Anda di halaman 1dari 4

TUJUAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HADIS

Fadhilah Santri (2020203879102002)


Tadris Bahasa Inggris Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Parepare

Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar manusia dalam meningkatkan


kemampuan dan ilmu pengetahuan, baik dalam bentuk pendidikan formal maupun informal.
Pendidikan sangat berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas
dan kompeten namun juga sekaligus membentuk kepribadian dan akhlak yang mulia anak bangsa
sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Pentingnya pendidikan juga beberapa kali dijelaskan dalam
Al-Quran dan Hadis..
Secara ontology (bahasa), tujuan adalah arah, haluan, maksud. Tujuan adalah hal yang
ingin dicapai dan dituju. Sedangkan pendidikan merupakan proses mendidik, membimbing dan
mengarahkan. Jadi, Tujuan Pendidikan merupakan hal-hal yang ingin dicapai dari sebuah proses
pendidikan tersebut. Melihat realita sekarang bahwa pendidikan yang berlangsung jauh dari
tujuan pendidikan yang semestinya. Hal tersebut terlihat jelas pada fakta-fakta di lapangan yang
menunjukkan penurunan moral anak bangsa yang terjerumus ke hal-hal yang negative, seperti
hilangnya nilai-nilai kesopanan dan adab sampai perbuatan kriminal sering menjadi pemberitaan
di TV nasional. Lalu, apa yang salah dari Pendidikan ? mengapa hal tersebut sangatlah jauh dari
tujuan pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya?.
Masalah yang menjadi kegagalan pendidikan hari ini adalah kecenderungan manusia
yang melihat pendidikan sebagai tujuan dunia seperti jabatan, pekerjaan, pangkat dan lain lain
yang umumnya berorientasi dunia. Karena hal tersebut, manusia cenderung berorientasi pada
urusan dunia semata sehingga tidak mempedulikan sang maha pencipta dan segala ilmunya. Hal
tersebut mengisyaratkan bahwa tujuan pendidikan hendaknya hanya semata untuk menjadi orang
yang berilmu, pembelajar, pendengar dan pencinta ilmu. Jangan pernah mencapai tujuan yang
sifatnya hanya sementara, jabatan, pangkat dan kekayaan. Hal ini diisyaratkan dalam hadits-
hadits berikut ini:

‫ ُك ْن عَالِ ًما اَوْ ُمتَ َعلِّ ًما اَوْ ُم ْستَ ِمعًا اَوْ ُم ِحبًا َواَل تَ ُك ْن‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم‬َ ‫ال النَّبِ ُّي‬ َ َ‫ق‬
(‫ك ) َر َواهُ ْالبَ ْيهَق‬َ ِ‫خَا ِمسًا فَتُ ْهل‬

Rasulullah SAW bersabda: “Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang
yang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan
janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka.” (H.R Baihaqi).

Hadits tersebut mengajak kita untuk menjadi orang yang berilmu, atau orang yang
mencari ilmu, antau pendengar ilmu atau pecinta ilmu. Itulah hakikat tujuan dari pendidikan,
yakni memiliki ilmu yang dapat diajarkan atau menjadi pecinta ilmu, bukan tujuan lain,
maksudnya jangan jadi selain dari yang empat tersebut. Selain dari yang empat tersebut meliputi
pemalas, pembenci ilmu, perusak ilmu dan lain sebagainya. Terlebih jika tujuan pendidikan
diorientasikan untuk memperoleh kekayaan duniawi. Banyak orang juga berpikir bahwa
kekayaan, dan jabatan adalah sumber kebahagiaan, padahal justru tidak, karena sumber
kebahagiaan ada di hati, dan kebahagiaan hati adalah ketenangan dalam berdzikir kepada Allah
swt., ala bidzikrillahi tathmainnul qulub’ (ingatlah hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi
tenang). Dengan demikian, kebahagiaan menjadi tujuan dalam pendidikan, namun tujuan
tersebut tidak hanya di dunia tetapi juga kebahagiaan di akhirat. Untuk memperoleh kebahagiaan
ini kuncinya adalah ilmu. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah saw:

‫ِخ َرةَ فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم َو َم ْن اَ َرا َدهُ ِما فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم َو َم ْن اَ َرا َد اأْل َم ْن اَ َرا َد ال ُّد ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬
(‫ارى َو ُم ْسلِم‬ ِ ‫)ر َواهُ ْالبُ َخ‬ َ
Tujuan yang menjadi sasaran pendidikan juga adalah mampu mengamalkan ilmu ilmunya
untuk orang lain, dan ini disabdakan dalam hadits berikut ini:

‫ ْال َعالِ ُم يَ ْنتَفِ ُع‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


َ ِ‫ق ا َل َرسُوْ ُل هللا‬ َ : ‫ال‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬ ِ ‫ع َْن َعلِ ٍّي َر‬
(‫ف عَابِ ٍد ) َر َواهُ ال َّد ْيلَ ِم‬ ِ ‫بِ ِع ْل ِم ِه خَ ْي ٌر ِم ْن اَ ْل‬
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: “Orang-orang yang berilmu
kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari seribu
orang yang beribadah atau ahli ibadah.” (H.R Ad-Dailami)

Dari hadis di atas tujuan lain dari pendidikan adalah mengamalkan ilmu kepada orang
lain dan itu lebih baik dari seribu orang yang beribadah.

‫صاَلِّ ُح بَنُ َح ي إَّ َّن َرجُال َّم ْن أَ ْهلِّ خَراَ َسنا َ قَا َ َل لَلِّ َّش ْعبِّي ز فَقا َ َل‬
َ َ ‫َح َّدثَنا َ َم َّم د بَنُ َمقاَتِّ ٍل أَ ْخبَنا َ َع ْب ُد هللَا ِّ أَ ْخبَنا‬
‫صلَّي هللَا ُ َعلَ ْيهِّ َو َسلَّ َم‬ َ ‫ اَألَ ْش َع ِّر ي َر‬‰‫ب ُر َدةَ ع َْن أَبِّ َموْ سي‬
َ ِّ ‫ضِّي هللَا ُ َع ْنهُ قَاَلَز قَا َ َل َرسُوْ ُل هللَا‬ َ ‫ال َّشعْبِّ أَ ْخبَنِّ أَب ُو‬
َ‫ب اَل َّر ُج ُل اَ َمتَهُ فَأَحْ َسنَ تَدِّيْ بَها َ َو َعلَّ َمها َ فَأَحْ َسنَ تَ ْعلِّ ْي َمها َ ثَأَعْتَ قَها َ فَ تَ زَ َّو َجها َ َكاَنَ لَهُ أَجْ راَنِّ َوإِّذا‬ َ ‫إِّذاَ أَ َّد‬
‫ع َمواَلِّيَهُ فَ لَهُ أَجْ راَ َّن‬
‰َ ‫ث آَ َمنَ بَّ فَ لَهُ أَجْ راَنِّ َو ْال َع ْب ُد إَّذاَ اَت قَّي َربَّهُ َوأَظا‬
َ ‫آ َمنَ بَّ ِّع ْي َسي‬

Telah diriwayatkan kepada kami Muhammad ibnu Muqattil telah diberitakan kepada
kami Abdullah, telah diberitakan kepada kami Shalih Ibnu Hayyin: sesungguhnya
seorang laki-laki dari penduduk Khurasan telah berkata kepada Sya'biy. Lalu Asy-
Sya'biy berkata telah diberitakan kepadaku Abu Darda' dari bapakku Musa al-Asy'ariy
r.a. berkata: telah bersabda Rasulullah saw.: "apabila seorang laki-laki mendidik
budaknya secara baik serta diajarnya secara baik, kemudian memerdekakannya dan
dikawininya, maka ia mendapat dua pahala, dan apabila ia percaya kepada Isa, lalu
percaya kepadaku, maka baginya dua pahala, dan apabila seorang budak bertakwa
kepada Tuhannya dan taat kepada majikannya, maka baginya dua pahala."

Hadis tersebut di atas sejalan dengan tujuan pendidikan Islam, seperti yang diuraikan oleh
Muhammad Fadhil al-Jamaly bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membina kesadaran atas
diri manusia itu sendiri, dan atau sistem sosial yang Islami. Sikap dan rasa tanggung jawab
sosialnya juga terhadap alam ciptaan-Nya serta kesa-darannya untuk mengembangkan dan
mengelola alam ini bagi kepentingan dan kese-jahteraan umat manusia. Yang penting lagi adalah
terbinanya makrifat kepada Allah Pencipta alam semesta dengan beribadah kepada-Nya dengan
cara menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Jadi, hadis yang sebelumnya menyatakan
bahwa "laki-laki ketika mempunyai budak lalu mendidiknya dan memperbaiki adabnya dan
mengajarinya dengan baik, kemudian memerdekakannya serta menikahinya, maka baginya ada
dua pahala" adalah aplikasi dari hakikat tujuan pendidikan Islam yakni suatu upaya bagi
pembentukan akidah atau keimanan yang mendalam, menumbuh-kan dasar-dasar akhlak karimah
melalui jalan agamis yang diturunkan untuk mendi-dik jiwa manusia serta menegakkan akhlak
yang akan membangkitkan kepada per-buatan terpuji. Upaya ini sebagai perwujudan penyerahan
diri kepada Allah pada tingkat individual, masyarakat, dan kemanusiaan pada umumnya.
Pendidikan, baik dalam konsep al-ta'lim dan al-ta'dib maupun al-tarbiyyah sebagai suatu
aktivitas yang sadar tujuan, maka pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan tujuan yang akan
dicapai. Zakiah Daradjat menyatakan bahwa "tujuan" ada-lah suatu yang diharapkan tercapai
setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Karena pendidikan merupakan suatu usaha atau
kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingakatan, tujuannya bertahap dan
bertingkat. Maka, dapatlah dikatakan bahwa kegiatan pendidikan dapat berlangsung dengan baik
dan terarah jika ada tujuan yang hendak dicapai.

Anda mungkin juga menyukai