Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu

Ilmu berasal dari bahasa arab ٌ‫ علم‬yang berarti pengetahuan, dan merupakan
lawan kata dari ٌ‫ جهل‬yang berarti kebodohan atau ketidaktahuan.

Menurut ulama’ ushul fiqh, ilmu ialah:

ً ‫العلم هو صفة ينكشف بها المطلوب انكشافا ً تما‬

“Ilmu adalah sifat yang dapat membuka sesuatu yang di cari secara
sempurna.”

Dan ilmu itu ada dua:

1. Ilmu dhoruri, yaitu ilmu yang tidak butuh penelitian.


2. Ilmu nadhori, yaitu ilmu yang butuh pada pelitian.1

B. Menuntut Ilmu dan Mengajarkannya


‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم طلب العلم فريضة على ك ّل مسلم ومسلمة‬
Rasulullah SAW bersabda: Mencari ilmu wajib bagi setiap muslim laki-laki
dan muslim perempuan.
Dari hadits di atas kita dapat memahami bahwa mencari ilmu itu wajib bagi
semua orang islam, baik itu laki-laki maupun perempuan. Dan islam di sini
menuntut kita untuk mempelajari semua ilmu, baik itu ilmu yang berhubungan
dengan dunia ataupun ilmu yang berhubungan dengan akhirat. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW yang berbunyi:
)‫من اراد الدنيا فعليه بالعلم ومن اراد االخرة فعليه بالعلم ومن اراد هما فعليه بالعلم (متفقٌعليه‬
Barang siapa yang menginginkan dunia, maka wajib baginya memiliki
ilmunya, dan barang siapa yang menginginkan akhirat, maka wajib baginya

1
Abdul Hamid Hakim. As-Sullam. (Jakarta: Maktabah Sa’adiyah Putra, 2007), hlm. 6

1
memiliki ilmunya, dan barang siapa yang menginginkan keduanya, maka wajib
baginya memiliki ilmu keduanya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain dari dua hadits di atas, Allah SWT pun juga telah menegaskan dalam
firmannya yang berbunyi:

‫وما كان المؤمنون لينفرواكآفّة فلوال نفر من ك ّل فرق ٍة منهم طآئفةٌ ليتفقّهوافى الدين ولينذروا قومهم‬
َ‫إذارجعوا إليهم لع ّلهم يحذرون‬

Artinya:”Tidak sepatutnya bagi orang orang yang mukmin itu pergi semuanya
(ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak
pergi untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah [9]: 122)

Tafsiran:

:)ٌ‫ قبيلة (منهم طآئفة‬:)ٍ‫ فهال (نفر من ك ّل فرقة‬:)‫إلىٌالغزو (كآفّة فلوال‬:)‫(وما كان المؤمنون لينفروا‬
ٌ‫ منٌالغزو‬:)‫ ايٌالماكثون (فى الدين ولينذروا قومهم إذارجعوا إليهم‬:)‫جماعةٌومكثٌالباقون (ليتفقّهوا‬
.‫ عقابٌهللاٌبامتثالٌأمرهٌونهيه‬:) َ‫بتعليمهمٌماٌتعلموهٌمنٌاالحكام (لعلّهم يحذرون‬

Artinya: “(Tidak spatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi) ke medan
perang (semuanya. Kenapa tidak) (pergi dari tiap-tiap golongan) suatu kabilah (di
antara mereka beberapa orang) beberapa golongan saja kemudian sisanya tetap
tinggal di tempat (untuk memperdalam pengetahuan mereka) yakni tetap tinggal di
tempat (mengenai agama dan untuk memberi peringantan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya) dari medan perang, yaitu dengan mengajarkan
kepada mereka hukum-hukum agama yang telah di pelajarinya (supaya mereka itu
dapat menjaga dirinya) dari siksa Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya.

Kosa kata:

‫ٌٌٌينفرٌنفر‬ : Lari ‫ نذرٌٌينذر‬: Memberi peringatan

ٌ‫فرقة‬ : Sekumpulan manusia ‫ حذرٌيحذر‬: Waspada

2
‫تفقّهٌٌيتفقّه‬ : Mengerti/faham ‫وغز‬ : Perang

‫مكث‬ : Tinggal ‫ مثلٌيمثل‬: Melaksanakan

‫علمٌيعلم‬ : Mengetahui ‫ تعلّمٌيتعلّم‬: Mengajatkan

Asbabun Nuzul:

ketika kaum mukminin di cela oleh Allah bila tidak ikut ke medan perang
kemudian Nabi SAW mengirimkan pasukannya, akhirnya mereka berangkat ke
medan perang semua tanpa ada seorangpun yang tinggal, kemudian turunlah ayat
ini.

Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa tidak semua orang mukmin harus
berangkat ke medan perang, bila peperangan itu dapat di lakukan oleh sebagian
kaum muslimin saja. Tetapi harus ada pembagian tugas dalam masyarakat, sebagian
berangkat ke medan perang, dan sebagian lagi harus menuntut ilmu dan mendalami
agama islam, supaya ajaran-ajaran agama itu dapat di ajarkan secara merata, dan
dakwah dapat di lakukan dengan cara yang lebih efektif dan bermanfaat sehingga
kecerdasan umat islam dapat di tingkatkan.

Di samping itu perlu di ingat, jika peperangan yang di hadapi umat islam
memerlukan tenaga manusia yang sanagat banyak, maka dalam hal ini seluruh umat
islam harus di kerahkan untuk menghadapi musuh. Akan tetapi, jika peperangan
sudah selesa, maka masing-masing kembali pada tugasnya. Kecuali orang yang
memang mendapatkan tugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban.

Perang bertujuan untuk mengalahkan musuh- musuh islam serta mengamankan


jalan dakwah islam. Sedangkan menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama
bertujuan untuk mencerdaskan umat islam dan mmengembangkan agama islam,
agar dapat di sebarluaskan dan di pahami oleh semua lapisan masyarakat.

Dengan demikian, hubungan ayat ini dengan ayat sebelumnya yang


menjelaskan tentang hukum berperang memiliki hubungan yang sangat erat, karna

3
sama-sama menerangkan tentang hukum berjihat, hanya saja berbeda dalam
bidang dan caranya, sebagai mana sabda nabi:

)‫من خرج في طلب العلم فهو في سبيل هللا حتّى يرجع (رواهٌالترمذي‬

Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu meka ia berada di jalan Allah
sehingga ia kembali. (HR. at-Tirmidzi)

Akan tetapi, tidak semua orang islam dapat mempelajari ilmu pengetahuan atau
mendalami ilmu agama, karna sebagian dari mereka di sibukkan dengan tugas di
medan perang, di lading, di pabrik dan sebagainya. Oleh karena itu harus ada
sebagian ornag islam yang harus mempelajari ilmu pengetahuan dan mendalami
ilmu agama, agar setelah mereka kembali mereka dapat mengerjakannya dan
mengamalkannya pada masyarakat yang lain.

Jika umat islam telah memahami ajaran-ajaran agamanya, dan memahami


tentang hukum-hukum serta perintah dan larangan agama, maka sudah pasti mereka
akan dapat menjaga diri mereka dari kesesatan dan kemaksiatan, dan melaksanakan
perintah dan larangan agama islam dengan baik.

Tugas ulama dalam islam adalah mempelajari dan memperdalam pengetahuan


tentang agama islam, mengamalkannya, dan menyampaikannya pada orang yang
belum mengetahuinya. Sebagaima sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

)‫بلّغوا عنّي ولو ايةً (رواهٌالبخري‬

Sampaikanlah olehmu (apa-apa yang telah kamu peroleh) dari padaku,


walaupun hanya satu ayat al-Qur’an saja. (Riwayat Al-Bukhari)

Dan orang-orang yang telah memiliki ilmu, hendaknya ia menjadi pelita dan
pembimbing bagi umatnya, ia harus menyebar luaskan apa yang telah ia pelajari,
dan membimbing yang lain agar memiliki ilmu pengetahuan pula.

Dengan demikian, dapat di tarik kesimpulan bahwa dalam bidang ilmu


pengetahuan, setiap orang mukmin mempunyai tiga kewajiban, yaitu: menuntut
ilmu, mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.

4
C. Larangan Menyembunyikan Ilmu
Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 187:

ً ‫وإ ْذ أخذ هللا ميثاق الذين أوتوا الكتاب لتب ّيننّه للّناس وال تكتمونه فنبذوه ورآء ظهورهم واشتروا به ثمنا‬
َ‫قليال فبئس مايشترون‬

Artinya: “Dan (ingatlah) tatkala Allah mengambil janji dari orang-orang


yang telah di beri kitab, “Kamu harus menjelaskan kepada manusia dan jangan
menyembunyikannya.” Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang dan
menjualnya dengan harga yang murah. Maka, alangkah buruknya tukaran yang
mereka terima itu.” (QS. Ali Imran [3]: 187)

Tafsiran:

‫أيٌ (للّناس وال‬:)‫أيٌالعهدٌعليهمٌفيٌالتوراةٌ (لتبيّننّه‬:)‫اذكرٌ(إ ْذ أخذ هللا ميثاق الذين أوتوا الكتاب‬:)‫(و‬
‫فلمٌيعملواٌبه‬:)‫طرحواٌالميثاق (ورآء ظهورهم‬:)‫أيٌالكتابٌبالياءٌوالتاءٌفيٌالفعلين (فنبذوه‬:)‫تكتمونه‬
‫منٌالدنياٌمنٌسفلتهمٌبرياستهمٌفيٌالعلمٌفكتموهٌخوفٌفوتهٌعليهم‬:)‫أخذواٌبدلهٌ (ثمنا ً قليال‬:)‫(واشتروا به‬
.‫شراؤهمٌهذا‬:) َ‫(فبئس مايشترون‬

Artinya: “(Dan) ingatlah (tatkala Allah mengambil janji dari orang-orang


yang telah di beri kitab) yakni tugas yang di berikan kepada mereka dalam taurat,
(“Hendaknya kamu harus menjelaskan) maksutnya isi kandungan taurat (kepada
manusia dan jangan menyembunyikannya.”) yakni taurat itu. Kedua kata kerja
pada kalimat ini dengan memakai ta’ dan ya’. (Lalu mereka melemparkannya)
maksutnya janji tersebut (ke belakang punggung mereka) artinya tidak mereka
penuhi dan amalkan (dan menjualnya dengan) mereka ambil sebagai gantinya
(harga yang murah) berupa benda dunia yang mereka pungut dari rakyat bawahan
dengan keunggulan mereka dalam ilmu taurat. Maka ilmu itu mereka sembunyikan
karena takut akan lepas dari tangan (Maka, alangkah buruknya tukaran yang
mereka terima itu.) atau penukaran yang mereka lakukan itu.

Kosa kata:

‫أخذٌيأخذ‬ : Mengambil ‫تبيّنٌيتبيّن‬ : Menjelaskan

5
‫ميثاق‬ : Janji ‫كتمٌيكتم‬ : Menyembunyikan

‫نبذٌبنبذ‬ : Membuang ‫ ظهرٌيظهر‬: Punggung

‫ اشترٌيشتر‬: Membeli ‫بئس‬ : Jahat

‫ ذكرٌيذكر‬: Mengingat ‫عهد‬ : Janji

‫طرحٌٌيطرح‬: Membuang

Di dalam ayat ini, Allah mencela dan mengancam ahli kitab yaitu orabg-
orang yahudi dan nasrani yang telah di ambil janjinya oleh Allah melalui lisan para
nabi, yaitu janji untuk beriman kepada nabi Muhammad SAW serta
menjelaskannya kepada manusia. Mereka sangat cekatan dalam menangani
masalah nabi Muhammad. Apabila Allah mengutus seorang Rasul, mereka
mengikutinya, namun menyembunyikan cerita nabi Muhammad dan menggantikan
kebaikan dunia dan akhirat yang di janjikan kepada mereka dengan imbangan yang
sedikit berupa perolehan duniawi yang hina, seperti memperoleh kedudukan atau
harta. Maka alangkah buruknya tukar menukar itu.

Dan ayat ini juga mengandung peringan bagi para ulama supaya mereka
tetap pada jalurnya sehingga apa yang menimpa mereka tidak menimpa dirinya.
Dengan demikian, para ulama harus memberikan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat, menunjukkan pada amal shaleh dan apa yang di kuasainya kepada
orang lain, dan jangan menyembunyikan ilmu sedikitpun. Sebagaimana sabda nabi
yang berbunyi:

‫بلجام من نا ٍر‬
ٍ ‫ ألجم يوم القيامة‬,‫علم فكتمه‬
ٍ ‫من سئل عن‬

Barang siapa yang di Tanya mengenai suatu ilmu kemudian ia


menyembunyikannya, maka kelak pada hari kiamat ia akan di kekang dengan tali
kendali dari api neraka.(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Al- Qurthubi rahimahullahu berkata: Allah SWT telah menghabarkan


orang-orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan yang jelas dan
petunjuk yang di turunkan Allah termasuk orang ynag terlaknat. Dan yang di

6
maksut orang yang terlaknat di sini adalah: orang-orang yang menyembunyikan
kebenaran. Dan hal itu berlaku umum bagi setiap orang yang menyembunyikan
ilmu agama allah yang seharusnya di sebarluaskan.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ilmu berasal dari bahasa arab ٌ‫ علم‬yang berarti pengetahuan, dan merupakan
lawan kata dari ٌ‫ جهل‬yang berarti kebodohan atau ketidaktahuan.
Dari pemaparan di atas, dapat di simpulkan bahwa:
1. Sebagian dari kaum muslim harus mepelajari ilmu pengetahuan dan
mendalami ilmu-ilmu agama islam, agar kemudian mereka dapat
menyebarkan ilmu dan membimbing masyarakat.
2. Setiap pribadi muslim harus mempelajari ajaran dan hukum-hukum
agamanya agar ia dapat terhindar dari kesesatan dan melakukan apa-apa
yang di larang oleh agama, serta melaksanakan perintah-perintah Allah
dengan baik.
3. Tidak boleh menyembunyikan ilmu yang kita miliki. Orang-orang yang
di beri kitab telsh di ambil janjinya agar isi kitab itu di terangan kepada
manusia dan jangan sekali-kali di sembunyikan. Tetapi mereka
menyalahi janjinya, bahkan mereka menukarnya dengan harga yang
sedikit. Perbuatan mereka itu adalah buruk.
B. KRITIK DAN SARAN
Didalam makalah ini diakui, bahwa masih terdapat kesalahan
maupun kekeliruan. Untuk itu, diharapkan kepada pembaca atas kritik dan
saran yang bersifat memotifasi atau membangun agar makalah ini menjadi
lebih baik yang akan datang.

8
DAFTAR PUSTAKA

 A.Fatah, Munawwir dan Bisri, Adib. 1999. Kamus Al-Bisri: Indonesia-


Arab Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif.
 AL-QUR’AN DAN TAFSIRNYA. 2012. Jakarta: Kementerian Agama RI.
 Ar-Rifa’I, Muhammad Nasib. 2006. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir.
Jakarta:Gema Insani.
 Hakim, Abdul Hamid. 2007. As-Sullam. Jakarta: Maktabah Sa’adiyah
Putra.
 Mahalli, A Mujab. 2002. ASBABUN NUZUL. Jakarta: PT Raja Grafindo
persada.
 Yunus, Mahmud. 2007. KAMUS ARAB- INDONESIA. Jakarta: PT.
Hidakarya Agung.

Anda mungkin juga menyukai