20 Kiat
Menuntut
Ilmu
(Terjemah Bebas dan Faidah dari kitab Khulashah Ta’dhimul Ilmi karya
syaikh Shalih bin Abdillah Al ‘Ushoimi hafidzahullah)
اَّلل الَ َين ْ ُظ ُر إِ ََل ُص َو ِر ُك ْم َو َأ ْم َوالِ ُك ْم َو َل ِك ْن َين ْ ُظ ُر إِ ََل ُق ُلوبِ ُك ْم َو َأ ْع ََملِ ُك ْم
َ َّ إِ َّن
ِ ِ
اَّلل
ٰ َش ٌء ممَّا َيكره ُ ب َأ ْن َي
ْ َ دْخله النُّ ْور َو فيْه ٍ َْح َرا ُم َع ََل َقل
“Hati kan terhalang dari cahaya, jika padanya bersarang apa-apa yang
Allah tidak sukai.
Faidah:
ۡ ۟ ۟
ِۤ یۤلَهُۤٱ
َۤلدۤی َۤنۤ ُحنَ َفاء َۤوَماۤۤأ ُِمُۤرواۤإِاَّل ۤۤلِیَۤ ۡعبُ ُدوۤاۤٱ ا
ِۤ ِّللَۤ ُُمل
َۤ ص
"Amal itu tergantung kepada niat, dan setiap orang akan mendapatkan
pahala sesuai niatnya.”
"Karena Allah itu berat. Telah dijadikan aku cinta terhadapnya maka
aku pun mencarinya.”
Faidah:
Imam Ahmadl, kala beliau masih kecil, Ketika beliau ingin keluar
rumah untuk pergi menghadiri majlis-majlis para masyayikh, padahal
fajar belum juga terbit. Namun sang ibunda merasa kasihan
kepadanya, seraya memegang pakaiannya ia pun berkata,
“Tunggulah sampai dikumandangkan azan atau datang waktu pagi.”
Faidah:
“Apakah hari ini ilmu lebih banyak atau pada waktu yang lalu?” ia
berkata, “Hari ini perkataan lebih banyak, dan ilmu pada waktu lalu
lebih banyak.”
Faidah:
Tak ada yang dapat meraih seluruh tujuan sekali pun dalam seribu
tahun …
Jalan ilmu yang benar itu terbangun diatas dua pondasi, siapa
saja yang mengambil keduanya berarti ia telah mengagungkan ilmu,
karena ia mencarinya melalui jalan yang benar-benar akan
mengantarkannya kepada ilmu itu.
Objek yang diajak bicara dalam hadis ini umum, maka telah
menjadi ciri khas bagi umat ini, bahwa ilmu diambil oleh orang
belakangan dari orang yang terdahulu.
Faidah:
Faidah:
Allah berfirman,
ا ۡ ِ
ل َۤ اۤسنُل ِۤقیۤ َعۤلَۡۤی
ًۤ كۤقَ ۡوَّلۤثَِۤقی َ ۤإَّن
ۡ ۡ ۡ
ۤس ۡرََّۤنۤٱل ُقۡۤرۤءَا َۤنۤۤلِل ِذك ِر
َۤولَ َق ۤدۤۤیَ ا
ِ لص َغ
ار ِ ِ ْ َِط َعا ُم ال َكب
ِّ ي َسم ل
Faidah:
َ۟ ط
وا ۟ واَوصاب ُر
ُ واَوَرَاب َ۟ واَٱصۡ ب ُر
۟ ُیَـَأَیَهاَٱلَّذَینََءامن
Allah berfirman,
Yahya bin Abi Katsir juga berkata, “Ilmu tidak akan diraih
dengan jasad yang kerap bersantai-santai.” Dengan sabar, seseorang
akan selamat dari buruknya kebodohan, dengannya didapatkan
lezatnya ilmu.
Faidah:
ِ ب َت ْفهم
العلْم َ َ ِ بِاْلَ َد
Faidah:
1. Salah satu kinci utama meraih ilmu adalah adab, terutama adab
kepada ilmu, kepada guru, dan kepada kitab yang dimiliki.
2. Adab baik seseorang itu menjadi poros kebahagiaan dan
keberuntungan seseorang, begitu pula kebalikannya ketika
orang tidak memiliki adab itu tanda kesengsaraan badinya.
3. Adab adalah hal yang selalu diperhatikan oleh ulama sebelum
mengajarkan ilmu.
4. Banyak penuntut ilmu di zaman ini gagal merail ilmu karena
tidak beradab.
Siapa saja yang tidak menjaga ilmu, maka ilmu tidak akan
menjaganya. Hal itu dikatakan oleh Imam Asy-Syafi’i. Seorang
penuntut ilmu yang mencacati wibawanya sendiri, berarti ia telah
merendahkan ilmu, tidak mengagungkannya dan terjatuh kepada hal
yang tidak pantas, sehingga identitas ilmu akan hilang dari dirinya.
Maka dari itu, diantara adab seorang penuntut ilmu yang harus
ia wujudkan dalam dirinya adalah, menghiasi diri dengan kewibawaan
dan tindakan-tindakan yang membawa kepadanya, serta menjauhi
hal-hal yang dapat mencacatinya, seperti memotong janggut, terlalu
banyak melirik saat di jalan, menselonjorkan kaki di hadapan orang-
orang tanpa ada keperluan atau darurat, berteman dengan orang-
orang rendah, fasik, pengangguran, atau bermain-main dengan para
remaja dan anak-anak kecil.
Faidah:
Faidah:
ࣰ
َوإ ۡذَقالَ ُموسىَلفَتىَهََُلَأ ۡبر ُحَحتَّىَأ ۡبلُغَم ۡجمعَٱ ۡلب ۡحرََۡینََأ ۡوَأمۡ ضَیََ ُحقُبا
Yang dimaksud adalah Yusa bin Nun, dan ia bukan budak Nabi
Musa. Ia adalah murid dan pengikut Nabi Musa, namun Allah
menyebutnya sebagai budak karena hal itu.”
Faidah:
Faidah:
Maka dari itu, penuntut ilmu harus mengetahui hak dari majelis-
majelis ilmu. Ia duduk padanya dengan adab, memperhatikan kepada
sang guru seraya melihat ke arahnya, tidak menoleh darinya kecuali
karena darurat, tidak bergerak karena suatu keributan yang ia
dengar, tidak berbuat sia-sia dengan tangan atau kakinya, tidak
bersandar di hadapan gurunya, tidak bersandar dengan tangannya,
tidak banyak berpindah dan bergerak, tidak berbicara dengan orang
Faidah:
1. Majelis ulama itu bak majelis para Nabi, wajib bagi kita untuk
memuliakan dan menjaga adab Ketika berada di dalam majelis
ilmu.
Kami pernah melihat hal seperti ini banyak dilakukan oleh guru-
guru kami, diantaranya adalah syeikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah
ketika ditanya tentang hal yang tidak bermanfaat maka beliau
enggan menjawabnya dnn menyuruh qori untuk melanjutkan
bacaannya, atau terkadang menjawab namun berbeda dengan
maksud si penanya.
Faidah:
1. Wajib bagi kita untuk menjaga agama, ilmu dan mejelis ilmu
terutama dari para ali bid’ah.
2. Diantara perusak ilmu adalah merebaknya ahli bidah dan ahli
kalam.
3. Tidak boleh mengambil ilmu dari ahli bidah, namun bila terpaksa
maka dibolehkan. (Sebagian ahli hadis demikian)
ِ َوقي
العلْم ِ ْ َليْ َس هذا ِم ْن ت
Faidah:
"Seandainya para raja dan anak-anak mereka tahu apa yang kami
rasakan (kebahagiaan menuntut ilmu-pen) tentu mereka akan
memenggal kami dengan pedang".
Dari sini kita bisa jumpai betapa besar penjagaan ulama akan waktu
yang ia miliki, bahkan Muhammad bin Abdul Baqi Al Barroz
rahimahullah sempat berkata,
Faidah: