Dosen Pembimbing :
Dr. Muhid, M. Ag.
Disusun Oleh :
Gunnawan ( 02040820022)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa selalu memberikan taufiq
dan hidayah sehingga kita diberikan kesehatan maupun kesempatan dalam memberikan
dorongan dan motivasi sehingga terselesainya tugas ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr. Muhid, M. Ag. Sebagai salah
satu tugas mata kuliah Study Hadist. Melalui makalah ini, kami mencoba menyajikan
konsep dalam Study Hadits dengan makalah yang berjudul “Hadist Tentang Kewajiban
Menuntut Ilmu/Belajar ( Ta’allum / Talab Al Ilmi )”. Isi makalah ini kami kutip dari
beberapa artikel di internet, makalah dan buku-buku.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Bapak Dr. Muhid, M. Ag. selaku
dosen mata kuliah Study Hadist yang telah membimbing kami sehingga makalah ini
dapat kami selesaikan dengan lancar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul i
Kata Pengantar ii
BAB I PENDAHULUAN 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan
dan sangat bermanfaat bagi semuanya, dari ilmu inilah kemuliaan seseorang
akan dinilai, semakin tinggi ilmunya maka orang tersebut semakin mendapatkan
wibawa dari pemberi ilmu.
Dalam kehidupan didunia, ilmu memiliki peran sangat penting bagi
kehidupan manusia. Perkembangan dan kemajuan ilmu sangatlah berperan aktif
bagi kehidupan sehari-hari, serta berguna bagi kehidupan individu maupun
bermasyarakat. Kemuliaan akan Diperoleh bagi seseorang yang memeiliki ilmu
dan keutamaan akan diperoleh bagi orang yang memburu ilmu.
Didalam kehidupan beragama, ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang
wajib di miliki setiap individu, karena ilmu tanpa danya suatu pelaksanaan
seperti pohon yang tak berbuah. Agama tanpa ilmu bagaikan kepercayaan tanpa
tujuan, adanya agama karena memeiliki dasar ilmu dan tujuan dari ilmu tersebut
adalah ibadah kepada Allah. Minimal seseorang memeiliki ilmu pengetahuan
dasar tentang agamanya untuk mengikuti aturan-aturan agamanya dan menjauhi
larangannya. Dengan adanya belajar ataupun menuntut ilmu memudahkan jalan
kita menuju surga, diriwayat dalam hadist :
س فِ ِيه ِع ْل ًما َس َّه َل اللَّهُ لَهُ بِِه ِ ِ َ َ َم ْن َسل: م. قال رسول اهلل ص:البخارى قال
ُ ك طَري ًقا َي ْلتَم
1
طَ ِري ًقا إِىَل اجْلَن َِّة
Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim )
1
Muhammad Bin Ali As Syafi’i As Sanwani, Khasyiyah Ala Mukhtasir Ibn Abi Jumroh Lil Bukhori, 1st
ed. (Mesir: Darul Ahya’, n.d.). 30
1
Hadist Diatas menjelaskan dengan mencari ilmu Allah akan
memudahkannya masuk surga, menuntut ilmu adalah sebab orang
mendapatkan hidayah, hidayah inilah yang mengantarkan seseorang pada
surga. Menuntut ilmu akan mengantarkan kita kepada ilmu lainnya dengan
ilmu tersebut akan mengantarkan kita pada surga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk memperoleh gambaran jelas
masalah penelitian yang akan dibahas, maka rumusalan masalah pada
pembahasan ini adalah:
1. Bagaimana Hadist Pokok penjelasan tentang kewajijban menuntut ilmu
Pengetahuan?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Hadist pokok yang menjelaskan kewajiban dalam menuntut
ilmu pengetahuan!
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Hafsh Bin Sulaiman menerima hadist dengan cara As Sima’i
(menyimak atau mendengar hadist dari gurunya). Dengan demikian
ada pertemuan langsung Hisyam dan Hafsh dengan gurunya. Hal ini
menunjukkan bahwa dari segi tahammul wal ada’, kedua periwayat
tersebut terjadi pertemuan.
3
Dr. Mahmud Thahan, Taisir Mustolakh Al Hadist (Madinah Munawwaroh: Darul Fikri, n.d.). P. 105
4
sebagian ulama’ menyebutnya banyak bohong wal matruk.4
kesimpulan dari kedudukan hadist ini adalah dzoif. Namun perlu
diketahui bahwa jalur hadis yang banyak bisa saling mengangkat
derajat suatu hadis yang dha’if menjadi hasan (hasan
lighairih) dengan syarat di dalam sanad hadis tersebut tidak terdapat
perawi yang tertuduh dusta dan hadisnya tidak syadz (tidak
bertentangan dengan hadis yang lebih shahih) , maka hadist ini dapat
di naikkan derajatnya menjadi hadist Hasan Li Ghoirihi.5 Oleh
karena itu kita tidak perlu khawatir akan dilarangnya mengikuti
Hadist ini.
2. Pohon Sanad
Untuk sanad :
Rasululloh SAW
|
Anis Bin Malik
|
Muhammad Bin sirin
|
Katsir bin Sindzir
|
Hafsh ibn Sulaiman
|
Hisyam Ibn Ammar
|
Ibnu Majah
4
Haeruman Rusandi Nurul Mukhlisin Asyrafuddin, “Tahqiq Dan Ta’liq Hadist Ta’limul Muta’allim
Imam Zarnuji,” Pendidikan Dan Kajian Keislaman XII (n.d.): 10.
5
Thahan, Taisir Mustolakh Al Hadist. P. 49
5
3. Penilaian terhadap matan hadist
Dalam menetapkan sebuah hadist melalui tolak ukur matan, ada
tiga macam6: a. Kajian Liguistik. b. Tidak adanya pertentangan
diantara hadist dan Qur’an. c. Tidak bertentangan dengan hadist yang
lebih kuat.
a. Kajian Liguistik hadist
الْعِْل ِم, bermakna ilmu yang dimaksud hadist di atas bukan hanya
ilmu tetapi bisa ilmu agama, ilmu yang bermanfaat bagi lainnya.
6
Alimron, “Study Validitas Hadist Tentang Ilmu Pengetahuan Dalam Buku Pendidikan Agama Islam
Dan Budi Pekerti Kurikulum 2013,” Tadrib 1 (2015): 8-9.
6
kalimat ini orang yang meletakkan ilmu selain ahlinya
maksudnya dalam kehidupan realita kita sekarang banyak ilmu
yang tidak diletakkan pada tempatnya. Kemudian ilmu tersebut
tidak bermanfaat bagi setia manusia. 7
ٌَو َما َك ا َن الْ ُم ْؤ ِمُن ْو َن لَِيْن ِف ُر ْوا َكافَّةً َفلَ ْواَل َن َف َر ِم ْن ُك ِّل فِْرقَ ٍة ِمْن ُه ْم طَائَِف ة
َّه ْوا ىِف ال دِّيْ ِن َو لَِيْن ِذ ُر ْوا َق ْو َم ُه ْم اِذَا َر َجعُ ْوا اِلَْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم حَيْ َذ ُر ْون ِ
ُ ليََت َفق
)122 : (التوبة
7
Alimron.P. 9
7
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka kembali
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
َّه ْوا ِ
Kalimat ُ ليََت َفقdiambil dari kata Al Fiqhu yang artinya
pemahaman ( Paham ). Adapun َّه ْوا ىِف الدِّيْ ِن
ُ َيَت َفقitu maksudnya
adalah pemahaman masalah-masalah agama. Didalam kitab
Tafsir Al Quran Al Adzim ayat di atas menerangkan muskipun
seorang mukmin bepergian ke medan perang atau Ila Al Ghozi
lebih baiknya tidak semua kabilah atau golongan pergi
berperang, alangkah lebih baiknya sebagian kelompok menetap
dan mempelajari ilmu pengetahuan agama, ketika sebagian
golongan mereka kembali dari perang maka hendaklah mereka
mengajarkan kepada kaumnya tentang apa yang mereka pelajari
dari hukum-hukum, mengikuti perintahnya dan menjauhi
larangannya.8
8
Imam Jalalain, Tafsir Al Quran Al Adzim, 1st ed. (Bojonegoro: Beirut, 1991).p. 150
8
كت اب العلم و ب اب: ( اخرج ه البخ اري ىف.الزنَ ا
ِّ َو يَظْ َه َر,اخْلَ ْم ُر
9
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al Lu’lu’ Wal Marjan Muatiara Hadist Sahih Bukhori-Muslim, ed. S.pd.i
Junaidi Manik, 8th ed. (Sukoharjo jawa tengah: Insan Kamil Solo, 2012). P. 785
9
namun diartikan pembunuhan secara majaz karena bercampuran
dengan perselisihan yang menyebabkan pembunuhan.10
10
Baqi. P. 786
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Untuk peneliti selanjutnya supaya lebih baik dan lebih luas
wawasanya mengenai hadist-hadist yang berkaitan dengan
keutamaan menuntut Ilmu.
2. Untuk Peneliti selanjutnya supaya memberikan yang terbaik untuk
pemahaman hadistnya melalui pembelajaran aktif tentang hadist, dan
pengantar hadist.
11
DAFTAR PUSTAKA
Alimron. “Study Validitas Hadist Tentang Ilmu Pengetahuan Dalam Buku Pendidikan
Agama Islam Dan Budi Pekerti Kurikulum 2013.” Tadrib 1 (2015): 9.
Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Al Lu’lu’ Wal Marjan Muatiara Hadist Sahih Bukhori-
Muslim. Edited by S.pd.i Junaidi Manik. 8th ed. Sukoharjo jawa tengah: Insan
Kamil Solo, 2012.
Jalalain, Imam. Tafsir Al Quran Al Adzim. 1st ed. Bojonegoro: Beirut, 1991.
Khairil Ikhsan Siregar, M.A , Sari Narulita, M.Si. Ummul Hadist-Kompilasi. 1st ed.
Jakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan UNJ, 2015.
Nurul Mukhlisin Asyrafuddin, Haeruman Rusandi. “Tahqiq Dan Ta’liq Hadist Ta’limul
Muta’allim Imam Zarnuji.” Pendidikan Dan Kajian Keislaman XII (n.d.): 10.
Sanwani, Muhammad Bin Ali As Syafi’i As. Khasyiyah Ala Mukhtasir Ibn Abi Jumroh
Lil Bukhori. 1st ed. Mesir: Darul Ahya’, n.d.
Thahan, Dr. Mahmud. Taisir Mustolakh Al Hadist. Madinah Munawwaroh: Darul Fikri,
n.d.
12