dan siswa lain.
8. Membuat diri menjadi disegani, dihormati, dan disenangi guru dan siswa
lain.
9. Dapat memberi keyakinan pada diri sendiri dalam setiap situasi.
10. Dapat memelihara suasana yang baik dalam berbagai lingkungan, baik di
lingkungan sekolah maupun diluar sekolah.
11. Dapat menumbuhkan kesadaran orang lain akan pentingnya bertata
karma dalam menuntut ilmu.
Ilmu adalah keistimewaan yang Allah swt khususkan hanya untuk
manusia semata. Ilmu dapat mengantarkan seseorang menuju kepada
kebajikan dan ketaqwaan. Dan sebab ketaqwaan itu, seseorang dapat
memperoleh kemuliaan disisi Allah swt, dan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.

D. Hukum Tata Krama dalam Menuntut Ilmu


Di dalam Islam, tata krama dalam menuntut ilmu hukumnya adalah
wajib, hal ini sama seperti wajibnya hukum orang yang menuntut ilmu.
Rasulullah saw bersabdah:
‫َطَلُب اْلِع ْلِم َفِريَض ٌة َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم َوَو اِض ُع اْلِع ْلِم ِع ْنَد َغْيِر َأْهِل ِه َك ُم َقِّل ِد اْلَخ َن اِزيِر اْلَج ْو َهَر‬
‫َو الُّلْؤ ُلَؤ َو الَّذ َهَب‬
Artinya: "Mencari ilmu adalah kewajiban setiap Muslim, dan siapa
yang menanamkan ilmu kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan
kalung permata, mutiara, dan emas di sekitar leher hewan."
Kewajiban etika atau tata karma dalam menuntut ilmu, bertujuan agar
ilmu yang didapat menjadi ilmu yang berkah dan bermanfaat, serta bisa
menyelamatkan dan membahagiakan baik untuk dirinya dan orang lain, dan
baik untuk kehidupan di dunia dan di akhirat.

E. Rangkuman
Terdapat beberapa tata krama atau etika seorang siswa dalam menuntut
ilmu, yaitu ikhlas karena Allah, niat untuk menghilangkan kebodohan, selalu
berdoa saat menuntut ilmu, bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu,
menjauhi maksiat, jangan sombong ketika menuntut ilmu, diam ketika
pelajaran disampaikan, mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan,
praktekkan apa yang sudah dipelajari, dan menghormati guru baik saat di
sokolah maupun luar sekolah bahkan ketika saat guru sudah wafat.
Beberapa keutamaan tata krama dalam menuntut ilmu adalah Allah
akan mempercepat pemahamannya dalam pembelajaran, Allah akan
meningkatkan dan dipermudah ingatannya., siswa akan cenderung mudah
mengamalkan apa yang dipelajari, siswa akan lebih mudah dalam menjalin
hubungan baik dengan orang lain, baik dengan guru maupun siswa yang lain,
dapat menciptakan suatu kedamaian dalam kehidupan sosial dilingkungan
sekolah maupun diluar sekolah, dapat menghindari terjadinya pertentangan
dengan guru maupun dengan siswa yang lain, mendapat kemudahan dalam
hubungan baik dengan guru dan siswa lain, membuat diri menjadi disegani,
dihormati, dan disenangi guru dan siswa lain, dapat memberi keyakinan pada
diri sendiri dalam setiap situasi, dapat memelihara suasana yang baik dalam
berbagai lingkungan, baik di lingkungan sekolah maupun diluar sekolah,
dapat menumbuhkan kesadaran orang lain akan pentingnya bertata karma
dalam menuntut ilmu.
Hukum tata krama dalam menuntut ilmu adalah wajib. Kewajiban etika
atau tata karma dalam menuntut ilmu, bertujuan agar ilmu yang didapat
menjadi ilmu yang berkah dan bermanfaat.

F. Latihan Soal
1. Jelaskan tata krama seorang siswa dalam menuntut ilmu!
2. Jelaskan keutamaan tata krama seorang siswa dalam menuntut ilmu!
3. Jelaskan cara mengikat ilmu menurut qaidah dari Imam Syafi’i RA!
4. Jelaskan tata krama seorang siswa kepada guru saat di sekolah, diluar
sekolah dan saat guru sudah wafat!
5. Jelaskan hukum tata karma seorang siswa dalam menuntut ilmu!

Anda mungkin juga menyukai