AL-QUR’AN HADIS
“KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU, MENGEMBANGKAN DAN
MENGAMALKANNYA”
Penyusun:
An Nisa Nurrahmah
Assyifa Nur Aina
Musdalifah
Nena Fernanda
Muhammad Taher
Rizky Jaka Wahyudi
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perintah Menuntut Ilmu 3
B. Keutamaan Orang yang Berilmu 7
C. Kedudukan Ulama dalam Islam 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 18
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
KATA PENGANTAR
A. Latar Belakang
Sebagai umat muslim (orang yang beragama Islam) kita memerlukan belajar secara teratur
(long live education). Belajar dalam Islam bertujuan agar kita dapat ilmu untuk hidup di dunia
dan memperoleh bekal untuk di akhirat. Hal-hal penting tentang ilmu yang harus kita pelajari
nantinya akan berpengaruh dan InsyaAllah dapat menjadi pegangan kita selama hidup di dunia
yaitu dengan ilmu kita dapat mencari nafkah untuk kebutuhan hidup.
Ilmu Adalah Bunga-bunga Ibadah . Kita harus memahami juga untuk apa kita hidup di dunia
ini. Allah menciptakan makhluknya hanya untuk beriman dan bertakwa kepadaNya. Jadi semua
hal di dunia yang telah dan akan kita lakukan, semua ditujukan hanya pada Allah. Setiap hal di
dunia memerlukan ilmu. Sebab kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal. Dengan akal maka
manusia dapat berpikir dan mempergunakan pikirannya untuk memperoleh dan mengamalkan
ilmu.
Menuntut ilmu sebaiknya jangan dianggap kewajiban tetapi sebuah kebutuhan yang asasi
dan sangat penting. Menuntut ilmu dapat mengembangkan pola berpikir seseorang sehingga
dapat memudahkan dalam menjalani kehidupan. Orang yang menghargai ilmu dan
mengamalkannya dengan baik maka hidupnya akan menjadi damai dan sejahtera. Tak jarang
manusia menyepelekan ilmu sebab untuk menuntut ilmu memerlukan biaya dan waktu yang
lama. Mereka adalah orang-orang yang tidak bisa membuka hati dan pikirannya untuk menerima
ilmu. Apabila kita telah membuka hati dan pikiran kita untuk menerima bahwa ilmu itu ada dan
berguna, maka dengan sendirinya diri kita akan terbiasa menuntut ilmu karena kebutuhan hidup
selalu berkaitan dengan ilmu.
Mencari ilmu adalah kebutuhan yang akan menjadi kewajiban bila sudah ditanamkan dalam
hati. Hal tersebut sangat penting karena akan menjadi bekal manusia di dunia dan di akherat.
Islam dianggap sebagai agama pemersatu bangsa dan agama Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Kita sebagai umat muslim akan menjadi orang yang merugi bila tidak menuntut ilmu. Sebab
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda : “Tuntutlah ilmu meskipun sampai ke negeri Cina”.
Sabda nabi tersebut menunjukkan bahwa ilmu sangatlah berharga. Ilmu yang kita miliki baru
akan berharga bila sudah diamalkan di jalan Allah. Dengan demikian kita akan mampu
meningkatkan amal ibadah kita kepada Allah SWT.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul makalah “Kewajiban Menuntut
Ilmu, Mengembangkan dan Mengamalkannya”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaiman perintah menuntut ilmu dalam Islam ?
2. Bagaimana keutamaan orang berilmu ?
3. Bagaimana kedudukan ulama dalam Islam ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaiman perintah menuntut ilmu dalam Islam ?
2. Bagaimana keutamaan orang berilmu ?
3. Bagaimana kedudukan ulama dalam Islam ?
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber pengetahuan serta
sebagai tambahan materi khususnya bagi penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
ِّث ع َْن دَا ُو َد ْب ِن ُ ء ْب ِن َح ْي َوةَ يُ َحدVِ ص َم ْبنَ َر َجا ِ ت عَا ُ َح َّدثَنَا ُم َس َّد ُد ب ُْن ُم َسرْ هَ ٍد َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ ب ُْن دَا ُو َد َس ِم ْع
Vل يَا َأبَاVَ ل فَقَاVٌ َر ُجVُق فَ َجا َءه َ د ِد َم ْشVِ َم َع َأبِي ال َّدرْ دَا ِء فِي َم ْس ِجVت َجالِ ًسا ُ س قَا َل ُك ْن ٍ ير ْب ِن قَ ْيِ َِج ِمي ٍل ع َْن َكث
ِ ك تُ َح ِّدثُهُ ع َْن َرسُو ِل هَّللا َ َّث بَلَ َغنِي َأن ٍ ه َو َسلَّ َم لِ َح ِديVِ هَّللا ُ َعلَ ْيVصلَّى
َ ك ِم ْن َم ِدينَ ِة ال َّرسُو ِل َ ُ ِجْئ تVال َّدرْ دَا ِء ِإنِّي
ك Vَ َل َم ْن َسلVُ ه َو َسلَّ َم يَقُوVِ هَّللا ُ َعلَ ْيVصلَّى َ ِ ت َرسُو َل هَّللا Vُ ة قَا َل فَِإنِّي َس ِم ْعVٍ جVَ ت لِ َحا ُ ه َو َسلَّ َم َما ِجْئVِ هَّللا ُ َعلَ ْيVصلَّى َ
Vِ ِ ِرضًا لِطَالVض ُع جْ نِ َحتَهَا
ب َأ ْ ْ
َ َ لَتVَُق ال َجنَّ ِة َوِإ َّن ال َماَل ِئ َكة Vِ ِم ْن طُرVه طَ ِريقًاVِ ِك هَّللا ُ ب ْ
Vَ َب فِي ِه ِعل ًما َسل ْ
Vُ ُ يَطلVطَ ِريقًا
ء َوِإ َّن فَضْ َلVِ ف ْال َما Vِ ْ َجوVَان فِي Vُ ض َو ْال ِحيت ِ ْ اَأْلرVت َو َم ْن فِي َّ الVْال ِع ْل ِم َوِإ َّن ْال َعالِ َم لَيَ ْستَ ْغفِ ُر لَهُ َم ْن فِي
ِ س َم َوا
ء َو َرثَةُ اَأْل ْنبِيَا ِء َوِإ َّن اَأْل ْنبِيَا َءVَ ب َوِإ َّن ْال ُعلَ َما ِ َساِئ ِر ْال َك َوا ِكVر لَ ْيلَةَ ْالبَ ْد ِر َعلَىVِ ْال َعابِ ِد َكفَضْ ِل ْالقَ َمVم َعلَىVِ ِْال َعال
ي ِ َوافِ ٍر َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن ْال َو ِزVٍّ َأ َخ َذ بِ َحظVُ َو َّرثُوا ْال ِع ْل َم فَ َم ْن َأ َخ َذهVلَ ْم يُ َو ِّرثُوا ِدينَارًا َواَل ِدرْ هَ ًما
Vُّ ِير ال ِّد َم ْشق
ال َّدرْ دَا ِء يَ ْعنِي ع َْنVان ْب ِن َأبِي َسوْ َدةَ ع َْن َأبِي Vَ ه ع َْن ُع ْث َمVِ ِيب ْبنَ َش ْيبَةَ فَ َح َّدثَنِي ب َ ِيت َشب ُ َِح َّدثَنَا ْال َولِي ُد قَا َل لَق
ُصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بِ َم ْعنَاه َ النَّبِ ِّي
Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman: "Allah menyatakan bahwasanya
tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para
Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat istimewa di
sisi Allah SWT . Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi Keesaan
Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang
menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya orang-orang yang
menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan
petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati
Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159)
Rasulullah SAW juga bersabda: "Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali
mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di
dalam kitab sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi
berpendapat bahwa hadits ini sahih) Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya
agar ilmu yang ia peroleh dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan
pengetahuanya untuk hal-hal yang bermanfaat.
Dan di antara hak para ulama adalah mereka tidak diremehkan dalam hal keahlian dan
kemampuannya, yaitu menjelaskan tentang agama Allah, serta penetapan hukum-hukum dan
yang semisalnya dengan mendahului mereka, atau merendahkan kedudukannya, serta sewenang-
wenang dengan kesalahannya, juga menjauhkan manusia darinya atau perbuatan-perbuatan yang
biasa dilakukan oleh orang-orang jahil yang tidak tahu akan kedudukan dan martabat para ulama.
Satu hal yang sudah maklum bagi setiap orang, bahwa mempercayakan setiap cabang-cabang
ilmu tidak dilakukan kecuali kepada para ahli dalam bidangnya. Jangan meminta pendapat
tentang kedokteran kepada makanik, dan jangan pula meminta pendapat tentang senibena kepada
para dokter, maka janganlah meminta pendapat dalam suatu ilmu kecuali kepada para ahlinya.
Maka bagaimana dengan ilmu syariah, pengetahuan tentang hukum-hukum dan fiqh
kontemporer? Bagaimana kita meminta pendapat kepada orang yang tidak terkenal alim
mengenainya dan tidak pula punya kemampuan memahaminya jauh sekali sebagai ulama yang
mujtahid dan para imam yang kukuh ilmunya serta ahli fiqh yang memiliki keupayaan sebagai
ahli istimbath?
Allah Ta’ala berfirman:
ول
ِ سُ ف َأ َذاعُوا^ بِ ِه َولَ ْو َردُّوهُ ِإلَى ال َّر ِ وَِإ َذا َجا َء ُه ْم َأ ْم ٌر ِم َن اَأْل ْم ِن َأ ِو ا ْل َخ ْو
ْ َستَ ْنبِطُونَهُ ِم ْن ُه ْم َولَ ْواَل ف
ض ُل هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم ْ َين يَ وَِإلَى ُأولِي اَأْل ْم ِر ِم ْن ُه ْم لَ َعلِ َمهُ الَّ ِذ
َ َش ْيط
ان ِإاَّل قَلِياًل َّ َو َر ْح َمتُهُ اَل تَّبَ ْعتُ ُم ال
"Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan,
mereka (langsung) menyiarkannya, (padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul
dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya
(akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan ulil amri). Sekiranya bukan
karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian
kecil saja (di antara kamu). (QS. an-Nisa`: 83)
Dan yang dimaksud dengan Ulil Amri dalam ayat ini adalah para ulama yang 'Alim dan
cermat dalam beristimbath hukum-hukum syariat baik dari kitab maupun sunnah, karena nash-
nash yang jelas tidaklah cukup untuk menjelaskan seluruh permasalahan kontemporer dan
hukum-hukum terkini, dan tidaklah begitu mahir untuk beristimbath serta mengerluarkan
hukum-hukum dari nash-nash kecuali para ulama yang berkelayakan. Abul ‘aliyah mengatakan
tentang makna “Ulil Amri” dalam ayat ini, “Mereka adalah para ulama, tidakkah kamu tahu
Allah berfirman, ‘(Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di
antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)
mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri).”
Dari Qatadah, “(Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di
antara mereka”, dia mengatakan, “Kepada ulamanya.” “Tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan
Ulil Amri).”, tentulah orang-orang yang membahas dan menyelidikinya mengetahui akan hal
itu.”
Dan dari Ibu Juraij, “(Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul” sehingga
beliaulah yang akan memberitakannya “dan kepada Ulil Amri” orang yang faqih dan faham
agama.”
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan dalam Fath al-Bari: Ibnu Attin menukil dari ad-Dawudi,
bahwasanya beliau menafsirkan firman Allah Ta’ala “Dan Kami turunkan az-Zikir (al-Qur`an)
kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka.”
An-Nahl : 44,: Allah Ta’ala banyak menurunkan perkara-perkara yang masih bersifat
global, kemudian ditafsirkan oleh Nabi-Nya apa-apa yang diperlukan pada waktu itu,
sedangkan apa-apa yang belum terjadi pada saat itu, penafsirannya di wakilkan kepada para
ulama. Sebagaimana firman Allah Ta’ala : (padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada
Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui
kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka. (QS. an-Nisa`: 83)
A. Kesimpulan
Ilmu Adalah Bunga-bunga Ibadah . Kita harus memahami juga untuk apa kita hidup di dunia
ini. Allah menciptakan makhluknya hanya untuk beriman dan bertakwa kepadaNya. Jadi semua
hal di dunia yang telah dan akan kita lakukan, semua ditujukan hanya pada Allah. Setiap hal di
dunia memerlukan ilmu. Sebab kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal. Dengan akal maka
manusia dapat berpikir dan mempergunakan pikirannya untuk memperoleh dan mengamalkan
ilmu
Menuntut ilmu sebaiknya jangan dianggap kewajiban tetapi sebuah kebutuhan yang asasi
dan sangat penting. Menuntut ilmu dapat mengembangkan pola berpikir seseorang sehingga
dapat memudahkan dalam menjalani kehidupan. Orang yang menghargai ilmu dan
mengamalkannya dengan baik maka hidupnya akan menjadi damai dan sejahtera. Tak jarang
manusia menyepelekan ilmu sebab untuk menuntut ilmu memerlukan biaya dan waktu yang
lama. Mereka adalah orang-orang yang tidak bisa membuka hati dan pikirannya untuk menerima
ilmu. Apabila kita telah membuka hati dan pikiran kita untuk menerima bahwa ilmu itu ada dan
berguna, maka dengan sendirinya diri kita akan terbiasa menuntut ilmu karena kebutuhan hidup
selalu berkaitan dengan ilmu.
Mencari ilmu adalah kebutuhan yang akan menjadi kewajiban bila sudah ditanamkan dalam
hati. Hal tersebut sangat penting karena akan menjadi bekal manusia di dunia dan di akherat.
Islam dianggap sebagai agama pemersatu bangsa dan agama Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Kita sebagai umat muslim akan menjadi orang yang merugi bila tidak menuntut ilmu.
B. Saran
Untuk menuntut dan mengamalkan Ilmu Pengetahuan harus kita dasar dengan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah swt. agar dapat memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan
serta lingkungan sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA
T-end RI: Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembang kan dan Mengamalkannya (tenri02.blogspot.com)