Anda di halaman 1dari 23

Makalah Pendididkan Agama Islam tentang

Kewajiban Menuntut Ilmu,Mengamalkan,dan


Mengajarkan Pada Orang Lain

Disusun oleh: Abdan Aji Respati

X-1-MIPA

01

SMAN 2 CIREBON

Jl. Dr Cipto Mangunkusumo No. 1 Cirebon

2017
Daftar Isi

A.Memahami Q.S.At-Taubah ayat 122 dan Hadist Relevan

1. Kewajiban dan Hukum Menuntut Ilmu


2. Kedudukan Orang yang Menuntut Ilmu dan Keutamaan-
keutamaannya
3. Kewajiban Mengamalkan Ilmu dan Menyampaikannya pada Orang
Lain

B.Implementasi Pemahaman Q.S.At-Taubah 122 dan Hadist


Relevan

1. Sikap Semangat Menuntut Ilmu


2. Sikap Semangat Mengamalkan Ilmu dan Cara menumbuhkannya
3. Sikap Semangat Menyampaikan Ilmu,serta Memahami Metode dan
Manfaatnya
4. Meneladani Tokoh-tokoh Teladan yang Semangat dalam Mencari
Ilmu

C.Kunci Sukses Mencari Ilmu

1. Hormat dan Patuh Kepada Orang Tua dan Keutamaannya


2. Hormat dan Patuh Kepada Guru
3. Ikhlas

D.Penutup

1. Kesimpulan
2. Rangkuman
3. Kamus Istilah
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga makalah
yang berjudul “Kewajiban Mencari Ilmu“ dapat tersusun dengan baik
dan di sajikan dengan baik.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita


Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa dari kegelapan hingga
seperti sekarang ini. Dan semoga kita menjadi umatnya yang akan
mendapat syafa’atnya besok di hari kiyamat. Amiin .

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan dan kelemahan yang harus di perbaiki. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifat-sifatnya membangun
sangat penulis harapkan, demi untuk perbaikan di masa yang akan
datang.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya


kepada kita semua, dan akhirnya mudah-mudahan makalah ini
walaupun sederhana dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
para pembaca pada umumnya. Amiin ya robbal ‘alamin.
A.Memahami Q.S.At-Taubah ayat 122 dan Hadist Relevan

1.Kewajiban dan Hukum Menuntut Ilmu

Setiap umat Islam,baik laki-laki maupun perempuan,wajib menuntut


ilmu.Menuntut ilmu harus dilaksanakan dengan penuh semangat dan
tidak boleh bemalas-malasan.

ُ َّ ُ ‫ان ْال‬
ْ ‫ة ِم ْن ُه‬
‫م‬ ِ ‫ون لِيَن ِف ُروا َكاف ًة ۚ َفلَ ْو ََل نَ َف َر ِمن ك‬
ٍ ‫ل فِر َْق‬ َ ‫م ْؤ ِم ُن‬ َ ‫َومَا َك‬
ْ ‫م لَ َعلَّ ُه‬
‫م‬ ْ ‫ج ُعوا إِلَ ْي ِه‬ ْ ‫ين َولِ ُين ِذ ُروا َق ْوم َُه‬
َ ‫م إِ َذا َر‬ ِ ‫ة لِيَ َت َف َّق ُهوا فِي‬
ِ ‫الد‬ ٌ ‫طَائِ َف‬
َ ‫َح َذ ُر‬
‫ون‬ ْ ‫ي‬
Artinya:

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya(ke medan


perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya”.Q.S.At-Taubah/9:122

Berdasarkan ayat di atas,umat Islam diperintahkan oleh Allah agar


memiliki semangat untuk menuntut ilmu,seperti semangatnya ketika
sedang berperang.Berperang harus semangat,apabila tidak,maka akan
mudah dikalahkan oleh musuh.Demikian juga menuntut ilmu
membutuhkan semangat,jika tidak,akan terjerumus pada
kebodohan.Kebodohan merupakan salah satu musuh terbesar
Islam.Orang yang bermalas-malasan dalam menuntut ilmu,dapat
terjerumus kedalam kebodohan.Orang yang bodoh,hidupnya akan
menjadi miskin dan kemiskinan akan menjadikan hidup
terbelakang.Bahkan kebodohan tidak hanya menyebabkan
kemiskinan,tetapi ada yang lebih berbahaya adalah kemiskinan
menyebabkan kekafiran.Ada di antara orang Islam yang berpindah ke
agama lain karena iming-iming sesuap nasi sebagai pengisi perut dalam
mempertahankan hdupnya.
2. Kedudukan Orang yang Menuntut Ilmu dan Keutamaan-
keutamaannya

Umat Islam yang bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam


menuntut ilmu Allah akan memberikan kemudahan berupa ilmu
kepadanya.Sebaliknya,tanpa ada kesungguhan,Allah tidak akan pernah
memberikan kesuksesan.Umat Islam yang bersungguh-sungguh dalam
menuntut Ilmu,selain diberikan kesuksesan oleh Allah,juga akan
diberikan kedudukan yang mulia.Kedudukan mulia tersebut adalah:
A.Diberikan Kemudahan Untuk Masuk Surga
Nabi bersabda:
‫ك مَن‬َ َ ‫سل‬
َ ‫مس طَرِي ًقا‬
ِ ‫ه يَل َت‬ ً ‫عل‬
ِ ‫ما فِي‬ َ ‫س َّه‬
ِ ،‫ل‬ َّ ‫ه‬
َ ‫َللا‬ ِ ‫ة إِلَى‬
ِ ِ‫طرِي ًقا ب‬ ِ ‫ج َّن‬
َ ‫ ال‬. (‫أبو‬
‫داود‬
Artinya:
“Barangsiapa berjalan untuk mencari ilmu maka Allah akan
memudahkannya jalan ke surga.” (HR.Muslim)
B.Terbebas dari Kebinasaan

َ ‫َللا صَلَّى ال َّن ِبي َقا‬


‫ل‬ ّ ‫ه‬ َ َّ ‫َسل‬
ِ ‫م َعلَي‬ ً ِ‫ما أَو َعال‬
َ ‫ما كن و‬ ً ّ ‫م ًعا أَو م َت َع ِل‬
ِ ‫أَو مس َت‬
‫حبًّا‬
ِ ‫سا تَكن و ََل م‬ ً ‫خا ِم‬
َ ‫ك‬َ ِ‫)بيهقى رواه( َفتَهل‬
Artinya:

“Telah bersabda Rasulullah saw : “Jadilah engkau orang yang


mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah
engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka.”
(HR.Baihaqi)

C.Dijauhkan dari Pemimpin yang Bodoh

Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu pengetahuan dengan


mencabutnya dari hambaNya,akan tetapi Ia akan mencabut Ilmu
tersebut dengan cara mencabut nyawa para Ulama,sehingga apabila
tidak ada ulama,maka orang-orang akan mengangkat pemimpin-
pemimpin yang bodoh,apabila mereka ditanya kemudian memberi
fatwa(nasihat) tanpa Ilmu Pengetahuan,maka mereka akan sesat dan
menyesatkan.(Arti dari HR.Bukhari)
D.Diangkat Derjatnya oleh Allah SWT

Ada 2 kelompok manusia yang dijanjikan oleh Allah akan diangkat


derajatnya.Kedua kelompok itu adalah Orang-orang yang beriman dan
orang-orang berilmu pengetahuan.

‫س‬
ِ ِ‫مجَال‬ َ ‫حوا فِي ْال‬ ُ ‫س‬َّ ‫م تَ َف‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َم ُنوا إِ َذا قِي‬
ْ ‫ل لَ ُك‬
ُ َّ ِ‫انش ُزوا يَر َْفع‬
‫َّللا‬ ُ ‫انش ُزوا َف‬ُ َ ‫م ۖ وَإِ َذا قِي‬
‫ل‬ ْ ‫َّللا لَ ُك‬
ُ َّ ِ‫سح‬ َ ‫حوا ي َْف‬ ُ ‫س‬َ ‫اف‬ ْ ‫َف‬
َ ُ‫ََّللا بِمَا تَ ْعمَل‬
‫ون‬ ُ َّ ‫م َد َرجَاتٍ ۚ و‬َ ‫م وَالَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِع ْل‬ ُ ‫الَّ ِذينَ آ َم ُنوا ِم‬
ْ ‫نك‬
‫خ ِبي ٌر‬
َ
Artinya:

“Hai orang-orang percaya, ketika Anda mengatakan, "dirimu " di majelis,


kemudian membuat ruang; Allah akan membuat ruang untuk Anda. Dan
ketika Anda diberitahu, "Bangunlah," kemudian timbul; Allah akan
mengangkat orang-orang yang percaya di antara kamu dan orang-orang
yang diberi ilmu, oleh derajat. Dan Allah Berkenalan dengan apa yang
Anda lakukan.”(Q.S. Al-Mujadalah/58:11).

E.Memperoleh Kebahagiaan Dunia Akhirat

Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw,yaitu:

“Barangsiapa menginginkan (kebahagiaan) dunia maka wajiblah ia


memiliki ilmunya dan barangsiapa yang menginginkan akhirat,maka
wajiblah ia memiliki ilmunya,dan barangsiapa yang (kebahgiaan)
keduanya,maka ia wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula.”(Arti
dari HR.Bukhari dan Muslim).
3.Kewajiban Mengamalkan Ilmu dan Menyampaikannya pada Orang
Lain

A.Mengamalkan Ilmu

Ilmu tidak hanya untuk dicari,tetapi juga untuk diamalkan.Ilmu harus


diwujudkan dalam kehidupan.Islam mewajibkan kita untuk
mengamalkan Ilmu yang kita miliki.Seorang pencari ilmu yang pandai
akan dianggap sebagai orang yang bodoh jika belum mengamalkannya.

Sebab tidak ada perbedaan antara orang yang berilmu dengan orang
yang tidak berilmu,kecuali terletak pada pengamalannya.

B.Menyampaikan Ilmu Kepada Sesama/Orang Lain

Ilmu berbeda dengan harta kekayaan.Sebanyak apa pun harta,kalau


terus diberikan kepada orang lain,maka harta itu akan habis.Akan tetapi
ilmu tidak demikian.Semakin banyak ilmu diberikan kepada orang
lain,maka ilmu tidak akan berkurang,sebaliknya ilmu akan terus
bertambah.

Inilah yang membuat Nabi Sulaiman lebih memilih ilmu ketika disuruh
memilih oleh Allah antara harta dan ilmu.Dengan ilmu,Nabi Sulaiman
dapat mengetahui banyak hal,termasuk mengerti bahasa hewan, angin,
dan mahluk lainnya.Dengan ilmu,,Nabi Sulaiman akhirnya memiliki
kekayaan dan harta benda sangat banyak.Nabi Sulaiman menjadi utusan
Allah yang paling kaya raya.

Orang yang memilki ilmu,wajib menyampaikan kepada orang lain.


Tidak ada ketentuan mengatur seberapa banyak ilmu mulai disampaikan
kepada orang lain.

Ilmu merupakan bentuk investasi akhirat.Amalan dari Ilmu termasuk


amal Jariyah karena perbuatan tersebut mendatangkan pahala yang
terus mengalir,walaupun pemilik ilmu tersebut telah meninggal
dunia.Namun dengan demikian,menyampaikan ilmu yang didalamnya
mengandung perintah-perintah,maka minimal harus berusaha bersama-
sama mengamalkannya.Allah murka terhadap orang yang menyuruh
orang lain tetapi dirinya tidak melaksanakan seperti apa yang
disuruhnya.Allah Swt Berfirman

َ ِ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َم ُنوا ل‬


َ ُ‫م تَ ُقول‬
‫ون مَا ََل‬
َ ُ‫تَ ْف َعل‬
‫ون‬
‫َّللا أَن تَ ُقولُوا مَا ََل‬
ِ َّ ‫عن َد‬
ِ ‫َك ُب َر م َْق ًتا‬
َ ُ‫تَ ْف َعل‬
‫ون‬
Artinya:
“Hai orang-orang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak
Anda lakukan?;Itu sangat dibenci Allah Swt,jika kamu mengatakan apa-
apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S As-Saf/61:2-3).

B.Implementasi Pemahaman Q.S.At-Taubah 122 dan Hadist


Relevan

1.Sikap Semangat Menuntut Ilmu

Seorang pelajar memiliki tugas utama untuk belajar.Orang tua yang


telah bersusah payah bekerja tanpa mengenal waktu,semata-mata
untuk membiayai proses belajar anaknya.Karena itu seorang anak wajib
mengimbangi jerih payah orang tuanya dengan belajar penuh
semangat.

Belajar dengan penuh semangat menghasilkan hasil yang optimal.


Sebaliknya,belajar dengan bermalas-malasan akan menghasilkan hasil
yang tidak optimal.Proses menuntut ilmu akan berhubungan dengan
hasil belajar.Anak yang belajar serius,penuh semangat,dan sungguh-
sungguh senantiasa berusaha meraih prestasi dengan hasil belajar
sendiri.Ia tidak mau menyontek atau bertanya kepada teman ketika
ujian,karena semua itu merupakan bentuk penipuan terhadap diri
sendiri.Selain belajar dengan penuh semangat,datang ke sekolah setiap
hari dan memperhatikan pelajar yang disampaikan guru juga merupakan
wujud atau bentuk semangat menuntut ilmu.
2. Sikap Semangat Mengamalkan Ilmu dan Cara menumbuhkannya

Semangat mengamalkan,berarti semangat menerapkan ilmu yang


dimiliki.Setiap ilmu yang diperoleh,terutama ilmu agama Islam,ada
tuntutan untuk mengamalkan dalam kehidupan sehingga menjadi
bentuk perilaku sehari-hari.Karena ilmu agama Islam itu dipelajari untuk
diamalkan.Pengamalan ilmu agama Islam semata-mata karena takwa
kepada Allah dan takwa itu wajib dilakukan dimanapun kita berada.

Cara menumbuhkan semangat mengamalkan ilmu agama Islam


yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari,diantaranya sebagai
berikut:

A.Memohon Petunjuk dan berdoa kepada Allah

B.Mencari Teman yang tekun beribadah

C.Menyadari bahwa hidup adalah untuk mencari bekal akhirat

D.Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat

E.Menjauhkan diri dari pergaulan bebas

3.Sikap Semangat Menyampaikan Ilmu

Umat Islam dilarang bersifat bakhil terhadap ilmu. Ilmu yang


diperoleh secara susah payah, akan menjadi bermakna apabila
diamalkan dan disampaikan kepada orang lain. Ilmu yang didapat boleh
dibagikan kepada teman sebaya, keluarga, dan masyarakat luas, baik
secara lisan maupun dengan perbuatan.
Penyampaian ilmu secara lisan dilakukan dengan cara seperti
presentasi, ceramah, khotbah, pidato, atau tablig akbar. Tempat
pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolah, mushala, masjid, lapangan,
atau kelompok-kelompok kecil/majelis taklim.
Penyampaian ilmu secara ltulisan, dapat dilakukan melalui selebaran,
majalah, buku, jurnal, surat kabar, dan bentuk media cetak lainnya.
Bahkan, sekarang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
penyampaian ilmu atau berdakwah dapat dilakukan melalui media
elektronik seperti radio, TV, dan internet.
Semangat menyampaikan ilmu, khususnya ajaran agama Islam,
kepada pihak lain dilakukan dengan cara yang santun, lemah lembut,
dan bijaksana. Allah Swt. berfirman :
‫ة ۖ َوجَةا ِد ْل ُهم‬ َ ‫ة ْالح‬
ِ ‫َسة َن‬ ِ ‫عََة‬
ِ ‫م ْو‬ ْ ‫ةو‬
َ ‫َال‬ ِ ‫ح ْكمَة‬ ْ ِ‫ك ب‬
ِ ‫ال‬ َ ِ‫يل َرب‬
ِ ِ‫سب‬ َ ‫ى‬ ٰ َ‫ع إِل‬
ُ ‫ا ْد‬
ُ ‫هۖو‬
‫َهة َو‬ َ ‫ل َعن‬
ِ ِ‫س ِبيل‬ َّ ‫ض‬
َ ‫م بِمَن‬ُ َ‫ه َو أَ ْعل‬ُ ‫ك‬َ َّ‫ن َرب‬َّ ِ‫ن ۚ إ‬
ُ ‫س‬ َ ‫ح‬ ْ َ‫ي أ‬ ِ ‫بِالَّتِي‬
َ ‫ه‬
َ‫م ْه َت ِدين‬ ْ ِ‫م ب‬
ُ ‫ال‬ ُ َ‫أَ ْعل‬
Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan


pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa
yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk.”(QS. An-Nahl/16:125)

Nabi Muhammad Saw. telah memberikan contoh yang nyata dalam


mendakwahkan Islam. Ada tahapan-tahapan dalam menyampaikan ilmu
agama Islam kepada orang lain, sehingga dakwah menjadi sukses,
termasuk tatkala melihat sesuatu yang tidak baik. Rasulullah Saw.
bersabda:

Artinya:

“Barangsiapa di antara kamu yang melihat kemungkaran hendaklah


mengubahnya dengan tangan (kekuasaannya). Apabila tidak mampu
dengan cara ini, maka hendaklah menggunakan lisannya. Apabila
dengan cara itu tidak mampu, maka hendaklah dengan hatinya.
Demikian itu adalah termasuk selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)
Menyampaikan ilmu tidak hanya dilakukan secara lisan dan tulisan
saja, melainkan juga dilakukan dengan perbuatan. Cara demikian
disebut dengan dakwah bil hal, yaitu menyampaikan ajaran Al-Quran
dan sunah Rasulullah Saw. kepada orang lain dengan tindakan atau
perbuatan nyata, misalnya mengajak mempelajari Al-Quran dengan
terlebih dahulu memberikan mushafnya, memberikan bantuan
kebutuhan hidup sehari-hari kepada fakir miskin, memberikan beasiswa
bagi siswa tidak mampu, dan tindakan nyata lainnya.
Model dakwah seperti ini terbukti lebih berhasil, karena langsung
memberikan jalan keluar terhadap kesulitan manusia. Semangat
mengamalkan ilmu merupakan salah satu bentuk dari perilaku mulia
yang harus dilatih dan dibiasakan. Mengamalkan ilmu yang didapat akan
mendatangkan banyak manfaat, diantaranya :

a. Menjadi orang yang beruntung


Salah satu kelompok manusia yang memperoleh jaminan
keberuntungan dari Allah adalah manusia yang mengajak berbuat
kebaikan kepada orang lain dan mencegah perbuatan yang tidak
baik. Allah Swt. berfirman:
ُ ‫ن ْال‬
َ ‫من‬
ۚ ‫ك ِر‬ َ ‫وف َويَ ْن َه ْو‬
ِ ‫ن َع‬ ِ ‫الم َْع ُر‬ َ ‫خ ْي ِر َوي َْأ ُم ُر‬
ْ ِ‫ون ب‬ َ ‫ون إِلَى ْال‬
َ ‫ة ي َْد ُع‬ٌ ‫م ُأ َّم‬ ُ ‫َكن ِم‬
ْ ‫نك‬ ُ ‫و َْلت‬
َ ‫ح‬
‫ون‬ ُ ِ‫م ْفل‬ُ ‫م ْال‬ُ ‫ه‬ُ ‫ك‬ ٰ ‫و َُأ‬
َ ِ‫ولَئ‬
Artinya:
“Dan hendaklah diantara kamu ada segolong orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah
dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.”(QS. Ali-Imran/3:104)

b. Dekat dengan surga dan jauh dari neraka


Seseorang yang mau mengulurkan tangan kepada kaum duafa atau
orang-orang yang membutuhkan, berarti telah melakukan dakwah
Islam. Mereka ini oleh Rasulullah Saw. dimasukkan ke dalam
kelompok manusia yang dermawan. Seorang yang dermawan akan
dekat dengan Allah, dekat kepada manusia, dekat kepada surga, dan
jauh dari neraka.
Artinya:
“Pemurah itu dekat dengan Allah, dekat kepada manusia, dekat
kepada surga dan jauh dari neraka. Dan orang yang bakhil jauh dari
Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dekat dengan neraka.
Seorang hamba yang bodoh tetapi pemurah lebih dicintai Allah
daripada ahli ibadah tetapi bakhil”(HR. Tirmidzi)

c. Beramal Untuk Akhirat


Menyampaikan ilmu atau berdakwah kepada orang lain merupakan
salah satu bentuk investasi untuk kehidupan di akhirat kelak.
Investasi itu berupa pahala yang tidak terputus karena ilmu yang
diberikannya kepada orang lain. Ilmunya yang diamalkan oleh orang
lain akan membuahkan pahala dan ia akan memperoleh pahala dari
orang yang mengamalkan, tanpa mengurangi sedikit pun pahala dari
orang yang mengamalkan, demikian seterusnya sampai hari Kiamat.
Artinya:
“Barangsiapa mengadakan jalan yang baik, maka baginya pahala
atas jalan yang ditempuhnya ditambah pahala orang-orang yang
mengerjakannya sampai hari kiamat. Dan barangsiapa yang
mengadakan jalan yang buruk, maka atasnya dosa karena jalan
buruk yang ditempuhnya ditambah dosa orang yang mengerjakannya
sampai hari Kiamat.”(HR. Bukhari).

4.Tokoh Teladan Semangat Mencari Ilmu


1. Ibnu Hajar Al Asqalani
Ibnu Hajar Al Asqalani dilahirkan tanggal 22 Sya’ban tahun 773
Hijriah di pinggiran sungai Nil, Mesir. Ayahnya menginggal ketika ia
berumur 4 tahun dan ibunya meninggal ketika ia masih kanak-kanak.
Setelah itu ia tinggal bersama kakaknya dan menjadi pribadi yang
tangguh dan ulet. Nama asli Ibnu Hajar Al Asqalani adalah Ahmad
bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad
bin Hajar Al-Kannani Al-Qabilah yang berasal dari Al Asqalan. Namun,
ia lebih terkenal dengan julukan Ibnu Hajar Al Asqalani. Ibnu Hajar
berarti anak batu, dan Asqalani adalah nama sebuah kota yang
termasuk dalam wilayah Palestina, dekat Ghuzzah.
Ketika belajar di sebuah sekolah, ia terkenal sebagai seorang
murid yang rajin, namun kurang pintar. Penyebabnya adalah ia tidak
memerhatikan pelajaran, malas mempelajari kembali semua materi
yang telah diajarkan, dan banyak bermain. Hal tersebut membuat ia
tertinggal oleh teman-temannya, keadaan demikian membuat ia
patah semangat dan frustrasi. Karena kejadian itu, akhirnya ia
meminta izin kepada gurunya untuk meninggalkan sekolah dan
memutuskan pulang ke rumah. Di tengah perjalanan, hujan lebat
yang turun memaksa ia berteduh di dalam sebuah gua. Selama
berada di dalam gua ia melihan tetesan air yang menetes di atas
sebongkah batu besar. Ia mengamati secara saksama, hingga
akhirnya terkejut ketika melihat tetesan air itu mampu melubangi
batu tersebut.
Berkat kejadian tersebut, ia memperoleh hidayah dari Allah, yakni
tumbuhnya kesadaran dan semangat dengan diiringi renungan;”Batu
saja yang sangat keras dapat terkikis dan berlubang hanya dengan
tetesan air kecil yang mengenainya secara terus-menerus, apalagi
otak manusia yang sangat lunak. Jadi kepala saya pasti bisa
menyerap segala pelajaran, jika saya tekun, semangat, dan
bersabar.” Semenjak itulah semangatnya tumbuh dan memutuskan
kembali ke sekolah untuk menemui gurunya serta menceritakan
peristiwa yang baru saja ia alami. Melihat semangat tinggi muridnya,
sang guru pun berkenan menerimanya kembali.
Karena semangatnya dalam belajar, nasibnya berubah drastis. Ia
menjadi murid yang paling cerdas. Sebagai bukti kecerdasan dalam
perkembangan hidupnya adalah ketika berusia 9 tahun telah hafal Al-
Quran, ketika berusia 12 tahun telah menjadi imam salat Tarawih di
masjidil Haram, menguasai berbagai macam ilmu, mampu menyerap
ilmu dari 640 guru, berhasil menulis sejumlah kitab antara 270-282
jenis, menjadi seorang ulama besar yang sangat terkenal di dunia
Islam dan lain sebagainya.
Pada tanggal 25 Jumadil Akhir 852 H, ia mengundurkan diri dari
jabatan Qadhi karena sakit. Pada malam Sabtu, 18 Dzulhijjah 852 H,
ia wafat dan dimakamkan di Al Qarafah As Sughra. Dari kisah Imam
Ibnu Hajar tersebut dapat diambil pelajaran bahwa sesulit apapun
ilmu itu, jika dipelajari dengan sungguh-sungguh, ikhlas, dan terus-
menerus, maka akan menjadi mudah dan dapat mengantarkan pada
kesuksesas.

2.Imam Syafi’i
Imam Syafi’I berasal dari keturunan Bani Abdi Manaf, suku
Quraisy. Beliau dilahirkan pada tahun 150 H dan hidup dalam
keadaan yatim serta fakir. Akan tetapi, beliau dilahirkan sebagai anak
yang bernasab tinggi lagi mulia, dan akan senantiasa mulia
sepanjang masa. Beliau hidup dalam keadaan fakir hingga dewasa.
Tumbuhnya seorang anak dalam keadaan fakir yang dibarengi
dengan nasab yang mulia lagi tinggi, akan menjadikan anak tersebut
berperilaku lurus dan berperangai mulia. Sesungguhnya, kemuliaan
nasab ini telah menjadikan Syafi’i sejak kecil cenderung pada
perkara-perkara yang mulia dan menjauhi perkara-perkara yang
rendah serta duniawi
Ibu beliau juga bersungguh-sungguh mendidik Imam Syafi’i kecil
dengan pendidikan bangsa Arab, sehingga beliau pun hafal Al-Quran
dalam usia tujuh tahun. Kemudian beliau menuntut ilmu hadis dan
menekuninya, lalu menghafal kitab Muwattha’ Imam Malik, sehingga
tampaklah kecerdasan dan kepiawaian beliau.
Kecerdasan beliau yang tinggi mulai tampak ketika mampu
menghafal hadis-hadis Rasulullah saw. dengan cepat. Imam Syafi’i
sangat bersemangat dalam mempelajari hadis dan memerhatikan
para muhaddits (penyampai hadis), lalu menghafal hadi-shadis
tersebut dengan cara mendengar. Terkadang beliau menuliskannya
di atas porselin dan terkadang di atas lembaran kulit.
Beliau juga sering datang ke kantor-kantor pemerintah untuk
mengumpulkan kertas-kertas setengah pakai. Beliau bisa menulis
materi yang didengarnya di kertas setengah pakai itu.
Dalam rangka memfasihkan bahasa Arabnya, Imam Syafi’i pergi
ke pedalaman dan tinggal bersama suku Hudzail.
Suku Hudzail adalah suku Arab yang paling fasih bahasa arabnya.
Imam Syafi’i pergi ke sana dan tinggal di pemukiman mereka.
Setelah kembali ke Mekah, Imam Syafi’i pun menjadi orang yang
mengerti tentang syair, adab, dan informasi-informasi tentang Arab.”
Di Mekah imam Syafi’i belajar kepada para ahli fikih dan hadis,
sampai suatu ketika ia mendengar tentang imam kota Rasulullah
(Madinah), yaitu Malik bin Anas. Malik bin Anas terkenal dalam
ketinggian ilmu dan hadisnya.
Sang ibu memberinya uang sebanyak 400 dirham sebagai bekal,
sebelum pergi imam Syafi’i meminta nasihat kepada ibunya. Sang ibu
berkata,”wahai anakku, berjanjilah kepadaku untuk tidak berdusta.”
Dengan penuh semangat imam Syafi’i pun menjawab “aku berjanji
kepada Allah dan kepadamu untuk tidak berdusta.”
Ketika berangkat ke Madinah, imam Syafi’i dihadang oleh
perampok, namun karena kejujurannya ia pun terbebas dari bahaya,
bahkan perampok itu bertaubat setelah melihat kejujuran Imam
Syafi’i.
Ketika berguru kepada Imam Malik di Madinah, beliau bertemu
Muhammad bin Al-Hasan, murid Imam Abu Hanifah dan sebagian
murid Imam Abu Ja’far Ash-Shadiq. Ketika berguru kepada Imam
Malik beliau tidak pernah meninggalkan pelajarannya, kecuali untuk
mengunjungi ibunya.
Kecintaan beliau terhadap ilmu, membuatnya ingin berkelana lebih
jauh lagi mencari ilmu. Saat berusia 28 tahun ia berkelana ke Irak. Ia
sampai di Kufah dan menginap di sana selama 24 hari. Muhammad
bin Al-Hasan mempersilakan Imam Syafi’i tinggal di rumahnya.
Selama di sana, Imam Syafi’i menghadiri halaqah-halaqah
Muhammad bin Al-Hasan dan temannya, Abi Yusuf. Imam Syafi’i
mencatat semua ilmu fikih Imam Abu Hanifah yang ia peroleh dari
mereka berdua.
Dari Irak, Asy-Syafi’i berkelana menuju negeri Persia, Anadhol,
Harran, Syam, dan utara Irak. Ia terus berpindah-pindah selama dua
tahun. Selama berkelana, ia mempelajari ilmu kimia, kedokteran,
fisika, matematikan, perdagangan, astronomi, ilmu filsafat, dan lain-
lain. Setelah dua tahun, ia pun kembali ke Madinah.
Imam Syafi’i adalah seorang ulama besar yang telah menghasilkan
banyak karya, salah satu karyanya yang sangat terkenal adalah kitab
Ar-Risalah. Imam Syafi’i mengumpulkan sebagian besar karangannya
dalam kitab yang ia beri nama Al-Umm. Seumur hidupnya, ia terus
mengajar dan menulis.
Imam Syafi’i meninggal pada malam Jumat, 28 Rajab 204 H di
usia 54 tahun. Beliau meninggal setelah orang-orang Fityan
menyerang dan memukulinya hingga ia jatuh dan tak sadarkan diri.
Fityan adalah seorang ahli fikih buta yang iri terhadap Imam Syafi’i.
C.Kunci Sukses Mencari Ilmu

1. Hormat dan Patuh Kepada Orang Tua dan Keutamaannya


Orang tua telah banyak berjasa kepada anaknya.Islam telah
mewajibkan para orang tua untuk mendidik anaknya dan juga
kewajiban-kewajiban yang lain.Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.
“Kewajiban orang tua kepada anaknya ialah memberikan nama
yang baik,mengajarkan kesopanan yang baik,mengajarkan menulis,
megajarkan berenang dan memanah,jangan memberi makan kecuali
barang yang baik,dan menikahkan jika telah dewasa.” (HR.Hakim).
Seorang anak diwajibkan untuk membalas kebaikan orang tua
mereka dengan patuh dan menghormati mereka serta senantiasa
mendoakan mereka.Cara untuk hormat dan patuh terhadap orang tua
adalah:
A.Menjawab dan Mendatangi Ketika Dipanggil Orang Tua
Ketika Orang Tua memanggil anaknya,tentu ada maksud dan
tujuannya.Oleh karena itu,apabila orang tua memanggil anaknya
maka seorang anak harus segera datang.

B.Berbicara dengan Lemah Lembut dan Bahasa yang Santun


Sebagai wujud kesantunan,ketika seorang anak berbicara kepada
orang tua hendaknya dengan bahasa yang lemah lembut. Hindari
bahasa yang kasar atau bahasa yang gaul yang bisa digunakan
teman sebaya.

C.Ikut Membantu Orang Tua


Anak yang baik akan membantu orang tua ketika mereka sibuk
dan membutuhkan pertolongan.Seorang anak harus pandai
mengerti dengan cara membantu sesuai dengan kemampuan.

D.Tidak Memotong Pembicaraan Orang Tua


Ketika orang tua sedang berbicara,baik kepada anaknya maupun
kepada orang lain,seorang anak harus mendengar terlebih dahulu
sampai selesai.Tidak boleh memotong pembicaraan orang tua.
E.Mendengar,mengahayati,melaksanakan nasihat orang tua
Setiap nasihat orang tua adalah mutiara kehidupan,sehingga
setiap nasihat yang disampaikan orang tua pasti untuk kebaikan
anaknya.Oleh karena itu,ketika orang tua sedang menyampaikan
nasihat,wajib bagi anak untuk mendengarkannya dengan baik,
menghayati dalam hati,melaksanakanya dengan penuh keikhlasan.

F.Memohon Ridhanya
Setiap anaknya hendak berpergian,jangan lupa untuk memohon
doa kepada orang tua termasuk ketika berangkat sekolah untuk
menuntut ilmu. Karena Allah hanya akan memberikan rida-Nya
setelah orang tua meridainya.
Artinya:
“Keridaan Allah (terhadap hamba-Nya) tergantung kepada
keridaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah (terhadap hamba-
Nya) tergantung kepada kermukaan orang tua.” (HR. Tirmidzi).

G.Merawat Orang tua yang sedang sakit


Ketika orang tua berusia lanjut,mereka selalu ingin diperhatikan
dan dilayani termasuk ketika sedang sakit.Oleh karena itu seorang
anak harus merawat dan mengusahakan pengobatannya secara
ikhlas.

H.Selalu mendoakan Orang tua


Dengan sangat banyaknya jasa orang tua terhadap kehidupan
seorang anak maka Islam mengajarkan agar anak tersebut selalu
mendoakan kedua orang tuanya.Allah Swt berfirman :

‫ار َح ْم ُه َما َك َما‬


ْ ‫ب‬ َّ َ‫ض لَ ُه َما َجنَا َح الذُّ ِل ِمن‬
ِ ‫الر ْح َم ِة َوقُل َّر‬ ْ ‫َو‬
ْ ‫اخ ِف‬
‫ص ِغير‬ َ ‫َربَّيَانِي‬
Artinya:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh
kasih saying dan ucapkanlah:’Wahai Tuhanku! Sayangilah
keduanya sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku
pada waktu kecil.(QS. Al-Isra/17:24)

Doa seorang anak kepada orang tuanya yang sangat terkenal


adalah:
Artinya:
“Ya Rabbku! Ampunilah aku, dan juga ibu bapakku, dan
sayangilah keduanya sebagaimana mereka telah menyayangi aku
pada waktu kecil.”(HR. Tirmidzi)

2.Hormat Kepada Guru


Banyak sekali jasa sekali jasa seorang guru kepada muridnya.Oleh
karena itu,seorang murid wajib menghormati dan mematuhi seorang
guru,dengan cara:
A.Menegur dan Mengucapkan Salam
Sebagai bentuk rendah hati dari seorang murid,apabila bertemu
dengan gurunya,hendaklah menegur secara santun dengan ucapan
salam.

B.Berbicara dengan bahasa yang santun


Apabila berbicara dengan seorang guru hendaklah seorang
murid menggunakan bahasa yang sopan dan santun.Jangan sekali-
kali bericara dengan bahasa yang kasar dan membentak.

C.Taat dan Patuh


Semua yang diperintahkan oleh seorang guru kepada murid
tidak akan terlepas dari tujuan yang mulia.Tujuan tersebut adalah
melatih seorang murid agar berbakti terhadap guru.Oleh karena itu
jika diperintah oleh guru,taati dan patuhilah dengan penuh
keikhlasan.

D.Mendengar Penjelasan Mereka


Agar dapat mengerti yang disampaikan oleh seorang guru,
seorang murid tidak hanya wajib mendengarkan dengan baik,tetapi
juga mempraktikannya.
E.Bersilahturahmi
Menjaga tali silahturahmi dengan seorang guru merupakan
perilaku yang terhormat.Bersilahturahmi dengan seorang guru akan
memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat sehingga menambah
bekal dan keberkahan hidup.Sempat-sempatlah bersilahturahmi
dengan guru.

F.Mendoakan Guru
Mendoakan Bapak dan Ibu guru menjadi bagian dari bentuk-
bentuk menghormati jasa-jasa seorang guru.Doakanlah agar semua
guru diberikan kesehatan,umur yang berkah,keistiqamahan.

3.Ikhlas

Ikhlas dalam menuntut ilmu. Menuntut ilmu adalah sesuatu yang


wajib bagi siapapun, kita harus menuntut ilmu agar tidak tertindas
oleh kebodohan, oleh sebab itu dibutuhkan niat yang ikhlas agar saat
menuntut ilmu pikiran tidak merasa terbebani. karena tiada satu
pekerjaan yg sukses tanpa keikhlasan. Siapa yang berjuang karena
mengharapkan keridaann Allah Swt. akan sampai ketujuan, dan bagi
siapa yang berjuang karena mengharapkan keduniaan, akan terputus
ditengah jalan. Maka ikhlaskan niat insya Allah sukses.

Ikhlas merupakan kunci sukses yang pertama dan mendasar


dalam upaya seseorang mewujudkan cita-citanya meraih ilmu yang
bermanfaat. Karena hanya dengan dasar ikhlas, segala tindakan
kebaikan yang dilakukan akan menjadi amal shalih yang layak
mendapatkan balasan kebaikan dari Allah, Tuhan semesta alam.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata


:”Tidaklah diragukan lagi, bahwa menuntut ilmu adalah sebuah
ibadah, bahkan ia merupakan ibadah yang paling mulia lagi utama.
Maka oleh karenanya, wajib atas seorang penuntut ilmu harus
memenuhi syarat diterimanya ibadah, yaitu ikhlas.” Allah SWT
berfirman:
َّ ‫صينَ لَهُ الدِينَ ُحنَفَا َء َويُ ِقي ُموا ال‬
َ ‫ص ََلة‬ َّ ‫َو َما أ ُ ِم ُروا ِإ ََّّل ِليَ ْعبُدُوا‬
ِ ‫َّللاَ ُم ْخ ِل‬
ُ ‫الز َكاة َ ۚ َو َٰذَ ِل َك د‬
‫ِين ْالقَ ِي َم ِة‬ َّ ‫َويُؤْ تُوا‬
Artinya:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(QS. Al-Bayyinah/98:5).
D.Penutup

1.Kesimpulan

Dalam bab Kewajiban menuntut,mengamalkan,dan mengajarkan


ilmu kepada orang lain dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 point
utama yang harus diperhatikan yaitu;

1. Memahami QS. At-Taubah ayat 122 dan hadist relevan

2. Implementasi pemahaman QS. At-Taubah ayat 122 dan hadist


relevan

3. Kunci sukses mencari ilmu

Dalam memahami QS. At-Taubah ayat 122 dan hadist relevan


terdapat 3 hal yang dibahas,yaitu:

1. Kewajiban dan hukum menuntut ilmu


2. Kedudukan orang yang menuntut ilmu dan keutamaan-
keutamaannya
3. Kewajiban mengamalkan ilmu dan menyampaikannya kepada
orang lain
Dalam mengimplementasikan pemahaman QS.At-Taubah ayat 122
dan hadist relevan terdapat 4 hal yang dibahas,yaitu:

1. Sikap semangat menuntut ilmu


2. Sikap semangat mengamalkan ilmu dan cara
menumbuhkannya
3. Sikap semangat menyampaikan ilmu, memahami metode, dan
manfaatnya
4. Meneladani tokoh-tokoh teladan yang semangat dalam mencari
ilmu
Dalam meraih ilmu diperlukan 3 kunci kesuksesan,kunci
kesuksesan tersebut, yaitu:

1. Hormat dan patuh pada orang tua dan keutamaannya


2. Hormat dan patuh pada guru
3. Ikhlas
2.Rangkuman
Setiap umat islam, baik laki-laki maupun perempuan, hukumnya
wajib untuk menuntut ilmu.
Islam mewajibkan kita untuk mengamalkan ilmu yang kita miliki.
Orang yang menuntut ilmu diberi kemuliaan dan kemudahan oleh
Allah Swt. di antaranya diberikan kemudahan masuk surga,
terbebas dari kebinasaan, dijauhkan dari pemimpin yang bodoh,
diangkat derajatnya oleh Allah Swt., dan memperoleh kebahagiaan
dunia maupun akhirat.
Semakin banyak ilmu diberikan kepada orang lain, maka ilmu tidak
akan berkurang, sebaliknya ilmu akan terus bertambah.
Perilaku yang dapat diwujudkan sebagai implementasi
pemahaman surat At-Taubah ayat 122 adalah semangat menuntut
ilmu, mengamalkan , dan menyampaikannya.
Manfaat bagi orang yang menyampaikan ilmu kepada orang lain
yaitu: menjadi orang yang beruntung, dekat dengan surga, jauh
dari neraka, dan berinvestasi untuk akhirat.

3. Kamus Istilah
 Takwa:
Melaksanakan semua perintah agama dan meninggalkan semua
larangan yang telah di tetapkan Allah Swt. dalam Al-Quran dan
Sunah Rasulullah Saw.

 Dakwah:
Menyampaikan ajaran Al-Quran dan sunah Rasulullah Saw. kepada
orang lain yang belum mengetahui atau mengingatkan kembali
kepada yang lupa.

 Dakwah bil hal :


Menyampaikan ajaran Al-Quran dan sunah Rasulullah Saw. kepada
orang lain dengan tindakan atau perbuatan nyata,misalnya
mengajak mempelajari Al-Quran dengan terlebih dahulu
memberikan mushafnya, memberikan bantuan kebutuhan hidup
sehari-hari kepada fakir miskin, memberikan beasiswa bagi siswa
tidak mampu, dan tindakan nyata lainnya.

 Kyai/ulama :
Orang pandai dalam hal pengetahuan agama Islam dan berakhlak
mulia yang menjadi panutan atau contoh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai