Anda di halaman 1dari 12

Kewajiban Menuntut Ilmu Pengetahuan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: “Hadits Tarbawi”

Dosen Pengampu:

Ahmad Ridwan M.Sy

Disusun Oleh:

Dian Farhani : 2018220010

Dita Aulia : 2018220012

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HAMIDIYAH

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala yang senantiasa


memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Salawat serta salam semoga tercurahkan
dan terlimpahkan kepada baginda junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang
telah membimbing perubahan akhlak dari yang tidak terpuji menuju akhlak yang
terpuji serta beliau sebagai uswatun hasanah bagi kita.
Penulis berucap syukur kepada Allah atas limpahan rahmat dan nikmat
sehat, baik fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah, sebagai tugas dari mata kuliah Hadits Tarbawi.
Tentunya makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik-kritik dan saran dari pembaca untuk
memperbaiki makalah ini. Demikian, dan jika terdapat kesalahan penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Hanya kepada Allah SWT penulis memohon ampunan dan rahmat-Nya
semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami, dan bagi pembaca
umumnya. Amin Ya Robbal ‘Alamin

Depok, 1 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Menuntut Ilmu 2
B. Kewajiban Menuntut Ilmu Pengetahuan 6
C. Kelebihan dan Keutamaan Menuntut Ilmu 7
BAB III PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu
tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia (long life education). Islam
memotivasi pemeluknya untuk selalu meningkatkan kualitas keilmuan dan
pengetahuan. Tua, muda, pria, atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan porsi
sama dalam pandangan islam dalam kewajiban untuk menuntut ilmu. Ilmu yang
didapatkannya itu tidak hanya pengetahuan bersifat ukhrawi saja yang ditekankan
oleh islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan urusan duniawi juga.
Karena tidak mungkin manusia mencapai kebahagiaan kelak tanpa melalui jalan
kehidupan ini.
Islam sebagai agama yang sangat sempurna memandang bahwa menuntut ilmu
adalah sebagai keharusan bagi umatnya. Di dalam islam, menuntut ilmu
merupakan perintah sekaligus kewajiban. Sebagaimana yang ada dalam hadits
berikut ini:
Rasululah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬
‫ْضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم َو ُمسلِ َم ٍة‬
Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim ” (H.R Ibnu Majah no. 224)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ilmu?
2. Bagaimana Kewajiban menuntut ilmu menurut hadits?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu.
2. Untuk mengetahui kewajiban menuntut ilmu menurut hadits.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik, karena pada dasarnya
ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.
Allah sangat menghargai orang yang menuntut ilmu. Orang yang menuntut
ilmu dengan mengharap rida Allah Swt. Akan mendapatkan beberapa kemudahan
dan kedudukan yang tinggi. Sebagaimana dalam hadis berikut.
‫طلُبُ فِي ِه ِع ْل ًما َسلَكَ هللاُ بِ ِه طَ ِر ْيقًا‬ ْ َ‫ك طَ ِر ْيقًا ي‬َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُ ُل َمن َسل‬ َ ِ‫ُول هللا‬ َ ‫ْت َرس‬ ُ ‫َس ِمع‬
‫ب ْال ِع ْل ِم َوإِ َّن ْال َعالِ َم لَيَ ْستَ ْغفِ ُر لَهُ َم ْن فِي‬
ِ ِ‫ لِطَا ل‬o‫ضا‬ً ‫َض ُع أَجْ نِ َحتَهَا ِر‬
َ ‫ُق ْال َجنَّ ِة َوإِ َّن ْال َماَل ئِ َكةَ لَت‬
ِ ‫ِمن طُر‬
‫ف ْال َما ِء َوإِ َّن فَضْ َل ْال َعالِ ِم َعلَى ْال َعابِ ِد َكفَضْ ِل‬ ِ ‫ض َو ْال ِح ْيتَانُ فِي َجو‬ ِ ْ‫ت َو َمن فِي اأْل َر‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫ال َّس َم‬
َ ‫ت اأْل َ ْنبِيَا ِء لَ ْم يُ َورِّ ثُوا ِدينَار‬
‫ًاواَل ِدرْ هَ ًما َوإِنَّ َما‬ ُ َ‫ب َوإِ َّن ْال ُعلَ َما َء َو َرث‬
ِ ‫ْالقَ َم ِر لَ ْيلَةَ ْالبَ ْد ِر َعلَى َسائِ ِر ْال َك َوا ِك‬
ٍّ ‫واال ِع ْل َم فَ َم ْن أَ َخ َذهُ أَ َخ َذبِ َح‬
)‫ر (راوه ابو دود‬oٍ ِ‫ظ َواف‬ ْ ُ‫َو َّر ث‬
(Dari Abu Darda r.a. berkata) Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda, “Siapa
yang berpergian untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan jalan ke surga.
Sesungguhnya para malaikat merendahkan sayapnya bagi orang yang menuntut
ilmu pengetahuan sebagai bukti keridaan atas apa yang diperbuat oleh orang yang
menuntut ilmu, semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, hingga ikan di air
niscaya memintakan ampunan kepada orang yang alim. Keutamaan orang alim
dibandingkan dengan orang lain yang beribadah (tanpa ilmu) diibaratkan bagaikan
kelebihan bulan atas bintang dan ulama adalah pewaris nabi. Sesungguhnya para
nabi tidak mewariskan dinar dan dirham akan tetapi mereka mewariskan ilmu.
Maka siapa yang memanfaatkan kesempatan ini berarti dia mengambil bagian
yang sempurna.”
Seseorang harus memulai dengan ilmu sebelum beramal. Maksud beramal
adalah melakukan kegiatan atau melakukan suatu pekerjaan. Dalam melakukan
pekerjaan manusia dituntut mengetahui ilmunya dari pekerjaan tersebut. Karena
dengan mengetahui ilmunya pekerjaan akan lebih terarah dan tidak berantakan.
Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw
yang diriwayatkan oleh Mu’adz bin jabal, Rasulullah saw bersabda, “Pelajarilah
ilmu karena mempelajarinya membuatmu takut kepada Allah, mencarinya adalah
ibadah, mengingatnya adalah tasbih dan mengkajinya adalah jihad.

2
Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah sedekah. (HR.
Ibn Abdul Barr).
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan atara laki-laki dan
perempuan. Hal yang terpenting di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya
perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah
laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.1
B. Kewajiban Menuntut Ilmu Pengetahuan
Di dalam islam, menuntut ilmu merupakan perintah sekaligus kewajiban.
Manusia diperintahkan untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmu pengetahuan
kita bisa mencapai apa yang dicita-citakan baik di dunia maupun di akhirat.
Bahkan sebagai seorang muslim itu wajib hukumnya seperti dalam sebuah hadits
disebutkan bahwa;
Rasululah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬
‫ْضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم َو ُمسلِ َم ٍة‬
Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” (H.R Ibnu Majah no. 224)
Berdasarkan hadits di atas bahwa menuntut ilmu pengetahuan memang suatu
kewajiban bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan anak-anak, remaja
maupun yang sudah dewasa. Rasulullah sering berbicara tentang keutamaan ilmu
dan bahkan mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu.
Manusia diwajiban untuk menuntut ilmu karena hal ini telah ada di dalam al-
Qur’an. Allah menciptakan manusia dalam keadaan tidak tahu akan ilmu, lalu
Allah memberinya perangkat ilmu agar mampu menggali ilmu dan
mempelajarinya agar ilmu itu digali, dipelajari dan dipahami.
Mencari ilmu pengetahuan, hendaklah yang dapat memberikan manfaat bagi
kebaikan di dunia dan di akhirat baik untuk diri kita maupun untuk orang lain.
Mengajarkan ilmu kepada orang lain merupakan sadaqoh.2
Selain itu menuntut ilmu itu tidak mengenal batas usia, sejak kita terlahir
sampai kita masuk kuburpun kita senantiasa mengambil pelajaran dalam
kehidupan,

1
M. Ikhsan Hadi Saputra, Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan Pengalamannya,
Al-ikhlas, Surabaya, 1981, hlm.5-8.
2
Anjali Sriwijabant, Antologi Hadits Tarbawi (Pesan-pesan Nabi S.A.W Tentang Pendidikan), Edu
Publisher, Tasikmalaya, 2020, hlm. 231.

3
Dan akan menjadi sumber mata amal kebaikan bagi kita semua di akhirat
karena ilmu yang kita amalkan, akan tetap mengalir pahalanya secara terus
menerus.

Sedang di antara manfaat menuntut ilmu untuk memperoleh kebahagiaan dunia


dan akhirat. Imam Syafi’i berkata sebagaimana yang dikutip oleh al-Nawawi
dalam kitabnya Tahdzib al-Asma wa al-Lughat (1):74):3
‫ ومن أراد اآلخرة فعليه بالعلم‬،‫من أراد ال ُّد نيا فعليه با لعلم‬
“Barang siapa yang menghendaki dunia hendaknya dengan ilmu, dan barang
siapa yang menghendaki akhirat hendaknya dengan ilmu”
Menurut Imam al-Qurthubi hukum kewajiban dalam menuntut ilmu terbagi
dua: Pertama, hukumnya fardhu ai’n atau wajib untuk setiap individu: Menuntut
ilmu aqidah, ilmu fiqih seperti salat, zakat, dan puasa. Kedua, hukumnya fardhu
kifayah; seperti menuntut ilmu tentang pembagian berbagai hak waris, tentang
pelaksaan hukum islam atau had seperti qishas, porong tangan, cambuk dan
lainnya, dan menjadi penghafal Al Quran.
C. Kelebihan dan Keutamaan Menuntut Ilmu
1. Salah satu jalan menuju surga
‫ َسهَّ َل هللاُ لَهُ بِ ِه طَ ِر ْيقًا إِلَى ْال َجنَّ ِة‬،‫ك طَ ِر ْيقًا يَ ْلتَ ِمسُ فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬
َ َ‫حدث أبي هريرة َم ْن َسل‬
Artinya: “Barangsiapa yang berjalan untuk menuntut ilmu, Allah akan
memudahkan dirinya jalan menuju surga.” (HR. Abu Hurairah).
Di dalam hadits diatas terdapat janji Allah bahwa orang yang berjalan untuk
menuntut ilmu baik agama maupun ilmu syar’i, maka Allah akan
memudahkan jalan untuknya menuju surga.
‫طَ ِر ْيقًا يَ ْلتَ ِمسُ فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬
“berjalan menuntut ilmu” mempunyai dua makna, Pertama; melakukan
perjalanan dalam arti yang sebenarnya, yaitu berjalan kaki menuju majelis-
majelis ilmu atau duduk di majelis para ulama. Kedua; menempuh jalan
diartikan dengan “cara” yang mengantarkan seseorang untuk mendapatkan
ilmu syar’i seperti menghafal ilmu dan Al Quran, belajar dengan membaca
buku, menelaah kitab.
‫َسهَّ َل هللاُ لَهُ بِ ِه طَ ِر ْيقًا إِلَى ْال َجنَّ ِة‬

3
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi(Hadis-hadis Pendidikan), KENCANA, JAKARTA, 2012, hlm. 116

4
“Allah akan memudahkan jalannya menuju surga” juga mempunyai dua
makna, Pertama; Allah akan memberikan kemudahan jalan menuju surga
bagi penuntut ilmu agama, dengan syarat: ikhlas karena Allah dan
mengamalkan ilmu yang di milikinya. Kedua; Allah akan memudahkan jalan
menuju surga pada hari kiamat kelak, saat kita melewati shirath dan
dimudahkan atau di hilangkan dari berbagai ketakutan.4
2. Tanda seseorang diberikan petunjuk dan hidayah
Ketika seorang hamba mendapatkan kemudahan untuk memahami serta
mempelajari ilmu syar’i. Itu berarti Allah telah menghendaki kebaikan bagi
hamba tersebut, serta membimbing hambanya menuju kepada prihal yang
diridhai-Nya. Dengan keberadan ilmu tersebut kehidupannya menjadi berarti,
masa depannya cemerlang, selain itu juga kenikmatan yang tak pernah
dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Sebagaimana hal tersebut telah
dikatakan pada Hadist Rasulullah SAW yang berbunyi:
‫َم ْن ي ُِر ِد هَّللا ُ بِ ِه َخ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ فِى ال ِّد ي ِن‬
Artinya: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba
maka ia akan dipahamkan tentang agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Menuntun kepada akhlaq yang baik
‫ َر ُج ٌل‬: ‫ اَل َح َس َد إِاَل فِي ْاثنَتَي ِْن‬: ‫م‬.‫ قال النبي ص‬:‫عن عبد اهللا بن مسعود رضي هللا عنه قال‬
‫ (رواه‬o‫ضى بِهَا َويُ َعلِ ُمهَا‬ ِ ‫ َو َر ُج ٌل أَتَاهُ ْال ِح ْكمةَ فَه َُو يَ ْق‬،ِّ‫أَتَاهُ هللاُ َمااًل فَسِّلطَ َعلَى هلكته في الحق‬
)‫البخا ري‬
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a Nabi Muhammad pernah bersabda: “Janganlah
ingin seperti orang lain, kecuali dua orang seperti ini. Pertama orang yang
diberi Allah kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar,
kedua orang yang diberi Allah al-hikmah dan ia berperilaku sesuai dengannya
dan mengajarkannya kepada orang lain” (HR Bukhari).
4. Sebagai pahala yang mengalir
Menuntut ilmu, lalu mengajarkannya kepada orang lain maka ilmu yang
kita pelajari tersebut menjadi ladang amal jariyah. Hal tersebut juga dijelaskan
dalam sebuah Hadist:

4
Sunan Ibnu Majah , Kitab al-ilmi (Bab keutamaan Ulama’ dan anjuran mencari ilmu, Dar Al-Fikri,
Beriut, 2001, hlm. 193.

5
‫اإل ْن َسا‬
ِ َ‫عن أبي هر يرة رضي الف هلل عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال إ َذا َمات‬
ُ‫ح يَ ْدعُولَه‬ َ ‫ص َدقَ ٍة َجا ِريَ ٍة أَوْ َولَ ٍد‬
ٍ ِ ‫صا ل‬ َ ‫نُ ا ْنقَطَ َع َع ْنهُ َع َملُهُ إِاَّل ِم ْن ثَاَل ثَ ٍة إِاَّل ِم ْن‬
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Jika
manusia meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah
jariyahnya, ilmu yang bermanfaat dan anak yang saleh yang mendoakan kedua
orangtuanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Ahli ilmu lebih utama daripada ahli ibadah
Ilmu sebenarnya merupakan bagian dari ibadah, yaitu jika ilmu yang kita
miliki diajarkan kepada orang lain akan bernilai jariyah. Selain itu dengan
ilmu kita dapat lebih mengerti tentang ibadah yang kita lakukan sehingga niat,
maksud, dan tujuan ibadah kita lebih terarahkan. Sebagaimana dalam sebuah
hadits yang berbunyi:
“Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu disbanding ahli ibadah,
seperti keutamaan bulan di malam purnama dibanding seluruh bintang-
bintang.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
6. Terhindar dari fitnah dan laknat Allah
Hal ini telah disebutkan dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh
sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi
wasallam bersabda: “Sesungguhnya dunia itu terlaknat, terlaknat segala isinya,
kecuali dzikir kepada Allah dan amalan-amalan ketaatan, demikian pula
seorang yang alim atau yang belajar.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

6
7. Kewajiban seorang menyampaikan ilmu kepada orang lain
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َمن ُسئِ َل عَن ِع ٍلم َعلِ َمهُ ثُ َّم َكتَ َمهُ أُلح َم‬
َ ‫ع َْن ابي هُ َر ْي َرةَ قَا َل َرسُو ُل هللا‬
)‫َار(رواه آبو داود والترمذ ي‬ ٍ ‫يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة بِلِ َج ٍام ِمن ن‬
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. berkata Rasulullah SAW bersabda “Barang
siapa yang di tanya sesuatu ilmu kemudian ia menyembunyikannya, maka ia
nanti pada hari kiamat dikendalikan dengan tali kendali dari api neraka” (HR.
Abu Daud dan al-Tirmidzi).
Hadist di atas menjelaskan bahwa ilmu hendaknya di konsumsi oleh semua
umat manusia secara luas dan semua orang mendapat pancaran sinarnya ilmu.
Kewajiban seorang adalah menyampaikan ilmu pada orang lain di samping
mengamalkan nya untuk diri sendiri.
Maksud sampaikanlah ampaikan ilmu atau pelajaran dari Nabi Saw
walaupun sedikit, atau sesuai dengan kemampuan ilmu yang diketahuninya.
8. Keutamaan penuntut ilmu yang mendapatkan doa kebaikan dari semua
makhluk di langit dan di bumi
َ ‫ض ْينَ َحتَّى النَّ ْملَةَ فِي جُحْ ِر هَا َو َحتَّى اَ ْل ُحوتَ لَي‬
َ‫ُصلُّون‬ ِ ‫ت َواأْل َ َر‬
ِ ‫إِنَّاهللَ َو َماَل ئِ َكتَهُ َوأَ ْه َل ال َّس َم َو‬
‫اس اَ ْل َخي ِْر‬
ِ َّ‫َعلَى ُم َعلِّ ِم الن‬
Artinya:”Sesungguhnya Allah, para malaikat, penduduk langit dan bumi
sampai semut di sarangnya dan ikan di lautan turut mendoakan kebaikan untuk
orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia”.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas kami sebagai penulis menyimpulkan bahwa:
1. Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik, karena pada
dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan
kebodohan.
2. Di dalam islam, menuntut ilmu merupakan perintah sekaligus kewajiban.
Manusia diperintahkan untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmu pengetahuan
kita bisa mencapai apa yang dicita-citakan baik di dunia maupun di akhirat.
Bahkan sebagai seorang muslim itu wajib hukumnya seperti dalam sebuah
hadits disebutkan bahwa;
Rasululah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬


‫ْضةٌ َعلَى ُم ْسلِ ٍم َو ُمسلِ َم ٍة‬

Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” (H.R Ibnu Majah no.
224)

8
DAFTAR PUSTAKA

Khon, A. M., 2012. Hadis Tarbawi(Hadis-hadis Pendidikan). JAKARTA: KENCANA.

Majah, S. I., 2001. Kitab al-ilmi (Bab keutamaan Ulama’ dan anjuran mencari ilmu. Beriut: Dar Al-
Fikri.

Saputra, M. I. H., 1981. Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan Pengalamannya.
Surabaya: Al-ikhlas.

Sriwijabant, A., 2020. Antologi Hadits Tarbawi (Pesan-pesan Nabi S.A.W Tentang Pendidikan).
Tasikmalaya: Edu Publisher.

Anda mungkin juga menyukai