Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Hadist Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu/Belajar


( Ta’allum / Talab Al Ilmi )
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Study Hadist

Dosen Pembimbing :
Dr. Muhid, M. Ag.
Disusun Oleh :
Gunnawan ( 02040820022)

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa selalu memberikan taufiq
dan hidayah sehingga kita diberikan kesehatan maupun kesempatan dalam memberikan
dorongan dan motivasi sehingga terselesainya tugas ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr. Muhid, M. Ag. Sebagai salah
satu tugas mata kuliah Study Hadist. Melalui makalah ini, kami mencoba menyajikan
konsep dalam Study Hadits dengan makalah yang berjudul “Hadist Tentang Kewajiban
Menuntut Ilmu/Belajar ( Ta’allum / Talab Al Ilmi )”. Isi makalah ini kami kutip dari
beberapa artikel di internet, makalah dan buku-buku.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Bapak Dr. Muhid, M. Ag. selaku
dosen mata kuliah Study Hadist yang telah membimbing kami sehingga makalah ini
dapat kami selesaikan dengan lancar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

                                                                  Selasa, 10 November 2020

                                                                       Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penelitian 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Hadist Pokok Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu 3

BAB III PENUTUP 10

A. Kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan
dan sangat bermanfaat bagi semuanya, dari ilmu inilah kemuliaan seseorang
akan dinilai, semakin tinggi ilmunya maka orang tersebut semakin mendapatkan
wibawa dari pemberi ilmu.
Dalam kehidupan didunia, ilmu memiliki peran sangat penting bagi
kehidupan manusia. Perkembangan dan kemajuan ilmu sangatlah berperan aktif
bagi kehidupan sehari-hari, serta berguna bagi kehidupan individu maupun
bermasyarakat. Kemuliaan akan Diperoleh bagi seseorang yang memeiliki ilmu
dan keutamaan akan diperoleh bagi orang yang memburu ilmu.
Didalam kehidupan beragama, ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang
wajib di miliki setiap individu, karena ilmu tanpa danya suatu pelaksanaan
seperti pohon yang tak berbuah. Agama tanpa ilmu bagaikan kepercayaan tanpa
tujuan, adanya agama karena memeiliki dasar ilmu dan tujuan dari ilmu tersebut
adalah ibadah kepada Allah. Minimal seseorang memeiliki ilmu pengetahuan
dasar tentang agamanya untuk mengikuti aturan-aturan agamanya dan menjauhi
larangannya. Dengan adanya belajar ataupun menuntut ilmu memudahkan jalan
kita menuju surga, diriwayat dalam hadist :

‫س فِ ِيه ِع ْل ًما َس َّه َل اللَّهُ لَهُ بِِه‬ ِ ِ َ َ‫ َم ْن َسل‬: ‫م‬.‫ قال رسول اهلل ص‬:‫البخارى قال‬
ُ ‫ك طَري ًقا َي ْلتَم‬
1
‫طَ ِري ًقا إِىَل اجْلَن َِّة‬

Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim )

1
Muhammad Bin Ali As Syafi’i As Sanwani, Khasyiyah Ala Mukhtasir Ibn Abi Jumroh Lil Bukhori, 1st
ed. (Mesir: Darul Ahya’, n.d.). 30

1
Hadist Diatas menjelaskan dengan mencari ilmu Allah akan
memudahkannya masuk surga, menuntut ilmu adalah sebab orang
mendapatkan hidayah, hidayah inilah yang mengantarkan seseorang pada
surga. Menuntut ilmu akan mengantarkan kita kepada ilmu lainnya dengan
ilmu tersebut akan mengantarkan kita pada surga.

Sedikit uraian diatas hanyalah uraian singkat betapa penting ilmu


pengetahuan bagi setia insan yang ada didunia, Baik untuk hubungan pribadi
maupun untuk hubungan disekitaranya. kita sebagai mahasiswa meiliki
kewajiban untuk menuntut ilmu dan mempelajari ilmu tersebut.
Oleh karena itu, dari uraian diatas pemakalah ingin membahas tentang
Hadist yang berhubungan dengan Menutut ilmu atau adanya kewajiban belajar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk memperoleh gambaran jelas
masalah penelitian yang akan dibahas, maka rumusalan masalah pada
pembahasan ini adalah:
1. Bagaimana Hadist Pokok penjelasan tentang kewajijban menuntut ilmu
Pengetahuan?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Hadist pokok yang menjelaskan kewajiban dalam menuntut
ilmu pengetahuan!

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadist Pokok Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

‫ص بْ ُن ُسلَْي َما َن َح َّدثَنَا َكثِْي ُر بْ ُن ِشْن ِظرْيٍ َع ْن‬ ِ


ُ ‫َح َّدثَنَا ه َش ُام بْ ُن َع َّما ٍر َح َّدثَنَا َح ْف‬
‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو‬ ِ ِ ِ‫س ب ِن ما‬ ِ ِ
َ ‫ال َر ُس ْو ُل اهلل‬
َ َ‫ ق‬,‫ال‬
َ َ‫لك ق‬ َ ْ ِ َ‫حُمَ َّمد بْ ِن سرْيِ يْ َن َع ْن أَن‬
‫اض ُع الْعِْل ِم ِعْن َد َغرْيِ أ َْهلِ ِه َك ُم َقلَّ ِد‬
ِ ‫ضةٌ علَى ُك ِّل مسلِ ٍم وو‬
ََ ْ ُ
ِ َ‫ طَل‬:‫سلَّم‬
َ َ ْ‫ب الْع ْل ِم فَ ِري‬
ُ َ َ
ِ ‫الذ َه‬
) ‫ ( رواه ابن ماجه‬.‫ب‬ َّ ‫اخْلَنَا ِزيْ ِر اجْلَْو َهر َواللُّ ْؤلَُؤ َو‬
َ
Artinya “Mencari ilmu itu Fardlu atas setiap Muslim (wajib), dan
orang yang meletakkan ilmu kepada selain ahlinya, maka ia seperti
mengalungi babi dengan permata, mutiara dan emas.” (HR. Ibnu Majah).

Selanjutnya untuk pencarian penjelasan hadist lebih jelas dan


lebih luas terhadap keberadaan hadist tersebut. Peneliti akan mencari di
buku-buku yang merujuk kepada dasar ulumul hadist melalui sanad,
matan dan perawinya.

1. Penilaian Terhadap sanad Hadist

Untuk melihat mengetahui ketersambungan sanad suatu


Hadist maka perlu memperhatikan metode tahammul wal ada’ yang
digunakan perawi.2 Dalam sanad hadist di atas ada tiga lafad yang di
gunakan dalam metode tahammul wal ada’ yaitu haddasana, an’ dan
qola. Hisyam Bin Ammar dan hafs bin sulaiman, mengatakan
haddatsana . lafad ini menunjukkan bahwa Hisyam bin Ammar dan
2
Khairil Ikhsan Siregar, M.A , Sari Narulita, M.Si Ummul Hadist-Kompilasi, 1st ed. (Jakarta: Lembaga
Pengembangan Pendidikan UNJ, 2015). P. 50-54

3
Hafsh Bin Sulaiman menerima hadist dengan cara As Sima’i
(menyimak atau mendengar hadist dari gurunya). Dengan demikian
ada pertemuan langsung Hisyam dan Hafsh dengan gurunya. Hal ini
menunjukkan bahwa dari segi tahammul wal ada’, kedua periwayat
tersebut terjadi pertemuan.

Periwayat selanjutnya katsir bin shindir dan Muhammad Bin


Shirrin. Kedua periwayat tersebut menggunakan kalimat An’ dan
penggunaan disini tidak ada keterputusan sanad. Karena di antara
keduanya ada hubungan guru dan murid. Periwayat selanjutnya
adalah Anas Bin Malik, periwayatannya menggunakan lafad qola
yang mana pengunaan kata tersebut menandakan bahwa
periwayatnya bernilai marfu’.3

Dari semua unsur Ittisolu Assanad diatas dapat diambil


kesimpulan bahwa hadist di atas adalah hadist marfu’ dengan sanad
muttasil karena di antara semua perawi ada hubungan, dan di antara
mereka ada yang hidup sezaman. Namun sebagian ulama’
menyebutkan hadist ini dzo’if karena salah satu sanadnya tidak
dipercaya ke sahihannya seperti Hafsh Bin Sulaiman

Berdasarkan Penilaian melihat dari setiap perawi hadist.


Maka dapat diketahui dari hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu majah
yang bersanad Hisyam Ibn Ammar, Hafsh Ibn Sulaiman, Katsir Ibn
Syinzir, Muhammad Bin Sirin dan Anas Ibn Malik r.a. dari sanad
yang disebutkan, terlihat bahwa hadist ini Dha’if.

Kemudian Ke Dha’ifannya Terletak Kepada sanad yang


kedua yaitu “Hafs Ibn Sulaiman” Karena para Ahli Hadist
mencatatnya (Menjarh) Sebagai perawi yang tidak Tsiqo dan ada

3
Dr. Mahmud Thahan, Taisir Mustolakh Al Hadist (Madinah Munawwaroh: Darul Fikri, n.d.). P. 105

4
sebagian ulama’ menyebutnya banyak bohong wal matruk.4
kesimpulan dari kedudukan hadist ini adalah dzoif. Namun perlu
diketahui bahwa jalur hadis yang banyak bisa saling mengangkat
derajat suatu hadis yang dha’if menjadi hasan (hasan
lighairih) dengan syarat di dalam sanad hadis tersebut tidak terdapat
perawi yang tertuduh dusta dan hadisnya tidak syadz (tidak
bertentangan dengan hadis yang lebih shahih) , maka hadist ini dapat
di naikkan derajatnya menjadi hadist Hasan Li Ghoirihi.5 Oleh
karena itu kita tidak perlu khawatir akan dilarangnya mengikuti
Hadist ini.

2. Pohon Sanad
Untuk sanad :
Rasululloh SAW
|
Anis Bin Malik
|
Muhammad Bin sirin
|
Katsir bin Sindzir
|
Hafsh ibn Sulaiman
|
Hisyam Ibn Ammar
|
Ibnu Majah

4
Haeruman Rusandi Nurul Mukhlisin Asyrafuddin, “Tahqiq Dan Ta’liq Hadist Ta’limul Muta’allim
Imam Zarnuji,” Pendidikan Dan Kajian Keislaman XII (n.d.): 10.
5
Thahan, Taisir Mustolakh Al Hadist. P. 49

5
3. Penilaian terhadap matan hadist
Dalam menetapkan sebuah hadist melalui tolak ukur matan, ada
tiga macam6: a. Kajian Liguistik. b. Tidak adanya pertentangan
diantara hadist dan Qur’an. c. Tidak bertentangan dengan hadist yang
lebih kuat.
a. Kajian Liguistik hadist

‫اض ُع الْعِْل ِم ِعْن َد َغرْيِ أ َْهلِ ِه‬


ِ ‫ض ةٌ علَى ُك ِّل مس لِ ٍم وو‬
ََ ْ ُ
ِ َ‫طَل‬
َ َ ْ‫ب الْع ْل ِم فَ ِري‬
ُ
َّ ‫َك ُم َقلَّ ِد اخْلَنَا ِزيْ ِر اجْلَْو َهر َواللُّ ْؤلَُؤ َو‬
ِ ‫الذ َه‬
.‫ب‬ َ
Artinya : Mencari ilmu itu Wajib atas setiap Muslim
(wajib), dan orang yang meletakkan ilmu kepada selain ahlinya,
maka ia seperti mengalungi babi dengan permata, mutiara dan
emas. (HR. Ibnu Majah).

Dari beberapa kajian diatas kita dapat memetakan setiap

kosa kata yang ada di atas bahwa kata ‫ب‬


ُ َ‫ طَل‬memiliki makna
mencari atau menuntut sesuatu yang berarti ilmu itu dicari
bukan hanya di andai-andai dan dengan bermalas-malasan. Kata

‫الْعِْل ِم‬, bermakna ilmu yang dimaksud hadist di atas bukan hanya
ilmu tetapi bisa ilmu agama, ilmu yang bermanfaat bagi lainnya.

Selanjutnya ‫ض ةٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْس لِ ٍم‬


َ ْ‫ فَ ِري‬memiliki makna arti kata

mewajibkan atau seharusnya yaitu setiap muslim harus

menuntut ilmu. Kata ‫اض ُع الْعِْل ِم ِعْن َد َغرْيِ أ َْهلِ ِه‬


ِ ‫ وو‬makna
ََ dari

6
Alimron, “Study Validitas Hadist Tentang Ilmu Pengetahuan Dalam Buku Pendidikan Agama Islam
Dan Budi Pekerti Kurikulum 2013,” Tadrib 1 (2015): 8-9.

6
kalimat ini orang yang meletakkan ilmu selain ahlinya
maksudnya dalam kehidupan realita kita sekarang banyak ilmu
yang tidak diletakkan pada tempatnya. Kemudian ilmu tersebut
tidak bermanfaat bagi setia manusia. 7

َّ ‫ أ َْهلِ ِه َك ُم َقلَّ ِد اخْلَنَ ا ِزيْ ِر اجْلَ ْو َهر َواللُّ ْؤلُ َؤ َو‬maka ia


ِ ‫الذ َه‬
‫ب‬
Kata
َ
seperti mengalungi babi dengan permata, mutiara dan emas
maksudnya ilmu pengetahuan yang kita peroleh tidak ada
manfaatnya, karena sebaik-baiknya seserang itu yang baik
akhlaqnya dan bermanfaat bagi orang lain.

Dengan demikian makna hadist diatas memiliki korelasi


yaitu setiap muslim diharuskan untuk menuntut ilmu dan
meletakkan ilmu pengetahuannya pada tempatnya supaya
bermanfaat dan dapat digunakan setiap manusia.

b. Tidak adanya pertentangan hadist dengan Al Qur’an


Kewajiban menuntut ilmu dalam hadist di atas sesuai dengan
petunjuk Al Qur’an dalam surat At Taubah ayat 122.

ٌ‫َو َما َك ا َن الْ ُم ْؤ ِمُن ْو َن لَِيْن ِف ُر ْوا َكافَّةً َفلَ ْواَل َن َف َر ِم ْن ُك ِّل فِْرقَ ٍة ِمْن ُه ْم طَائَِف ة‬

‫َّه ْوا ىِف ال دِّيْ ِن َو لَِيْن ِذ ُر ْوا َق ْو َم ُه ْم اِذَا َر َجعُ ْوا اِلَْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم حَيْ َذ ُر ْون‬ ِ
ُ ‫ليََت َفق‬
)122 : ‫(التوبة‬

Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi


semuanya ( Ke Medan Perang ). Mengapa tidak pergi dari tiap-
tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka beberapa orang untuk

7
Alimron.P. 9

7
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka kembali
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

‫َّه ْوا‬ ِ
Kalimat ُ ‫ ليََت َفق‬diambil dari kata Al Fiqhu yang artinya
pemahaman ( Paham ). Adapun ‫َّه ْوا ىِف الدِّيْ ِن‬
ُ ‫ َيَت َفق‬itu maksudnya
adalah pemahaman masalah-masalah agama. Didalam kitab
Tafsir Al Quran Al Adzim ayat di atas menerangkan muskipun
seorang mukmin bepergian ke medan perang atau Ila Al Ghozi
lebih baiknya tidak semua kabilah atau golongan pergi
berperang, alangkah lebih baiknya sebagian kelompok menetap
dan mempelajari ilmu pengetahuan agama, ketika sebagian
golongan mereka kembali dari perang maka hendaklah mereka
mengajarkan kepada kaumnya tentang apa yang mereka pelajari
dari hukum-hukum, mengikuti perintahnya dan menjauhi
larangannya.8

c. Tidak bertentangan dengan hadist yang lain


Hadist yang menerangkan tentang kewajiban menuntut ilmu juga
menjadi syarat di akhir zaman, apabila sudah diangkatnya ilmu
maka munculah kepodohan. Dari situlah banyak bermunculan
kebodohan. Diriwayatkan dari Anas Bin Malik r.a :

ِ ‫ رس و ُل‬: ‫ال‬ ِ ِِ ِ َ‫ث أَن‬ ِ


: ‫م‬.‫اهلل ص‬ ْ ُ َ َ َ‫س بْ ِن َمال ك – َرض َي اهللُ َعْن هُ – ق‬ ُ ْ‫َح دي‬
ِ ِ ‫الس‬ ِ ْ ‫اِ َّن ِمن أ‬
‫ب‬ َ ُ‫ َو َيثْب‬,‫ أَ ْن يُْرفَ َع الْع ْل ُم‬,‫اعة‬
َ ‫ َو يُ ْش َر‬,‫ت اجْلَ ْه ُل‬ َ َّ ‫َش َراط‬ ْ

8
Imam Jalalain, Tafsir Al Quran Al Adzim, 1st ed. (Bojonegoro: Beirut, 1991).p. 150

8
‫ كت اب العلم و ب اب‬: ‫ ( اخرج ه البخ اري ىف‬.‫الزنَ ا‬
ِّ ‫ َو يَظْ َه َر‬,‫اخْلَ ْم ُر‬

) ‫رفع العلم و ظهور اجلهل‬

Diriwayatkan dari Anas Bin Malik r.a , ia berkata : “


Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya di antara ciri-ciri hari
kiamat adalah di angkatnya ilmu, tetapnya kebodohan,
diminumnya khomr dan munculnya perzinahan’.” ( Disebutkan
oleh Al Bukhori pada kitab ketiga kitab ilmu, bab ke 21 bab di
angkatnya ilmu dan munculnya kebodohan)9

Penejelasan dari hadist di atas “ Diangkatnya Ilmu “


yaitu dengan meniggalnya orang-orang yang pembawa ilmu, dan
bukannya dengan menghapusnya dari pada mereka. Kata “
diminumnya khomr “ yaitu banyaknya orang yang meminum
khomr. Kata “ Munculnya perzinahan.

Kemudian diriwayatkan dari Abu Musa r.a, Nabi SAW


bersabda, “sesungguhnya ada berberapa hari sebelum hari
kiamat, ( Dimana ) diangkatnya ilmu, munculnya kebodohan
dan banyaknya pembunuhan.” ( disebutkan oleh Al Bukhori
pada kitab ke 92 kitab kekacauan bab ke 5 bab munculnya
kekacauan).

Dari hadist di atas dijelas bahwa “ Munculnya


kebodohan“ yaitu munculnya kejadian-kejadian yang membuat
orang meninggalkan kesibukan mencari ilmu. Selanjutnya kata “
Al Harj “ yaitu asalanya adalah bercampur dan berselisih ,

9
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al Lu’lu’ Wal Marjan Muatiara Hadist Sahih Bukhori-Muslim, ed. S.pd.i
Junaidi Manik, 8th ed. (Sukoharjo jawa tengah: Insan Kamil Solo, 2012). P. 785

9
namun diartikan pembunuhan secara majaz karena bercampuran
dengan perselisihan yang menyebabkan pembunuhan.10

Dari dua hadist di atas dapat kita simpulkan bahwa matan


hadis tentang kewajiban seorang mukmin menuntut ilmu tidak
bertolak belakang dengan hadist lainya. Karena tanpa adanya
tuntunan ilmu maka akan menyebabkan kebodohan.

10
Baqi. P. 786

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadist diatas menunjukkan bahwa sanadnya tidak semuanya


lemah namun ada sebagian sanad yang memperkuat seperti Muhammad
bin Shirin dan Anas Bin Malik kemudian perawinya Ibn Majah. Hadist
ini dinilai sebagai hadist hasan Lighoirirahi. Dan sebagian perawinya
mengunakan al asma’ dengan cara mendengarkan. Sedangkan kualitas
sanadnya dapat dilihat dari ketersambungan sanad, mulai Muharrij Al
Hadist ( Ibnu Majah ) hingga sanad Terakhir Anas Bin Malik, maka
sanad hadist riwayat Ibnu Majah tersebut terdapat ketersambungan
sehingga di katakan Muttasil.

Kemudian matan hadist juga tidak bertentangan dengan Al qur’an


yang kandungan maknanya sama-sama saling mendukung diantara
keduanya. Hadist di atas memiliki makna yang baik bagi umat manusia,
mengharuskan setiap manusia untuk menuntut ilmu supaya tidak terlahir
kebodahan dikalangan orang muslim. Dan Ilmu bisa menjadi bekal bagi
kita di akhirat nanti.

B. Saran
1. Untuk peneliti selanjutnya supaya lebih baik dan lebih luas
wawasanya mengenai hadist-hadist yang berkaitan dengan
keutamaan menuntut Ilmu.
2. Untuk Peneliti selanjutnya supaya memberikan yang terbaik untuk
pemahaman hadistnya melalui pembelajaran aktif tentang hadist, dan
pengantar hadist.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alimron. “Study Validitas Hadist Tentang Ilmu Pengetahuan Dalam Buku Pendidikan
Agama Islam Dan Budi Pekerti Kurikulum 2013.” Tadrib 1 (2015): 9.

Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Al Lu’lu’ Wal Marjan Muatiara Hadist Sahih Bukhori-
Muslim. Edited by S.pd.i Junaidi Manik. 8th ed. Sukoharjo jawa tengah: Insan
Kamil Solo, 2012.

Jalalain, Imam. Tafsir Al Quran Al Adzim. 1st ed. Bojonegoro: Beirut, 1991.

Khairil Ikhsan Siregar, M.A , Sari Narulita, M.Si. Ummul Hadist-Kompilasi. 1st ed.
Jakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan UNJ, 2015.

Nurul Mukhlisin Asyrafuddin, Haeruman Rusandi. “Tahqiq Dan Ta’liq Hadist Ta’limul
Muta’allim Imam Zarnuji.” Pendidikan Dan Kajian Keislaman XII (n.d.): 10.

Sanwani, Muhammad Bin Ali As Syafi’i As. Khasyiyah Ala Mukhtasir Ibn Abi Jumroh
Lil Bukhori. 1st ed. Mesir: Darul Ahya’, n.d.

Thahan, Dr. Mahmud. Taisir Mustolakh Al Hadist. Madinah Munawwaroh: Darul Fikri,
n.d.

12

Anda mungkin juga menyukai