Anda di halaman 1dari 9

sBAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan dan menuntut ilmu merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan seorang muslim, sebagaimana yang terkandung dalam Surah At-Taubah
ayat 122 dan Surah Al-Mujadalah ayat 11. Dalam Surah At-Taubah ayat 122, Allah
SWT menunjukkan bahwa objek pendidikan lebih khusus, yaitu sebagian dari orang-
orang mu'min. Ayat ini menunjukkan bahwa pendidikan dan pengembangan diri
sangat penting dalam kehidupan seorang muslim. Selain itu, dalam Surah Al-
Mujadalah ayat 11, Allah SWT memberikan ganjaran yang tinggi bagi orang yang
beriman dan berilmu.

Oleh karena itu, sebagai umat muslim, kita harus senantiasa berusaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan kualitas diri agar dapat menjadi hamba yang lebih
baik di hadapan Allah SWT. Beberapa alasan mengapa menuntut ilmu sangat penting
dalam Islam, sebagaimana yang terkandung dalam Surah At-Taubah ayat 122 dan
Surah Al-Mujadalah ayat 11diantaranya adalah Menuntut ilmu merupakan kewajiban
bagi setiap muslim. Menuntut ilmu merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Menuntut ilmu merupakan jalan untuk memperoleh keberkahan hidup.
Menuntut ilmu merupakan jalan untuk memperoleh keberhasilan di dunia dan akhirat.
Menuntut ilmu merupakan jalan untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Oleh karna itu perlu adanya penelitian tentang pentingnya menuntut ilmu melalui
pendekatan surah At-taubah ayat 122 dan surah Al-Mujadalah ayat 11.

A. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat kita tarik beberapa rumusan masalah
antara lain :

1. Apa Pembahasan utama dalam surah At-taubah ayat 122 dan Al-mujadalah
ayat 11?
2. Bagaimana implikasi dari surah At-taubah ayat 122 dan Al-Mujadalah ayat 11
dalam kehidupan sehari-hari ?
BAB II

PEMBAHASAN

1. QURAN SURAH AT-TAUBAH 122

a.Redaksi Ayat
‫َو ا َك اَن ٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن ِلَينِفُرو۟ا َك ٓاَّفًةۚ َفَلْو اَل َنَفَر ِم ن ُك ِّل ِفْر َقٍة ِّم ْنُهْم َطٓاِئَفٌة ِّلَيَتَفَّقُهو۟ا ِفى ٱلِّدي َو ِلُينِذ ُرو۟ا َقْو ُهْم َذ ا َر َج ُع ٓو ۟ا‬
‫َم ِإ‬ ‫ِن‬ ‫َم‬
‫ِإَلْيِه ْم َلَع َّلُهْم َيْح َذ ُروَن‬

b.Terjemah
“Tidak sepatutnya bagi mu'minin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”

c. Makna Mufrodat:
‫ – نفر‬Nafara : Berangkat perang
‫ – لوال‬Laula : Kata-kata yang berarti anjuran dan dorongan
melakukan sesuatu yang disebutkan sesudah kata-
kata tersebut, apabila itu terjadi dimasa yang akan
datang. Tapi “Laula” juga berarti kecemasan atas
meninggalkan perbuatan yang disebutkan sesudaah
kata itu, apabila merupakan hal yang telah lewat.
Apabila hal yang dimaksud merupakan perkara
yang mungkin dialami, maka bias saja ”Laula”, itu
berarti perintah mengerjakannya.
‫ الفرقة‬- Al- Firqah : kelompok besar
‫ – الطائفة‬At- Ta’ifah : kelompok kecil
‫ – تفقه‬Tafaqqaha : berusaha keras untuk mendalami dan memmahami
suatu perkara dengan susah payah untuk
memperolehnya.
‫ – انذره‬Anzarahu : menakut-nakuti dia.
‫ – حذره‬Hazirahu : berhati-hati terhadapnya.

d. Asbabun Nuzul
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang
menceritakan, bahwa ketika diturunkan firman-Nya berikut ini, yaitu, "Jika
kalian tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kalian dengan
siksa yang pedih." (Q.S. At-Taubah 39). Tersebutlah pada saat itu ada orang-
orang yang tidak berangkat ke medan perang, mereka berada di daerah badui
(pedalaman) karena sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya. Maka orang-
orang munafik memberikan komentarnya, "Sungguh masih ada orang-orang
yang tertinggal di daerah-daerah pedalaman, maka celakalah orang-orang
pedalaman itu." Kemudian turunlah firman-Nya yang menyatakan, "Tidak
sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan
perang)." (Q.S. At-Taubah 122).
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lainnya melalui Abdullah bin
Ubaid bin Umair yang menceritakan, bahwa mengingat keinginan kaum
Mukminin yang sangat besar terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa bila
Rasulullah saw. mengirimkan pasukan perang, maka mereka semuanya
berangkat. Dan mereka meninggalkan Nabi saw. di Madinah bersama dengan
orang-orang yang lemah. Maka turunlah firman Allah swt. yang paling atas
tadi (yaitu surah At-Taubah ayat 122)

e. Kandungan Ayat
Ayat tersebut merupakan isyarat tentang wajibnya pendalaman agama dan
bersedia mengajarkannya ditempat-tempat pemukiman serta memahamkan
orang-orang lain kepada agama, sebanyak yang dapat memperbaiki keadaan
mereka. Sehingga mereka tidak bodoh lagi tentang hukum-hukum agama
secara umum yang wajib diketahui oleh setiap mu’min.
Nilai Tarbawi
1. Kewajiban mendalami agama dan kesiapan untuk mengajarkannya.
2. Maksudnya, tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak
dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan
perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena menuntut ilmu
itu merupakan suatu kewajiban sehinnga menuntut ilmu mempunyai
derajat yang sangat tinggi. sehingga di sejajarkan dengan orang yang
perang dijalan Allah.
3. Hasil dari pembelajaran itu tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi
diharapkan mampu untuk menyampaikan terhadap orang lain.

f. Hikmah yang dapat kita ambil dari Q.S. At-Taubah ayat 122
1. Agar senantiasa memperhatikan dan memperbaiki niat dalam mencari
ilmu, yaitu semata-mata lillahi ta’ala mengingat keutamaan yang
diberikan kepada ahli ‘ilmu, yaitu setara dengan jihad fii sabilillah.
2. Pentingnya ilmu untuk tetap dijaga dan dikaji supaya bisa diajarkan
kembali kepada generasi berikutnya, serta memberantas kebodohan.
3.Pentingnya pembagian tugas/tanggungjawab dalam suatu pendidikan
supaya target tercapai sesuai keinginan
4.Kesungguhan dalam menuntut ilmu.

2. QS. AL MUJAADILAH : 11
a. Redaksi Ayat
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا ِقْيَل َلُك ْم َتَفَّسُحْو ا ِفى اْلَم ٰج ِلِس َفاْفَس ُحْو ا َيْفَس ِح ُهّٰللا َلُك ْۚم َو ِاَذ ا ِقْي َل اْنُش ُز ْو ا َفاْنُش ُز ْو ا َيْر َف ِع ُهّٰللا‬
١١ - ‫اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ِم ْنُك ْۙم َو اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِع ْلَم َد َر ٰج ٍۗت َو ُهّٰللا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َخ ِبْيٌر‬

b. Terjemah
“ Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

a. Makna Mufrodat
Kata (‫ )تفسحوا‬tafassahû dan (‫ )افسحوا‬ifsahû terambil dari kata (‫ )فسح‬fasaha
yakni lapang. Sedang kata (‫ )انشزوا‬unsyuzû terambil dari kata (‫ )نشوز‬nuzyûz
yakni tempat yang tinggi. Perintah tersebut pada mulanya berarti beralih ke
tempat yang tinggi. Yang dimaksud di sini pindah ke tempat lain untuk
memberi kesempatan kepada yang lebih wajar duduk atau berada di tempat
yang wajar pindah itu, atau bangkit melakukan satu aktivitas positif.
Kata (‫ )مج>>الس‬majalis adalah bentuk jamak dari kata (‫ )مجلس‬majlis. Pada
mulanya berarti tempat duduk. Dalam konteks ayat ini adalah tempat Nabi
Muhammad saw. memberi tuntunan agama ketika itu. Tetapi yang dimaksud
di sini adalah tempat keberadaan secara mutlak, baik tempat duduk, tempat
berdiri atau bahkan tempat berbaring. Karena tujuan perintah atau tuntunan
ayat ini adalah memberi tempat yang wajar serta mengalah kepada orang-
orang yang dihormati atau yang lemah. Seorang tua non muslim sekalipun,
jika Anda - wahai yang muda - duduk di bus, atau kereta, sedang dia tidak
mendapat tempat duduk, maka adalah wajar dan beradab jika Anda berdiri
untuk memberinya tempat duduk.
Kata (‫ ) العلم‬/ al- ‘ilm menurut Ibnu Faris di dalam Mu‘jam Maqâyis al-Lughah
menyebutkan bahwa rangkaian fonem ‘ain, lam, dan mim, pada asalnya
memiliki arti yang menunjuk pada adanya tanda atau jejak pada sesuatu yang
membedakannya dengan yang lain. Dari akar kata ini, di antaranya lahir
turunan kata berikut: Al-‘alâmah ai al-ma‘rûfah (‫ = ْالَع َالَم ُة َأْي اْلَم ْع ُرْو َف ُة‬yang
dikenal); al-’alam ( ‫ = اْلَع َلُم‬bendera atau panji); dan al-‘ilmu ( ‫= ْالِع ْلُم‬
pengetahuan), lawan dari kata al-jahl ( ‫ = ْالَج ْهُل‬kebodohan). Sementara itu, Al-
Asfahani di dalam Al-Mufradât fi Garîb al-Qur’ân menyebutkan bahwa
al-‘ilmu ( ‫ )ْالِع ْلُم‬adalah pengetahuan tentang hakikat sesuatu.
Kata (‫)خبير‬/ khobir merupakan sifat Allah. Menurut Ibn Faris kata yang
tersusun dari huruf “Kho”, “ba”, dan “ro”, berkisar maknanya pada dua hal,
yaitu pengetahuan dan kelemahlembutan. Khobir biasanya digunakan untuk
menunjukkan pengetahuan yang dalam dan sangat rinci menyangkut hal-hal
yang sangat tersembunyi
Menurut Imam Ghozali, Al-Khobir adalah yang tidak tersembunyi bagi-Nya
hal-hal yang sangat dalam dan yang disembunyikan. Tidak terjadi sesuatu pun
dalam kerajaan-Nya yang di dunia maupun alam raya kecuali diketahui-Nya.
Tidak bergerak atau diam satu butir atom pun dan tidak bergerak atau tenang
satu jiwa pun kecuali ada beritanya di sisi Allah. Allah mengetahui apapun
yang dikandung hati atau disimpan oleh pikiran. Bisikan-bisikan nafsu,
ajakan-ajakan syetan, khayalan-khayalan pikiran, prasangka-prasangka di hati,
rencana-rencana jahat, komentar-komentar dan gumaman hati, semua ada
dalam pengetahuan Allah.

b. Asbabun Nuzul
Ada riwayat yang menyatakan bahwa ayat di atas turun pada hari Jumat.
Ketika itu Rasul SAW. berada di satu tempat yang sempit, dan telah menjadi
kebiasaan beliau memberi tempat khusus buat para sahabat yang terlibat dalam
perang Badr, karena besarnya jasa mereka. Nah, ketika majlis tengah
berlangsung, beberapa orang di antara sahabat-sahabat tersebut hadir, lalu
mengucapkan salam kepada Nabi SAW. Nabi pun menjawab, selanjutnya
mengucapkan salam kepada hadirin, yang juga dijawab, namun mereka tidak
memberi tempat. Para sahabat itu terus saja berdiri, maka Nabi SAW.
memerintahkan kepada sahabat-sahabatnya yang lain – yang tidak terlibat
dalam perang Badr untuk mengambil tempat lain agar para sahabat yang
berjasa itu duduk di dekat Nabi SAW. Perintah nabi itu mengecilkan hati
mereka yang disuruh berdiri, dan ini digunakan oleh kaum munafikin untuk
memecah belah dengan berkata: "Katanya Muhammad berlaku adil, tetapi
ternyata tidak." Nabi yang mendengar kritik itu bersabda: "Allah merahmati
siapa yang memberi kelapangan bagi saudaranya." Kaum beriman menyambut
tuntunan Nabi dan ayat di atas pun turun mengukuhkan perintah dan sabda
Nabi itu
c. Kandungan Ayat
Dalam QS. Al-Mujaadalah ayat 11 di atas, Allah menganjurkan kepada kita
agar senantiasa mau bekerja keras, baik dalam menuntut ilmu maupun bekerja
mencari nafkah. Hanya orang-orang yang rajin belajarlah yang akan
mendapatkan banyak ilmu. Dan hanya orang-orang yang berilmulah yang
memiliki semangat kerja untuk meraih kebahagiaan hidup. Oleh karena itu,
Allah menjamin akan mengangkat derajat kehidupan orang-orang yang
beriman dan berilmu.
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menyaksikan orang yang rajin belajar
dan bekerja hidupnya sukses dan berprestasi, sedangkan orang yang malas dan
tidak memiliki ilmu hidupnya susah dan selalu gagal. Betapa pentingnya
memiliki ilmu pengetahuan dan semangat berkerja keras. Sebab hanya dengan
ilmu yang bermanfaat dan amal yang bergunalah manusia akan mendapatkan
kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

f. Hikmah yang Dapat kita Ambil dari QS. Al-Mujaadilah Ayat 11


1. Karena hakikat manusia tidak terpisah dari kemampuannya untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, maka ilmu yang disertai iman adalah
ukuran derajat manusia. Manusia yang ideal dalam Al-Quran ialah manusia
yang mencapai ketinggian iman dan ilmu.
2. Bahwa pencapaian pengetahuan manusia tidak terlepas dari kemauan keras
sebagai layaknya pejuang dalam medan pertempuran. Kemauan keras pun
tidaklah cukup tanpa campur tangan Allah SWT. sebagai yang memberi
ilham (inspirasi) terhadap ilmuwan itupun harus dipahami sebagai bentuk
penghargaan Allah SWT. atas jerih payahnya.
3. Tempat terhormat bagi ilmuwan adalah pantas diberikan sebagai wujud
penghargaan apalagi ilmu yang dikembangkan dapat bermanfaat bagi
kehidupan manusia dan lingkungannya.

g. Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai pengamalan dari


surah Al-Mujaadalah/58 : 11
1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berusaha untuk mendapatkan
pengetahuan tersebut.
2. Bersikap sopan saat belajar dan selalu menghargai dan menghormati guru.
3. Senang mendatangi guru untuk meminta penjelasan tentang ilmu
pengetahuan.
4. Selalu menyeimbangkan ilmu pengetahuan yg dimilikinya dg keyakinan
terhadap kekuasaan Allah SWT.
BAB III
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
ANALISA QURAN SURAH AT-TAUBAH AYAT 122 DAN SURAH AL-
MUJADALAH AYAT 11

Oleh: Ahmad Basri

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembiayaan Pendidikan

Dosen Pengampu: Ida Royani, M.E.I


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH HAMZAH FANSURI

KOTA SUBULUSSALAM

2022

Anda mungkin juga menyukai