Menuntut Ilmu
Disusun oleh :
Herirudin
187.001.108.5
Program S1
Jurusan Teknik Mesin
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
FAKULTAS TEKNIK
BEKASI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada penulis, sehingga makalah yang berjudul “ Pentingnya Mentutut Ilmu “ dapat
tersusun dengan baik dan di sajikan dengan baik.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa dari kegelapan hingga seperti sekarang ini. Dan semoga kita menjadi
umatnya yang akan mendapat syafa’atnya besok di hari kiyamat. Amiin .
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan
yang harus di perbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifat-sifatnya
membangun sangat penulis harapkan, demi untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua, dan
akhirnya mudah-mudahan makalah ini walaupun sederhana dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya. Amiin ya robbal ‘alamin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
Ada beberapa hadist yang membahas tentang menuntut ilmu, mungkin sebagian sudah sering
didengar pada kultum atau ceramah. Bunyi hadist-hadist ini sebagai berikut:
س ِل َم ٍة
ْ سل ٍِم َو ُم َ ٌب اْل ِع ْل َم فَ ِري ِْضة
ْ علَى ك ُِل ُم َ ))رواه إبن عبد البر
ُ َطل
Artinya: “Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim dan muslimah” (HR. Abu Abdil Barr).
Saya kira hadist ini sangat jelas memberitahu kita akan hukumnya menuntut ilmu. Ada hadist lain
yang mengabarkan pada kita tentang keutamaan menuntut ilmu, bunyi hadistnya seperti ini:
َ ب ا ْل ِع ْل ِم فَ ُه َو فِى
سبِ ْي ِل هللاِ َحت َّى يَ ْر ِج َع َ َم ْن َخ َر َج فِى
ُ َطل
Artinya: “Barang siapa yang keluar (pergi) untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai
ia kembali.” Atau dalam hadist yang lain juga berbunyi seperti ini:
Artinya: “Barangsiapa yang meniti jalan dalam menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalanya
menuju surga”
Siapa yang tidak ingin dipermudah jalannya menuju surga? Tentu semua dari kita memiliki
keinginan untuk masuk surga, dan ternyata dalam hadist ini dijelaskan salah satu jalan yang bisa kita
tempuh untuk mendapatkannya.
Beberapa hadist diatas sebenarnya menyiratkan pada kita tentang betapa menuntut ilmu itu
mendapat perhatian dan porsi yang besar dalam islam, sehingga sudah seharusnya kita sebagai umat
muslim memposisikan hal menuntut ilmu ini dalam porsi yang sebenarnya.
Dalam sejarah keilmuan islam yang begitu luar biasa, kita akan dibuat malu dan merasa
minder dengan kesungguhan dan kegigihan para ulama dalam mencari ilmu. Bagaimana pengorbanan
mereka hanya demi mendapatkan satu hadist, bagaimana pengorbanan Imam Bukhari dalam
mengumpulkan hadist dari tempat-tempat yang jauh.
Begitu juga imam muslim yang rela meninggalkan tempat tinggalnya selama beberapa tahun
demi berguru untuk mengumpulkan hadist. Kita tidak akan bisa mendapatkan kemudahan dalam
belajar hadist apabila para ulama dahulu tidak memiliki kesungguhan yang tinggi dalam menuntut
ilmu.
Dalam hal pentingnya menuntut ilmu ini ada sebuah hadist yang kandungannya tidak ada
limit atau batas waktu dalam menuntut ilmu. Bunyi hadistnya seperti ini:
Artinya: “Carilah ilmu dari semenjak kamu dalam buaian hingga liang lahat”
Jelas kiranya perkara menuntut ilmu ini harus menjadi passion setiap muslim, menuntut ilmu
itu sangat luas cakupan nya, tidak hanya belajar dalam kelas-kelas atau perkuliahan, tapi juga dalam
kehidupan sehari-hari ada unsur menuntut ilmu disana.Hal yang perlu digarisbawahi sekali lagi
adalah, tentang niat dalam menuntut ilmu, hendaknya seorang muslim menuntut ilmu tidak
mengharap agar mendapat uang atau penghasilan, melainkan benar-benar semata karena mentaati
perintah Allah dan Rasul-Nya.Selain dalil dari hadist Nabi Muhammad SAW, terdapat pula dalil dari
Al-Quran tentang keutamaan orang yang berilmu. Berikut bunyi ayatnya:
Dalam ayat diatas kita dapati ada satu hal semacam syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang
sebelum ia keluar menuntut ilmu, apa itu? Yang harus dipenuhi adalah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya terlebih dahulu. Maka nanti dalam perjalanannya, iman inilah yang akan menuntun dan
menjaganya dari kesombongan dan takabbur.
BAB III
PEMBAHASAN
Ilmu adalah isim masdar dari ‘alima yang berarti mengetahui, mengenal, merasakan, dan
menyakini. Secara istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau bentuk sesuatu dalam akal.
Karena pentingnya ilmu dan banyaknya faidah yang terkandung di dalamnya, para ulama
menyimpulkan bahwa menuntut ilmu adalah wajib, sesuai dengan jenis ilmu yang akan dituntut.
Setiap muslim wajib menuntut ilmu. Rasulullah saw bersabda: “Menuntut ilmu adalah
kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Allah memberikan keutamaan dan
kemuliaan bagi orang-orang yang berilmu dalam firman-Nya dalam Al-Qur`an surat Al-Mujaadilah
ayat 11 : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. Orang-orang yang berilmu akan pula dimudahkan
jalannya ke syurga oleh Allah dan senantiasa didoakan oleh para malaikat.
Sebenarnya ilmu hanyalah merupakan suatu alat untuk mendekatkan diri kita kepada Allah. Adapun
fungsi ilmu itu antara lain adalah :
“Seorang alim (berilmu)dengan ilmunya dan amal perbuatannya akan berada di dalam syurga, maka
apabila seseorang yang berilmu tidak mengamalkan ilmunya maka ilmu dan amalnya akan berada di
dalam syurga, sedangkan dirinya akan berada dalam neraka” (HR. Daiylami)
(Ingat pula kisah Sayyidina Ali r.a. ketika disuruh memilih antara harta dan ilmu)
Keutamaan manusia dari makhluk Allah lainnya terletak pada ilmunya. Allah bahkan
menyuruh para malaikat agar sujud kepada Nabi Adam as karena kelebihan ilmu yang dimilikinya.
Cara kita bersyukur atas keutamaan yang Allah berikan kepada kita adalah dengan menggunakan
segala potensi yang ada pada diri kita untuk Allah atau di jalan Allah.
“Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?
Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran”. (QS. 39: 9)
Dalam bahasa Arab al-Ilmu merupakan lawan kata al-Jahlu (tidak tahu/bodoh). Al-Ilmu
dapat diartikan juga sebagai mengenal sesuatu dalam keadaan aslinya dengan pasti. Sedang menurut
istilah, Ilmu yang dimaksudkan adalah ilmu syar‘i, yaitu ilmu tentang penjelasan-penjelasan dan
petunjuk yang Allah swt. turunkan kepada Rasul-Nya, baik yang termaktub dalam Alquran
maupun As-Sunnah.
Ilmu yang seringkali disebut dalam Alquran dan As-Sunnah, dan memperoleh pujian adalah ilmu
wahyu/ilmu agama. Namun sebenarnya ilmu agama sendiripun sangat luas. Ilmu bermanfaat apabila
dapat menambah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta bermanfaat bagi alam semesta.
Kaidah Menuntut Ilmu
Dalam menuntut ilmu ada kaidah yang harus diperhatikan oleh setiap muslim. Dr. Ibrahim
bin ‘Amir ar-Ruhaili menyebutkan, termasuk perkara yang penting sebelum menuntut ilmu, ialah
ikhlas (rela) karena Allah swt. Sesungguhnya ikhlas memiliki pengaruh besar untuk meraih taufiq
(bimbingan) dalam segala hal. Setiap muslim yang mendapatkan taufiq, baginya diberi kebaikan
yang banyak dalam segala urusan agama dan dunia.
Termasuk ikhlas dalam belajar, adalah menuntut ilmu untuk tafaqquh (memahami secara
mendalam), menghilangkan kebodohan diri sendiri. Setiap muslim berhak bersungguh-sungguh
mendalami suatu ilmu. Hasil pendalaman tersebut, baik oleh lelaki atau perem- puan, dapat
mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan dan pemikiran keagamaan. Oleh karena itu sangatlah
utama bagi lelaki dan perempuan untuk berlomba-lomba ber-tafaqquh dalam ilmu yang
membuahkan amalan.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah isti’anah, memohon pertolongan kepada Allah swt.,
tawakkal (berserah diri), dan berdoa agar dikaruniakan ilmu yang shahih (benar) dan nafi‘
(bermanfaat). Firman Allah swt:
"Wahai hamba-hamba-Ku, kamu semua berpeluang tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk,
maka mintalah petunjuk ke- pada-Ku, niscaya Aku akan memberi petunjuk kepadamu”. (HR. Muslim)
Tampaknya memohon hidayah Allah merupakan jalan meraih ilmu agama, dan
pengetahuan umum yang bermanfaat bagi kemaslahatan dunia. Setiap muslim tidak akan
memperoleh petunjuk kecuali yang dikaruniai taufiq oleh Allah swt., dan hal ini tergantung kepada
upayanya masing-masing. Upaya dalam menuntut dan mengamalkan ilmu, membawa mereka pada
derajat kedudukan sebagai manusia. Baik lelaki atau perempuan, keduanya dikaruniai kedudukan
sesuai dengan usahanya.
Seorang muslim sangat dianjurkan untuk mencari ilmu ke manapun, tempat ilmu itu dapat
diraih. Satu riwayat mengatakan, “Carilah ilmu walau hingga ke negeri China”. Riwayat ini sangat
menghargai baik lelaki maupun perempuan yang bersemangat menuntut ilmu, sekalipun hingga ke
negeri nun jauh. Mereka akan terhitung sebagai orang yang berjuang di jalan Allah swt.
Terlebih dalam menuntut ilmu, sesungguhnya lelaki-perempuan tidak dibatasi oleh waktu.
Anggapan bahwa perempuan memiliki waktu terbatas, karena didesak kewajiban berkeluarga dan
mengasuh anak tidaklah benar. Sesungguhnya setiap lelaki dan perempuan memiliki kesempatan
sama untuk thalabul ’ilmi. Sabda Nabi saw., “Manusia harus mencari ilmu dari buaian sampai ke
liang lahat”. Inilah pemikiran yang tepat dan demokratis tentang pendidikan seumur hidup bagi
sesama. Jika benar kita umatnya, marilah beri kesempatan serupa antara lelaki dan perempuan
untuk menjalankan kewajiban menuntut ilmu hingga akhir hayat dikandung badan. Wallahu a’lam.
(Hafidzoh)
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Allah berfirman:
."Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"
َ علَى أال َم ََل ِئ َك ِة فَقَا َل أَن ِبئُونِي ِبأ َ أس َماءِ َٰ َهؤ ََُلءِ ِإن ُكنت ُ أم
31 : صا ِدقِينَ ﴿ البقرة َ ض ُه أم َ علَّ َم آدَ َم أاْل َ أس َما َء ُكلَّ َها ث ُ َّم
َ ع َر َ ﴾ َو
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda
itu jika kamu mamang orang-orang yang benar!"
Mereka menjawab “ Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami , Sesungguhnya Engkau Yang Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana
Dijelaskan dalam ayat diatas bahwa manusia adalah dijadikan Allah sebagai Kholifah (pelaksana
syariat-syariat Allah) di muka bumi ini , Allah memberikan kelebihan-kelebihan kepada manusia
sehingga kelebihannya melebihi para malaikat disebakan Allah Swt memberikan ilmu kepadanya
(manusia). Ilmu menurut pandangan islam adalah sesuatu yang menyebabkan perubahan menjadi
lebih baik, seseorang menjadi lebih takut kepada Allah SWT.
ٌ ُغف
٢٨: ﴿فاطر.ور ٌ ع ِز
َ يز َ ََّللا َّ ِف أ َ أل َوانُهُ َك َٰذَلِكَ ۗ ِإنَّ َما َي أخشَى
َّ َّللاَ مِ أن ِع َبا ِد ِه أالعُلَ َما ُء ۗ ِإ َّن ٌ اب َو أاْل َ أن َع ِام ُم أختَل ِ َّ﴾ َومِ نَ الن
ِ اس َوالد ََّو
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada
yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Sesungguhnya, Manusia ketika ilmu pengetahuannya bertambah, maka dia akan semakin bertambah
rasa takutnya kepada Allah SWT, terbuka ma,rifatnya (pengertian) kepada Nya, hidupnya bermakna
dan punya arti karena manusia mengetahui bahwa ilmu adalah keutamaan baginya dan pemberian
Allah Subhanahu wata’ala.
Untuk memperoleh suatu ilmu, manusia banyak mempergunakan panca indranya yaitu menggunakan
pendengaran ketika manusia ingin mendengar, menggunakan penglihatannya ketika ingin melihat dan
begitu pula lidahnya ketika manusia ingin berbicara.
Berbekalah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-
orang yang berakal.
Maka seorang muslim dan seorang pendidik atau pengajar harus punya insting atau rasa takut kepada
Allah subhanahu wataala, karena taqwa dapat membantu, menolong dan menumbuhkan keikhlasan
seorang guru atau pendidik dalam melaksanakan tugas kewajibannya,sehingga menjadikan dirinya
istiqomah ketika berada didalam sekolah atau diluar sekolah karena merasa bahwa dirinya ada dalam
pengawasan Allah subhanahu Wataala.
3. Al-Ikhlash.
Yaitu seorang pendidik ( murobby dan muallim) tidak ingin mengharapkan sesuatu apapun yang ia
lakukan yang sifatnya materi atau duniawi ,dan juga tidak ingin mendapatkan pujian pimpinannya,
pengawasnya dan manusia pada umumnya.
4. Ash-Shiddiq.
( jujur atau Benar), karena jujur adalah salah satu sifat yang diajarkan islam ,jujur dalam
perkataan dan jujur dalam perbuatan dan jujur,sebagaimana Allah berfirman
33 : أولئك هم المتــــــــــــتتتقون ﴿الزمر, ﴾والذي جاء بالصدق وصــــــــــدق به
Jika seorang pendidik jujur dalam perkataan, jujur dalam perbuatan maka seorang pendidik akan
dihormati peserta didiknya, dihormati masyarakatnya dan akan mendapatkan ketenangan ,
ketentraman , keselamatan didunia dan akan mendapatkan balasan pahala di akhirat kelak.
5. Al-Adlu.
Yaitu adil menempatkan sesuatu pada tempatnya, adil dalam melayani para didiknya , adil dalam
memberikan nasehat dan arahannya dan lain sebagainya.
6. Ash-Shobru.
Sabar dalam memikul kesulitan-kesulitan yang dihadapi, karena belajar mengajar adalah bukan
pekerjaan mudah, tapi pekerjaan yang mungkin bisa menghabiskan waktu, karena seorang pendidik
atau guru harus senantiasa mempersiapkan diri dan mencari cara pembelajaran yang lebih baik
sehingga apa yang diharapkan tercapai sesuai dengan tujuan.
7. Ar-Rohmah.
Jika seorang muslim harus memiliki sifat rohmah atau kasih sayang, maka seorang guru harus
lebih kasih sayang kepada para pelajarnya atau mahasiswanya,karena guru dan pendidik adalah
seorang pemberi petunjuk yang mengajarkan manusia agar beretika dan ber akhlaqulkarimah, jika
tidak demikian , Allah subhanahu wataala berfirmsn ;
,ع أن ُه أم َوا أست َ أغف أِر لَ ُه أم َوشَا ِو أر ُه أم فِي أاْل َ أم ِر ِ ظ أالقَ أل
ُ ب ََل أنفَـــــــــــــــــضُّوا مِ ن َح أولِكَ فَاع
َ أف َ غلِــــي ًّ ََّللاِ ِل أنتَ لَ ُه أم َولَ أو ُك أنتَ ف
َ ظا َّ َفَبِ َما َرحأ َم ٍة مِ ن
١٥٩:َّللاَ يُحِ بُّ أال ُمت ََو ِكلِي ﴿آل عمران َّ علَى
َّ َّللاِ إِ َّن َ عزَ أمتَ فَت ََو َّك أل
َ ﴾فَإِذَا
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
8. Al-Amanah.
Yaitu bahwa manusia harus menunaikan hak-hak Allah , dan hak manusia adalah bertanggung jawab
akan kehidupannya,
يرا
ً صِ ََّللاَ َكانَ يعًا ب َّ اس أ َ أن تَحأ ُك ُموا بِا ألعَ أد ِل إِ َّن
ُ َّللاَ نِ ِع َّما يَ ِع
َّ ظ ُك أم بِ ِه إِ َّن ِ َّللاَ يَأ أ ُم ُر ُك أم أ َ أن ت ُ َؤدُّوا أاْل َ َمانَا
ِ َّت إِلَى أ َ أه ِل َها َوإِذَا َح َك أمت ُ أم بَيأنَ الن َّ إنَّ
﴿58:النساء
Sungguh Allah menyuruhmu meyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila
kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkanya dengan adil. Sungguh,
Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh Allah maha mendengar maha
melihat.
9. Rendah hati
Seorang Guru harus memiliki sifati ini, yaitu disifati dirinya dengan tawadhu, mudah berintraksi
dengan orang lain, mudah menolong orang lain, lemah lembut, tidak cepat marah dan jauh dari sifat
sombong dan takabur.
َ طبَ ُه ُم أال َجا ِهلُونَ قَالُوا
(63 : س ََل ًما )الفرقان ِ علَى أاْل َ أر
َ ض ه أَونًا َو ِإذَا خَا ُ الرحأ َم ِن الَّذِينَ يَ أم
َ َشون َّ َُو ِعبَاد
Adapun hamba-hamba Tuhan yang maha pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi
Allah dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang
menghina ), mereka mengucapkan salam (Q.S Al-Furqan 63)
Seorang guru harus senantiasa dirinya ingat kepada Allah sebai manusia biasa yang kadang-
kadang benar, salah, sukses dan gagal. Seorang guru apabila memperoleh ujian dan cobaan suka
ataupun duka tidak merasa takut dan gelisah tetapi banyak berdoa, membaca AL-Qur.an, sehingga
apapun yang menimpa dirinya tetap ia menjadi tenang dan dijadikan sesuatu yang teamat berharga
dan bernilai.
َّللاِ ت أ
2 َطـــــــــــ َمئ ُِّن أالقُلُوبُ )الرعد َّ َّللاِ أ َ ََل ِب ِذ أك ِر الَّذِينَ آ َمنُوا َوت أ8)
َّ َط َمئ ُِّن قُلُوبُ ُه أم ِب ِذ أك ِر
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, dan
ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan mununtut ilmu kita dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang
haram dan mana yang halal, sehingga menjadi bekal kita di akherat. Dunia bagaikan ladang. Yang
hasilnya akan kita petik di akherat kelak. disunahkan mengajarkan ilmu dan menyusun kitab-kitab
yang bermanfaat. Itulah diantara ilmu nafi’ (yang bermanfaat) yang pahalanya tetap berlangsung
sepanjang zaman. Anjuran untuk mendidik anak dan mengajari mereka perkara yang fardhu dan
sunnah, serta adab sopan santun agar mereka menjadi orang-orang shalih.
Kita tidak boleh zhalim terhadap diri sendiri dengan menyia-nyiakan waktu, usia dan kehidupan
kita. Jangan sampai kita salah langkah dalam menghabiskan usia. Jangan sampai kita lebih suka
bersenang-senag dan bermalas-malasan, melalaikan sesuatu yang lebih mulia dan berharga. Setiap
kali usaha bertambah, tanggung jawab setiap kita juga bertambah. Hubungan dan relasi bertambah,
waktu berkurang dan kekuatan melemah. Waktu yang kita miliki di usia tua menjadi semakin sempit,
tubuh melemah dan kesehatan berkurang. Ketika kita mulai tidak berdaya kesibukan yang dimiliki
semakin bertambah.
Dalam penerapan menuntut ilmu dan menghargai waktu itu saling berkaitan seharusnya waktu
luang digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti setiap waktu luang digunakan untuk mengkaji
pengetahuan, digunakan untuk berdzikir, dan melakukan hal-hal yang bermanfaat demi kepentingan
bersama. Dalam penerapan ilmu bila seseorang mempunyai ilmu maka harus mengamalkan ilmunya
kepada orang yang masih kurang pengathuannya maka bila ilmu semakin sering di manfaatkan akan
bertambah pula pengetahuan yang di peroleh.
4.2 Saran
Semoga apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang kemudian diamalkan juga
semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bagi-in.com/kewajiban-menuntut-ilmu/
http://inafauzia95.blogspot.com/2015/05/kewajiban-menuntut-ilmu-mengembangkan_17.html
http://makalah-menghargai-waktu.blogspot.com/2016/02/makalah-tentang-menuntut-ilmu.html
https://hvdzasyk.wordpress.com/2014/12/29/makalah-pendidikan-agama-islam-pentingnya-menuntut-
ilmu/