Anda di halaman 1dari 60

20 Kiat Menuntut Ilmu 1

20 Kiat
Menuntut
Ilmu
(Terjemah Bebas dan Faidah dari kitab Khulashah Ta’dhimul Ilmi karya
syaikh Shalih bin Abdillah Al ‘Ushoimi hafidzahullah)

Oleh: Muhammad Fatwa Hamidan

20 Kiat Menuntut Ilmu 2


Muqoddimah

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Segala puji bagi Allah ta’ala, shalawat serta salam semoga


senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad shalallahu
alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau, sahabat-sahabat beliau dan
seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh dengan
sunah-sunah beliau.

Tulisan ringkas ini sejatinya adalah terjemah bebas dari kitab


Khulashah Ta’dzimul Ilmi karya syeikh Shaleh Al ‘Ushoimy
hafidzahullah yang kemudian kami upload di media sosial terutama
instagram, kemudian kami tambahi beberapa faidah terkait tema
pembahasan.

Semoga Allah ta’ala meridhai tulisan ini sehingga para pembaca


dapat mengambil manfaat dari tulisan ringkas ini

Sleman, 3 Syaban 1444 Hijriyah

20 Kiat Menuntut Ilmu 3


)) ‫م لَا يكرمه العلم‬
َ ‫((من لَا يكرم العل‬
َ

“Barangsiapa tidak memuliakan ilmu maka ilmu tidak akan


memuliakannya”

20 Kiat Menuntut Ilmu 4


Kiat Pertama: Bersihkan Hati

Bejana (wadah) ilmu adalah hati. Ilmu akan masuk ke dalamnya


sesuai kadar kebersihannya. Semakin bersih hati itu, ia akan semakin
siap menerima ilmu. Maka barang siapa yang ingin menghimpun ilmu
yang banyak, hendaknya ia memperindah batinnya dan menyucikan
hatinya dari segala noda. Karena ilmu adalah permata yang lembut, ia
hanya layak berada di tempat yang bersih.

Dan kebersihan hati itu bermuara kepada dua perkara:

1. Bersihnya hati dari noda syubuhat.


2. Bersihnya hati dari noda syahwat.

Jika engkau merasa malu tatkala seorang makhluk sepertimu


melihat noda bajumu, maka malulah kepada Allah Ta’ala tatkala ia
melihat kepada hatimu dalam keadaan penuh noda, keburukan, dosa
dan kesalahan.

Dalam Shahih Muslim, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,


bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫اَّلل الَ َين ْ ُظ ُر إِ ََل ُص َو ِر ُك ْم َو َأ ْم َوالِ ُك ْم َو َل ِك ْن َين ْ ُظ ُر إِ ََل ُق ُلوبِ ُك ْم َو َأ ْع ََملِ ُك ْم‬
َ َّ ‫إِ َّن‬

20 Kiat Menuntut Ilmu 5


“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, akan
tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.”

ِ ‫ ومن ََل ير َفع ِمنْه نَجاسته ود َعه‬،‫العلْم ح َّل‬


َ َ ‫العلْ َم َو ا ْر‬
‫تل‬ ِ ‫من َطهر َقلْبه فِي ِه‬
َ َ َ َ ُ ْ َْْ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ ْ َ

“Siapa saja yang membersihkan hatinya, ilmu akan bertahta padanya,


namun siapa saja yang tidak memberisihkan noda dari hatinya, ilmu
akan pergi dan meninggalkannya.”

Sahl bin Abdillah rahimahullah berkata,

ِ ِ
‫اَّلل‬
ٰ ‫َش ٌء ممَّا َيكره‬ ُ ‫ب َأ ْن َي‬
ْ َ ‫دْخله النُّ ْور َو فيْه‬ ٍ ْ‫َح َرا ُم َع ََل َقل‬

“Hati kan terhalang dari cahaya, jika padanya bersarang apa-apa yang
Allah tidak sukai.

Faidah:

1. Hati adalah tempatnya ilmu.


2. Semakin hati itu bersih maka semakin mudah ilmu kan singgah.
3. Dua fitnah terbesar bagi manusia adalah fitnah syubhat dan
fitnah syahwat
4. Hati dan amal perbuatan, kedua hal tersebutlah yang sesnatiasa
Allah lihat pada diri kita.

20 Kiat Menuntut Ilmu 6


KIAT KEDUA: IKHLASKAN NIAT

Sesungguhnya ikhlas merupakan landasan diterimanya amal,


sekaligus tangga untuk meraihnya. Allah berfirman,

ۡ ۟ ۟
ِۤ ‫یۤلَهُۤٱ‬
َۤ‫لدۤی َۤنۤ ُحنَ َفاء‬ ۤ‫َوَماۤۤأ ُِمُۤرواۤإِاَّل ۤۤلِیَۤ ۡعبُ ُدوۤاۤٱ ا‬
ِۤ ِ‫ّللَۤ ُُمل‬
َۤ ‫ص‬

"Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada


Allah dengan mengikhlaskan untuk-Nya ketaatan, dalam keadaan
lurus." (QS. Al Bayyinah: 5)

Dalam Shaihihain, dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫إِن َََّم ْاْلَ ْع ََم ُل بِالنِّيَّ ِة َولِك ُِّل ا ْم ِر ٍئ َما ن ََوى‬

"Amal itu tergantung kepada niat, dan setiap orang akan mendapatkan
pahala sesuai niatnya.”

Abu Bakar Al-Marruzdiy rahimahullah berkata, “Aku mendengar


seseorang berkata kepada Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal, ia
menyebut-nyebut tentang kejujuran dan keikhlasan. Abu Abdillah
berkata,

20 Kiat Menuntut Ilmu 7


‫ِِب َذا ا ْر َت َفع ال َق ْوم‬

"Dengan sifat ini, orang-orang telah terangkat kedudukannya."

Banyaknya ilmu yang didapat oleh seseorang tergantung kepada


kadar keikhlasannya.

Ikhlash dalam ilmu itu tegak di atas empat pokok, dengannya


seorang penuntut ilmu mewujudkan niat ilmu yang benar:

1. Untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya, dengan


mengenal tentang apa-apa yang wajib atasnya dari urusan-
urusan ibadah dan mengenai perintah dan larangan.
2. Untuk menghilangkan kebodohan dari orang lain, dengan cara
mengajarkannya dan membimbing mereka kepada kebaikan
dunia dan akhirat mereka.
3. Dalam rangka menghidupkan ilmu dan menjaganya dari
kepunahan.
4. Dalam rangka beramal dengan ilmu tersebut.

Dahulu, para salaf shaleh rahimahumullah sangat khawatir akan


hilangnya keikhlasan mereka dalam mencari ilmu. Sehingga mereka
berhati-hati dari klaim terhadapnya (mengaku ikhlas). Hal ini bukan

20 Kiat Menuntut Ilmu 8


berarti mereka tidak mengadakannya (berusaha ihkas) dalam hatii
mereka.

Imam Ahmad ditanya, “Apakah engkau mencari ilmu karena


Allah?” Kemudian ia berkata,

‫َش ٌء ُحبَّب إِ َ ََّل َف َط َلبتُه‬ ِ


ْ َ ‫َّٰلل َع ِز ٌيز !! َولكنَّه‬

"Karena Allah itu berat. Telah dijadikan aku cinta terhadapnya maka
aku pun mencarinya.”

Siapa saja yang menelantarkan keikhlasan, akan luput darinya


ilmu yang banyak dan kebaikan yang melimpah.

Faidah:

1. Ikhlas adalah kunci dalam segala amal, terutama menuntut ilmu.


2. Jangan bermudah-mudah mengaku ikhlas dalam menuntul ilmu,
karena para ulama pun merasa berat dalam mengikhlaskan niat.
3. Semakin ikhlas dan tulus niat seseorang dalam menuntut ilmu,
maka semakin banyak ilmu yang akan diraih.

20 Kiat Menuntut Ilmu 9


KIAT KETIGA: MEMUSATKAN TEKAD DAN SEMANGAT

Hendaknya tekad dan semangat dipusatkan pada sesuatu yang


sedang kita cari dengan tiga perkara:

1. Selalu bersemangat kepada apa yang bermanfaat. Tatkala


seorang hamba diberi taufiq kepada apa yang bermanfaat
untuknya, maka ia akan bersemangat untuk mendapatkannya.
2. Selalu memohon bantuan kepada Allah dalam
mendapatkannya.
3. Tidak lemah atau malas untuk sampai pada tujuannya.

Tiga perkataan ini telah dikumpulkan dalam hadis yang


diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Bersemangatlah kamu kepada apa yang bermanfaat bagimu,


mohonlah bantuan kepada Allah dan janganlah lemah.”

Al-Junaid rahimahullah berkata, “Tidaklah seseorang mengejar


sesuatu dengan kesungguhan dan kejujuran, melainkan ia
mendapatkannya. Jika ia tidak mendapatkan seluruhnya, setidaknya ia
mendapatkan sebagian.”

20 Kiat Menuntut Ilmu 10


Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya “Al Fawaid” berkata:
“Kala bintang semangat telah terbit dalam gelapnya malam kemalasan,
disempurnakan dengan purnama tekad, bumi akan terang dengan
cahaya Rabbnya.”

Diantara cara untuk meninggikan semangat dan tekad adalah


mengambil pelajaran dari orang-orang terdahulu dan mengenal
semangat kaum-kaum yang telah lalu.

Imam Ahmadl, kala beliau masih kecil, Ketika beliau ingin keluar
rumah untuk pergi menghadiri majlis-majlis para masyayikh, padahal
fajar belum juga terbit. Namun sang ibunda merasa kasihan
kepadanya, seraya memegang pakaiannya ia pun berkata,
“Tunggulah sampai dikumandangkan azan atau datang waktu pagi.”

Dahulu Abu Muhammad Ibnu At-Tabban, saat masih sangat


belia, sepanjang malam ia belajar. Sang ibu merasa kasian dan
melarangnya untuk membaca pada malam hari. Karena itu, ia
mengambil lentera dan menyembunyikannya di bawah wadah besar,
kemudian ia pura-pura tidur. Ketika ibunya telah tertidur, ia segera
mengambil lentera itu dan menyalakannya lalu belajar dengan tekun.

Maka, jadilah seorang laki-laki yang kakinya teguh menginjak


tanah, namun semangatnya jauh menembus bintang-bintang. Jangan

20 Kiat Menuntut Ilmu 11


jadi manusia yang muda badannya namun tua semangatnya.
Sesungguhnya semangat orang yang jujur tekadnya tidak pernah
menua.

Faidah:

1. Menuntut ilmu itu tak semudah membalikkan telapak tangan


butuh usaha dan tekat yang kuat guna meraih ilmu yang
banyak.
2. Salah satu cara terbaik guna meningkatkan semangat dalam
menuntut ilmu adalah membaca kisah-kisah ulama terdahulu
dalam menuntut ilmu.
3. Jangan terlena dengan usaha sendiri dalam menuntut ilmu,
iringilah dengan selalu berdo’a meminta pertolongan kepada
Allah Ta’ala.

20 Kiat Menuntut Ilmu 12


KIAT KEEMPAT: AL-QURAN DAN SUNNAH PRIORITAS
UTAMA

Setiap ilmu yang bermafaat sumbernya adalah firman Allah


yaitu Al-Quran dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sementara ilmu yang lainnya adalah penunjang kepada dua ilmu
tersebut, maka hendaknya dipelajari sekedar sebagai penunjang.
Atau ia adalah ilmu yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan
keduanya, maka tidak apa-apa tidak mengetahuinya.

Sungguh bagus perkataan Iyadh al-Yahshuby dalam kitabnya “al


Ilma’”

‫العلم يف اْلصلني ال يعدومها ** إال املضل عن الطريق الالحب‬

‫علم الكتاب وعلم اآلثار التي ** قد أسندت عن تابع عن صاحب‬

Ilmu ada pada dua pokok, tidak melampaui keduanya ...

Kecuali yang menyesatkan dari jalan yang benar

Ilmu al Kitab dan ilmu atsar yang...

Disandarkan kepada tabiin dari sahabat

20 Kiat Menuntut Ilmu 13


Inilah dahulu yang menjadi sandaran ilmu salaf -semoga Allah
merahmati mereka-, kemudian setelah itu banyak perkataan dalam
hal-hal tidak bermanfaat. Sehingga di kalangan salaf ilmu lebih
banyak dan di kalangan setelah mereka hanya perkataan yang lebih
banyak.

Suatu ketika Hammad bin Zaid bertanya kepada Ayyub As-


Sakhtiyani,

‫العلْم فِيْ ََم َت َقدَّ م َأ ْكثَر‬


ِ ‫ و‬،‫ ال َكالَم اليوم َأ ْكثَر‬: ‫العلْم اليوم َأ ْكثَر َأو فِيَم َت َقدَّ م ؟ َف َق َال‬
َ َْ ُ َْ ْ َْ ُ
ِ

“Apakah hari ini ilmu lebih banyak atau pada waktu yang lalu?” ia
berkata, “Hari ini perkataan lebih banyak, dan ilmu pada waktu lalu
lebih banyak.”

Faidah:

1. Sumber ilmu utama adalah Al-Quran dan Hadis.


2. Seyogyanya seornag muslim memiliki bekal ilmu yang cukup
dari Al-Quran dan Hadis akan hal-hal yang bersifat fardhu ‘ain
3. Dewasa ini para penuntul ilmu lebih disibukkan dengan
“wasilah” menuntul ilmu (semisal HP, laptop, tablet dan
semisalnya) dibandingkan sibuk dengan ilmu itu sendiri.

20 Kiat Menuntut Ilmu 14


KIAT KELIMA: MENEMPUH JALUR YANG BENAR UNTUK
SAMPAI KEPADANYA

Setiap tujuan memiliki jalan yang mengantarkan kepadanya.


Siapa saja yang menempuh jalannya yang benar, ia akan sukses
meraihnya, dan siapa saja yang menempuh jalan selainnya, ia tidak
akan gagal meraihnya. Sesungguhnya ilmu pun memiliki jalan
tersendiri yang siapa saja tidak menempuhnya, ia akan tersesat dan
tidak sampai pada tujuannya, atau ia hanya akan mendapatkan faidah
yang sedikit kendati usaha yang dikerahkan cukup banyak.

Adalah Muhammad Murtadha bin Muhammad Az-Zabidy


pengarang kitab “Taj al-‘Arus” telah menyebutkan jalan ilmu ini
dalam sebuah ungkapan yang cukup ringkas namun lengkap, dalam
karangan syairnya yang bernama, “Alfiyyatu As-Sanad”, ia berkata,

‫فَم حوى الغاية يف ألف سنه ** شحص فخذ من كل فن أحسنه‬

‫بحفظ متن جامع للراجح ** تأخذه عَل مفيد ناصح‬

Tak ada yang dapat meraih seluruh tujuan sekali pun dalam seribu
tahun …

Maka ambillah yang terbaik dari setiap cabang ilmu itu.

20 Kiat Menuntut Ilmu 15


Dengan menghapal sebuah matan (kitab ringkasan ilmu) yang
memuat pendapat yang unggul …

Yang engkau pelajari dari seorang guru pemberi faidah dan


nasehat.

Jalan ilmu yang benar itu terbangun diatas dua pondasi, siapa
saja yang mengambil keduanya berarti ia telah mengagungkan ilmu,
karena ia mencarinya melalui jalan yang benar-benar akan
mengantarkannya kepada ilmu itu.

Pondasi pertama: Menghafal matan yang memuat pendapat


yang unggul. Harus menghapalnya, siapa pun yang menyangka
bahwa ia bisa mendapatkan ilmu tanpa menghapal, sungguh berarti
ia sedang mencari kemustahilan.

Dan yang dijadikan acuan dalam menghapal itu adalah kitab


matan ringkas yang memuat pendapat yang unggul, maksudnya yang
muktamad (dijadikan sandaran) di kalangan para pakar ilmu tersebut.

Pondasi kedua: mempelajarinya dari seorang guru yang dapat


memberi faidah dan nasihat, engkau mendatanginya untuk
memahami kitab tersebut darinya. Dan guru itu harus memiliki dua
sifat:

20 Kiat Menuntut Ilmu 16


Pertama: ifadah, maksudnya memiliki kapasitas dalam ilmu. Ia
dikenal menuntut ilmu dan mentalaqqinya hingga ia memiliki
kapasitas dalam ilmu tersebut. Dalil untuk poin ini adalah hadis yang
diriwayatkan Abu Dawud dalam “Sunannya” dengan sanad yang
kuat, dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, "Engkau mendengar (ilmu), lalu didengar
ilmu itu darimu, lalu ia didengar lagi dari orang yang mendengarnnya
darimu."

Objek yang diajak bicara dalam hadis ini umum, maka telah
menjadi ciri khas bagi umat ini, bahwa ilmu diambil oleh orang
belakangan dari orang yang terdahulu.

Kedua: nasehat, dalam sifat ini harus terkumpul dua perkara:

1) Sang guru dapat menjadi teladan dalam prilaku, akhlak


dan sifatnya.
2) Sang guru menguasai metode pengajaran, sehingga ia
dapat mengajar santri yang belajar kepadanya dengan
baik, mengetahui apa yang bermanfaat dan apa yang
membahayakan santrinya, sejalan dengan pendidikan ilmu
yang dijelaskan oleh Imam Syathiby dalam kitabnya “Al
Muwafaqat".

20 Kiat Menuntut Ilmu 17


Faidah:

1. Salah satu metode menuntut ilmu terbaik adalah dengan


menghafalkan matan ilmu.
2. Kemudian englkau belajar matan tersebut kepada guru yang
mumpuni.
3. Guru ideal adalah guru yang memiliki kapasitas ilmu yang
mumpuni serta menjadi teladan bagi sang murid baik dari segi
sifat, akhlak atau pun rutinitas sehari-hari.

20 Kiat Menuntut Ilmu 18


Kiat Keenam: Mempelajari Seluruh Bidangn Ilmu dan
Membuat Skala Pritoritas

Ibnu Jauzy dalam “Shaidu al Khathir” berkata, “Mengumpulkan


ilmu merupakan sesuatu yang terpuji.” Ambillah ilmu dari setiap
bidangnya dan janganlah bodoh. orang merdeka adalah yang mampu
melihat banyak rahasia

Guru dari guru-guru kami, Muhammad bin Mani dalam “Irsyad al


Thullab” berkata, “Tidak selayaknya bagi seseorang yang memiliki
kelebihan meninggalkan suatu ilmu dari ilmu-ilmu yang bermanfaat
yang dapat membantunya untuk memahami al Kitab dan Sunnah, jika
ia merasa memiliki kekuatan untuk mempelajarinya. Tidak
diperbolehkan baginya mencela ilmu yang ia tidak kuasai dan
merendahkan orang yang menguasainya. Sesungguhnya yang seperti
itu merupakan sikap yang tercela. Orang berakal hendaknya selalu
berbicara dengan ilmu atau diam dengan kesantunan. Jika tidak, ia
termasuk jenis manusia yang dikatakan,

Datang kepadaku berita bahwa Sahl karena kebodohannya


telah mencela ilmu-ilmu yang Sahl tidak mengusainya

20 Kiat Menuntut Ilmu 19


Ilmu-ilmu yang jika ia membacanya ia tidak akan
merendahkannya, akan tetapi ridha dengan kebodohan merupakan
kesederhanaan.”

Mempelajari beragam cabang ilmu hendaknya mengacu kepada


dua pokok:

Pertama: Membuat skala prioritas, dengan mendahulukan ilmu


yang dibutuhkan oleh seorang santri agar ia dapat
melaksanakan kewajiban-kewajiban ibadahnya kepada Allah.

Kedua: Hendaknya di awal ia menuntut ilmu, ia memilih satu


kitab ringkas dalam setiap bidangnya. Hingga jika ia telah
menyelesaikan beragam ilmu-ilmu yang bermanfaat itu, ia
melihat pada minat dan kemampuannya, lalu ia berusaha untuk
benar-benar mendalami bidang ilmu yang menjadi minatnya itu,
baik satu bidang ilmu atau lebih.

Diantara Syair Syanaqithah,

Jika engkau ingin menguasai satu bidang ilmu maka


sempurnakanlah..

dan dari yang lainnya sebelum selesai diamlah

Kegagalan datang karena mempelajari bermacam ilmu..

20 Kiat Menuntut Ilmu 20


sesungguhnya dua bayi kembar jika berebut tidak akan ada yang
dapat keluar

Namun jika seseorang memiliki kemampuan untuk mempelajari


berbagai ilmu secara sekaligus, tidak mengapa ia melakukannya,
namun itu pengecualian dari keumuman.

Faidah:

1. Diantara bentuk membuat skala prioritas dalam belajar adalah


dengan mempelajari secara mendalam ilmu-ilmu yang bersifat
fardhu ‘ain terlebih dahulu dibandingkan ilmu yang bersifat
sunnah atau mustahab untuk dipelajari.
2. Seorang penuntutu ilmu bisa mencari matan-matan yang
berisikan ilmu fardhu ‘ain yang dijelaskan secara ringkas.
3. Menuntut ilmu itu butuh proses dan tahapan-tahapan yang
harus dilalui, tidak bisa dipelajari sekaligus seluruh ilmu dalam
sekali waktu. Namun butuh fase-fase tersendiri untuk meraih
setiap cabang ilmu.

20 Kiat Menuntut Ilmu 21


Kiat Ketujuh: Bersegera Dalam Mencari Ilmu, Memanfaatkan
Waktu Muda

Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Masa muda bagiku seperti


sesuatu yang ada di lengan bajuku kemudian ia terjatuh.” Menuntut
ilmu di usia muda lebih cepat meresap ke dalam jiwa dan lebih kuat
menempelnya.

Hasan Al Bashri rahimahullah berkata, “Mencari ilmu di masa


muda seperti mengukir di atas batu.” Kuatnya ilmu di masa muda
seperti kuatnya ukiran di atas batu. Siapa saja yang memanfaatkan
waktu mudanya, ia akan meraih cita-citanya di masa tua.

Gunakanlah masa mudamu wahai pemuda .. maka di masa tua nanti


orang-orang akan memuji kesuksesanmu.

Namun, jangan beranggapan bahwa orang tua tidak dapat mencari


ilmu, karena dahulu para sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
belajar di masa mereka sudah tua. Sebagaimana yang disebutkan
oleh Imam Bukhari dan Shahihnya.

Mencari ilmu di masa tua menjadi sulit –sebagaimana yang dikatakan


oleh al Mawardi dalam “adab ad-Dunya wa ad -Din” – karena sebab

20 Kiat Menuntut Ilmu 22


banyaknya kesibukan dan beraneka ragam ikatan. Namun siapa yang
mampu menanggulanginya, ia tetap dapat meraih ilmu tersebut.

Faidah:

1. Masa muda adalah usia emas bagi seseorang untuk menuntut


ilmu, karena pada usia tersebut seseorang belum memiliki
banyak pikiran dan tangungan, sehingga ia dapat focus dalam
menuntut ilmu.
2. Para ulama telah didik dan diarahkan oleh orang tua mereka
agar mencintai dan menuntut ilmu sejak dini.
3. Walau usia emas dalam menuntut ilmu adalah usia dini atau
muda, namun hal ini tidak menututp kemungkinan bahwa orang
dewasa dan lanjut usia pun dapat menuntut ilmu dan meraih
tingkatan yang tinggi.

20 Kiat Menuntut Ilmu 23


Kiat Kedelapan: Bertahap dalam Mencari Ilmu dan Tidak
Tergesa-Gesa

Mencari ilmu tidak dapat dilakukan secara sekaligus, karena hati


tidak akan sanggup melakukannya, dan karena ilmu itu sendiri
memiliki berat seperti beratnya batu ditangan orang yang
membawanya.

Allah berfirman,

‫ا‬ ۡ ِ
‫ل‬ َۤ ‫اۤسنُل ِۤقیۤ َعۤلَۡۤی‬
ًۤ ‫كۤقَ ۡوَّلۤثَِۤقی‬ َ ‫ۤإَّن‬

"Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu Perkataan yang


berat.” (QS. Al Muzzammil: 5)

Maksudnya adalah Al Qur`an. Jika demikian sifat al Qur`an yang


telah dijadikan mudah, sebagaimana firman Allah,

ۡ ۡ ۡ
ۤ‫س ۡرََّۤنۤٱل ُقۡۤرۤءَا َۤنۤۤلِل ِذك ِر‬
ۤ‫َولَ َق ۤدۤۤیَ ا‬

“Sungguh kami telah memudahkan Al Qur`an untuk dzikir.” (QS. Al


Qamar: 17)

Apalagi dengan ilmu yang lainnya?

20 Kiat Menuntut Ilmu 24


Al Qur`an telah diturunkan secara bertahap sesuai dengan kejadian-
kejadian yang berlangsung juga untuk memudahkan. Allah berfirman,
“Berkatalah orang-orang yang kafir:

‫َۖ ۡ ۡ ِ ا‬ ࣰ‫ا‬ ‫ا‬ ۡ ۡ َ‫الۤٱلا ِۤذی ۤنۤۤ َكفرو۟اۤل‬


ِ ِ
ۤ ‫تۤب ۤهۦۤفُ َؤ َاد َك َۤوَرتالنَٰهُۤتَرۤتی‬
‫ل‬ ِ ِ
َۤ ‫كۤلنُثَب‬ ِ َۤ ‫ۤعۤلَۡۤی ِۤهۤٱل ُق ۡرءَا ُۤنۤ ُ ُۡجلَة‬
َۤ ‫ۤو ِح َدۤةۤۤ َك َۤذ ل‬ ‫ل‬
َ َُ‫ز‬ِ ‫ۤن‬‫َّل‬
َ‫و‬ ُ َ َ َۤ َ‫َوق‬

"Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”;


demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami
membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (QS. Al Furqan: 32)

Ayat ini menjadi dalil atas keharusan menuntut ilmu dengan


tenang, bertahap dan tidak tergesa-gesa. Sebagaimana hal ini
dikatakan oleh al Khatib al Baghdady dalam “al Faqih wal
Mutafaqqih” dan Raghib al Ashfahany dalam muqaddimah “Jami al
Tafsir”

Dalam syair Ibnu Nahhas al Halaby dikatakan,

Hari ini sesuatu dan esok yang sepertinya..

Dari bagian-bagian ilmu yang terambil

Dengannya seseorang mendapat hikmah..

karena sesungguhnya air bah itu kumpulan dari tetesan

20 Kiat Menuntut Ilmu 25


Keharusan untuk bertahap dalam menuntut ilmu ini melazimkan
agar penuntut ilmu memulai dengan matan-matan kecil yang
dikarang dalam berbagai cabang ilmu, dengan menghapalnya dan
mempelajari syarahnya, serta berpaling dari kitab-kitab besar yang
seorang penuntut ilmu belum mencapai level untuk membacanya.

Seorang penuntut ilmu yang memaksakan diri membaca kitab-


kitab besar berarti ia telah berlaku buruk dalam agamanya, dan
melampaui batas-batas ilmu akan seseorang kelak justru
menelantarkannya. Diantara ucapan hikmah yang sangat bagus
adalah perkataan Abdulkarim al Rifa'i, salah seorang guru ilmu di
Damaskus pada abad yang Ialu,

ِ ‫لص َغ‬
‫ار‬ ِ ِ ْ ِ‫َط َعا ُم ال َكب‬
ِّ ‫ي َسم ل‬

"Makanan orang dewasa itu adalah racun bagi anak kecil."

Faidah:

1. Diantara bentuk bertahap dalam menuntut ilmu adalah dengan


mempelajari secara mendalam ilmu-ilmu yang bersifatwajib atau
fardhu ‘ain terlebih dahulu kemudian bertahap kepada ilmu-ilmu
lainnya.

20 Kiat Menuntut Ilmu 26


2. Bila kita tergesa-gesa mempelajari selurung cabang ilmu, maka
sungguh yang ada hanyalah kita menghabiskan banyak waktu
serta hanya sedikit ilmu yang kita dapatkan.
3. Tahapan menuntut ilmu itu bisa dimulai dengan mempelajari
matan-matan ilmu kemudian apabila dirasa sudah cukup maka
dilanjutkan kepada kita-kitab tahqiq dan taliq kemudian baru
menuju kitab lainnya.
4. Diturunkannya Al-quran dengan bertahap itu mengajarkan
kepada kita bahwa dalam belajar pun kita harus melalui
tahapan-tahapan tertentu bukan semua ilmu langsung
dipelajari.

20 Kiat Menuntut Ilmu 27


Kiat Kesembilan: Sabar dalam Mencari dan Menyampaikan
Ilmu

Setiap urusan besar tidak dapat diraih kecuali dengan sabar.


Perkara yang paling besar yang dengannya seseorang mampu
menanggung beban barat dalam meraih cita-cita yang tinggi adalah
mensabarkan jiwa dalam meraihnya. Oleh karena itu, sabar dan
sungguh-sungguh dalam kesabaran diperintahkan, baik untuk meraih
keimanan, ataupun untuk menyempurnakan keimanan tersebut.
Allah berfirman,

َ۟ ‫ط‬
‫وا‬ ۟ ‫واَوصاب ُر‬
ُ ‫واَوَرَاب‬ َ۟ ‫واَٱصۡ ب ُر‬
۟ ُ‫یَـَأَیَهاَٱلَّذَینََءامن‬

“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah, dan sungguh-


sungguhlah dalam bersabar.” (QS. Ali Imran: 200)

Allah berfirman,

َ ‫عونََربَّ ُهمَبَٱ ۡلغ َدوَةََ َوٱ ۡلع‬


ُ‫شیَََیُرَیدُونََو ۡجه َه‬ ُ ‫وَٱصۡ برََۡن ۡفسكَمعََٱلَّذَینََیَ ۡد‬

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang


menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya.” (QS. Al Kahfi: 28)

20 Kiat Menuntut Ilmu 28


Yahya bin Abi Katsir dalam menafsirkan ayat ini berkata, “Ia
adalah majlis-majlis fiqh.” Tidak seorang pun dapat meraih ilmu
melainkan dengan sabar.

Yahya bin Abi Katsir juga berkata, “Ilmu tidak akan diraih
dengan jasad yang kerap bersantai-santai.” Dengan sabar, seseorang
akan selamat dari buruknya kebodohan, dengannya didapatkan
lezatnya ilmu.

Sabar dalam ilmu ada dua macam:

Pertama: Sabar dalam mencari dan mempelajarinya. Menghapal


membutuhkan kesabaran. Memahami membutuhkan
kesabaran. Menghadiri majelis-majelis ilmu membutuhkan
kesabaran. Menjaga hak sang guru membutuhkan kesabaran.

Kedua: Sabar dalam menyampaikan, mengajarkan dan


menyebarkannya. Duduk mengajarkan para murid
membutuhkan kesabaran. Memahamkan mereka
membutuhkan kesabaran. Menghadapi kesalahaan-kesalahan
mereka membutuhkan kesabaran.

Di atas dua macam kesabaran ini, ilmu membutuhkan sabar


dalam bersabar serta dalam keteguhan untuk menjalani keduanya.

20 Kiat Menuntut Ilmu 29


“Setiap orang ingin sampai pada cita-citanya .. tapi sedikit diantara
para lelaki yang teguh.”

Faidah:

1. Pentingnya sabar di jalan ilmu


2. Ilmu tidak bisa diraih dengan bersantai-santai ia butuh
perjuangan, dan perjuangan ini akan sukses bila dibarengi
dengan kesabaran.
3. Sabar dalam jalan ilmu itu tidak hanya saat mencari ilmu, namun
saat mengajarkan atau mendakwahkan ilmu yang kita miliki pun
butuh kesabaran.
4. Sabar memang tak semudah membalikkan telapak tangan,
namun bagi orang-orang yang mampu bersabar di jalan ilmu
niscaya ia akan mendapat buah manis dari kesabarannya.

20 Kiat Menuntut Ilmu 30


Kiat Kesepuluh: Menjaga Adab-Adab Ilmu

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitabnya “Madariju As


Salikin”, “Adab seseorang menjadi tanda kebahagiaan dan
keberuntungannya. Kurangnya adab adalah tanda kesengsaraan dan
kerugiannya. Tidak ada yang serata dengan adab dalam hal
mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan sebab terbesar
yang dapat menghalangi seseorang dari kebahagiaan dunia dan
akhirat adalah sedikitnya adab.”

“Dan manusia tak akan tinggi tanpa adab .. sekalipun tinggi


nasab dan hasabnya.”

Orang yang menerapkan nilai-nilai adab dalam urusan


pribadinya, pelajarannya, kepada guru dan temannya, ilmu pun akan
ia dapatkan.

Yusuf bin Al Husain berkata,

ِ ‫ب َت ْفهم‬
‫العلْم‬ َ َ ِ ‫بِاْلَ َد‬

"Dengan adab, engkau akan memahami ilmu.”

Hal ini karena orang yang beradab akan dipandang sebagai


orang yang layak membawa ilmu, sehingga ilmu itu akan diberikan

20 Kiat Menuntut Ilmu 31


kepadanya. Sementara orang yang kurang adab, ilmu terlalu
berharga untuk menjadi sia-sia disisinya.

Karena itu dahulu para salaf rahimahullah sangat memberi


perhatian terhadap pengajaran adab sebagaimana mereka memberi
perhatian terhadap pengajaran ilmu.

Ibnu Sirin rahimahullah berkata, “Dahulu mereka mempelajari


petunjuk (adab) sebagaimana mereka mempelajari ilmu.” Bahkan
banyak dari mereka mendahulukan pengajaran adab sebelum
pengajaran ilmu.

Malik bin Anas berkata kepada seorang pemuda Quraisy,


“Wahai keponakanku, belajarlah adab sebelum engkau belajar ilmu.”
Mereka benar-benar menunjukkan butuhnya mereka kepada adab.

Suatu hari, Makhlad bin al Husain berkata kepada Ibnul


Mubarak, “Kita lebih banyak membutuhkan adab daripada butuhnya
kita kepada banyaknya ilmu.”

Mereka selalu memberi nasehat dan pengajaran tentang adab.


Malik berkata, “Dulu ibuku memakaikanku sorban, lalu berkata
kepadaku, “Pergilah kepada Rabi’ah -maksudnya Ibnu Abi
Abdirrahman, ahli fiqih kota Madinah di zamannya-, lalu pelajarilah
adabnya sebelum engkau mempelajari ilmunya.” Banyak para

20 Kiat Menuntut Ilmu 32


penuntut ilmu zaman sekarang yang gagal meraih ilmu disebabkan
karena menelantarkan adab.

Laits bin Sa’ad pernah mendatangi sekelompok ahli hadis, lalu ia


melihat sesuatu dari mereka yang kurang disukainya, kemudian ia
berkata, “Apa gerangan yang akan dikatakan Laits andai ia melihat
kondisi para penuntut ilmu di masa sekarang?!

Faidah:

1. Salah satu kinci utama meraih ilmu adalah adab, terutama adab
kepada ilmu, kepada guru, dan kepada kitab yang dimiliki.
2. Adab baik seseorang itu menjadi poros kebahagiaan dan
keberuntungan seseorang, begitu pula kebalikannya ketika
orang tidak memiliki adab itu tanda kesengsaraan badinya.
3. Adab adalah hal yang selalu diperhatikan oleh ulama sebelum
mengajarkan ilmu.
4. Banyak penuntut ilmu di zaman ini gagal merail ilmu karena
tidak beradab.

20 Kiat Menuntut Ilmu 33


Kiat Kesebelas: Menjaga Ilmu dari Hal-Hal yang Merusak dan
Memperburuk Kewibawaannya.

Siapa saja yang tidak menjaga ilmu, maka ilmu tidak akan
menjaganya. Hal itu dikatakan oleh Imam Asy-Syafi’i. Seorang
penuntut ilmu yang mencacati wibawanya sendiri, berarti ia telah
merendahkan ilmu, tidak mengagungkannya dan terjatuh kepada hal
yang tidak pantas, sehingga identitas ilmu akan hilang dari dirinya.

Wahb bin Munabbih rahimahullah berkata, “Tidaklah orang-


orang yang suka menganggur itu termasuk dari kalangan orang-
orang yang bijak.”

Inti dari kewibawaan, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu


Taimiyyah (Sang kakek) dalam kitab “Al Muharrar” dan diikuti oleh
cucunya (syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah) dalam sejumlah fatwanya,
adalah, “Melakukan tindakan yang memperindah sesuatu dan
memperbagusnya, serta menjauhi prilaku yang dapat memperburuk
dan mengotorinya.”

Abu Muhammad Sufyan bin Uyainah ditanya, “Engkau telah


beristinbath dari Al Qur`an segala hal, maka di manakah dijelaskan
tentang kewibawaan?” Ia berkata, “Dalam firman Allah Ta’ala,

20 Kiat Menuntut Ilmu 34


“Berilah maaf, perintahkanlah kepada yang makruf, dan berpalinglah
dari orang-orang yang bodoh.” (QS. Al A’raaf: 199)

Pada firman Allah ini terdapat makna kewibawaan, kebaikan


adab dan kemuliaan akhlak.”

Maka dari itu, diantara adab seorang penuntut ilmu yang harus
ia wujudkan dalam dirinya adalah, menghiasi diri dengan kewibawaan
dan tindakan-tindakan yang membawa kepadanya, serta menjauhi
hal-hal yang dapat mencacatinya, seperti memotong janggut, terlalu
banyak melirik saat di jalan, menselonjorkan kaki di hadapan orang-
orang tanpa ada keperluan atau darurat, berteman dengan orang-
orang rendah, fasik, pengangguran, atau bermain-main dengan para
remaja dan anak-anak kecil.

Faidah:

1. Ilmu itu memberikan dampak baik pada kewibawaan seseorang.


2. Ilmu itu akan menjadi indah dan melekat kuat pada diri
seseorang saat seseorang tersebut menghiasi dirinya dengan
kewibawaan, adab dan akhlak mulia serta menghindari hal-hal
yang dapat mencoreng nama seorang penuntut ilmu.
3. Diantara sarana menjaga wibada ilmu adalah menjaga dan
menghidupkan sunnah.

20 Kiat Menuntut Ilmu 35


Kiat Kedua Belas: Memilih Teman yang Shaleh

Berteman merupakan kebutuhan setiap makhluk. Demikian pula


seorang penuntut ilmu, ia butuh untuk berinteraksi dengan sesama
para penuntut ilmu, agar interaksi ini dapat membantunya dalam
menghasilkan ilmu dan menyemangatinya dalam menuntut ilmu.

Pertemanan dalam ilmu, jika ia selamat dari kedengkian, akan


sangat bermanfaat untuk mengantarkan kepada tujuan. Orang yang
menginginkan ketinggian derajat, ia harus memilih pertemanan yang
baik yang dapat membantunya mewujudkan citanya. Karena seorang
teman memiliki pengaruh kepada temannya.

Abu Dawud dan At Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah


radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seseorang tergantung sahabat dekatnya, maka hendaklah seorang
diantara kalian melihat kepada orang yang akan dijadikan sahabat
dekatnya.”

Ar-Raghib Al Ashbahany mengatakan, “Pengaruh teman kepada


temannya bukan hanya dengan perkataan dan perbuatannya saja,
bahkan dengan sekedar melihat kepadanya.”

20 Kiat Menuntut Ilmu 36


Teman dipilih karena keutamaan, bukan karena manfaat
duniawi atau sekedar kelezatan bersama dengannya. Memang, motif
dari pertemanan ada tiga: Keutamaan, manfaat atau kelezatan.
Sebagaimana hal itu dikatakan oleh guru kami Muhammad al Khadhir
bin Hushain dalam “Rasa`il al Ishlah.”

Maka, cari lah teman yang memiliki keutamaan, karena engkau


akan dikenal dengannya.

Ibnu Mani’ rahimahullah mengatakan dalam kitab, “Irsyadu Al


Thullab.” Ketika ia menasehati seorang penuntut ilmu, “Berhati-
hatilah kamu jangan sampai bergaul dengan orang-orang bodoh,
rendah akalnya, dungu, buruk citranya, lemah pikirannya, karena
bergaul dengan orang-orang seperti itu adalah sebab kegagalan dan
kesengsaraan.”

Faidah:

1. Pentingnya memiliki teman yang shalih di atas jalan ilmu.


2. Teman memiliki pengaruh yang luar biasa, bahkan sekedar
dilihat teman saja akan memberikan pengaruh.
3. Carilah teman yang shalaih karena ia dapat menarikmu menuju
kesuksesan di jalan ilmu.

20 Kiat Menuntut Ilmu 37


Kiat Ketiga Belas: Bersungguh-Sungguh dalam Menghapal,
Bermudzakarah dan Bertanya Tentang Ilmu.

Menimba ilmu kepada para guru tidak akan bermanfaat tanpa


menghapalnya, sering mengkajinya bersama teman dan rajin
bertanya tentangnya. Semua ini akan memunculkan rasa
pengagungan kepada ilmu dalam hati seorang penuntut ilmu,
sehingga secara sempurna ia akan fokus kepadanya dan sibuk
dengannya. Menghapal adalah kegiatan saat sendiri, mudzakarah
adalah kegiatan saat berkumpul bersama teman, dan bertanya
adalah interaksi dengan guru.

Para ulama selalu menasehati agar rajin menghapal dan


memerintahkannya. Aku mendengar guru kami Ibnu Utsaimin
rahimahullah berkata, “Kami dulu sedikit menghapal dan banyak
membaca, ternyata kami lebih banyak mendapat manfaat dari apa
yang kami hapal dibandingkan dengan yang pernah kami baca.”

Mudzakarah menjadikan ilmu tetap hidup dan kuat ikatannya


dalam jiwa. Dan yang dimaksud dengan mudzakarah adalah
mendiskusikannya bersama dengan teman.

Kita diperintahkan untuk bersungguh-sungguh menjaga Al


Qur`an, padahal ia adalah ilmu yang telah dimudahkan.

20 Kiat Menuntut Ilmu 38


Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar
radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan pemilik Al Qur`an seperti
pemilik untuk yang terikat. Jika ia terus mengikatnya, berarti ia
menahannya. Jika ia melepaskannya, maka unta itu akan pergi.”

Saat menjelaskan hadis ini, Ibnu Abdilbarr rahimahullah berkata


dalam kitabnya, “At Tamhid”, “Jika al Qur`an yang telah dimudahkan
untuk diingat saja seperti unta yang terikat, yang siapa saja terus
mengikatnya berarti ia menjaganya, maka apalagi dengan ilmu-ilmu
yang lain?”

Dengan rajin bertanya tentang ilmu, maka gudang-gudang ilmu


akan terbuka. Bertanya dengan baik adalah setengah dari ilmu.
Tulisan-tulisan berupa kumpulan pertanyaan seperti yang
diriwayatkan dari Imam Ahmad menjadi bukti yang jelas tentang
besarnya manfaat bertanya.

Tiga perkara ini bagi i|mu seperti menanam sebuah pohon,


menyirami dan merawatnya agar kuat dari terjaga dari hama.
Menghapal berarti menanam benih “mu, mudzakarah berarti
menyiramnya dan bertanya berarti merawat dan
mengembangkannya.

20 Kiat Menuntut Ilmu 39


Faidah:

1. Menghafal adalah kunci atau sarana utama untuk memahami


sebuah ilmu.
2. Walau tanpa menghafal terkadang seseorang dapat memahami
ilmu. Namun orang yang memiliki hafalan, pemahaman ilmunya
akan lebih kuat dan kokoh.
3. Selain menghafal mudzakarah dengan sesame penuntut ilmu
juda dapat memudahkan diri untuk lebih paham akan ilmu yang
kita pelajari.
4. Bertanya adalah obat dari kebodohan, maka sifat penuntut ilmu
sejati itu tidak malu bertanya, karena seringkali seseorang tidak
paham akan apa yang ia pelajari disebabkan karena ia malu
untuk bertanya dan minta penjelasan ulang.

20 Kiat Menuntut Ilmu 40


Kiat Keempat Belas: Memuliakan dan Menghormati Ahli Ilmu

Sesungguhnya keutamaan ulama sangat besar dan kedudukan


mereka sangat tinggi, karena mereka hakikatnya adalah ayah bagi
ruh manusia. Guru adalah bapak bagi ruh, sebagaimana ayah adalah
bapak bagi jasad. Maka, mengenal keutamaan para guru merupakan
hak yang wajib.

Muhammad bin Ali Al Udfuwy telah beristinbath dari Al Qur`an


tentang hal ini, ia mengatakan, “Jika seseorang mempelajari sesuatu
dari seorang alim dan ia mengambil faidah darinya, maka
kedudukannya seperti budak untuk gurunya tersebut. Allah
berfirman,


َ‫وإ ۡذَقالَ ُموسىَلفَتىَهََُلَأ ۡبر ُحَحتَّىَأ ۡبلُغَم ۡجمعَٱ ۡلب ۡحرََۡینََأ ۡوَأمۡ ضَیََ ُحقُبا‬

“Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada budaknya.” (QS. Al Kahfi:


60).

Yang dimaksud adalah Yusa bin Nun, dan ia bukan budak Nabi
Musa. Ia adalah murid dan pengikut Nabi Musa, namun Allah
menyebutnya sebagai budak karena hal itu.”

Syariat telah memerintahkan untuk memperhatikan hak para


ulama dengan memuliakan dan menghormati mereka.

20 Kiat Menuntut Ilmu 41


Imam Ahmad meriwayatkan dalam “Al Musnad” dari Ubadah
bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Bukan bagian dari umatku orang yang tidak
menghormati orang tua diantara kami, tidak menyayangi anak-anak
kecil diantara kami, dan tidak mengenal hak orang berilmu diantara
kami.”

Ibnu Hazm menukil ijma atas wajibnya menghormati dan


memuliakan para ulama.

Termasuk diantara adab yang harus dijaga oleh seorang


penuntut ilmu terhadap gurunya adalah, tawadhu kepada guru,
sungguh-sungguh belajar dengannya, tidak berpaling darinya,
memperhatikan sopan santun saat berbicara bersamanya, jika ia
membicarakan tentangnya, ia memuliakannya tanpa berlebih-
lebihan, sesuai dengan kedudukannya, supaya justru tidak
memperburuk citranya dengan maksud memujinya. Hendaklah
seorang murid berterima kasih atas pengajaran ilmu kepadanya dan
selalu mendoakannya. Jangan menunjukkan sikap tidak butuh
dengannya, jangan menyakitinya baik dengan perkataan atau
perbuatan dan hendaklah berlemah lembut dalam memberitahu
kesalahannya jika gurunya tersebut melakukan kesalahan.

20 Kiat Menuntut Ilmu 42


Diantara yang layak untuk disampaikan terkait hal ini
adalah mengetahui apa saja kewajiban kita terhadap kesalahan
para ulama. la ada enam perkara:

Pertama, memastikan terlebih dahulu bahwa kesalahan


tersebut benar-benar dilakukannya.

Kedua, memastikan bahwa apa yang dilakukannya itu benar-


benar kesalahan. Dan ini adalah tugas para ulama, maka
hendaknya ditanyakan kepada mereka.

Ketiga, tidak mengikutinya dalam kesalahan tersebut.

Keempat, mencari uzur untuknya dengan takwil yang dapat


diterima.

Kelima, memberi nasehat dengan Iemah-lembut dan rahasia,


tidak dengan kasar dan terang-terangan.

Keenam, tetap menjaga kehormatan mereka, tidak dijatuhkan


kemuliaannya dari hati manusia.

Kemudian diantara yang perlu untuk diingatkan dalam


masalah menghormati ulama adalah, perbuatan yang ter|ihat
seperti menghormati. akan tetapi justru menghinakan dan
melecehkannya, seperti berdesak-desakan kepada seorang

20 Kiat Menuntut Ilmu 43


alim, sehingga menyempitkannya dan membuatnya berada di
jalan yang sulit.

Faidah:

1. Seorang penuntut ilmu wajib memuliakan ahli ilmu.


2. Diantara bentuk memuliakan ahli ilmu adalah dengan bersikap
tawadhu.
3. Jika guru atau ahli ilmu berbuat salah maka harus ditabayun
terlebih dahulu dan tidak boleh langsung memberikan vonis.
4. Bedakan antara keselahan dalam perkara ushuluddin atau furu’.
5. Bila memang benar salah maka berilah nasehat dengan lemah
lembut
6. Tetap menghormati guru dan tawadhu dihadapannya.

20 Kiat Menuntut Ilmu 44


Kiat Kelima Belas: Merujuk Ahli Ilmu dalam Urusan yang Sulit

Dalam memecahkan permasalahan yang sulit, seorang yang


mengagungkan ilmu selalu merujuk kepada para ahli ilmu yang
sangat pakar. Ia tidak membiarkan dirinya menangani permasalahan
yang tidak ia sanggupi, karena khawatir terjatuh pada perbuatan
berbicara atas Allah tanpa ilmu dan berdusta atas agama. Ia takut
kepada kemurkaan Allah sebelum takut kepada hukuman penguasa.
Sesungguhnya para ulama itu berbicara dengan ilmu dan diam
dengan pandangan yang tajam. Jika mereka berbicara dalam urusan
yang sulit itu, maka hendaklah engkau berbicara dengan perkataan
mereka. Jika mereka diam, maka hendaklah dirimu pun diam.

Urusan yang paling rumit adalah fitnah-fitnah yang baru terjadi


dan permasalahan-permasalahan kontemporer yang semakin banyak
seiring dengan perkembangan zaman.

Orang-orang yang selamat dari api fitnah dan cobaan adalah


mereka yang segera merujuk kepada para ulama dan melazimi
perkataan mereka. Jika ada yang samar dari perkataan mereka, ia
berbaik sangka kepada mereka, membuang pendapatnya sendiri dan
mengambil pendapat mereka, karena mereka memiliki pengalaman.
Jika pendapat mereka berbeda-beda, ia mengambil pendapat

20 Kiat Menuntut Ilmu 45


mayoritas dan kebanyakan dari mereka, dalam rangka mendahulukan
keselamatan, karena tidak ada yang setara dengan keselamatan.

Sungguh indah perkataan Ibnu ‘Ashim dalam Murtaqa al


Wushul. “Dan yang wajib dalam urusan yang sulit difahami … Kita
berbaik sangka terhadap ahli ilmu”

Termasuk diantara urusan yang sulit adalah meluruskan


kesalahan para ulama dan membantah perkataan-perkataan batil
kalangan ahli bi’dah dan pelanggar syariat. Yang layak berbicara
dalam urusan itu hanya para ulama yang kuat. Sebagaimana hal ini
dijelaskan oleh Asy Syathiby dalam “Al Muwafaqat” dan Ibnu Rajab
dalam “Jami’ al Ulum wa al Hikam.”

Intinya, jalan yang selamat adalah, merujuk kepada para ulama


yang dalam keilmuannya dalam urusan tersebut dan berpegang
dengan pendapat mereka di dalamnya.

Faidah:

1. Betapa pun pandainya kita, kita tetap akan dihadapkan dengan


permasalahan yang sulit dijalan ilmu, maka perlu bimbingan
adan arahan dari guru.
2. Tidak hanya jawaban yang tepat melalui jalur dalil atau nash
secara tegas, guru yang mumpuni akan menimbang dari

20 Kiat Menuntut Ilmu 46


berbagai hal dalam menerangkan atau memecahkan perkara
yang sulit.
3. Seringnya guru beda dalam memberikan kesimpulan suatu
perkara antara saat mengajari hukum suatu perkara dengan
memberi fatwa terkait suatu perkara.
4. Permasalahan sulit paling layak diselesaikan oleh ahli ilmu,
karena mereka akan melalui istirqo atau penelitian
komprehensif untuk memecahkan masalah tersebut.

20 Kiat Menuntut Ilmu 47


Kiat Keenam Belas : Menghormati Majelis Ilmu dan Memuliakan
Kitab

Majelis para ulama itu seperti majelis para Nabi ‘alaihimus


salam. Sahl bin Abdillah berkata, “Siapa saja yang ingin melihat
majelis para nabi, hendaklah ia melihat kepada majelis para ulama.
Seorang laki-laki datang kemudian berkata, “Wahai fulan, bagaimana
menurutmu seorang laki-laki yang bersumpah atas istrinya dengan ini
dan itu?” ia menjawab, “Istrinya tertalak.” Datang lagi yang lain
mengatakan, “Wahai fulan, bagaimana menurutmu seorang laki-laki
yang bersumpah atas istrinya dengan ini dan itu?” Ia menjawab, “Dia
tidak melanggar sumpahnya dengan perkataan ini.” Ilmu seperti ini
tidak dimiliki kecuali oleh seorang Nabi atau Alim. Maka ketahuilah
olehmu hal itu bagi mereka.”

Maka dari itu, penuntut ilmu harus mengetahui hak dari majelis-
majelis ilmu. Ia duduk padanya dengan adab, memperhatikan kepada
sang guru seraya melihat ke arahnya, tidak menoleh darinya kecuali
karena darurat, tidak bergerak karena suatu keributan yang ia
dengar, tidak berbuat sia-sia dengan tangan atau kakinya, tidak
bersandar di hadapan gurunya, tidak bersandar dengan tangannya,
tidak banyak berpindah dan bergerak, tidak berbicara dengan orang

20 Kiat Menuntut Ilmu 48


yang di sampingnya, jika bersin ia merendahkan suaranya, jika
menguap ia menutup mulutnya setelah berusaha untuk menahannya.

Selain menghormati majelis ilmu, wajib juga memuliakan


tempat penyimpannya, yaitu kitab. Sepantasnya bagi penuntut ilmu
menjaga kitabnya, merawatnya, memuliakannya dan memberi
perhatian terhadapnya, tidak menjadikannya sebagai tempat untuk
menyimpan sesuatu, tidak memukul-mukulnya, jika meletakkannya ia
letakkan dengan lembut dan perhatian. .

Ishaq bin Rahawaih suatu hari melempar kitab di tangannya.


Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal melihatnya dan marah. Beliau
berkata, “Apakah seperti itu perlakuan kepada perkataan orang-
orang baik?”

Hendaknya tidak bersandar kepada kitab atau meletakkannya di


hadapan kedua kakinya. Jika ia sedang membacanya di hadapan sang
guru, ia mengangkatnya dari lantai dan memegangnya dengan kedua
tangannya.

Faidah:

1. Majelis ulama itu bak majelis para Nabi, wajib bagi kita untuk
memuliakan dan menjaga adab Ketika berada di dalam majelis
ilmu.

20 Kiat Menuntut Ilmu 49


2. Setiap muslim haruslah menghormati majelis ilmu dengan jaga
adab Ketika menghadirinya.
3. Walau ngaji via online, itu juga termasuk menuntut ilmu, maka
jaga juga adab Ketika ngaji agar dapat meraih banyak ilmu dan
keberkana ilmu
4. Meskipun majlis ilmu yang dihadiri adalah majelis ilmu yang
ramai dan banyak orang, adab di majelis ilmu tetap harus dijaga.
5. Kitab yang dipelajari hendanya selalu dijaga dan dirawat dengan
baik serta jangan meletakkannya di sembarang tempat.
6. Diantara adab buruk seorang penuntut ilmu adalah meletakkan
kita disembarang tempat bahkan terkadang menjadikkanya
sebagai bantal untuk tidur.

20 Kiat Menuntut Ilmu 50


Simpul Ke Tujuh Belas : Membela Ilmu dan Menjaga Majelis
Ilmu

Sesungguhnya ilmu memiliki kehormatan yang besar yang


mewajibkan kita untuk membelanya terlebih apabila martabat ilmu
direndahkan dengan tindakan yang tidak layak.

Dan telah nampak jelas pembelaan ini dikalangan ahli ilmu,


diantara bentuk nyatanya adalah dengan membantah orang-oranng
yang menyimpang dari kebenaran. tentunya setelah jelas bahwa yang
ia lakukan adalah penyimpangan secara syariat, maka ia perlu
dibantah siapapun ia dan bagaimanapun kedudukannya. Sebagai
bentuk menjaga keagungan agama serta nasehat bagi kaum
muslimin.

Diantara bentuk lainnya adalah menghajr atau membaikot ahli


bid’ah, sebagaimana yang disampaikan oleh Abu Ya'la Al Farra'
bahwa hal ini adalah ijma dikalangan para ulama. Maka tidak boleh
mengambil ilmu dari ahli bidah, namun bila terpaksa maka
dibolehkan. Sebagaimana para hali hadits terkadang mengambil ilmu
dari mereka (karena terpaksa).

Dan menegur serta mendisiplinkan murid yang kurang beradab,


bahkan apabila sang guru butuh untuk mengeluarkan sang murid dari

20 Kiat Menuntut Ilmu 51


majlisnya sebagai teguran baginya maka itu dibolehkan, sebagaiman
yang dilakukan oleh Syu'bah rahimahullah terhadap Affan bin Muslim
dalam majlisnya. (sebagai bentuk menjaga ilmu dan majlis ilmu)

Dan terkadang menegur murid dengan tidak menghadapkan


wajah kepadanya selama pelajaran, dan tida menjawab pertanyan-
pertanyaanya karena diam adalah jawab baginya. Sebagaimana yang
demikian itu telah dikatakan oleh Al A'masy rahimahullah.

Kami pernah melihat hal seperti ini banyak dilakukan oleh guru-
guru kami, diantaranya adalah syeikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah
ketika ditanya tentang hal yang tidak bermanfaat maka beliau
enggan menjawabnya dnn menyuruh qori untuk melanjutkan
bacaannya, atau terkadang menjawab namun berbeda dengan
maksud si penanya.

Faidah:

1. Wajib bagi kita untuk menjaga agama, ilmu dan mejelis ilmu
terutama dari para ali bid’ah.
2. Diantara perusak ilmu adalah merebaknya ahli bidah dan ahli
kalam.
3. Tidak boleh mengambil ilmu dari ahli bidah, namun bila terpaksa
maka dibolehkan. (Sebagian ahli hadis demikian)

20 Kiat Menuntut Ilmu 52


Simpul Ke Delapan Belas : Menjaga Etika dalam Bertanya

Ketika seorang murid bertanya akan suatu permasalahan


hendaknya ia menjauhi isu-isu yang menimbulkan keributan, serta
menjaga wibawa seorang alim atau gurunya tersebut. Karena ada
sebagian murid yang bertanya dengan tujuan membuat keributan
dan menimbulkan fitnah serta menyebarkan keburukan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bertanya:

1. Memikirkan kenapa bertanya.

Jadikanlah niat bertanya untuk belajar dan menambah


pemahaman, karena sesungguhnya jeleknya maksud dalam
bertanya akan menghilangkan keberhakan ilmu. Dan terhalang
dari manfaat ilmu tersebut.

2. Pandai dalam memilih masalah yang akan ditanyakan, dan


jangan bertanya tentang hal-hal yang tidak bermanfaat. Baik
karena masalah itu sukar atas dirimu atau karena masalahnya
itu sendiri.

Contohnya adalah bertanya tentang hal-hal yang belum terjdi,


atau yang tidak terjadi kepada setiap orang atau yang terjadi
khusu untuk suatu kaum dan tidak untuk kaum lainnya.

20 Kiat Menuntut Ilmu 53


3. Melihat kondisi syaikh atuu guru yang mau ditanyai, jangan
sampai bertanya saat ia sibuk dengan hal yang lain. (pilihlah
waktu yang kondusif)

Seorang lelaki bertanya kepada Ibnu Mubarak tentang sebuah


hadits sedangkan beliau sedang berjalan, maka beliu berkata,

ِ ‫َوقي‬
‫العلْم‬ ِ ْ ‫َليْ َس هذا ِم ْن ت‬

"Ini bukanlah bentuk memuliakan ilmu"

4. Mengemas pertanyaan dengan baik dan sopan. seperti


menggunakan kata-kata yang baik, mendo’akan untuk sang
guru sebelum bertanya, menggunakan panggilan
penghormatan, dan lain-lain.

Faidah:

1. Seorang penuntut ilmu harus beradab Ketika bertanya


kepada gurunya.
2. Bertanyalah bila memang tidak tahu, bukan tujuan untuk
menguji guru.
3. Penuntut ilmu yang baik akan berusaha mencari jawaban
atas masalah-masalah yang ia temui.

20 Kiat Menuntut Ilmu 54


4. Bila setelah berusaha mencari jawaban akan sebuah
permasalahan dan tidak mendapatkan jawaban maka barulah
ia bertanya kepada guru.
5. Bila mendapatkan jawaban atas sebuah permasalahan
setelah menjacari kesana dan kemari bisa juga ditanyakan
kepada guru akan hasil jawaban yang telah kita temui.
6. Bertanya adalah kunci ilmu, dan malu bertanya adalah
sumber kerusakan dalam ilmu dan amal.

20 Kiat Menuntut Ilmu 55


Simpul Ke Sembilan Belas: Memenuhi Hati dengan Kecintaan
Terhadap Ilmu

Seorang yang menuntut ilmu dengan benar maka seharusnya


hatinya dipenuhi kecintaan atasnya. Hatinya tidak disibukkan dengan
selainnya sehingga melalaikan dirinya dari menuntut ilmu. Dan
tidaklah seeroang itu dapat meraih derajat ilmu yang tinggi
melainkah ia telah merasakan manisnya belajar.

Manisnya ilmu itu dapat diraih dengan tiga perkara,


sebagaimaan yang disebutlan oleh Ibnu Qoyyim rahimahullah,

1. Mengerahkan segala usaha dan upaya dalam belajar.


2. Menggunakan metode yang benar dalam belajar.
3. Niat yang tulus dan ikhlas dalam menuntut ilmu.

Dan ketiga hal di atas tidak akann sempurnya kecuali dibarengi


dengan melawan hal-hal lain yang dapat menyibukkan hati seorang
penuntut ilmu (lalai dari belajar).

Sesungguhnya nikmatnya ilmu itu lebih tinggi dibandingkan


nikmat menjadi seorang raja dan hakim dan bahkan nikmat tersebut
amat sangat diingkan dan diharapkan oleh begitu banyak jiwa.

Ibrahim bin Adham rahimahullah berkata,

20 Kiat Menuntut Ilmu 56


ِ ‫َلو يع َلم امل ُلو ُك و َأبنَاء امل ُلو ِك ما نَحن فِي ِه ِمن الن َِّعي ِم ََلا َلدُ ونْا َع َلي ِه بِالسيو‬
‫ف‬ ْ ُ ُّ ْ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ

"Seandainya para raja dan anak-anak mereka tahu apa yang kami
rasakan (kebahagiaan menuntut ilmu-pen) tentu mereka akan
memenggal kami dengan pedang".

Ada seseorang yang berkata kepada Abu Jafar Al Manshur


(khalifah Aabbasiyah yang terkenal, yang kekuasaanya meliputi timur
dan bara), "Adakah yang tersisa dari nikmat dunia ini yang belum
engkau raih?" Maka beliau menjawab, "Ada satu hal yaitu aku ingin
duduk dan di sekelilingku ada para pencari hadis"

Maksudnya adalah beliau ingin menjadi alim yang duduk untuk


mengajarkan hadis kepada orang lain, berbeda dengan saat ini yang
mana beliau duduk sebagi khalifah.

Pun demikian dengan raja Faishal rahimahullah beliau pernah


berujar,

‫َل ْو ََلْ َأ ُك ْن ملك ًا َل ُكن ْ ُت ُم َع ِّل ًَم‬

"Andai tak bertahta raja, menjadi guru-lah peran yang ku damba."

20 Kiat Menuntut Ilmu 57


Faidah:

1. Seorang penuntut ilmu sejati ia akan memenuhi hatinya dengan


kecintaan terhadap ilmu.
2. Bila cinta ilmu telah terpatri di dalam hati niscaya seberat
apapun jalan menuntut ilmu akan terasa ringan bahkan nikmat.
3. Jauhilah hal-hal yang dapat melalaikan diri dari ilmu dan mejelis
ilmu.
4. Diantara fitnah terbesar di zaman ini adalah kaum muslimin lalai
dari ilmu dan majelis ilmu dikarenakan tidak bisa bijak dalam
menggunakan gadget semisal HP, TV, laptop dan sesmisalnya.
5. Menjadi da’i atau guru agama adalah profesi yang amat mulia
baik di dunia maupun di akherat. Dan profesi ini tidak bisa diraih
tanpa adanya cinta kepada ilmu di hati kita.

20 Kiat Menuntut Ilmu 58


Simpul Ke Dua Puluh: Menjaga Waktu dalam Menuntut Ilmu

Ibnul Jauzi rahimahullah dalam kitab Shaidul Khatir berkata,


"Seorang insan hendaknya mengetahui kemulian waktu yang ia miliki,
betapa banyak waktu yang ia miliki, maka janganlah ia sia-siakan
sedikitpun dari waktunya dalam perkara yang tidak mendekatkan
dirinya (kepada Allah), dan dendaknya dia memanfaatkan waktunya
untuk hal yang paling utama baik dari amalan ataupun perkataan"

Dari sini kita bisa jumpai betapa besar penjagaan ulama akan waktu
yang ia miliki, bahkan Muhammad bin Abdul Baqi Al Barroz
rahimahullah sempat berkata,

ٍ ‫يف ََل ْ ٍو َأ ْو َل ْع‬ِ ِ


‫ب‬ ْ ‫َما َض َّي ْع ُت َسا َع ًة م ْن ُع ْم ِري‬

"Aku tidak pernah menyia-nyiakan sesaat pun dari umurku dalam


kelalaian dan permainan"

Abul Wafa bin Aqil rahimahullah (penulis kitab Al Funun yang


berjumlah 800 jilid) berkata,

‫إِ ِِّّن َال ََيِ ُّل َِل َأ ْن ُأ ِضيْ َع َسا َع ًة ِم ْن ُع ْم ِري‬

20 Kiat Menuntut Ilmu 59


"Sungguh aku tidak pernah menghalalkan bagi diriku untuk menyia-
nyiakan sesaat pun dari umurku."

Maka jagalah waktumu duhai para penuntut ilmu.. Sungguh amat


tepat yang disampaikan oleh Al Waziir Ibnu Hubairah rahimahullah
sebagai nasihat untukmu,

Waktu amatlah berharga disaat dirimu senantiasa menjaganya

Namun Aku melihat lebih mudah bagimu untuk menyia-nyiakannya.

Faidah:

1. Penuntut ilmu yang sukses adalah mereka yang dapat mengatur


waktu belajar mereka dengan baik dan menjalankannya dengan
disiplin serta istiqomah.
2. Kita dan para ulama sama-sama memiliki waktu 24 jam dalam
sehari, hanya saja penggunaan waktu antara kita dan mereka
sangatlah jauh berbeda.
3. Seorang yang memiliki perhatian terhadap waktu tentunya akan
bersedih bila ternyata ia tekah menghabiskan banyak waktu
untuk hal yang sia-sia atau tidak bermanfaat.

‫تم بحمد اهلل وتوفيقه‬

20 Kiat Menuntut Ilmu 60

Anda mungkin juga menyukai