Kitab ini telah disyarah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin,
ditulis oleh Khauri Said.
Kitab ini sangat penting bagi penuntut ilmu, karena berisi adab-abad
sebagai penuntut ilmu (dengan teman, kepada guru, terhadap ilmu dst).
ADAB adalah 2/3 ilmu. Karena disetiap disiplin ilmu ada adabnya.
Dahulu, para penuntut ilmu mengeluarkan biaya dan usaha yang tidak
sedikit untuk mendapatkan ilmu, namun ilmu mereka berkah.
Sekarang ini mudah bagi kita akses ilmu namun ilmunya tidak berkah…
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Surat At-Taubah (9) Ayat 122
“Barang siapa keluar dalam rangka menuntut ilmu, maka dia berada di
jalan Allah sampai ia kembali.”
Duduknya kita dalam majelis ilmu adalah dalam rangka membela agama
Allah.
Ilmu tidak ada sesuatu apapun (ibadah sunnah) yang bisa menandingi
menuntut ilmu asal niatnya benar (Imam Ahmad).
Niat dikatakan benar bila ketika dia niatkan untuk angkat kebodohan
dirinya dan orang lain (dengan cara disampaikan).
Allah berfirman,
“Sesungguhnya segala amalan itu tidak lain tergantung pada niat; dan
sesungguhnya tiap-tiap orang tidak lain (akan memperoleh balasan dari)
apa yang diniatkannya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Dalam sebuah hadits ada tiga golongan yang pertama kali diseret ke dalam
neraka, salah satunya adalah penuntut ilmu yang tidak ikhlas.
Riyatul syirik, adalah riya yang sebagian karena Allah dan sebagian
bukan karena Allah.
♦️1. Niatkan saat menuntut ilmu adalah ini adalah perintah Allah.
♦️2. Niatkan untuk menjaga syariat Allah
♦️3. Niatkan untuk membela syariat Allah
♦️4. Niatkan untuk ikuti semua yang disampaikan oleh Nabi ﷺ
Tergelincirnya para penuntut ilmu kadang terjadi bila dia ingin bahas
sesuatu yang buat dia terkenal.
Sufyan Ats Tsauri, “Dulu kami dimudahkan paham Al Qur’an, tapi setelah
aku sering terima hadiah dari pemimpin maka sekarang aku sulit
memahami Al Qur’an.”
Itulah sebabnya para ulama yang sholeh tidak mudah menerima hadiah
dari pemimpin.
Kerahkan segala kemampuan untuk ikhlas. Dan harus ada ketakutan yang
besar agar tidak jatuh kepada hal yang hilangkan keikhlasan.
Tidak ada sesuatu yang berat yang aku obati kecuali menjaga keikhlasan
(Imam Ats Tsauri).
♦️ikhlas dan
Allah ﷻberfirman.
ًۭ ُغف
ور َّر ِح ًۭيم َّ ٱَّللُ َو َي ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُو َب ُك ْم ۗ َو
َ ُٱَّلل َّ َقُ ْل ِإن ُكنت ُ ْم ت ُ ِحبُّون
َّ ٱَّللَ فَٱت َّ ِبعُونِى يُحْ ِب ْب ُك ُم
Ayat ini adalah bukti nyata kepada Rasulullah ﷺ,terutama dalam masalah
agama.
Matan lanjutan
Dua syarat diatas adalah dua dasar yang harusnya menghiasi ibadah
seseorang. Dua perkara ini jadi mahkota seseorang
Seseorang penuntut ilmu (sudah ikuti majelis ilmu), *hendaknya untuk
bertakwa* kepada Allah baik dalam kesendirian maupun dalam kondisi di
muka umum.
Allah berfirman,
س ِيـَٔاتِ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم َ ٱَّللَ يَجْ َعل لَّ ُك ْم فُ ْرقَا ًۭنًا َويُك َِف ْر
َ عن ُك ْم َّ وا۟ ُيَ ٰـٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا ِإن تَتَّق
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan
memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari
kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Surat Al-Anfal
(8) Ayat 29
Furqan bisa diperoleh dengan ilmu dan ilmu diperoleh dengan belajar.
Furqan juga bisa didapat dari firasat seorang mukmin.
Contoh firasat adalah apa yang Umar bin Khaththab dapat ilham tentang
pengharaman khamr dan wajibnya menutup aurat dengan hijab.
Perhiasan selanjutnya
Orang-orang yang ikuti salafus sholeh harus dalam semua hal agama
(adab, akhlak, muamalah, ibadah, aqidah dst).
Dan banyak orang yang mengaku salafi (pengikut salafus shaleh) namun
tidak mengikuti semua bab atau hal yang dilakukan oleh para salafus
shaleh.
Sebagai penuntut ilmu, Jadi lah orang yang unggul dalam ikuti jejak
Rasulullah ﷺ.
Dalam perkara apapun dan *tinggalkan debat.*
Imam Ad Daaruqudny – tidak ada yang aku benci melebihi ilmu kalam.
1. Apabila ada nash yang jelaskan sifat Allah dan sesuai akal maka
dibenarkan.
2. Sifat Allah dalam Al Qur’an dan Sunnah yang tidak sesuai dengan akal,
maka ditolak. Dengan cara yang halus (takwil) atau kasar.
3. Apabila ada nash yang menceritakan sifat Allah namun akal tidak
sampai maka mereka berdiam diri.
Bagi mereka akal lebih tinggi dari naql (Al Qur’an dan Sunnah).