Anda di halaman 1dari 5

A.

Surat At-Taubah ayat 122

1. Teks Ayat dan Terjemah Surat At-Taubah Ayat 122

َ ‫َو َما َكانَ ْال ُمؤْ ِمنُونَ ِليَن ِف ُرواْ َكآفَّةً فَلَ ْوالَ نَفَ َر ِمن ُك ِل فِ ْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم‬
‫طآئِفَةٌ ِل َيتَفَقَّ ُهواْ فِي‬
َ‫ِين َو ِليُنذ ُِرواْ قَ ْو َم ُه ْم ِإ َذا َر َجعُواْ ِإلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم َي ْح َذ ُرون‬
ِ ‫الد‬

”tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan


perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.”

2. Mufradhat

‫ – نفر‬Nafara : berangkat perang

‫ – لوال‬Laula : Kata-kata yang berarti anjuran dan dorongan


melakukan sesuatu yang disebutkan sesudah kata-kata tersebut, apabila
itu terjadi dimasa yang akan datang. Tapi “Laula” juga berarti
kecemasan atas meninggalkan perbuatan yang disebutkan sesudah kata
itu, apabila merupakan hal yang telah lewat. Apabila hal yang dimaksud
merupakan perkara yang mungkin dialami, maka bisa juga ”Laula”, itu
berarti perintah mengerjakannya.

‫ الفرقة‬- Al- Firqah : kelompok besar

‫ – الطائفة‬At- Ta’ifah : kelompok kecil

‫ – تفقه‬Tafaqqaha: berusaha keras untuk mendalami dan memahami suatu


perkara dengan susah payah untuk memperolehnya.
‫ – انذره‬Anzarahu : menakut-nakuti dia.

‫ – حذره‬Hazirahu : berhati-hati terhadapnya.

3.Tafsir Ayat

Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang


menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami
agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara
berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti,
dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan
menegakkan sendi-sendi Islam. Karena perjuangan yang menggunakan
pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk jadi benteng dan
pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-
tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik.
Dalam ayat ini pentingnya memperdalam ilmu, juga terkait dengan
keterangan mengenai jihad. Ketegasan ayat ini menjelaskan bahwa
memperdalam ilmu agama adalah salah satu strategi pertahanan perang
yang paling besar, inti dari tujuan perjuangan, dengan kata
lain ‘pendidikan’ adalah wujud dari perang yang sebenarnya.

“Dan tidaklah boleh orang-orang yang beriman itu turut


semuanya”. Di sini menunjukkan bahwa betapa pentingnya pembagian
tugas . Dalam pendidikan pembagian tugas itu sangat penting agar
pendidikan bisa terfokus dan menjadi maksimal.
Orang beriman sejati tidaklah semuanya turut bertempur
berjihad dengan senjatake medan perang, “tetapi alangkah baiknya
keluar dari tiap-tiap golongan itu, di antara mereka, satu kelompok
supaya mereka memperdalam pengertian tentang agama”. Dengan
susunan kalimat falaulaa yang berarti diangkat naiknya, maka Tuhan
telah menganjurkan pembagian tugas. Seluruh orang yang beriman
diwajibkan berjihad dan diwajibkan pergi berperang menurut
kesanggupan masaing-masing, baik secara ringanataupun secara berat.
Maka dengan ayat ini Tuhan pun menuntut hendaklah jihad itu dibagi
kepada jihad bersenjata dan jihad memperdalam ilmu pengetahuan dan
pengertian tentang agama.
Jika yang pergi ke medan perang itu bertarung nyawa dengan
musuh, maka yang tinggal di garis belakang memperdalam tentang
agama. Sebab tidaklah pula kurang penting jihad yang mereka hadapi.
Ilmu agama wajib diperdalam. Dan tidak semua orang akan sanggup
mempelajari.
Surat at-taubah ayat 122 memberikan bimbingan penting dalam
jihad. Di dalamnya menerangkan penjelasan bahwa jihad tidak hanya
berada di medan perang, sehingga diperintahkan agar sebagian
kelompok keluar dari barisan perang dan memperdalam ilmu agama,
sehingga mereka dapat kembali pada kaumnya dan memberi peringatan.
Ayat ini menjelaskan pentingnya pembagian tugas, dan untuk
waspada dalam berjuang tidak hanya berjuang pada masa yang tengah
dihadapi, tetapi juga untuk masa depan. Bahwa setelah berselisih, kelak
pasti ada penyelesaian. Setelah perang pasti akan ada perdamaian.
Banyak yang akan runtuh karena perang, namun satu hal harus terus
dibangun, yaitu rohaniah dan kesadaran beragama. Kita berperang
karena mempertahankan agama, oleh karena itu kita juga harus tetap
memperdalam ilmu agama supaya tidak mudah tergoyahkan. Karena
jika tidak ada yang memperdalam
pengetahuan tentang agama, bagaimana kalau kelak terjadi perdamaian
sedangkan agama yang diperjuangkan telah runtuh dan padam
cahayanya, masjid-masjid runtuh, ahli agama telah gugur, dan tempat-
tempat belajar telah hancur.

4.Asbabun Nuzul
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang
menceritakan, bahwa ketika diturunkan firman-Nya berikut ini, yaitu,
"Jika kalian tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa
kalian dengan siksa yang pedih." (Q.S. At-Taubah 39). Tersebutlah pada
saat itu ada orang-orang yang tidak berangkat ke medan perang, mereka
berada di daerah badui (pedalaman) karena sibuk mengajarkan agama
kepada kaumnya. Maka orang-orang munafik memberikan komentarnya,
"Sungguh masih ada orang-orang yang tertinggal di daerah-daerah
pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu." Kemudian
turunlah firman-Nya yang menyatakan, "Tidak sepatutnya bagi orang-
orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang)." (Q.S. At-
Taubah 122).
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lainnya melalui
Abdullah bin Ubaid bin Umair yang menceritakan, bahwa mengingat
keinginan kaum Mukminin yang sangat besar terhadap masalah jihad,
disebutkan bahwa bila Rasulullah saw. mengirimkan pasukan perang,
maka mereka semuanya berangkat. Dan mereka meninggalkan Nabi saw.
di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah. Maka turunlah
firman Allah swt. yang paling atas tadi (yaitu surah At-Taubah ayat 122)
5. Munasabah Ayat
Secara maknawi Q.S. At-Taubah : 122 berkaitan dengan Q.S. At-
Taubah : 38,



“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan
kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu
merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas
dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?
Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan
kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit”. (Q.S. At-Taubah : 38)

Dari ayat tersebut dapat kita cermati bahwa balasan yang akan didapat
oleh orang yang mau jihad fii sabilillah itu sangat banyak, tidak ada
bandingnya dengan kenikmatan dunia yang hanya sedikit.
Munasabah menurut tafsir al-munir bahwa ayat tersebut
berkaitan dengan hukum berperang jihad fii sabilillah. Dalam tafsir al-
munir, jihad tidak diwajibkan atas semua mukmin jika Nabi tidak
turut di dalamnya, akan tetapi mereka yang tidak turut berperang,
mereka tetap wajib berjihad melalui jalan memepelajari dan
memperdalam ilmu agama, agar mereka dapat member peringatan
kepada kaum mereka apabila perang telah usai. Karena sesungguhnya
mencari ilmu adalah sebagian dari jihad.

6. Hikmah yang dapat kita ambil dari Q.S. At-Taubah ayat 122
a) Agar senantiasa memperhatikan dan memperbaiki niat dalam mencari
ilmu, yaitu semata-mata lillahi ta’ala mengingat keutamaan yang
diberikan kepada ahli ‘ilmu, yaitu setara dengan jihad fii sabilillah.
b) Pentingnya ilmu untuk tetap dijaga dan dikaji supaya bisa diajarkan
kembali kepada generasi berikutnya, serta memberantas kebodohan.
c) Pentingnya pembagian tugas/tanggungjawab dalam suatu pendidikan
supaya target tercapai sesuai keinginan
d) Kesungguhan dalam menuntut ilmu.
Al-Maraghiy , Ahmad Mushthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghiy, Semarang:
CV. Toha Putra
https://www.scribd.com/document/369250378/Analisa-Qs-at-taubah-
Ayat-122-Dan-Qs-Al-mujadaalah-Ayat-11

http://alivaswaja.blogspot.com/2015/07/makalah-tafsir-tarba-qs-at-taubah-
122.html

Anda mungkin juga menyukai