Anda di halaman 1dari 11

1

Definisi Adab Belajar

A. Pendahuluan
Ilmu adalah pengetahuan atau kepandaian baik yang termaksud jenis
kebatinan, maupun yang berkenaan dengan keadaan alam, dan sebagainya.1Ilmu
sebagai sesuatu yang amat sangat penting, karena merupakan kunci untuk
mencapai kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.Menuntut ilmu adalah
sebuah kewajiban,2 ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza Wajalla.3
Selain itu, menuntut ilmu juga merupakan pekerjaan mulia yang
pahalanya sangat besar disisi Allah SWT. Terlebih lagi ilmu syar’i yang
dengannya seorang muslim dapat menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬dalam sabdanya:
4 َ ْ‫س َّه َلْهللاُْ ِب ِه‬
.‫ط ِريقًاْ ِإلَىْال ِجنَّ ِْة‬ َ ْ‫سلَ َك‬
ُ ‫ط ِريقًاْيَلت َِم‬
َ ْ‫سْفِي ِهْ ِعل ًما‬ َ ْْ‫َمن‬
“ Barangsiapa merintis (menempuh) jalan untuk menuntut ilmu, maka
Allah akan memudahkan baginya jalan menuju syurga.” (HR. Muslim)
Salah satu cara mendapatkan ilmu, manusia diperintahkan untuk belajar
sejak dari buaian hingga liang lahat. Untuk memperoleh ilmu, baik itu ilmu agama
maupun ilmu umum, sudah seharusnyalah kita memperhatikan etika dalam
menuntut ilmu agar ilmu yang kita pelajarin tersebut dapat bermanfaat bagi diri
kita dan orang lain.
Syari’at Islam sangat besar memberikan perhatiannya terhadap ilmu
pengetahuan, sebesar perhatian dalam pembentukan sikap ilmiah. Penilaian
dimata manusia pun, orang yang berilmu jauh lebih dihormati dan dimuliakan
dibangingkan dengan orang yang tak berilmu.

1
Sulchan Yasyin, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amanah, 1995), h. 120
2
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
ْ‫ع ٰلىْ ُك ِلْ ُمسلِم‬
َ ٌْ‫ضة‬ َ
َ ‫طلَبُ ْالعِل ِمْفَ ِري‬
“ Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah) ”
3
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, yang diriwayatkan oleh Ar-Rabii’:
ٌ ‫صدَقَ ْة‬ َ ِْ‫ْفَإ ِ َّنْتَعَلُّ َمهُْقُربَةٌْإِلَىْهللا‬,‫تَعَلَّ ُمواْالعِل َم‬
َ ُْ‫ْ َوت َعْلِي َْمهُْ ِل َمن ََْليَعلَ ُمه‬,َّ‫ع َّز َو َجل‬
“ Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah
Azza Wajalla, dan mengerjakannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah
Shodaqoh
4
M. Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih, (Jakarta: Gema Insani Press, 1991), h. 207
2

Banyak orang yang belum mengetahui etika dalam menuntut ilmu,


sehingga banyak penuntut ilmu yang masih bersikap tercela baik kepada orang
tua, guru, maupun lingkungan sekitarnya. Hal tersebut membuktikan bahwa
adanya keharusan beretika yang baik bagi seluruh manusia apalagi mereka yang
sedang menuntut ilmu.

B. Pembahasan
1. Definisi Adab Belajar
Kata adab berasal dari bahasa Arab ‫ أدب‬yang bermakna menjadikan
sesorang bersifat terpuji dan menjahui sifat tercela. Di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, adab adalah kehalusan dan kebaikan bidu
pekerti, kesopanan, akhlak.5
Belajar adalah kegiatan pengisian dan pengembangan kemampuan
kognitif (pengetahuan) dengan fakta sebanyak-banyaknya.6 Belajar
bukan hanya terjadi di sekolah seperti pada umumnya, namun belajar
dapat terjadi di rumah, tempat kerja, tempat beribadah, dan dimasyarakat.
Adab belajar diperlukan pemahaman dan pengamalan agar ilmu
banyak bermanfaat dan kompleks. Semua pihak yang terkait dalam
proses belajar seharusnya memahami benar dan mengamalkan adab
menuntut ilmu.
Adab menuntut ilmu berhubungan dengan adab terhadap diri sendiri,
adab terhadap guru, adab berteman, dan adab terhadap kehidupan. Adab
terhadap diri sendiri berhubungan dengan menuntut ilmu dan
mengamalkan ilmu. Kata kunci dalam hubungannya dengan adab dan
manfaat menuntut ilmu adalah ibadah kepada Allah SWT. Yang menjadi
landasan dan tujuan menuntut ilmu adalah:

ْ‫سْ ِإ ََّل ِل َيعْْبُدُو ِن‬


َ ‫اْلن‬
ِ ‫ْو‬َ ‫َو َماْ َخلَقتُ ْال ِج َّن‬
Artinya
“ Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi
kepada-Ku.”(Q.S Adz-Zhariyat/51: 56)

5
Sulchan Yasyin, Op. Cit, h. 9
6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 237.
3

2. Hadits-hadist tentang adab belajar


a. Membersihkan hati dan meluruskan niat
Menuntut ilmu yang dilandasi dengan tujuan beribadah kepada
Allah SWT pasti ditempuh dengan cara yang diridhoi-Nya. Perintah
Allah SWT dan Rasul-Nya dilaksanakan dengan ikhlas.7
Menuntut ilmu tidak boleh karena ada niat tersembunyi, seperti

yang disabdakan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬.

ْ‫سوووووو َ َها ََل‬ ُ ‫ْو ََل ِلت ُ َمو‬,


ُّ ‫ووووواْسوا ِبوووووو ِهْال‬ َ ‫ََلت َ َعلَّ ُمووووووواْال ِعلو‬
َ ‫ووووومْ ِلتُبَووووووا ُواْ ِبوووووو ِهْالعُلَ َمووووووا ََل‬
ُ ‫ووووووووورفُو‬
ْ ِ ‫اْو ُجوووووووووو َْالنَّوووووووووا‬ ِ َ ‫َو ََلت َجت َِرئُوا ِبووووووووو ِهْ ِفوووووووووىْال َم َجوووووووووا ِل ِسْاَو ِلت‬
ْ 8.‫اس‬ َ َّ‫اسْفَالن‬ ْٰ ‫ْفَ َمنْفَغَ َل‬,‫ِإلَي ُكم‬
َ َّ‫ْذ ِل َكْفَالن‬
“Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya
terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan dikalangan orang-
orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu
untuk penampilan dalam majelis (pertemuan/rapat) dan untuk
menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barang siapa seperti itu,
maka baginya nereka ... neraka.”(HR.At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Didalam riwayat lain dijelaskan,


ْ‫ووووواْم َّمووووووا‬ َ ‫اْﷺْ َموووووونْتَعَلَّو‬
ِ ‫ووووومْ ِعل ًمو‬ َ ‫ِعوووووونْأَبِوووووواْ ُ َريو‬
ُّ ‫ووووورْقَووووووا َ ْقَووووووا َ ْالنَّبِوووووو‬
َ ‫ْو َجووووووو َّل ََْلْ َيت َ َعلَّ ُموووووووهُْ ِإ ََّلْ ِليً ِ و‬
ْ‫وووووويبْ ِبووووووو ِه‬ َّ ‫عو‬
َ ‫ووووووز‬ َ ‫يُبتَغَوووووووىْ ِبووووووو ِه‬
َ ِْ‫ْو ِجوووووووهُْْهللا‬
ْ‫ِْال َجنَّووووو ِةْيَوووووو َ ْالقَيَا َمووووو ِةْيَعنِوووووا‬ َ ْ‫وووواْمووووونْالووووودُّنيَاْْلَووووومْيَ ِجووووود‬
َ ‫عووووور‬ ِ ‫ضو‬ ً ‫عر‬
َ
ْ .9‫ِس َي َها‬
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Barang
siapa yang mempelajari suatu ilmu dari sesuatu (yang seharusnya)
untuk mencari rida Allah, dia tidak mempelajarinya kecuali untuk
mendapat sedikit dari harta benda, maka ia tidak mendapat bau
surga besok hari kiamat.” (HR.Abu Daud)

7
M. Fakhrudin, Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu, h. 2
8
M. Faiz Almath, Op. Cit, h. 207
9
Abdul Majid, Hadis Tarbawih, (Jakarta: Kencana, 2012), h.188-189
4

Hadits ini bertujuan agar kita ikhlas dalam mencari ilmu. Ikhlas
dalam arti, bersih dari niat lain yang tidak baik. Tidak sepantasnya
bagi para penuntut ilmu bertujuan keduniawian belaka serta
menyampingkan tujuan akhirat, karena pada hakikatnya dunia adalah
tempat singgah bagi kita untuk mempersiapkan diri menuju
kehidupan akhiran.

b. Menghormati guru
ْ‫ْمووووون‬ ِ ‫س‬ َ ‫سوووووو ُْهللاُْﷺ قَوووووا َ ْلَوووووي‬ َ ‫ووووواْموووووتِْأَن‬
ُ ‫ْس‬ ِ َّ ‫ووووونْال‬ ِ ‫صْب‬ َ َ‫عبَووووواد‬ ُ ْ‫عووووون‬ َ
ْ‫وووورِْ ِل َعا ِل ِمنَوووووا‬
ِ ‫َاْويَعو‬ َ ‫يرن‬
َ ‫صووووو ِغ‬
َ ْ‫وووواْويَووووور ََم‬
َ ‫يرنَو‬ َ ‫أ ُ َّمتِووووواْ َمووووونْلَووووومْي ُِجووووو ُّلْ َك ِب‬
.10ُ‫ََقَّ ْه‬
Dari ‘Ubaddah bin Samit , bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬bersabda, “Tidaklah
termaksud umatku orang yang tidak memuliakan orang-orang tua,
tidak menyayangi yang muda, dan tidak mengenal hak-hak orang
alim (guru).”
Seorang murid hendaklah menghormati guru, bersikap sopan di
hadapan guru, memuliakan dan mengagungkannya karena Allah.
Dan berupaya menyenangkan hati guru dengan cara yang baik.
Penghormatan kepada guru, pada umunya dilihat sebagai bagian
dari penghormatan terhadap pengetahuan dan sangat esensial dalam
pendidikan Islam.
Diantara prinsip-prinsip pendidikan islam yang paling mendasar
adalah menghormati ilmu pengetahuan sekaligus menghormati
ulama atau guru.
Guru atau ulama memiliki tanggung jawab untuk menentukan
arah pendidikan. Itulah sebabnya Islam sangat menghormati dan
memuliakan orang-orang berilmu.
Guru atau ulama merupakan orang yang memiliki pengetahuan
yang luas, bisa dijadikan tauladan yang baik, dan biasanya memiliki

10
Amiruddin, Op. Cit, h. 6
5

banyak pengalaman dalam segala hal terutama menghadapi murid-


muridnya.

c. Larangan memotong penjelasan guru


ْ ُ ‫وووووود‬
ِ ‫اْﷺ فِووووووىْ َمج ِلووووووسْيُ َ و‬ َ ‫ِعوووووونْأَبِوووووواْ ُ َر‬
ُّ ‫يوووووورْ َقووووووا َ ْبَينَ َمووووووواْالنَّبِوووووو‬
ِْ‫سوووووووو ُْهللا‬
ُ ‫ووووووىْس‬
َ َ ‫عةُْفَ َم‬
‫ضو‬ َّ ‫القَو َْم َجوووووووا ََل ُْأَع َرا ِبووووووواِْفَقَوووووووا َ ْ َمتَوووووووىْال‬
َ ‫سوووووووا‬
ْ َ ‫ْو َقوووووا‬
َ َ ‫وووور َْ َمووووواْقَوووووا‬
ِ ‫ووووم َ ْ َمووووواْقَوووووا َ ْفَ َكو‬
ِ ‫سو‬ َ ْ ِ ‫وووود ُ ْفَقَوووووا َ ْبَعووووودُْالقَوووووو‬
ِ ‫ﷺ يُ َ و‬
ُْ ‫ضووووووىْ ََدَي َووووووهُْقَووووووا َ ْأَيوووووونَ ْأ ُ َسا‬
َ َ‫ضوووووو ُهمْ َبوووووولْلَوووووومْ َيسوووووو َم ْ ََتَّووووووىْ ِإذَاْق‬
ُ ‫َبع‬
ْ‫سوووووووو ُْهللاِْقَوووووووا َْْفَوووووووإِذَا‬ َ ‫ع ِةْقَوووووووا َ ْ َووووووواْأَنَايَو‬
ُ ‫وووووواْس‬ َ ‫سوووووووا‬
َّ ‫عووووووونْال‬
َ ُْ‫سوووووووائِل‬
َّ ‫ال‬
ْ َ ‫عت ُ َهاْقَووووووا‬ َ ‫عةَْقَووووووا َ ْ َكيوووووو َ ْ ِإ‬
َ ‫ضووووووا‬ َّ ‫ووووووي َعتْاَلُ َمانَووووووةُْفَووووووانت َِلرْال‬
َ ‫سووووووا‬ ِ ‫ض‬ ُ
ْ .11َ‫ع ْة‬ َ ‫سا‬ َّ ‫اْو ِسدَاْنأَم ُرْإِلَىْغَي ِرْأ َ ِل ِهْفَانت َِلرْال‬ ُ َ‫إِذ‬
Dari Abi Hurairah, dia berkata, Ketika Rasul ‫ ﷺ‬berbicara kepada
suatu kaum dalam sebuah majelis, datang seorang Arab bertanya
kepadanya, Kapan hati Kiamat terjadi? Rasul tetap bicara pada
kaum tersebut. Sebagaimana orang berkomentar, Rasul mendengar
ucapan orang Arab tersebut, tapi dia benci dengan ucapannya.
Sebagaimana yang lain berkomentar, Rasul tidak mendengarnya.
Ketika Rasul selesai berbicara kepada kaum tersebut, dia bertanya.
Siapa tadi yang bertanya tentang hari Kiamat? Laki-laki itu
menjawab. Saya wahai Rasul. Rasul bersabda, Apabila amanah
disia-siakan, maka tunggulah hari Kiamat. Laki-laki itu bertanya
kembali, Bagaimana menyia-nyiakan amanah? Rasul menjawab,
Apabila suatu perkara diberikan kepada yang bukan ahlinya, maka
tunggulaj hari Kiamat.
Hadits ini menegaskan bagimana adab seorang murid jika
hendak bertanya. Murid tidak boleh memotong penjelasan guru,
ketika guru masih berbicara.
Seorang murid harus memerhatikan waktu dalam memberikan
pertanyaan. Murid tidak boleh bertanya ketika sang guru sedang

11
Ibid, h. 8
6

sibuk berbicara atau sibuk dengan suatu hal. Sedangkan guru melihat
muridnya tidak beradab dengan memotong pembicaraan, sang guru
menghukum muridnya tersebut dengan tidak memperdulikan
pertanyaannya, sampai dia menyelesaikan pembicaraaannya. Setelah
itu, baru sang guru menjawab pertanyaan muridnya tersebut.12

d. Menulis dan mencatat pelajaran

ُ ‫ٌْمووووونْا َن َ ووووواسْ َيج ِلو‬


ْ‫ووووسْ ِإلَوووووى‬ َ ‫عووووونْأ َ ِبووووواْ ُ َريو‬
َ َ‫وووور َ ْقَوووووا َ ْ َكوووووان‬
ِ ‫ْس ُجووووول‬ َ
ُ َ َ‫ِيَْفَيَع ِجبُووووووه َُْو ََلْي‬
ُْ‫لووووووه‬ َ ‫ْموووووونَ ْالنَبِوووووواْﷺ ال َ وووووود‬ِ ُ ‫النَّبِوووووواْﷺ فَيَسوووووو َم‬
ْ‫وووووك‬
َ ‫ْمن‬ ِ ُ ‫ووووووَلْهللاِْ ِإنِووووواْأَسووووو َم‬
ُ ‫س‬ َ ‫ووووكْ ِإلَوووووىْالنَّ ِبووووواْﷺ فَقَوووووا َ ْ َي‬
ُ ‫اس‬ َ ‫شووووو َكاْذَ ِلو‬
َ َ‫ف‬
َ ‫سووووووووو ُْهللاِْﷺ اسووووووووت َ ِعنْبِيَ ِمينِو‬
ْ‫وووووووك‬ ُ ‫ُْس‬
َ ‫لووووووووه‬ ُ َ ََ‫ْو ََلْأ‬
َ ‫ِيَْفَيُع ِجووووووووب ُِن‬
َ ‫ال َ وووووووود‬
ِْ ‫َوأَو َمأَْ ِب َي ِد ِْ ِللخ‬
ْ .13‫َط‬
Dari Abu Hurairah, dia berkata, Seseorang dari suku Anshar duduk

pada majelis Nabi Muhammad‫ﷺ‬. Dia mendengar sebuah hadits dari

nabi, yang membuatnya terkagum, namun dia tidak mampu


menghapalnya. Nabi bersabda: Minta bantuanlah dengan tangan
kananmu, dan berilah tanda dengan tanganmu untuk menulisnya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa hadits ini dinilai lemah, bahkan
oleh periwayat sendiri. Kelemahan hadits ini terletak pada salah satu
mata rantai sanad.
Kemudian sabdanya lagi di hadits lain, berbunyi:
ْ‫ووووووبْفَوووووووََ َك َرْال ِق َّ وووووووةَْفِوووووووى‬
َ ‫طو‬ َ ‫وووووور َْ ْأَنْالنَّبِووووووواْﷺ َخ‬
َ ‫عووووووون ْْأ َبِووووووواْ ُ َريو‬ َ
ِْ‫سووووووو ُْهللا‬ُ ‫ْس‬ َ َ ‫سوووووووْ ُْهللاِْفَقَووووووا‬ َ ‫َووووووا ْأُكتُبُوااِ َيو‬
ُ ‫ووووواْس‬ َ ْ‫ال َ وووووودِيَِْقَووووووا َ ْأَبُووووووو‬
ْ 14. ‫ﷺ أُكتُبُوْا َبِاََْا‬
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬. Berkhutbah lalu

menyebutkan sebuah kisah dalam pembicaraannya. Abu Syah

12
Ibid, h. 9
13
Ibid, h. 11
14
Ibid, h. 12
7

berkata, “Tuliskanlah bagiku wahai Rasulullah ‫ﷺ‬, Rasulullah

‫ﷺ‬bersabda , “Tuliskanlah oleh kalian untuk Abu Syah.”


Hal ini menegaskan pentingnya menuliskan ilmu, untuk
mengikat ilmu itu sendiri. Berkenaan dengan anjuran menuliskan
hadits-hadits Nabi, pada awalnya Nabi pernah melarang para sahabat
untuk menuliskan hadits-haditsnya, karena Nabi khawatir akan
tercampurnya Al-Quran yang ditulis dengan hadits-haditsnya.15
Tujuan menuntut ilmu sebenarnya bukan hanya untuk
memperoleh pemahaman dan pandai, akan tetapi lebih diharapkan
terhadap pengamalan dari ilmu yang telah dimiliki.

e. Anjuran mengucapkan wallahu a’lam


ْ َ ‫وووووونْ َمسووووووعُودْقَووووووا‬ َ ْ‫علَووووووى‬
ِ ‫عبوووووودِْهللاِْب‬ َ ْ‫ووووووروَْقَووووووا َ ْدَخَلنَووووووا‬
ُ ‫عوووووونْ َمس‬
َ
ُْ‫ْو َموووونْلَوووومْ َيعلَوووومْفَل َي ُكوووولْهللا‬ َ ‫ووومََْوووويوًاْفَل َيقُوووولْ ِبوووو ِه‬ َ ْ‫َياأ َْيُّ َهوووواْالنَّووووا ُ ْ َموووون‬
َ ‫ع ِلو‬
ُْ‫وووومْأَنْيَقُوووووو َ ْ ِل َمووووواْلَوووووهْيَعلَووووو ُمْهللاُْأَعلَووووو ُمْقَوووووا َ ْهللا‬
ِ ‫ْمووووونْال ِعلو‬ ِ ‫أَعلَووووو ُمْفَوووووإ ِ َّن‬
ْ‫ْموووونْأَجوووورْ َو َموووواْأَنَووووا‬ َ ْ‫ قَووووا َ ْ َموووواْأَسووووأَلُ ُكم‬:‫ْو َجوووو َّلْ ِلنَ ِب ِينَووووة ﷺ‬
ِ ‫علَيوووو ِه‬ َّ ‫ع‬
َ ‫ووووز‬ َ
ْ 16.َْ‫ِمنْال ُمت َ َك ِل ِين‬
Dari Masruq, dia berkata, “Kami menjumpai Abdullah bin Mas’ud,
dia berkata, “Wahai manusia! Siapa yang mengetahui sesuatu,
katakanlah yang dia ketehui. Siapa yang tidak mengetahui dengan
pasti, maka katakanlah “Allahu a’lam”. Sesungguhnya sebagian
dari ilmu adalah orang yang tidak mengetahui dia mengucapkan
“Allahu a’lam”.

Allah berfirman kepada Nabinya ‫ﷺ‬:

ِ ‫ْو َماْْأَن‬
ْ َْ‫َاْمنَ ْال ُمت َ َْك ِل ِين‬ َ ‫ْمنْأَجر‬ َ ْ‫قُلْ َماْأَسوَلُ ُكم‬
ِ ‫علَي ِه‬
“Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta imbalan
sedikitpun kepadamu atasnya (dakwahku) dan aku bukanlah
termaksud orang yang mengada-ada.” (As-Sad/38: 86)

15
Ibid, h. 12-13
16
Ibid, h. 16
8

Ucapan Allahu a’lam telah menjadi tradisi pembicaraan tentang


orang tidak mengetahui sesuatu secara pasti. Kalimat ini memiliki
arti “Hanya allah yang tahu”.

3. Refleksi dan Hikmah Hadits


Hadits tentang abad belajar ini mengajarkan kita untuk lebih
memahami adab-adab yang ada dalam proses belajar mengajar. Tujuan
adab belajar ini, untuk mengetahui pemahaman dan pengalaman adab
menuntut ilmu serta manfaat ilmu yang kompleks.
Menuntut ilmu harus dilandasi dengan tujuan semata-mata beribadah
kepada Alaah SWT. Agar ilmu yang kita terima dapat kita pahami dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat berguna bagi
masyarakat.
Tujuan pembelajaran adalah untuk perubahan perilaku (akhlak)
sebagai hasil pengamalan dan mampu mengkomunikasikannya kepada
orang lain.
9

C. Kesimpulan
Adab belajar diperlukan dalam proses belajar mengajar agar
tercapainnya tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien. Adab-adab belajar
dalam belajar:
1. Ikhlas
2. Menghormati guru
3. Larangan memotong penjelasan guru
4. Menulis dan mencatat pelajaran
5. Anjuran mengucapkan wallahu a’lam
Adab-adab dalam belajar sebenarnya masih banyak yang lainnya dan

dapat kita pelajari di hadits-hadits Rasulullah ‫ ﷺ‬lainnya.


10

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2012.Hadis Tarbawih.Jakarta: Kencana


M. Faiz Almath. 1991.1100 Hadits Terpilih.Jakarta: Gema Insani Press
Sulchan Yasyin. 1995.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Surabaya: Amanah
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Amiruddin. 2015.Adab Belajar dalam Hadits. Medan: IAIN Sumatera Utara
11

DEFENISI ADAB BELAJAR

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

HADITS TARBAWI

Oleh Kelompok II:

1. Aida
2. Annisa
3. Emi Ratna

Dosen Pembimbing

Dr. Zaini Dahlan, M.Pd.I

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-ISHLAHIYAH BINJAI

T.A. 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai