َ َو َما َكانَ ْال ُمؤْ ِمنُونَ ِليَن ِف ُرواْ َكآفَّةً فَلَ ْوالَ نَفَ َر ِمن ُك ِل فِ ْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم
طآئِفَةٌ ِل َيتَفَقَّ ُهواْ فِي
َِين َو ِليُنذ ُِرواْ قَ ْو َم ُه ْم ِإ َذا َر َجعُواْ ِإلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم َي ْح َذ ُرون
ِ الد
2. Mufradhat
3.Tafsir Ayat
4.Asbabun Nuzul
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang
menceritakan, bahwa ketika diturunkan firman-Nya berikut ini, yaitu,
"Jika kalian tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa
kalian dengan siksa yang pedih." (Q.S. At-Taubah 39). Tersebutlah pada
saat itu ada orang-orang yang tidak berangkat ke medan perang, mereka
berada di daerah badui (pedalaman) karena sibuk mengajarkan agama
kepada kaumnya. Maka orang-orang munafik memberikan komentarnya,
"Sungguh masih ada orang-orang yang tertinggal di daerah-daerah
pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu." Kemudian
turunlah firman-Nya yang menyatakan, "Tidak sepatutnya bagi orang-
orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang)." (Q.S. At-
Taubah 122).
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lainnya melalui
Abdullah bin Ubaid bin Umair yang menceritakan, bahwa mengingat
keinginan kaum Mukminin yang sangat besar terhadap masalah jihad,
disebutkan bahwa bila Rasulullah saw. mengirimkan pasukan perang,
maka mereka semuanya berangkat. Dan mereka meninggalkan Nabi saw.
di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah. Maka turunlah
firman Allah swt. yang paling atas tadi (yaitu surah At-Taubah ayat 122)
5. Munasabah Ayat
Secara maknawi Q.S. At-Taubah : 122 berkaitan dengan Q.S. At-
Taubah : 38,
“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan
kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu
merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas
dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?
Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan
kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit”. (Q.S. At-Taubah : 38)
Dari ayat tersebut dapat kita cermati bahwa balasan yang akan didapat
oleh orang yang mau jihad fii sabilillah itu sangat banyak, tidak ada
bandingnya dengan kenikmatan dunia yang hanya sedikit.
Munasabah menurut tafsir al-munir bahwa ayat tersebut
berkaitan dengan hukum berperang jihad fii sabilillah. Dalam tafsir al-
munir, jihad tidak diwajibkan atas semua mukmin jika Nabi tidak
turut di dalamnya, akan tetapi mereka yang tidak turut berperang,
mereka tetap wajib berjihad melalui jalan memepelajari dan
memperdalam ilmu agama, agar mereka dapat member peringatan
kepada kaum mereka apabila perang telah usai. Karena sesungguhnya
mencari ilmu adalah sebagian dari jihad.
6. Hikmah yang dapat kita ambil dari Q.S. At-Taubah ayat 122
a) Agar senantiasa memperhatikan dan memperbaiki niat dalam mencari
ilmu, yaitu semata-mata lillahi ta’ala mengingat keutamaan yang
diberikan kepada ahli ‘ilmu, yaitu setara dengan jihad fii sabilillah.
b) Pentingnya ilmu untuk tetap dijaga dan dikaji supaya bisa diajarkan
kembali kepada generasi berikutnya, serta memberantas kebodohan.
c) Pentingnya pembagian tugas/tanggungjawab dalam suatu pendidikan
supaya target tercapai sesuai keinginan
d) Kesungguhan dalam menuntut ilmu.
Al-Maraghiy , Ahmad Mushthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghiy, Semarang:
CV. Toha Putra
https://www.scribd.com/document/369250378/Analisa-Qs-at-taubah-
Ayat-122-Dan-Qs-Al-mujadaalah-Ayat-11
http://alivaswaja.blogspot.com/2015/07/makalah-tafsir-tarba-qs-at-taubah-
122.html