PENGETAHUAN
Disusun Oleh
Kelompok 4
Kelas X IPS 5
Ismaya Wardani
Hana Hanifah
Sintia Oktafani
Salsabila
)9 :قُ ْل ه َْل يَ ْست َ ِوي الَّذِينَ يَ ْعلَ ُمونَ َواَلَّذِينَ ََل يَ ْعلَ ُمونَ (الزمر
Artinya: “Katakanlah (Wahai Muhammad!): ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu
dengan orang-orang yang tidak berilmu?’”. (QS. Az-Zumar: 9)
Dengan ayat ini Allah SWT, tidak mau menyamakan orang yang berilmu dan orang yang
tidak berilmu, disebabkan oleh manfaat dan keutamaan ilmu itu sendiri dan manfaat dan
keutamaan yang akan didapat oleh orang yang berilmu.
Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai perang yang sangat penting.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan bagi kehidupan
baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat. Menurut al-Ghazali
dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh segala bentuk kekayaan, kemuliaan, kewibawaan,
pengaruh, jabatan, dan kekuasaan. Apa yang dapat diperoleh seseorang sebagai buah dari
ilmu pengetahuan, bukan hanya diperoleh dari hubungannya dengan sesama manusia, para
binatangpun merasakan bagaimana kemuliaan manusia, karena ilmu yang ia miliki. Dari sini,
dengan jelas dapat disimpulkan bahwa kemajuan peradaban sebuah bangsa tergantung
kemajuan ilmu pengetahuan yang melingkupi.
Dalam kehidupan beragama, ilmu pengetahuan adalah sesutau yang wajib dimiliki, karena
tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah yang merupakan tujuan
diciptakannya manusia oleh Allah, tanpa didasari ilmu. Minimal, ilmu pengetahuan yang
akan memberikan kemampuan kepada dirinya, untuk berusaha agar ibadah yang dilakukan
tetap berada dalam aturan-aturan yang telah ditentukan. Dalam agama, ilmu pengetahuan,
adalah kunci menuju keselamatan dan kebahagiaan akhirat selama-lamanya.
Uraian di atas hanyalah uraian singkin betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia,
baik untuk kehidupan dirinya pribadi, maupun dalam hubungan dirinya dengan benda-benda
di sekitarnya. Baik bagi kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Ada banyak hadits,
firman Allah, dan pendapat para ulama tentang pentingnya ilmu pengetahuan.
Karena pentingnya ilmu dan banyaknya faidah yang terkandung di dalamnya, para ulama
menyimpulkan bahwa menuntut ilmu adalah wajib, sesuai dengan jenis ilmu yang akan
dituntut. Inilah hukum dasar menuntut ilmu, berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
Peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan seseorang sangat besar, dengan ilmu
pengetahuan, derajat manusia akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Allah
SWT berfirman:
ُ ش ِهدَ هللاُ أَنَّهُ ََل ِإلَهَ إِ ََّل ُه َو َو ْال َم ََل ِئ َكةُ َوأُولُو ْال ِع ْل ِم قَا ِئ ًما ِب ْال ِق ْس ِط ََل ِإلَهَ ِإ ََّل ُه َو ا ْل َع ِز
يز َ
)18 :ْال َح ِكي ُم (آل عمران
Artinya: “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak
disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ali Imran: 18).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa yang menyatakan bahwa tiada yang berhak disembah selain
Allah adalah dzat Allah sendiri, lalu para malaikat dan para ahli ilmu. Diletakkannya para
ahli ilmu pada urutan ke-3 adalah sebuah pengakuan Allah SWT, atas kemualian dan
keutamaan para mereka.
Ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para ahli ilmu dan orang
mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu derajat sejauh perjalanan 500 tahun.
Tentu sudah diketahui, bahwa tidak ada kedudukan di atas kenabian dan tidak ada kemuliaan
di atas kemulian mewarisi kedudukan kenabian tersebut.
ض (رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وابنِ ت َو ْاْل َ ْر َّ يَ ْست َ ْغ ِف ُر ِل ْلعَا ِل ِم َما فِي ال
ِ س َم َوا
(حبان
Artinya: “Segala apa yang ada di langit dan bumi memintakan ampun untuk orang yang
berilmu”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Kedudukan apa yang melebihi kedudukan seseorang yang selalu dimintakan ampun oleh para
malaikat langit dan bumi?.
Hadits ini menjelaskan bagaimana keutamaan ilmu bagi seseorang, dimana ia akan
memberikan manfaat dan dibutuhkan oleh orang-orang disekitarnya. Bahkan jika seorang
yang berilmu terangsingkan dari kehidupan sekitarnya, ilmu yang ia miliki akan memberikan
manfaat kepada dirinya sendiri, dan menjadi penghibur dalam kesendiriannya.
َت ِم ْن َها ْ ضا فَ َكانً اب أ َ ْر َ ص َ َث أ ٍ َو ْال ِع ْل ِم َك َمث َ ِل َغ ْي, إن َمث َ َل َما َب َعثَنِي هللاُ بِ ِه ِم ْن ْال ُهدَى َّ
ُ َو َكانَ ِم ْن َها أ َ َجاد, ير
ِب َ ب ْال َك ِث َ َو ْالعُ ْش, َت ْال َك ََل ْ َ فَأ َ ْن َبت, ت ْال َما َء
ْ َط ِيِّ َبةٌ قَ ِبل
َ ٌطا ِئفَةَ
اب
َ ص َ َ َوأ, عوا ُ َوزَ َر, سقَ ْوا َ َو, اس فَش َِربُوا ِم ْن َها َ َّ فَنَفَ َع هللاُ بِ َها الن, ت ْال َما َء ْ س َك َ أ َ ْم
فَذَ ِل َك َمث َ ُل, ً َو ََل ت ُ ْنبِتُ َك ََل, ان ََل ت ُ ْم ِسكُ ْال َما َء ُ
ٌ َي قِيع َ طائِفَةً ِم ْن َها أ ْخ َرى إنَّ َما ِه َ
َو َمث َ ُل َم ْن لَ ْم يَ ْرفَ ْع, َو َعلَّ َم, فَ َع ِل َم, َونَفَ َعهُ ِب َما بَ َعثَنِي هللاُ ِب ِه, ِِين هللا ِ َم ْن فَقُهَ فِي د
) َولَ ْم يَ ْقبَ ْل ُهدَى هللاِ الَّذِي أ ُ ْر ِس ْلتُ ِب ِه (رواه البخاري ومسلم, سا ً ِْبذَ ِل َك َرأ
Artinya: “Perumpamaan apa yang dituliskan oleh Allah kepadaku yakni petunjuk dan ilmu
adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gemburyang dapat
menerima air lalutumbuhlah padang rumput yang banyak. Dari panya ada yang keras dapat
menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang
tidak menolak kepadanya, dan mengajar, dan perumpamaan orang yang pandai agama Allah
dan apa yang dituliskan kepadaku bermanfaat baginya, ia pandai dan mengajar, dan
perumpamaan orang yang tidak menolak kepadanya, dan ia tidak mau menerima petunjuk
Allah, yang mana saya di utus dengannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Sahal bin Sa’ad RA, ia menceritakan sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib:
ص ذَ ِل َك ِم ْن ُ ُ ََل يَ ْنق, ُور َم ْن تَبِعَه ِ َم ْن دَ َعا إلَى ُهدًى َكانَ لَهُ ِم ْن ْاْل َ ْج ِر ِمثْ ُل أ ُ ُج
اْلثْ ِم ِمثْ ُل آث َ ِام َم ْن ت َ ِب َعهُ ََل
ِ ْ ض ََللَ ٍة َكانَ َعلَ ْي ِه ِم ْنَ َو َم ْن دَ َعا إلَى, ش ْيئًا ِ أ ُ ُج
َ ور ِه ْم
)ام ِه ْم (رواه مسلم ِ َ ص ذَ ِل َك ِم ْن آث ُ ُيَ ْنق.
Artinya: “Barang siapa mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala-
pahala orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari phala-pahala itu. Barang
siapa mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa-dosa orang yang
mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa itu” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
َو َم ْن أ َ َرادَ ْاْل ِخ َرة َ فَ َعلَ ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم, َم ْن أ َ َرادَ الدُّ ْن َيا فَ َعلَ ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم
Artinya: “Barang siapa menghendaki )kebaikan( dunia, maka hendaknya ia menggunakan
ilmu, dan barang siapa menghendaki kebaikan akhirat, maka hendaknya menggunakan ilmu”
Menurut Al-Ghazali Ilmu, pengetatahuan itu indah, mulia dan utama. Tetapi, selama
keutamaan itu sendiri masih belum dipaham, dan yang diharapkan dari keutamaan itu masih
belum terwujud, maka tidak mungkin diketahui bahwa ilmu adalah utama.
Keutamaan adalah kelebihan. Jika ada dua benda yang sama, sementara salah satunya
mempunyai kelebihan, maka benda itu bisa disebut utama, kalau memang kelebihan yang
dimaksud adalah kelebihan dalam sifat kesempurnaan.
Sesuatu yang indah dan disenangi ada tiga macam, yaitu: sesuatu yang disenangi karena ada
faktor lain diluarnya, sesuatu yang disenangi karena nilai eksentriknya dan sesuatu yang
dicari karena nilai eksentriknya juga karena ada faktor lain diluarnya.
Uang adalah sesuatu yang disenangi. Tetapi ia disenangi bukan karena nilai eksentriknya
tetapi karena ada faktor lain berupa dapat dibuatnya uang untuk mendapatkan yang lain.
Kebahagiaan adalah sesuatu yang disenangi karena nilai eksentriknya, artinya ia disenangi
karena kebahagian itu sendiri. Sedangkan sesuatu yang disenangi karena ada faktor lain dari
luar dan juga karena nilai eksentriknya dapat dicontohkan seperti kesehatan badan. Kesehatan
badan disamping bisa dibuat untuk memperoleh tujuan dan kebutuhan lain, ia juga disenangi
karena didalamnya sendiri ada nikmat dan kenyamanan. Dari ketiga macam hal di atas, yang
tentunya lebih utama adalah yang ketiga.
Apabila memandang ilmu pengetahuan, maka ia termasuk yang ketiga. Ilmu itu sendiri
adalah keindahan dan kelezatan, disamping ia dapat dijadikan perantara mendapatkan
kebahagian, baik di dunia maupun akhirat. Dengan ilmu kedekatan kepada Allah dapat diraih,
kelas lebih tinggi para malaikat dapat diperoleh dan status sosial yang tinggi di surga dapat
dinikmati. Dengan ilmu kemulian dunia, pengaruh, pengikut, kemewahan, kekuasaan dan
kehormatan dapat diperoleh. Bahkan binatang pun secara naluri akan tunduk kepada manusia
karena ilmu yang dimilikinya. Inilah kesempurnaan ilmu secara mutlak
Ali bin Abi Thalib berkata kepada Kumail:
“Wahai Kumail, ilmu itu lebih utama dari pada harta karena ilmu itu menjagamu, sedangkan
kamu menjaga harta. Ilmu adalah hakim, sedang harta adalah yang dihakimi. Harta menjadi
berkurang jika dibelanjakan, sedangkan ilu akan berkembang dengan diajarkan kepada
orang lain”.
Menurut Al-Mawardi, keutamaan dan pentingnya ilmu dapat diketahui oleh semua orang.
Yang tidak dapat mengetahuinya hanya orang-orang bodoh. Perkataan ini adalah petunjuk
bagi keutamaan ilmu yang lebih mengena, karena keutamaan ilmu hanya dapat diketahui oleh
ilmu itu sendiri. Ketika seseorang tidak berilmu untuk mengetahui keutamaan ilmu, maka ia
meremehkan ilmu, menganggap hina para pemilinya, dan menyangka bahwa hanyalah
kekayaan dunia yang akan mengantarkannya kepada sebuah kebahagiaan.
Al-Mawardi juga mengatakan bahwa, ilmu amatlah luas, jika di pelajari tidak akan pernah
selesai, selama bumi masih berputar, selama hayat di kandung badan selama itu pula manusia
memerlukan ilmu pengetahuan islam tidak hanya cukup pada perintah menuntut ilmu, tetapi
menghendaki agar seseorang itu terus menerus melakukan belajar, karena manusia hidup di
dunia ini perlu senantiasa menyesuaikan dengan alam dan perkembangan zaman. Jika
manusia berhenti belajar sementara zaman terus berkembang maka manusia akan tertinggal
oleh zaman sehingga tidak dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman, terutama pada
zaman sekarang ini, zaman yang di sebut dengan era globalisasi, orang di tuntut untuk
memiliki bekal yang cukup banyak, berupa ilmu pengetahuan.
I. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang utama, mulia dan penting. Oleh sebab itu semua harus
menyadari tentang hal ini, untuk membentuk keshalehan individu dan keshalehan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Paling tidak setiap pendidik pada lembaga
pendidikan manapun harus mampu menyadari akan keutamaan dan pentingnya ilmu, lalu
menyalurkannnya kepada peserta didik, sehingga manfaat dan fungsi ilmu pengetahuan dapat
dirasakan secara menyeluruh, bukan sekadar formalitas belaka.
Firman Allah dalam al-Qur’an, hadits-hadits Rasulullah serta pandangan ulama, sebagaimana
dipaparkan di atas adalah bukti kongkrit akan keutamaan, kemulian dan pentingnya ilmu bagi
seluruh sendi kehidupan. Ia adalah kunci bagi kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan
akhirat.
II. Saran-saran
Seperti yang telah disampaikan dimuka bahwa semua orang harus menyadari dan meyakini
akan keutamaan dan pentingnya ilmu, terutama bagi kalangan pendidik. Untuk selanjutnya
penulis merumuskan saran-saran sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mawardi, Ali bin Muhammad bin Habib.“Adab al-Dun-ya wal al-Din”, Beirut: Dar Iqra’,
1985
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. “Ihya’ Ulum al-Din”, Beirut: Darul Ma’rifah, tt,
Kementerian Waqaf dan Urusan Islam Kuwait, Ensiklopedi Fiqih, Kairo: Dar As-Shofwah,
2007
An-Nawawi, Yahya bin Syaaf, “Al-Majmu’ ‘ala Syarh al-Muhadzab”, Kairo: Maktabah al-
Muniriyah, tt, Juz