Anda di halaman 1dari 17

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Menuntut Ilmu

Disusun oleh :
Herirudin
187.001.108.5

Program S1
Jurusan Teknik Mesin
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
FAKULTAS TEKNIK
BEKASI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada penulis, sehingga makalah yang berjudul “ Pentingnya Mentutut Ilmu “ dapat
tersusun dengan baik dan di sajikan dengan baik.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa dari kegelapan hingga seperti sekarang ini. Dan semoga kita menjadi
umatnya yang akan mendapat syafa’atnya besok di hari kiyamat. Amiin .

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan
yang harus di perbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifat-sifatnya
membangun sangat penulis harapkan, demi untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua, dan
akhirnya mudah-mudahan makalah ini walaupun sederhana dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya. Amiin ya robbal ‘alamin.

Bekasi, November 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Karena ilmu merupakan jalan menuju surga, maka ilmu mempunyai kedudukan yang tinggi di
dalam Islam. Karena itu orang-orang yang berilmu menempati kedudukan yang tinggi disisi Allah
swt, bahkan mendekati kedudukan para Nabi. Semua muslim diwajibkan menuntut ilmu agar
aqidahnya tidak tersesat, ibadahnya benar, dan perilakunya sesuai syari’at.
Menuntut ilmu adalah salah satu kewajiban bagi setiap orang Islam selama hayat masih
dikandung badan. Untuk menunjukkan kesungguhan dalam memanfaatkan waktu untuk menuntut
ilmu. Sikap disiplin mutlak diperlukan dalam meraih cita-cita.
Dalam kehidupan seororang muslim, waktu merupakan karunia yang tidak bisa terbelih
dibandingkan harta dan yang lainnya. Mengoptimalkan waktu untuk ketaatan kepada Allah swt,
merupakan modal kemanfa’atan kehidupan dunia dan akhirat sehingga mewujudkan keselamatan
bagi dirinya. Menyia-nyiakan waktu dengan membiarkannya berlalau tanpa makna, berarti
kesengsaraan dan kebinasaan bagi dirinya. Kita harus berusaha untuk memenafaatkan waktu
sebaik-baiknya.

1.2 Rumusan masalah


1.3 Tujuan masalah
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Hadis tentang menuntut ilmu

Ada beberapa hadist yang membahas tentang menuntut ilmu, mungkin sebagian sudah sering
didengar pada kultum atau ceramah. Bunyi hadist-hadist ini sebagai berikut:

‫س ِل َم ٍة‬
ْ ‫سل ٍِم َو ُم‬ َ ٌ‫ب اْل ِع ْل َم فَ ِري ِْضة‬
ْ ‫علَى ك ُِل ُم‬ َ ))‫رواه إبن عبد البر‬
ُ َ‫طل‬

Artinya: “Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim dan muslimah” (HR. Abu Abdil Barr).
Saya kira hadist ini sangat jelas memberitahu kita akan hukumnya menuntut ilmu. Ada hadist lain
yang mengabarkan pada kita tentang keutamaan menuntut ilmu, bunyi hadistnya seperti ini:

َ ‫ب ا ْل ِع ْل ِم فَ ُه َو فِى‬
‫سبِ ْي ِل هللاِ َحت َّى يَ ْر ِج َع‬ َ ‫َم ْن َخ َر َج فِى‬
ُ َ‫طل‬

Artinya: “Barang siapa yang keluar (pergi) untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai
ia kembali.” Atau dalam hadist yang lain juga berbunyi seperti ini:

َ ُ‫س َّه َل هللاُ لَه‬


‫ط ِر ْيقًا إِلَى ال َج َّن ِة‬ َ ,‫س فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬
ُ ‫ط ِر ْيقًايَ ْلت َ ِم‬
َ َ‫سلَك‬
َ ‫و َم ْن‬:َ ُ ‫َوع َْن أَبِى ه َُري َْرةَ أَنَّ َر‬
َ ‫س ْو َل هللاِ قَال‬

Artinya: “Barangsiapa yang meniti jalan dalam menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalanya
menuju surga”

Siapa yang tidak ingin dipermudah jalannya menuju surga? Tentu semua dari kita memiliki
keinginan untuk masuk surga, dan ternyata dalam hadist ini dijelaskan salah satu jalan yang bisa kita
tempuh untuk mendapatkannya.

Beberapa hadist diatas sebenarnya menyiratkan pada kita tentang betapa menuntut ilmu itu
mendapat perhatian dan porsi yang besar dalam islam, sehingga sudah seharusnya kita sebagai umat
muslim memposisikan hal menuntut ilmu ini dalam porsi yang sebenarnya.

Dalam sejarah keilmuan islam yang begitu luar biasa, kita akan dibuat malu dan merasa
minder dengan kesungguhan dan kegigihan para ulama dalam mencari ilmu. Bagaimana pengorbanan
mereka hanya demi mendapatkan satu hadist, bagaimana pengorbanan Imam Bukhari dalam
mengumpulkan hadist dari tempat-tempat yang jauh.

Begitu juga imam muslim yang rela meninggalkan tempat tinggalnya selama beberapa tahun
demi berguru untuk mengumpulkan hadist. Kita tidak akan bisa mendapatkan kemudahan dalam
belajar hadist apabila para ulama dahulu tidak memiliki kesungguhan yang tinggi dalam menuntut
ilmu.

Dalam hal pentingnya menuntut ilmu ini ada sebuah hadist yang kandungannya tidak ada
limit atau batas waktu dalam menuntut ilmu. Bunyi hadistnya seperti ini:

‫ا ُ ْطلُبُوا ال ِع ْل َم مِ نَ ال َم ْه ِد إِلى اللَّ ْح ِد‬

Artinya: “Carilah ilmu dari semenjak kamu dalam buaian hingga liang lahat”

Jelas kiranya perkara menuntut ilmu ini harus menjadi passion setiap muslim, menuntut ilmu
itu sangat luas cakupan nya, tidak hanya belajar dalam kelas-kelas atau perkuliahan, tapi juga dalam
kehidupan sehari-hari ada unsur menuntut ilmu disana.Hal yang perlu digarisbawahi sekali lagi
adalah, tentang niat dalam menuntut ilmu, hendaknya seorang muslim menuntut ilmu tidak
mengharap agar mendapat uang atau penghasilan, melainkan benar-benar semata karena mentaati
perintah Allah dan Rasul-Nya.Selain dalil dari hadist Nabi Muhammad SAW, terdapat pula dalil dari
Al-Quran tentang keutamaan orang yang berilmu. Berikut bunyi ayatnya:

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah


dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Maha Teliti dengan apa yang kamu kerjakan.”

Dalam ayat diatas kita dapati ada satu hal semacam syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang
sebelum ia keluar menuntut ilmu, apa itu? Yang harus dipenuhi adalah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya terlebih dahulu. Maka nanti dalam perjalanannya, iman inilah yang akan menuntun dan
menjaganya dari kesombongan dan takabbur.
BAB III

PEMBAHASAN

Ilmu adalah isim masdar dari ‘alima yang berarti mengetahui, mengenal, merasakan, dan
menyakini. Secara istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau bentuk sesuatu dalam akal.
Karena pentingnya ilmu dan banyaknya faidah yang terkandung di dalamnya, para ulama
menyimpulkan bahwa menuntut ilmu adalah wajib, sesuai dengan jenis ilmu yang akan dituntut.
Setiap muslim wajib menuntut ilmu. Rasulullah saw bersabda: “Menuntut ilmu adalah
kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Allah memberikan keutamaan dan
kemuliaan bagi orang-orang yang berilmu dalam firman-Nya dalam Al-Qur`an surat Al-Mujaadilah
ayat 11 : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. Orang-orang yang berilmu akan pula dimudahkan
jalannya ke syurga oleh Allah dan senantiasa didoakan oleh para malaikat.
Sebenarnya ilmu hanyalah merupakan suatu alat untuk mendekatkan diri kita kepada Allah. Adapun
fungsi ilmu itu antara lain adalah :

1. Sebagai petunjuk keimanan (QS. 22:54, 3:7, 35:28)

2. Sebagai petunjuk beramal

“Seorang alim (berilmu)dengan ilmunya dan amal perbuatannya akan berada di dalam syurga, maka
apabila seseorang yang berilmu tidak mengamalkan ilmunya maka ilmu dan amalnya akan berada di
dalam syurga, sedangkan dirinya akan berada dalam neraka” (HR. Daiylami)

(Ingat pula kisah Sayyidina Ali r.a. ketika disuruh memilih antara harta dan ilmu)
Keutamaan manusia dari makhluk Allah lainnya terletak pada ilmunya. Allah bahkan
menyuruh para malaikat agar sujud kepada Nabi Adam as karena kelebihan ilmu yang dimilikinya.
Cara kita bersyukur atas keutamaan yang Allah berikan kepada kita adalah dengan menggunakan
segala potensi yang ada pada diri kita untuk Allah atau di jalan Allah.

“Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?
Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran”. (QS. 39: 9)

Dalam bahasa Arab al-Ilmu merupakan lawan kata al-Jahlu (tidak tahu/bodoh). Al-Ilmu
dapat diartikan juga sebagai mengenal sesuatu dalam keadaan aslinya dengan pasti. Sedang menurut
istilah, Ilmu yang dimaksudkan adalah ilmu syar‘i, yaitu ilmu tentang penjelasan-penjelasan dan
petunjuk yang Allah swt. turunkan kepada Rasul-Nya, baik yang termaktub dalam Alquran
maupun As-Sunnah.

Ilmu yang seringkali disebut dalam Alquran dan As-Sunnah, dan memperoleh pujian adalah ilmu
wahyu/ilmu agama. Namun sebenarnya ilmu agama sendiripun sangat luas. Ilmu bermanfaat apabila
dapat menambah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta bermanfaat bagi alam semesta.
Kaidah Menuntut Ilmu

Dalam menuntut ilmu ada kaidah yang harus diperhatikan oleh setiap muslim. Dr. Ibrahim
bin ‘Amir ar-Ruhaili menyebutkan, termasuk perkara yang penting sebelum menuntut ilmu, ialah
ikhlas (rela) karena Allah swt. Sesungguhnya ikhlas memiliki pengaruh besar untuk meraih taufiq
(bimbingan) dalam segala hal. Setiap muslim yang mendapatkan taufiq, baginya diberi kebaikan
yang banyak dalam segala urusan agama dan dunia.

Termasuk ikhlas dalam belajar, adalah menuntut ilmu untuk tafaqquh (memahami secara
mendalam), menghilangkan kebodohan diri sendiri. Setiap muslim berhak bersungguh-sungguh
mendalami suatu ilmu. Hasil pendalaman tersebut, baik oleh lelaki atau perem- puan, dapat
mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan dan pemikiran keagamaan. Oleh karena itu sangatlah
utama bagi lelaki dan perempuan untuk berlomba-lomba ber-tafaqquh dalam ilmu yang
membuahkan amalan.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah isti’anah, memohon pertolongan kepada Allah swt.,
tawakkal (berserah diri), dan berdoa agar dikaruniakan ilmu yang shahih (benar) dan nafi‘
(bermanfaat). Firman Allah swt:

“Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”. (QS. 20: 114).

Dalam sebuah hadis qudsi Allah berfirman:

"Wahai hamba-hamba-Ku, kamu semua berpeluang tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk,
maka mintalah petunjuk ke- pada-Ku, niscaya Aku akan memberi petunjuk kepadamu”. (HR. Muslim)

Tampaknya memohon hidayah Allah merupakan jalan meraih ilmu agama, dan
pengetahuan umum yang bermanfaat bagi kemaslahatan dunia. Setiap muslim tidak akan
memperoleh petunjuk kecuali yang dikaruniai taufiq oleh Allah swt., dan hal ini tergantung kepada
upayanya masing-masing. Upaya dalam menuntut dan mengamalkan ilmu, membawa mereka pada
derajat kedudukan sebagai manusia. Baik lelaki atau perempuan, keduanya dikaruniai kedudukan
sesuai dengan usahanya.

Upaya Meraih Ilmu

Seorang muslim sangat dianjurkan untuk mencari ilmu ke manapun, tempat ilmu itu dapat
diraih. Satu riwayat mengatakan, “Carilah ilmu walau hingga ke negeri China”. Riwayat ini sangat
menghargai baik lelaki maupun perempuan yang bersemangat menuntut ilmu, sekalipun hingga ke
negeri nun jauh. Mereka akan terhitung sebagai orang yang berjuang di jalan Allah swt.
Terlebih dalam menuntut ilmu, sesungguhnya lelaki-perempuan tidak dibatasi oleh waktu.
Anggapan bahwa perempuan memiliki waktu terbatas, karena didesak kewajiban berkeluarga dan
mengasuh anak tidaklah benar. Sesungguhnya setiap lelaki dan perempuan memiliki kesempatan
sama untuk thalabul ’ilmi. Sabda Nabi saw., “Manusia harus mencari ilmu dari buaian sampai ke
liang lahat”. Inilah pemikiran yang tepat dan demokratis tentang pendidikan seumur hidup bagi
sesama. Jika benar kita umatnya, marilah beri kesempatan serupa antara lelaki dan perempuan
untuk menjalankan kewajiban menuntut ilmu hingga akhir hayat dikandung badan. Wallahu a’lam.
(Hafidzoh)

3.1 PERINTAH MENUNTUT ILMU


1. Beliau, Nabi SAW bersabda: “Menuntut ilmu itu fardhu atas setiap muslim” (HR. Abu Na’im dari
hadits ‘Ali).
Beliau Nabi SAW bersabda: “Tuntutlah Ilmu sampai ke negeri Cina.”(HR Ibnu Adi dan Al Baihaqi
dari Anas)’
QS. At Taubah (9).122
122. Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
QS. Al Ankabut (29).43
43. Dan perumpamaan-perumpamaan Ini kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya
kecuali orang-orang yang berilmu.
2. Beliau Nabi SAW bersabda: “Barang siapa yang menempuh jalan yang padanya ia menuntut ilmu,
maka Allah menempuhkannya jalan kesurga.” (HR. Muslim dari Abu Harairah).
Beliau Nabi SAW bersabda: “Sungguh kamu pergi lalu kamu belajar satu bab dari ilmu, itu lebih baik
dari pada kamu sholat seratus raka’at.” (HR Ibnu Abdil Barr dari Abu Dzarr).
3. Beliau Nabi SAW bersabda: “Belajarlah apa yang kamu kehendaki, Allah tidak akan memberi
pahala kepadamu sehingga kamu mengamalkan.” (HR Ibnu Abdil Barr dan Ad Dailami).
4. Pada suatu hari Rasulullah SAW keluar lalu beliau melihat dua majlis, yaitu salah satunya mereka
berdo’a kepada Allah dan cinta kepada Nya, dan yang kedua mereka mengajar manusia, lalu beliau
bersabda: “Adapun mereka adalah memohon kepada Allah, maka jika Dia menghendaki maka Dia
memberi mereka. Dan jika Dia menghendaki, maka Dia mencegah mereka. Adapun mereka (majlis
kedua) maka mereka mengajar manusia dimana aku diutus itu sebagai guru, kemudian beliau beralih
ke majlis itu dan duduk bersama mereka.” (HR Ibnu Majah dari ‘Abdullah bin ‘Umar).
5. Beliau Nabi SAW bersabda: “Belajarlah ilmu karena sesungguhnya belajarnya karena Allah itu
adalah Taqwa, menuntutnya itu adalah ibadah, mempelajarinya itu tasbih, membahasnya itu adalah
jihad, mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya itu adalah sedekah, memberikannya
kepada keluarganya itu adalah pendekatan diri (kepada Allah). Ilmu itu adalah penghibur dikala
sendirian, teman dikala sepi, penunjuk kepada agama, pembuat sabar dikala suka dan duka, menteri
dikala ada teman-teman, kerabat dikala dalam kalangan orang asing dan sebagai menara jalan ke
surga. Dengannya Allah mengangkat kaum-kaum lalu dia menjadikan mereka sebagai ikutan,
pemimpin dan penunjuk yang diikuti, penunjuk kepada kebaikan, jejak mereka dijadikan kisah dan
perbuatan mereka diperhatikan. Malaikat senang terhadap perilaku mereka dan mengusap mereka
dengan sayap mereka (malaikat). Setiap barang yang basah dan kering sehingga ikan dilautan,
serangga, binatang buas dan binatang jinak didaratan, dan langit serta bintang memohonkan ampun
bagi mereka.” (dari Muadz bin Jabbal).
3.2 KEUTAMAAN ORANG BERILMU
Ilmu merupakan suatu fadilah dan kemuliaan yang diberikan kepada siapa saja yang
dikehendaki oleh Allah swt. Orang yang diberikan kesempatan oleh Allah swt memiliki ilmu yang
banyak maka dia sesungguhnya telah mendapatkan suatu anugrah dan manfaat yang besar sekali
dengan ilmunya tersebut. Karena dengannya, dia dapat mengetahui dan memahami makna dari hidup
ini secara benar dan hakiki.
Ilmu merupakan sebaik-baiknya perbuatan Amal shaleh, ia juga merupakan sebaik- baiknya
amal ibadah, yaitu ibadah sunah, karena ilmu merupakan bagian dari jihad di jalan Allah swt. Klo kita
berpikir sejenak, dapat diketahui bahwa agama itu terdiri atas 2 unsur :
1. Ilmu dan petunjuk
2. Perang dan jihad
Tidak mungkin sekarang agama Allah swt dapat berdiri dengan tegak kecuali harus terdapat 2
unsur diatas, dan unsur yang pertama didahulukan dari unsure yang kedua. Maka dari ini Nabi saw
tidaklah mengubah suatu kaum sebelum menyampaikan dakwah untuk beribadah kepada Allah swt,
maka ilmu lebih didahulukan daripada perang. Allah swt berfirman :
Adakah sama orang- orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran ( Az-zumar : 9 )
Tidaklah sama perumpamaan orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui, atau kata
lainnya yaitu orang yang pintar dengan orang yang bodoh, sebagaimana tidaklah sama orang yang
hidup dengan orang yang mati. Ilmu merupakan cahaya dan petunjuk bagi manusia yang dapat
mengeluarkannya dari kegelapan dan kesempitan dunia ini. Disamping itu ilmu juga sebagai akses
utama untuk menuju ridho Allah swt, dengan nya Allah swt mengangkat derajat orang yang berilmu
dengan kemuliaan yang banyak sekali. Allah swt berfirman :
niscaya Allah akan meninggikan orang- orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat ( Al-Mujadalah : 11 )
mungkin secara singkat saya akan menyebutkan beberapa keutamaan orang yang memiliki ilmu
dengan orang yang tidak memiliki ilmu, diantaranya yaitu :
1.Ilmu merupakan warisan para nabi.
Nabi yang diutus oleh Allah swt tidaklah mewariskan dan meninggalkan harta untuk dijadikan
sebagai manusia bekal bagi kehidupannya, melainkan mewariskan ilmu yang dapat menyelamatkan
manusia dari kegelapan, menerangi akan tujuan hidup ini yaitu untuk bisa mengenal Allah swt serta
menjalankan ibadah kepadanya dan menjauhi larangannya.
2. Orang yang berilmu dapat mengantarkannya kepada jalan syahid diatas kebenaran, adapun dalilnya
yaitu firman Allah swt :
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian
itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.( Ali Imron : 18 )
Dari ayat diatas dapat kita ambil intisarinya yaitu orang yang berilmu dan para malaikat merupakan
orang yang bersaksi bahwa Allah swt adalah Tuhan semesta alam yaitu tuhan yang telah menciptakan
alam semesta beserta isinya.
Orang yang berilmu merupakan orang yang terus menerus mengerjakan perintah Allah swt dan
menjauhi larangannya sampai hari kiamat. Dalil yang menguatkan pendapat diatas yaitu hadist yang
diriwayatkan oleh Muawiyah ra berkata : Aku telah mendengar Rosulullah saw berkata : barang siapa
yang dikehendaki kebaikan oleh Allah swt maka Allah swt akan memahamkannya didalam urusan
agama…… ( HR Bukhori )
Imam Ahmad bin Hambal ra berkata : apabila mereka itu bukan ahli hadist, maka saya tidak tau lagi
siapakah mereka.
4. Disamping itu ilmu merupakan jalan untuk menuju surga, sebagaimana dari hadist yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra berkata : bahwa Rosulullah saw bersabda : barang siapa yang
berjalan untuk mencari ilmu, maka Allah swt akan memudahkannya jalan untuk menuju surga. ( HR
Muslim )
5. Allah swt mengangkat derajat orang yang berilmu baik itu didunia dan diakhirat.
3.3 KEDUDUKAN ULAMA DALAM ISLAM
Allah telah mengangkat dan menempatkan orang-orang yang berilmu berada pada tempat dan
kadudukan yang tinggi dan memiliki nilai yang berharga, oleh karena itu Allah berfirman dalam surah
al-Baqoroh ayat 30.

‫ِس لَكَ ۖ قَا َل‬


ُ ‫سبِ ُح بِ َح ْمدِكَ َونُقَد‬
َ ُ‫الد َما َء َونَحْ نُ ن‬ ِ ‫َوإِ ْذ قَا َل َربُّكَ ل ِْل َم ََلئِ َك ِة إِنِي َجا ِع ٌل فِي ْاْل َ ْر‬
ِ ُ‫ض َخلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْ عَ ُل فِي َها َمن يُ ْف ِسدُ فِي َها َويَ ْس ِفك‬
﴾ 30 : ‫إِنِي أ َ ْعلَ ُم َما ََل ت َ ْعلَ ُمون ﴿البقرة‬

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Allah berfirman:
."Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"

َ ‫علَى أال َم ََل ِئ َك ِة فَقَا َل أَن ِبئُونِي ِبأ َ أس َماءِ َٰ َهؤ ََُلءِ ِإن ُكنت ُ أم‬
31 : ‫صا ِدقِينَ ﴿ البقرة‬ َ ‫ض ُه أم‬ َ ‫علَّ َم آدَ َم أاْل َ أس َما َء ُكلَّ َها ث ُ َّم‬
َ ‫ع َر‬ َ ‫﴾ َو‬
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda
itu jika kamu mamang orang-orang yang benar!"

32 : ‫علَّ أمتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ أالعَلِي ُم أال َح ِكي ُم ﴿ البقرة‬


َ ‫س أب َحانَكَ ََل ع أِل َم لَنَا إِ ََّل َما‬
ُ ‫﴾ قَالُوا‬

Mereka menjawab “ Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami , Sesungguhnya Engkau Yang Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana
Dijelaskan dalam ayat diatas bahwa manusia adalah dijadikan Allah sebagai Kholifah (pelaksana
syariat-syariat Allah) di muka bumi ini , Allah memberikan kelebihan-kelebihan kepada manusia
sehingga kelebihannya melebihi para malaikat disebakan Allah Swt memberikan ilmu kepadanya
(manusia). Ilmu menurut pandangan islam adalah sesuatu yang menyebabkan perubahan menjadi
lebih baik, seseorang menjadi lebih takut kepada Allah SWT.
ٌ ُ‫غف‬
٢٨:‫ ﴿فاطر‬.‫ور‬ ٌ ‫ع ِز‬
َ ‫يز‬ َ َ‫َّللا‬ َّ ‫ِف أ َ أل َوانُهُ َك َٰذَلِكَ ۗ ِإنَّ َما َي أخشَى‬
َّ ‫َّللاَ مِ أن ِع َبا ِد ِه أالعُلَ َما ُء ۗ ِإ َّن‬ ٌ ‫اب َو أاْل َ أن َع ِام ُم أختَل‬ ِ َّ‫﴾ َومِ نَ الن‬
ِ ‫اس َوالد ََّو‬
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada
yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Sesungguhnya, Manusia ketika ilmu pengetahuannya bertambah, maka dia akan semakin bertambah
rasa takutnya kepada Allah SWT, terbuka ma,rifatnya (pengertian) kepada Nya, hidupnya bermakna
dan punya arti karena manusia mengetahui bahwa ilmu adalah keutamaan baginya dan pemberian
Allah Subhanahu wata’ala.

َ‫علَيأك‬ َّ ‫ش أيءٍ ۚ َوأَنزَ َل‬


َ ُ‫َّللا‬ َ ُ‫ُضلُّونَ إِ ََّل أَنف‬
َ ‫س ُه أم ۖ َو َما يَض ُُّرونَكَ مِ ن‬ ِ ‫ُضلُّوكَ َو َما ي‬ ِ ‫طائِفَةٌ ِم أن ُه أم أَن ي‬
َّ ‫علَيأكَ َو َرحأ َمتُه ُ لَ َه َّمت‬
َ ِ‫َّللا‬ ‫َولَ أو ََل فَ أ‬
َّ ‫ض ُل‬
(113 ‫عظِ ي ًما ) النساء‬ َ َ‫ع َليأك‬ َّ ‫ض ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ َ ‫َاب َو أالحِ أك َمةَ َو‬
‫علَّ َمكَ َما لَ أم ت َ ُكن ت َ أعلَ ُم ۚ َو َكانَ فَ أ‬ َ ‫أال ِكت‬
Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka
berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya
sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. Dan (juga karena) Allah
telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum
kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.

Untuk memperoleh suatu ilmu, manusia banyak mempergunakan panca indranya yaitu menggunakan
pendengaran ketika manusia ingin mendengar, menggunakan penglihatannya ketika ingin melihat dan
begitu pula lidahnya ketika manusia ingin berbicara.

78: ‫صا َر َو أاْل َ أفئِدَة َ ۙ لَ َعلَّ ُك أم ت َ أشــ ُك ُرونَ ﴿النحل‬


َ ‫س أم َع َو أاْل َ أب‬ َ َ‫ون أ ُ َّم َهاتِ ُك أم ََل ت َ أعلَ ُمون‬
َّ ‫ش أيئًا َو َج َعــــــــــــ َل لَـ ُك ُم ال‬ ِ ‫ط‬ُ ُ‫َّللاُ أ َ أخ َر َج ُكم ِمن ب‬
َّ ‫﴾ َو‬
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan
Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Ilmu bukannya hanya sekedar dipelajari saja tetapi juga mengajarkannya kepada orang lain ,kepada
orang yang membutuhkannya, karena para ulama , para pengajar dan pendidika adalah sebagai
pewaris para Nabi, diantara tugas-tugas tersebut ialah meluruskan kehidupan manusia menjadi
berAkhlakul karimah.

‫إنما بعثت ْلتمم مكارم ْلخَلق‬


Dan aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia
Lebih dihususkan lagi bagi para pengajar dan pendidik Agama (Syariah), yang punya tugas besar dan
komplek, selain menjadi contoh dan suri tauladan perkataannya, perbuatannya dan prilakunya , juga
punya tugas yang terus menerus dalam kehidupannya bukan hanya dibatasi sekedar dilokasi kelas saja
tetapi juga mempunyai tugas untuk mengajarkannya diluar kelas ,seperti di masji, di rumah dipasar
dan ditempat-tempat yang lain . oleh karena itu seorang pendidik Agama hususnya harus mempunya
sifat-sifat sebagai berikut:
1. Al- Imaniyyah
Yaitu sifat keyakinan dan ke imanan kepada Allah Subhanahu wataala, karena Syariat Allah
bukan hanya sekedar Aturan ataupun undang-undang yang dibuat oleh manusia yang berlaku disuatu
negara, tetapi syariat adalah aturann yang tidak ada kebatilan sedikitpun didalamnya. Maka sifat
imaniyah ini dijadikan sebagai dasar pokok yang harus senantiasa ada pada diri seorang pendidik atau
muallim. Maka jika seorang pendidik tidak memiliki keyakinan ini, maka tidaklah mungkin ilmu yang
ia ajarkan bisa sampai dan meresap pada hati para pelajar.
2.Al-Khoufiyyah
Yaitu takut kepada Allah subhanahu wataala, karena apa yng dilakukannya senantiasa ada dalam
pengawasanNya secara sembunyi ataupun secara terang –terangan.
ِ ‫ون يَا أُولِي أاْل َ ألبَا‬
197 : ‫ب ﴿البقرة‬ ِ ُ‫الزا ِد الت َّ أق َو َٰى َواتَّق‬
َّ ‫﴾ َوت َزَ َّودُوا فَإ ِ َّن َخي َأر‬

Berbekalah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-
orang yang berakal.
Maka seorang muslim dan seorang pendidik atau pengajar harus punya insting atau rasa takut kepada
Allah subhanahu wataala, karena taqwa dapat membantu, menolong dan menumbuhkan keikhlasan
seorang guru atau pendidik dalam melaksanakan tugas kewajibannya,sehingga menjadikan dirinya
istiqomah ketika berada didalam sekolah atau diluar sekolah karena merasa bahwa dirinya ada dalam
pengawasan Allah subhanahu Wataala.

3. Al-Ikhlash.
Yaitu seorang pendidik ( murobby dan muallim) tidak ingin mengharapkan sesuatu apapun yang ia
lakukan yang sifatnya materi atau duniawi ,dan juga tidak ingin mendapatkan pujian pimpinannya,
pengawasnya dan manusia pada umumnya.

4. Ash-Shiddiq.
( jujur atau Benar), karena jujur adalah salah satu sifat yang diajarkan islam ,jujur dalam
perkataan dan jujur dalam perbuatan dan jujur,sebagaimana Allah berfirman
33 : ‫ أولئك هم المتــــــــــــتتتقون ﴿الزمر‬, ‫﴾والذي جاء بالصدق وصــــــــــدق به‬
Jika seorang pendidik jujur dalam perkataan, jujur dalam perbuatan maka seorang pendidik akan
dihormati peserta didiknya, dihormati masyarakatnya dan akan mendapatkan ketenangan ,
ketentraman , keselamatan didunia dan akan mendapatkan balasan pahala di akhirat kelak.

5. Al-Adlu.

Yaitu adil menempatkan sesuatu pada tempatnya, adil dalam melayani para didiknya , adil dalam
memberikan nasehat dan arahannya dan lain sebagainya.

6. Ash-Shobru.
Sabar dalam memikul kesulitan-kesulitan yang dihadapi, karena belajar mengajar adalah bukan
pekerjaan mudah, tapi pekerjaan yang mungkin bisa menghabiskan waktu, karena seorang pendidik
atau guru harus senantiasa mempersiapkan diri dan mencari cara pembelajaran yang lebih baik
sehingga apa yang diharapkan tercapai sesuai dengan tujuan.

7. Ar-Rohmah.
Jika seorang muslim harus memiliki sifat rohmah atau kasih sayang, maka seorang guru harus
lebih kasih sayang kepada para pelajarnya atau mahasiswanya,karena guru dan pendidik adalah
seorang pemberi petunjuk yang mengajarkan manusia agar beretika dan ber akhlaqulkarimah, jika
tidak demikian , Allah subhanahu wataala berfirmsn ;
,‫ع أن ُه أم َوا أست َ أغف أِر لَ ُه أم َوشَا ِو أر ُه أم فِي أاْل َ أم ِر‬ ِ ‫ظ أالقَ أل‬
ُ ‫ب ََل أنفَـــــــــــــــــضُّوا مِ ن َح أولِكَ فَاع‬
َ ‫أف‬ َ ‫غلِــــي‬ ًّ َ‫َّللاِ ِل أنتَ لَ ُه أم َولَ أو ُك أنتَ ف‬
َ ‫ظا‬ َّ َ‫فَبِ َما َرحأ َم ٍة مِ ن‬
١٥٩:‫َّللاَ يُحِ بُّ أال ُمت ََو ِكلِي ﴿آل عمران‬ َّ ‫علَى‬
َّ ‫َّللاِ إِ َّن‬ َ ‫عزَ أمتَ فَت ََو َّك أل‬
َ ‫﴾فَإِذَا‬
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

8. Al-Amanah.
Yaitu bahwa manusia harus menunaikan hak-hak Allah , dan hak manusia adalah bertanggung jawab
akan kehidupannya,

‫كلم راع وكلكم مسؤول عن رعيته‬


Allah berfirman

‫يرا‬
ً ‫ص‬ِ َ‫َّللاَ َكانَ يعًا ب‬ َّ ‫اس أ َ أن تَحأ ُك ُموا بِا ألعَ أد ِل إِ َّن‬
ُ ‫َّللاَ نِ ِع َّما يَ ِع‬
َّ ‫ظ ُك أم بِ ِه إِ َّن‬ ِ ‫َّللاَ يَأ أ ُم ُر ُك أم أ َ أن ت ُ َؤدُّوا أاْل َ َمانَا‬
ِ َّ‫ت إِلَى أ َ أه ِل َها َوإِذَا َح َك أمت ُ أم بَيأنَ الن‬ َّ ‫إن‬َّ
﴿58:‫النساء‬
Sungguh Allah menyuruhmu meyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila
kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkanya dengan adil. Sungguh,
Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh Allah maha mendengar maha
melihat.

(Q.S An-Nisa 58)

9. Rendah hati

Seorang Guru harus memiliki sifati ini, yaitu disifati dirinya dengan tawadhu, mudah berintraksi
dengan orang lain, mudah menolong orang lain, lemah lembut, tidak cepat marah dan jauh dari sifat
sombong dan takabur.
َ ‫طبَ ُه ُم أال َجا ِهلُونَ قَالُوا‬
(63 : ‫س ََل ًما )الفرقان‬ ِ ‫علَى أاْل َ أر‬
َ ‫ض ه أَونًا َو ِإذَا خَا‬ ُ ‫الرحأ َم ِن الَّذِينَ يَ أم‬
َ َ‫شون‬ َّ ُ‫َو ِعبَاد‬

Adapun hamba-hamba Tuhan yang maha pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi
Allah dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang
menghina ), mereka mengucapkan salam (Q.S Al-Furqan 63)

10. Banyak mengingat Allah

Seorang guru harus senantiasa dirinya ingat kepada Allah sebai manusia biasa yang kadang-
kadang benar, salah, sukses dan gagal. Seorang guru apabila memperoleh ujian dan cobaan suka
ataupun duka tidak merasa takut dan gelisah tetapi banyak berdoa, membaca AL-Qur.an, sehingga
apapun yang menimpa dirinya tetap ia menjadi tenang dan dijadikan sesuatu yang teamat berharga
dan bernilai.

‫َّللاِ ت أ‬
2 ‫َطـــــــــــ َمئ ُِّن أالقُلُوبُ )الرعد‬ َّ ‫َّللاِ أ َ ََل ِب ِذ أك ِر‬ ‫الَّذِينَ آ َمنُوا َوت أ‬8)
َّ ‫َط َمئ ُِّن قُلُوبُ ُه أم ِب ِذ أك ِر‬
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, dan
ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan mununtut ilmu kita dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang
haram dan mana yang halal, sehingga menjadi bekal kita di akherat. Dunia bagaikan ladang. Yang
hasilnya akan kita petik di akherat kelak. disunahkan mengajarkan ilmu dan menyusun kitab-kitab
yang bermanfaat. Itulah diantara ilmu nafi’ (yang bermanfaat) yang pahalanya tetap berlangsung
sepanjang zaman. Anjuran untuk mendidik anak dan mengajari mereka perkara yang fardhu dan
sunnah, serta adab sopan santun agar mereka menjadi orang-orang shalih.
Kita tidak boleh zhalim terhadap diri sendiri dengan menyia-nyiakan waktu, usia dan kehidupan
kita. Jangan sampai kita salah langkah dalam menghabiskan usia. Jangan sampai kita lebih suka
bersenang-senag dan bermalas-malasan, melalaikan sesuatu yang lebih mulia dan berharga. Setiap
kali usaha bertambah, tanggung jawab setiap kita juga bertambah. Hubungan dan relasi bertambah,
waktu berkurang dan kekuatan melemah. Waktu yang kita miliki di usia tua menjadi semakin sempit,
tubuh melemah dan kesehatan berkurang. Ketika kita mulai tidak berdaya kesibukan yang dimiliki
semakin bertambah.
Dalam penerapan menuntut ilmu dan menghargai waktu itu saling berkaitan seharusnya waktu
luang digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti setiap waktu luang digunakan untuk mengkaji
pengetahuan, digunakan untuk berdzikir, dan melakukan hal-hal yang bermanfaat demi kepentingan
bersama. Dalam penerapan ilmu bila seseorang mempunyai ilmu maka harus mengamalkan ilmunya
kepada orang yang masih kurang pengathuannya maka bila ilmu semakin sering di manfaatkan akan
bertambah pula pengetahuan yang di peroleh.
4.2 Saran
Semoga apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang kemudian diamalkan juga
semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bagi-in.com/kewajiban-menuntut-ilmu/

http://inafauzia95.blogspot.com/2015/05/kewajiban-menuntut-ilmu-mengembangkan_17.html

http://makalah-menghargai-waktu.blogspot.com/2016/02/makalah-tentang-menuntut-ilmu.html

https://hvdzasyk.wordpress.com/2014/12/29/makalah-pendidikan-agama-islam-pentingnya-menuntut-
ilmu/

Anda mungkin juga menyukai