Anda di halaman 1dari 5

IMPLEMETASI JIHAD SECARA KONTEKSTUAL DI BIDANG

PENDIDIKAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam


yang dibina oleh Titis Thoriquttyas, M.Pd.I.

Di susun oleh kelompok 1:


1. 210153602003 KHOIRUN NISA'
2. 210153602012 RIANGGRA DINI PRATIWI
3. 210153602005 SHARLA FATISYAH
4. 210153602010 TRIXIE ANATASYA ADELLA SAVIRA
5. 210151601914 PRETIY AYUNI SUPRIADI

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
Desember 2021
A. Pengertian Jihad

Dalam perspektif islam pengertian Jihad (‫ )دﺎﮭﺟ‬adalah berjuang dengan sungguh-sungguh


menurut syariat Islam. Jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu
menegakkan agama Allah atau menjaga agama tetap tegak, dengan cara-cara yang sesuai
dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran.

Pengertian Jihad secara bahasa Indonesia artinya "usaha dengan segala daya upaya untuk
mencapai kebaikan", usaha sungguh-sungguh membela agama Islam dengan mengorbankan
harta benda, jiwa, dan raga, dan perang suci melawan orang kafir untuk mempertahankan
agama Islam dengan syarat tertentu (KBBI).
‌Pengertian Jihad atau jahada (Arab: ‫ ) جهاد‬secara bahasa Arab artinya sungguh-sungguh.
‌Menurut salah seorang sahabat Nabi Saw, Ibnu Abbas, secara bahasa jihad berarti
“mencurahkan segenap kekuatan dengan tanpa rasa takut untuk membela Allah terhadap
cercaan orang yang mencerca dan permusuhan orang yang memusuhi”.

Pengertian Jihad secara istilah sangat luas, mulai dari berjuang membela agama Allah,
dakwah, perang melawan kaum kafir (qital), hingga berjuang mencari nafkah untuk keluarga.
Beberapa pengertian jihad secara istilah atau menurut konsep Islam adalah hadits berikut ini:

ُ‫َو ْال ُم َجا ِه ُد َم ْن َجاهَ َد نَ ْف َسهُ فِي طَا َع ِة هَّللا ِ َو ْال ُمهَا ِج ُر َم ْن هَ َج َر َما نَهَى هللاُ َع ْنه‬

“Mujahid adalah orang yang berjihad memerangi jiwanya dalam ketaatan kepada Allah dan
Muhajir adalah orang yang berhijrah dari larangan Allah.” (HR. Ahmad).

Jihad melawan orang kafir dan munafik dilakukan dengan hati, lisan, harta dan jiwa.

‫َجا ِهدُوا ْال ُم ْش ِر ِكينَ بَِأ ْم َوالِ ُك ْم َوَأ ْنفُ ِس ُك ْم َوَأ ْل ِسنَتِ ُك ْم‬

“Perangilah kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kalian.” (HR. Abu Daud, An
Nasai, dan Ahmad)

Jihada dalam pengertian perang (qital), yakni berjuang membela agama Allah (Islam) dari
permusuhan kaum kafir, disyariatkan dalam Al-Quran:

َ‫م َحتَّى اَل تَ ُكونَ فِ ْتنَةٌ َويَ ُكونَ الدِّينُ هَّلِل ِ فَِإ ِن ا ْنتَهَوْ ا فَاَل ُع ْد َوانَ ِإاَّل َعلَى الظَّالِ ِمين‬wُْ‫َوقَاتِلُوه‬

“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu hanya
untuk Allah belaka. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada
permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 193).
B. Implementasi jihad secara kontekstual dibidang Pendidikan

1. Berjihad Mencari Ilmu

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu. Perintah ini dikumandangkan
sejak awal kehadiran islam. Buktinya ayat yang pertama sekali turun berisi perintah untuk
membaca. Hal ini menunjukkan bahwa islam telah menjadikan membaca sebagai ajaran yang
sangat penting. Karena dengan membaca manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Dan
dengan ilmu pengetahuan hidup manusia akan berkembang dan maju. Manusia dapat
menciptakan kemajuan tekologi yang canggih seperti sekarang ini dikarenakan kepandaian
manusia untuk membaca. Kita sebagai umat islam harus rajin membaca karena membaca
selain banyak manfaatnya untuk menambah ilmu juga termasuk ibadah karena merupakan
perintah Allah SWT.

Berkaitan dengan dalil yang menujukkan menuntut ilmu, jihad dapat dilihat dalam firman
Allah dan hadist nabi. Imam Thabarani dalam kitabnya Al-Kabir, meriwayatkan dari Bakir
bin Ma‟ruf dari Al‟qamah, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda :

"Bagaimana halnya dengan kaum-kaum yang tidak memberi pelajaran kepada tetangga-
tetangga mereka, tidak menasehati mereka, tidak menyuruh mereka kepada ygn me’ruf dan
mencegah dari yang munka. Dan bagaimana halnya dengan kaum-kaum yang tidak belajar
dari tetangga-tetangga mereka, tidak mengambil pelajaran, dan tidak mnegambil nasehat.”

Demi Allah, Allah berfirman :


َ ‫َو َما َكانَ ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ لِيَ ْنفِرُوْ ا َك ۤافَّ ۗةً فَلَوْ اَل نَفَ َر ِم ْن ُك ِّل فِرْ قَ ٍة ِّم ْنهُ ْم‬
۞ ‫ط ۤا ِٕىفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْ ا فِى ال ِّدي ِْن َولِيُ ْن ِذرُوْ ا قَوْ َمهُ ْم ِا َذا‬
َ‫ࣖ َر َجع ُْٓوا اِلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُوْ ن‬
" Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang).
Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam
pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya jika mereka
telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya." (QS. At-Taubah 9: Ayat 122)

Dalam ayat 122 surat At-Taubah diatas terdapat dua perintah Allah kepada orang-orang yang
beriman. Pertama perintah untuk pergi ke medan perang(berperang) melawan musuh kafir.
Kedua perintah untuk memperdalam ilmu pengetahuan. Keduanya, baik pergi ke medan
perang maupun menuntut ilmu itu merupakan wajib.

Ayat diatas diawali “tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke
medan perang)” ayat ini menuntut adanya pembagian tugas. Pembagian tugas ini harus
didasari oleh kesanggupan dan kemampuan. Ada yang sanggup hanya pergi medan perang
dan ada yang sanggup hanya pergi ke medan ilmu. Dalam hadist yang lain dijelaskan bahwa
orang yang pergi dari rumahnya,mengembara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ke
tempat lain maka orang tersebut dihitung sebagai orang yang berjuang(jihad) di jalan Allah.

Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu pengetahuan baik laki-laki maupun
perempuan. Waktunya sangat panjang, yaitu dari buaian ibu sampai liang kubur. Tempatnya
bisa disekolah, dimajelis, perpustakaan , masjid, dan lain sebagainya. Orang yang menuntut
ilmu lalu mengamalkannya akan memperoleh derajat yang mulia di sisi Allah swt.
Berkaitan dengan kewajiban menuntut ilmu. Para ulama membaginya menjadi dua. Pertama
wajib ain yaitu mesti dilaksanakan oleh setiap orang islam. dalam hal ini adalah menuntut
ilmu tentang dasar-dasar agama yang prinsip yang mesti ia ketahui secara pasti. Yang
meliputi ilmu tentang keimanan kepada Allah, malaikat, rasul, kitab dan sebagainya., ilmu
tentang kewajiban beragama seperti sholat, puasa, zakat, haji dan sebagainya dan kewajiban
yang berhubungan dengan sesam manusia. Pengetahuan yang termasuk wajib ain jumlahnya
tidak banyak dan bias dipelajari oleh semua umat islam tapi sangat penting. Oleh karena itu
hukumnya wajib ain. Kedua ,wajib kifayah yaitu kewajiban yang cukup ditunaikan oleh
sebagian umat islam dalam hal ini adalah menuntut ilmu yang sifatnya memperdalam
(spesialisasi). Orang islam yang sudah berhasil memperdalam ilmu agama dengan susah
payah, mereka yang belajar di perguruan tinggi baik dalam negeri ataupun luar negeri
mendapatkan gelar akademik mereka tidak boleh berdiam diri. Ilmunya tidak boleh
digunakan untuk dirinya saja tapi ia harus sebarluaskan kepada orang lain. Maka jika mereka
telah kembali ke kampung halaman wajib mengajarkan ilmunya kepada masyarakat,
menasehati dan memberi peringatan kepada mereka agar masyarakat memperoleh
keselamatan dunia dan akhirat

2. Ilmu dan Ulama


Islam adalah agama yang mengintegrasikan ilmu dengan agama. Lebih dari itu, islam
menyeru umatnya untuk mencari ilmu tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat. Ilmu memiliki
peran penting dalam kehidupan manusia. Islam memposisikan sebagai perkara yang dapat
mengangkat martabat kemanusiaan.
Hal ini dapat kita lihat dalam (QS. Al-Mujadillah 58: Ayat 11)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala befirman:

َ‫ح هّٰللا ُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِ ْي َل ا ْن ُش ُزوْ ا فَا ْن ُش ُزوْ ا يَرْ فَ ِع هّٰللا ُ الَّ ِذ ْين‬
ِ ‫س فَا ْف َسحُوْ ا يَ ْف َس‬ ِ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قِ ْي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوْ ا فِى ْال َم ٰجل‬
‫ت َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ خَ بِ ْي ٌر‬
ٍ ۗ ‫ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم َد َر ٰج‬
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di
dalam majelis-majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."

Hal yang dipandang masih relevan dalam pembahasan peranan ilmu ini adalah ulama. Kata
ulama merupakan bentuk jama' dari kata 'aliim yaitu orang yang tahu atau yang memiliki
pengetahuan agama dan alam raya di mana pengetahuannya itu menimbulkan rasa takut atau
tunduk kepada Allah swt. Hal ini sejalan dengan firman Allah swt:
‫ۤ ۗ هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ٰ ٌ ِ‫اس َوال َّد َو ۤابِّ َوااْل َ ْن َع ِام ُم ْختَل‬
ِ ‫ف اَ ْل َوانُهٗ َكذلِ ۗكَ اِنَّ َما يَ ْخ َشى َ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْال ُعلَمٰ ُؤا اِ َّن َ ع‬
‫َز ْي ٌز َغفُوْ ٌر‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
"Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-
hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-
hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa,
Maha Pengampun." (QS. Fatir 35: Ayat 28)
Ulama adalah orang yang memiliki pengetahuan yang luas. Ulama bukanlah orang yang
hanya mengetahui hukum-hukum agama secara terbatas atau mengaji kitab fiqh dan bukan
pula orang yang memakai serban yang melintang besar. Ulama adalah orang yang benar-
benar mengetahui apa yang tertulis (kitab) dan yang tidak tertulis (alam). Dengan menguasai
keduanya maka ulama mampu menyingkap tabir kebesaran Allah dan merasa lemah
dihadapan-Nya.

Dari penjelasan diatas, bisa kita ambil kesimpulan bahwa di dalam suatu lingkungan umat
islam itu harus ada sekelompok orang islam yang mengajarkan ilmu dan sekelompok lagi
yang haus atau butuh mempelajari ilmu. Tanpa ini semua islam tidak akan bisa tegak.
Tentang betapa penting semangat keilmuan dan keutamaannya adalah sudah diketahui
bersama. Betapa tingginya kedudukan orang-orang yang berilmu. Rasulullah bersabda :

‫فضل العلم خير من فضل العبادة‬


Diriwayatkan oleh Hudzaifah bin al Yaman radhiyallahu anhu : “Keutamaan ilmu lebih baik
daripada keutamaan ibadah.” (HR. ath Thabrani didalam “al Ausath” dan al Bazar yang
dishahihkan oleh al Albani didalam “Shahih al Jami” 4090)

3. Contoh implementasi jihad dibidang Pendidikan

1) Tujuan pendidikan harus diarahkan untuk menciptakan hamba Allah yang memiliki
kualitas dzikir dan pikir yang tinggi (ulul albab).
2) Pendidik harus selalu berusaha meningkatkan kualitas diri baik aspek pedagogik,
personal, sosial maupun profesionalnya melalui otodidak, inservice education, dan
inservice training. Dalam hal ini pendidik adalah sebagai teladan peserta didik yang
memiliki sifat rabbani (generasi yang sukses, posisinya selalu berada dalam garis ajaran
Islam, dan selalu mengajak orang lain untuk dekat dengan Allah).
3) Peserta didik harus berusaha semaksimal mungkin untuk memberantas kebodohan dalam
dirinya serta meningkatkan kualitas dirinya dengan mempelajari dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dilandasi dengan keimanan, sehingga dapat
melaksanakan fungsinya sebagai khalifah Allah.
4) Menciptakan alat pendidikan yang dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing
peserta didik dalam masa pertumbuhannya agar menjadi manusia berkepribadian muslim
yang diridhai Allah SWT, seperti membuat asrama sekolah dan film religi.
5) Berusaha keras untuk melakukan pembinaan peserta didik secara terus-menerus dan
berkelanjutan dengan menciptakan lingkungan pendidikan yang religius baik di dalam
kelas maupun di luar kelas, atau di luar sekolah. Seperti melaksanakan shalat berjama’ah,
istighosah atau doa bersama sebelum dan atau sesudah melaksanakan ujian.
6) Berusaha secara maksimal mengembangkan materi atau ilmu pengetahuan Islam dengan
cara mengintegrasikan ilmu-ilmu keislaman yang telah dirumuskan para cendekiawan
muslim dengan ilmu-ilmu sekuler yang ditemukan para ilmuwan barat. Di samping itu
jihad dalam materi juga dapat dilakukan dengan istinbath (menggali) hukum syar’i yang
berkaitan dengan amaliyah manusia dari dalil tafsili (Al-Qur’an dan As-Sunnah) maupun
pendapat madzhab.

Anda mungkin juga menyukai