Anda di halaman 1dari 7

A.

TAFSIR AZ ZUMAR AYAT 9


1. Ayat dan terjemahan

“(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran.”
2. Isi kandungan
Ayat ini berisi karakteristik orang-orang mukmin yang selalu taat
kepada Tuhan dengan beribadah di waktu malam, takut terhadap siksa
akhirat, dan mengharap kasih sayang Tuhan. Selain itu, ayat ini juga
membandingkan kedudukan dua kelompok: kelompok orang kafir yang
inkonsisten dalam beragama dan kelompok orang mukmin yang teguh dan
konsisten. Dan jawabannya jelas tidak sama, demikian halnya tidak sama
antara orang yang mengetahui dan tidak. Dan di ayat terakhir tertuliskan
bahwasannya hanya ulul albab yang bisa mengambil pelajaran dari hal
tersebut. Makna mengambil pelajaran yang dimaksud adalah kesanggupan
melakukan refleksi dan aksi, sehingga ulul albab merupakan representasi
orang-orang yang mampu memadukan sosok qaanit (kaya amal kebaikan)
dan sosok ‘alim (berwawasan luas). Berkaitan dengan ini, apabila sesuatu
yang pernah terjadi pada diri seseorang dan ia bisa mengambil hikmah
darinya sebagai pijakan untuk melangkah kedepan dan memperbaiki diri
merupakan pemandu menuju kebaikan hidup.
Allah SWT memerintahkan kepada Rasul Nya agar menanyakan
kepada orang-orang kafir Quraisy, apakah mereka lebih beruntung ataukah
orang yang beribadat di waktu malam, dalam keadaan sujud dan berdiri
dengan sangat khusyuknya. Dalam melaksanakan ibadahnya itu timbullah
dalam hatinya rasa takut kepada azab Allah di kampung akhirat, dan
memancarlah harapannya akan rahmat Allah.
Perintah yang sama diberikan Allah kepada Rasul Nya agar
menanyakan kepada mereka apakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Yang dimaksud dengan
orang-orang yang mengetahui ialah orang-orang yang mengetahui pahala
yang akan diterimanya, karena amal perbuatannya yang baik, dan siksa
yang akan diterimanya apabila ia melakukan maksiat. Sedangkan orang-
orang yang tidak mengetahui ialah orang-orang yang sama sekali tidak
mengetahui hal itu, karena mereka tidak mempunyai harapan sedikutpun
akan mendapat pahala dari perbuatan baiknya, dan tidak menduga sama
sekali akan mendapat hukuman dan amal buruknya.
Di akhir ayat Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran, baik pelajaran dari
pengalaman hidupnya atau dari tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat
di langit dan di bumi serta isinya, juga terdapat pada dirinya atau suri
teladan dari kisah umat yang lalu.
3. Tafsir menurut Ibnu Abbas
“(Apakah kalian, hai kaum musyrikin, yang lebih beruntung)
ataukah orang yang taat di waktu-waktu malam dengan bersujud dan
berdiri, sedang ia takut akan akhirat serta mengharapkan rahmat Rabb-
nya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya hanya orang-orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”
 ‫قَانِت ه َُو أَ َّمن‬ ([apakah kalian, hai kaum musyrikin, yang lebih
beruntung] ataukah orang yang taat), yakni yang taat kepada Allah
Ta‘ala, yaitu Nabi saw. dan para shahabatnya.
 ‫( اللَّي ِل آنَاء‬di waktu-waktu malam), yakni di saat-saat malam hari.
 ‫اجدا‬
ِ ‫س‬َ ‫( َوقَائِما‬dengan bersujud dan berdiri) dalam shalat.
 ‫( اْل ِخ َرة َ يَحذَ ُر‬sedang ia takut akan akhirat), yakni ia takut akan adanya
azab akhirat.
 ‫( َربِ ِه َرح َمةَ َويَر ُجو‬serta mengharapkan rahmat Rabb-nya), yakni surga
Rabb-nya. Apakah pemilik sifat-sifat tersebut sama dengan Abu Jahl
dan kawan-kawannya?
 ‫( قُل‬katakanlah) kepada mereka, hai Muhammad!
 ‫“( يَست َ ِوي هَل‬Apakah sama) dalam hal pahala dan ketaatan.
 َ‫( يَعلَ ُمونَ الَّذِين‬orang-orang yang mengetahui) tauhīdullāh serta Perintah
dan Larangan-Nya, yaitu Abu Bakr dan teman-temannya.
 َ‫( َيعلَ ُمون َل َوا َّلذِينَ يَعلَ ُمون‬dengan orang-orang yang tidak mengetahui”)
tauhīdullāh serta Perintah dan Larangan-Nya, yaitu Abu Jahl dan
kawan-kawannya?
 ‫ب أُولُوا يَتَذَ َّك ُر ِإنَّ َما يَع َل ُمونَ َل‬
ِ ‫( اْلَلبَا‬sesungguhnya hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran), yakni hanya orang-orang
yang mempunyai akallah yang dapat menerima nasihat dari
perumpamaan-perumpamaan al-Quran.
B. TAFSIR Q.S AT-TAUBAH AYAT 122.
1. Ayat dan Terjemahan

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. At-Taubah :
122)
2. Isi kandungannya dan tafsirannya
Dari ayat tersebut dapat kita cermati bahwa balasan yang akan
didapat oleh orang yang mau jihad fii sabilillah itu sangat banyak, tidak
ada bandingnya dengan kenikmatan dunia yang hanya sedikit.
Munasabah menurut tafsir al-munir bahwa ayat tersebut berkaitan
dengan hukum berperang jihad fii sabilillah. Dalam tafsir al-munir, jihad
tidak diwajibkan atas semua mukmin jika Nabi tidak turut di dalamnya,
akan tetapi mereka yang tidak turut berperang, mereka tetap wajib berjihad
melalui jalan memepelajari dan memperdalam ilmu agama, agar mereka
dapat member peringatan kepada kaum mereka apabila perang telah usai.
Karena sesungguhnya mencari ilmu adalah sebagian dari jihad.
Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang
menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami
agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara
berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti, dan
juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan
menegakkan sendi-sendi Islam. Karena perjuangan yang menggunakan
pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk jadi benteng dan pagar
dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan
ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik.
Dalam ayat ini pentingnya memperdalam ilmu, juga terkait dengan
keterangan mengenai jihad. Ketegasan ayat ini menjelaskan bahwa
memperdalam ilmu agama adalah salah satu strategi pertahanan perang
yang paling besar, inti dari tujuan perjuangan, dengan kata lain
‘pendidikan’ adalah wujud dari perang yang sebenarnya.
“Dan tidaklah boleh orang-orang yang beriman itu turut
semuanya”. Di sini menunjukkan bahwa betapa pentingnya pembagian
tugas . Dalam pendidikan pembagian tugas itu sangat penting agar
pendidikan bisa terfokus dan menjadi maksimal.
Orang beriman sejati tidaklah semuanya turut bertempur berjihad
dengan senjata ke medan perang, “tetapi alangkah baiknya keluar dari tiap-
tiap golongan itu, di antara mereka, satu kelompok supaya mereka
memperdalam pengertian tentang agama”. Dengan susunan kalimat
falaulaa yang berarti diangkat naiknya, maka Tuhan telah menganjurkan
pembagian tugas. Seluruh orang yang beriman diwajibkan berjihad dan
diwajibkan pergi berperang menurut kesanggupan masaing-masing, baik
secara ringan ataupun secara berat. Maka dengan ayat ini Tuhan pun
menuntut hendaklah jihad itu dibagi kepada jihad bersenjata dan jihad
memperdalam ilmu pengetahuan dan pengertian tentang agama.
Jika yang pergi ke medan perang itu bertarung nyawa dengan
musuh, maka yang tinggal di garis belakang memperdalam tentang agama.
Sebab tidaklah pula kurang penting jihad yang mereka hadapi. Ilmu agama
wajib diperdalam. Dan tidak semua orang akan sanggup mempelajari.
Surat at-taubah ayat 122 memberikan bimbingan penting dalam
jihad. Di dalamnya menerangkan penjelasan bahwa jihad tidak hanya
berada di medan perang, sehingga diperintahkan agar sebagian kelompok
keluar dari barisan perang dan memperdalam ilmu agama, sehingga
mereka dapat kembali pada kaumnya dan memberi peringatan.
Ayat ini menjelaskan pentingnya pembagian tugas, dan untuk
waspada dalam berjuang tidak hanya berjuang pada masa yang tengah
dihadapi, tetapi juga untuk masa depan. Bahwa setelah berselisih, kelak
pasti ada penyelesaian. Setelah perang pasti akan ada perdamaian. Banyak
yang akan runtuh karena perang, namun satu hal harus terus dibangun,
yaitu rohaniah dan kesadaran beragama. Kita berperang karena
mempertahankan agama, oleh karena itu kita juga harus tetap
memperdalam ilmu agama supaya tidak mudah tergoyahkan. Karena jika
tidak ada yang memperdalam pengetahuan tentang agama, bagaimana
kalau kelak terjadi perdamaian sedangkan agama yang diperjuangkan telah
runtuh dan padam cahayanya, masjid-masjid runtuh, ahli agama telah
gugur, dan tempat-tempat belajar telah hancur.
C. TAFSIR Q.S AL-MUJADALAH AYAT 11
1. Ayat dan terjemahannya

‫س ُحوا‬ ْ َ‫س ُحوا فِي ا ْل َم َجا ِل ِس ف‬


َ ‫اف‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذ‬
َّ َ‫ِين آ َمنُوا ِإ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَف‬
‫ِين آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم‬ َ ‫َّللاُ الَّذ‬َّ ‫َّللاُ لَ ُك ْم ۖ َوإِ َذا قِي َل ا ْنش ُُزوا فَا ْنش ُُزوا يَ ْرفَ ِع‬ َ ‫يَ ْف‬
َّ ِ‫سح‬
‫ون َخ ِبير‬ َ ُ‫َّللاُ بِ َما تَ ْع َمل‬
َّ ‫ت ۚ َو‬ٍ ‫ِين أُوتُوا ا ْل ِع ْل َم د ََر َجا‬
َ ‫َوالَّذ‬

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
2. Isi kandungan
Dalam Tafsir Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) Wahai orang-
orang yang membenarkan Allah dan rasulNya serta melaksanakan
syariatNya, bila kalian diminta agar sebagian dari kalian melapangkan
majelis untuk sebagian yang lain, maka lakukanlah, niscaya Allah akan
melapangkan kalian di dunia dan akhirat. Bila kalian (wahai orang-orang
yang beriman) diminta agar bangkit dari majelis kalian untuk suatu hajat
yang mengandung kebaiukan bagi kalian, maka bangkitlah. Allah akan
meninggikan kedudukan orang-orang beriman yang ikhlas di antara kalian.
Allah meninggikan derajat ahli ilmu dengan derajat-derajat yang banyak
dalam pahala dan derajat meraih keridhaan. Allah Mahateliti terhadap
amal-amal kalian, tidak ada sesuatu yang samar bagiNya, dan Dia akan
membalas kalian atasnya. Ayat ini menyanjung kedudukan para ulama dan
keutamaan mereka, serta ketinggian derajat mereka.
3. Tafsiran menurut Al-Muyassar
Wahai orang yang beriman, jika dikatakan kepada kalian: berikan
keluasan/kelapangan di dalam tempat duduk (majelis) untuk para
pendahulu kalian. Maka Allah akan meluaskan rahmat-Nya berupa
keluasan tempat, jiwa, rizki, surga dan sebagainya kepada kalian. Apabila
dikatakan kepada kalian: Berdirilah untuk memberi kelapangan kepada
para pendahulu kalian dengan cekatan. Maka Allah akan meluaskan
tempat kalian di dunia dan di surga. Allah mengangkat derajat para ulama
beberapa derajat dalam kemuliaan dan posisi yang tinggi di dunia dan
akhirat sebab berpadunya ilmu dan amal mereka. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui segala amal kalian. Ini adalah ancaman bagi mereka
yang tidak menjalankan perintah-Nya. Qatadah berkata: Pernah ketika ada
kelompok orang yang ikut perang Badar baru datang dalam majelis
mereka dan kemudian diperintahkan untuk berdiri melapangkan tempat,
mereka menunjukkan roman tidak suka kepada perintah rasul SAW. Maka
turunlah ayat ini.

Daftar pustaka

Quraisy Shihab, Tafsir Al Misbah (Yogyakarta: Lentera Hati, 2006), Hal. 196-
197.

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XI, (Jakarta: Pustaka Panjimas), hlm. 86-87

https://tafsirweb.com/10765-surat-al-mujadilah-ayat-11.html

Anda mungkin juga menyukai