Di susun oleh :
FAKULTAS DAKWAH
2021 / 2022
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan
puja serta puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa suatu halangan apapun. Shalawat serta
salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di Yaumul Akhir nanti.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran penyusunan makalah ini terutama kepada orang tua dan juga kepada dosen mata
kuliah.
Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin, guna memenuhi tugas mata
kuliahtafsir ayat dakwah. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam
penyusunan makalah ini baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami dengan ikhlas menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Penulis
2
Daftar Isi
BAB II PEMBAHASAN
BAB I PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
Di jelaskan dalam qur’an surah as saba’ : 28 yang artinya dan kami tidak mengutus
kamu melainkan kepada umat manuasia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.ayat al qur’an
tersebut memberikan isyarat kepada setiap umat bahwa dalam melaksanakan keguatan
dakwah akan ditemukan kepada suatu kondisi berupa sejumplah orang sebagai sasaran
dakwah.yang tidak peduli terhadap visi misi serta isi dakwah yang diberikan.hal ini
merupakan suatu yang memunculkan tantangan umat.dikatakan sebagai yang memunculkan
tantangan karena umat dituntut untuk menggunakan kaifiat,mengedepankan masalah dan
marhalah (tahapan tahapan) dakwah yang berkaitan dengan kondisi obyektif kelompok
sasaran,serta pada era atau zaman yang bagaimana mereka berada.dengan demikian,dalam
dakwah islamiyah senantiasa mengandung suatu isi reformatif dan akualitatif.
4
BAB II PEMBAHASAN
Dakwah berasal dari kata da‟a, yang bermakna: memanggil, mengundang, ajakan, himbauan
dan hidangan. Di dalam al-Qur`an, ditemukan beberapa kata yang memiliki makna hampir sama
dengan dakwah, diantaranya adalah: tabligh, nasihat, tarbiyah, tabsyir, dan tanzdir. Jika dikaji
lebih mendalam maka diantara kata-kata tersebut memiliki perbedaan dan penggunaannya hanya
untuk tempat tertentu saja.
Syeikh Ali Mahfuzh mengatakan, dakwah adalah mendorong manusia agar melakukan
kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat ma‟ruf dan mencegah dari berbuat
munkar, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.Dakwah juga diartikan dengan
penyampaian ajaran agama Islam yang tujuannya agar orang tersebut melaksanakan ajaran
agama dengan sepenuh hati.Dakwah adalah mengajak seseorang agar beriman kepada Allah dan
kepada apa yang dibawa oleh para rasul-Nya dengan cara membenarkan apa yang mereka
beritakan dan mengikuti apa yang diperintahkan.
Menurut Quraish Shihab, dakwah ialah seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha
mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun
masyarakat, atau dakwah adalah undangan menuju kepada semua yang baik dan harus
dilaksanakan dengan rendah hati, bijaksana dan penuh dengan sopan santun. Dari berbagai
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan dakwah ialah mengajak
manusia untuk beriman kepada Allah dan rasulNya dengan baik dan benar diirngi dengan
pekerjaan-pekerjaan yang baik dan meninggalkan perbuatan yang yang dilarang untuk
kemashlahatan hidup di dunia dan akhirat.
5
Dilihat dari isi kandungan atau orientasi pembahasan, para pakar tafsir – sengaja atau
tidak sengaja – memilah-milah isi kandungan al-Qur‘an ke dalam beberapa kelompok ayat.
Ada kelompok ayat aqidah (ayat al-„aqa‟id) untuk ayat ayat yang berkenaan dengan soal
teologi (kalam), dan ada pula kelompok ayat qashash (ayat al-qashash) yang bertalian dengan
kisah atau sejarah. Demikian pula dengan kelompok ayat kauniyah (ayat al-kauniyyah) untuk
ayat-ayat yang berdimensi ilmu-ilmu kealaman (science), dan kelompok ayat-ayat akhlak
(ayat al-akhlaq) untuk ayat-ayat al-Qur‘an yang berisikan perihal etik-moral.Demikian
seterusnya, termasuk ayat-ayat dakwah yang kemudian peneliti formulasikan sebagai bagian
dari ayat-ayat al-Qur‘an yang berisikan serangkaian perintah untuk menyeru dan mengajak
manusia kepada jalan kemulian, yaitu ajaran Islam.
Istilah ayat dakwah terdiri dari dua kata: yaitu "aya"t dan "dakwah:. Ayat ( ) آياتاadalah
jamak dari kata ayat ( )آيةyang secara harfiah berarti tanda.Terkadang juga digunakan untuk
arti pengajaran atau urusan.
Akan tetapi yang dimaksudkan dengan ayat dalam konteks penelitian ini adalah
sekumpulan ayatayat al-Qur‘an, yaitu bagian-bagian tertentu dari al-Qur‘an yang tersusun
atas satuatau beberapa jumlah (kalimat) yang menunjukkan adanya sesuatu urusan
ataupengajaran.
Adapun kata dakwah secara etimologi berasal dari Bahasa Arab, yaitu ) da‟aa-yad‟uu-
da‟watan) yang berarti menyeru, memanggil, mengajak, menjamu, mendoa atau memohon.
Kata (kalimat) tersebut dengan segala perubahannya (turunannya) dalam al-Qur‘an diulang
sampai 215 kali.Makna-makna tersebut dapat ditemukan dalam berbagai ayat di dalam al-
Qur‘an, seperti dalam surat Yunus: 25; Ali Imran: 104; an-Nahl: 125; sebagai berikut:
هّٰللا
ِ ي َم ْن يَّ َش ۤا ُء اِ ٰلى
ط ُّم ْستَقِي ٍْمVٍ ص َرا Vْ َار الس َّٰل ِم ۚ َويَ ْه ِد ٰ
ِ َو ُ يَ ْدع ُْٓو اِلى د
ٰۤ ُ
َول ِٕىكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن ِ َْو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو
ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا
Artinya: “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung” (Ali-Imran: 104).
6
ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َ ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن َربَّكَ ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن
َ ِّع اِ ٰلى َسبِي ِْل َرب
ُ اُ ْد
ََوه َُو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa
yang mendapat petunjuk” (An-Nahl: 125).
Dari beberapa ayat tersebut di atas, dapat diketahui bahwa kata-kata dakwah
menggunakan perkataan dakwah yang masih bersifat umum, artinya, dakwah dapat berarti
mengajak, menyeru, memanggil kepada kebaikan, dan lainnya. Dengan demikian, secara
etimologi dakwah identik dengan komunikasi yang maknanya masih bersifat umum. Dakwah
juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mengajak manusia ke jalan Allah dengan cara yang
bijaksana, nasihat atau pelajaran yang baik dan berdiskusi atau berdebat dengan cara yang baik.
Hikmah menurut penasiran Kementerian Agama berarti perkataan yang tegas dan benar yang
dapat membedakan antara yang baik dengan yang batil.
Oleh karena keumuman dari arti kata dakwah secara bahasa, maka tidak mengherankan
jika secara terminologi, para ahli memiliki tafsiran yang berbedabeda sesuai dengan sudut
pandang mereka di dalam memberikan pengertian dakwah. Berikut ini dikutip beberap pendapat,
di antaranya:
7
menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati
Allah Swt., sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat Islamiyah.
e) Sayyid Quthub sebagaimana dikutip oleh Ilyas Ismail dkk. mendefinisikan
dakwah dengan satu usaha mewujudkan sistem Islam dalam kehidupan nyata dari
tataran yang paling kecil, seperti keluarga, hingga yang paling besar, seperti
negara atau ummah dengan tujuan mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
f) Thoha Yahya Omar, berpendapat bahwa dakwah ialah mengajak manusia dengan
cara bijaksana kepada jalan yang benar, sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagian dunia akhirat.
Dari beberapa definisi di atas, paling tidak terdapat tiga gagasan pokok berkenaan dengan
makna dakwah, yaitu: Pertama, dakwah merupakan proses kegiatan mengajak kepada jalan
Allah. Kedua, dakwah merupakan proses persuasif (mempengaruhi), dan ketiga, dakwah
merupakan suatu sistem yang utuh yang saling terikat. Dengan demikian, dakwah merupakan
suatu proses mengajak dan mempengaruhi orang lain menuju jalan Allah yang dilakukan oleh
umat Islam secara sistemik. Dari batasan-batasan tentang dakwah di atas, maka secara sederhana
dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan ayat-ayat dakwah dalam tulisan ini, ialah
sekumpulan ayat-ayat al-Qur‘an yang berisikan ajakan, seruan, panggilan kepada segenap
manusia untuk mengikuti jalan Allah, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
guna mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.
8
…dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. Perihalnya sama dengan apa yang
telah dikatakan oleh Nabi ﷺdalam sebuah hadis sahih, yaitu: Barang siapa yang melakukan
suatu amal, sedangkan amal itu bukan termasuk urusan kami, maka amal itu ditolak.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id maula Bani
Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Rasyid, telah menceritakan kepada
kami Al-Hasan, telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah yang saat itu kami berada di
Madinah, bahwa Rasulullah ﷺpernah bersabda: Kelak di hari kiamat amal perbuatan
datang. Maka datanglah salat, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, akulah salat." Allah berfirman,
"Sesungguhnya kamu dalam kebaikan." Sedekah datang, lalu berkata, "Wahai Tuhanku,
akulah sedekah." Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu dalam keadaan baik." Kemudian
datanglah puasa, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, akulah puasa." Allah berfirman,
"Sesungguhnya kamu dalam keadaan baik." Kemudian datanglah amal-amal yang lain,
semuanya dijawab oleh Allah subhanahu wa ta’ala, "Sesungguhnya kamu dalam keadaan
baik." Lalu datanglah Islam dan berkata, "Wahai Tuhanku, Engkau adalah sumber
keselamatan, dan akulah Islam." Maka Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu dalam
keadaan baik, atas dasar kamulah Aku mengambil, dan atas dasar kamulah Aku memberi."
Lalu Rasulullah ﷺmembacakan firman-Nya:
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Abu Abdur Rahman (yaitu
Abdullah ibnu Imam Ahmad) mengatakan bahwa Abbad ibnu Rasyid adalah orang yang
siqah, tetapi Al-Hasan belurn pernah mendengar dari Abu Hurairah.
9
pulang kepada kaumnya dan kufur lagi. Maka turunlah ayat ini (Ali ‘Imraan: 85-89). Ayat itu
dibacakan kepadanya oleh salah seorang kaumnya. Maka al-Harits berkata: “Sesungguhnya
engkau benar, dan Rasulullah lebih benar daripada engkau, dan sesungguhnya Allah Yang
Paling Benar di antara ketiganya.” Kemudian ia kembali masuk Islam dan menjadi seorang
Muslim yang patuh.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa ia menemui langsung lelaki yang menceritakan hadis ini,
lalu lelaki itu memberitahukan kepadanya hadis ini. Maka sejak saat itu ia tidak lagi memakai
pendapatnya.Di antara mereka adalah Iyad ibnu Himar Al-Mujasyi’i. Imam Ahmad mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari
Qatadah, dari Mutarrif, dari Iyad ibnu Himar, bahwa Rasulullah ﷺdi suatu hari berkhotbah. Isi
khotbahnya antara lain: Sesungguhnya Tuhanku telah memerintahkan kepadaku untuk
memberitahukan kepada kalian apa yang tidak kalian ketahui dari apa yang telah diberitahukan
oleh-Nya kepadaku hari ini. (Dia telah berfirman), "Semua yang telah Kuberikan kepada hamba-
hamba-Ku halal, dan sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan
hanif (cenderung kepada perkara yang hak dan benci kepada perkara yang batil) semuanya. Dan
sesungguhnya mereka didatangi oleh setan, lalu setan menyesatkan mereka dari agamanya, dan
setan mengharamkan atas mereka apa yang telah Kuhalalkan bagi mereka, dan setan
memerintahkan kepada mereka untuk mempersekutukan Aku (dengan sesuatu) yang Aku tidak
pernah menurunkan keterangan tentangnya.
10
terhapuskan oleh air (karena kandungannya dihafal di dalam dada, bukan berupa tulisan), kamu
dapat membacanya sambil tiduran dan sambil bangun." Kemudian sesungguhnya Allah
subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan kepadaku untuk membakar orang-orang Quraisy,
maka aku berkata, "Wahai Tuhanku, kalau begitu tentu mereka akan menguliti kepalaku dan
membiarkannya menjadi seperti roti." Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, "Usirlah mereka
sebagaimana mereka mengusirmu, dan perangilah mereka, Kami akan membantumu, dan
berinfaklah, maka Kami akan menggantimu, dan kirimkanlah pasukan, maka Kami akan
membantumu dengan pasukan yang jumlahnya lima kali lipat dari pasukanmu, dan berperanglah
bersama orang yang taat kepadamu untuk menghadapi orang-orang yang durhaka kepadamu."
Ahli surga itu ada tiga macam orang, yaitu: Penguasa yang berlaku adil, pemberi sedekah yang
sukses dan seorang lelaki yang penyayang dan berhati lembut terhadap kaum kerabatnya dan
setiap orang muslim, dan seorang lelaki yang memelihara kehormatan dirinya lagi tidak mau
meminta-minta lagi banyak mempunyai anak. Ahli neraka itu ada lima macam orang, yaitu:
Orang lemah yang tidak punya prinsip, yakni mereka yang menjadi pengikut di kalangan kalian,
mereka tidak pernah menginginkan punya keluarga dan tidak pula harta, pengkhianat yang tiada
suatu keinginan sekecil apa pun melainkan dia pasti berkhianat kepadanya, dan seorang lelaki
yang tidak pernah melewati waktu pagi dan tidak pula waktu sore melainkan dia selalu
menipumu terhadap keluarga dan harta bendamu. Nabi ﷺmenyebutkan pula pendusta, buruk
perangai, dan orang yang bermulut kotor. Imam Muslim mengetengahkan hadis ini secara
tunggal, dan dia meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Qatadah dengan sanad yang sama.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: (Itulah) agama yang lurus. (QS. Ar-Rum [30]: 30) Yakni
berpegang kepada syariat dan fitrah yang utuh merupakan agama yang tegak dan lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum [30]: 30) Karena itulah maka kebanyakan
orang tidak mengetahuinya, dan mereka berpaling darinya, sebagaimana yang disebutkan oleh
firman-Nya: Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat
menginginkannya. (QS. Yusuf [12]: 103) Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang
di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (QS. Al-An’am [6]:
116), hingga akhir ayat.
11
2.5 Asbabun Nuzul Surah Ash Shaf : 9
(Diharamkan bagimu bangkai) yakni memakannya (darah) yang mengalir seperti pada
binatang ternak (daging babi, hewan yang disembelih karena selain Allah) misalnya disembelih
atas nama lain-Nya (yang tercekik) yang mati karena tercekik (yang dipukul) yang dibunuh
dengan jalan memukulnya (yang jatuh) dari atas ke bawah lalu mati (yang ditanduk) yang mati
karena tandukan lainnya (yang diterkam oleh binatang buas kecuali yang sempat kamu sembelih)
maksudnya yang kamu dapati masih bernyawa dari macam-macam yang disebutkan itu lalu
kamu sembelih (dan yang disembelih atas) nama (berhala) jamak dari nishab; artinya patung
(dan mengundi nasib) artinya menentukan bagian dan keputusan (dengan anak panah) azlaam
jamak dari zalam atau zulam; artinya anak panah yang belum diberi bulu dan ujungnya tidak
bermata.
Anak panah itu ada tujuh buah disimpan oleh pengurus Kakbah dan padanya terdapat
tanda-tanda. Maka tanda-tanda itulah yang mereka ambil sebagai pedoman, jika disuruh mereka
lakukan dan jika dilarang mereka hentikan. (Demikian itu adalah kefasikan) artinya menyimpang
12
dari ketaatan. Ayat ini turun pada hari Arafah masa haji wadak, yaitu haji terakhir yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. (Pada hari ini orang-orang kafir telah putus-asa terhadap
agamamu) untuk mengembalikan kamu menjadi murtad setelah mereka melihat kamu telah kuat
(maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah pada-Ku. Pada hari ini telah
Kusempurnakan untukmu agamamu) yakni hukum-hukum halal maupun haram yang tidak
diturunkan lagi setelahnya hukum-hukum dan kewajiban-kewajibannya (dan telah Kucukupkan
padamu nikmat karunia-Ku) yakni dengan menyempurnakannya dan ada pula yang mengatakan
dengan memasuki kota Mekah dalam keadaan aman (dan telah Kuridai) artinya telah Kupilih
(Islam itu sebagai agama kalian. Maka siapa terpaksa karena kelaparan) untuk memakan sesuatu
yang haram lalu dimakannya (tanpa cenderung) atau sengaja (berbuat dosa) atau maksiat (maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun) terhadapnya atas perbuatan memakannya itu (lagi Maha
Pengasih) kepadanya dalam memperbolehkannya. Berbeda halnya dengan orang yang cenderung
atau sengaja berbuat dosa, misalnya penyamun atau pemberontak, maka tidak halal baginya
memakan itu
Al-Hafidzh Abul Qasim At-Ath-Thabarani mengatakan di dalam kitab Mu’jamul Kabir: telah
menceritakan kepada kami Abdan ibnu Ahmad dan Ali ibnu Sa’id; keduanya mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ammar ibnu Umar Al-Mukhtar, telah menceritakan kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepadaku Galib Al-Qattan, bahwa ia datang ke Kufah dalam salah satu misi
dagangnya, lalu tinggal di dekat rumah Al-A’masy. Pada suatu malam ketika aku hendak turun, Al-
A’masy melakukan shalat tahajud di malam hari, lalu bacaannya sampai pada ayat berikut, yaitu
firman-Nya: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan.
Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi
Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 18-19) Kemudian Al-A’masy mengatakan, “Dan aku pun
mempersaksikan apa yang telah dinyatakan oleh Allah, dan aku titipkan kepada Allah persaksianku
13
ini, yang mana hal ini merupakan titipan bagiku di sisi Allah.” Sesungguhnya agama (yang diridai) di
sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19) Kalimat dan ayat ini diucapkannya berkali-kali oleh Al-
A’masy. Galib Al-Qattan melanjutkan kisahnya, bahwa lalu aku berkata kepada diriku sendiri,
“Sesungguhnya dia (Al-A’masy) telah mendengar suatu hadits mengenai masalah ini.” Maka aku
pada pagi harinya menuju kepadanya untuk berpamitan, kemudian aku berkata, “Wahai Abu
Muhammad, sesungguhnya aku telah mendengarmu mengulang-ulang bacaan ayat ini.” Al-A’masy
berkata, “Tidakkah telah sampai kepadamu suatu hadits mengenainya?” Aku menjawab, “Aku berada
di dekatmu selama satu bulan, tetapi engkau belum menceritakannya kepadaku.” Al-A’masy
mengatakan, “Demi Allah, aku tidak akan menceritakannya kepadamu sebelum satu tahun.” Maka
aku tinggal selama satu tahun dan tinggal di depan pintunya. Setelah lewat masa satu tahun, aku
berkata, “Wahai Abu Muhammad, sekarang telah berlalu masa satu tahun.” Al-A’masy menjawab
bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Wail, dari Abdullah yang menceritakan bahwa Rasillullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Kelak di hari kiamat pelakunya akan didatangkan, lalu
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Hamba-Ku telah berjanji kepada-Ku, dan Aku adalah Tuhan
Maha memenuhi janji-Nya, maka masukkanlah oleh kalian (para malaikat) hamba-Ku ini ke dalam
surga.” Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah
Islam. (Ali Imran: 19) Sebagai berita dari Allah subhanahu wa ta’ala yang menyatakan bahwa tidak
ada agama yang diterima dari seseorang di sisi-Nya selain Islam, yaitu mengikuti para rasul yang
diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala di setiap masa, hingga diakhiri dengan Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membawa agama yang menutup semua jalan lain kecuali hanya
jalan yang telah ditem-puhnya. Karena itu, barang siapa yang menghadap kepada Allah sesudah Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus dengan membawa agama yang bukan syariatnya,
maka hal itu tidak diterima oleh Allah. Seperti yang disebutkan di dalam firman lainnya, yaitu:
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
darinya. (Ali Imran: 85), hingga akhir ayat. Dalam ayat ini Allah memberitakan terbatasnya agama
yang diterima oleh Allah hanya pada agama Islam, yaitu: Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi
Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19) Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas membaca firman-
Nya: Allah menyatakan sesungguhnya tiada Tuhan selain Dia, Yang menegakkan keadilan. Para
malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Bahwasanya agama (yang diridai) di sisi
Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 18-19)
14
Keterkaitan antara surah Ar Rum ayat 30 dan Al Maidah ayat 3
Dalam surah Ar Rum ayat 30 Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman, bahwa luruskanlah
wajahmu menghadap kepada agama yang telah disyariatkan oleh Allah bagimu, yaitu agama yang
hanif, agama Ibrahim, yang telah ditunjukkan oleh Allah kepadamu dan disempurnakan-Nya bagimu
dengan sangat sempurna. Selain dari itu kamu adalah orang yang tetap berada pada fitrahmu yang
suci yang telah dibekalkan oleh Allah kepada semua makhluk-Nya. Karena sesungguhnya Allah telah
membekalkan kepada semua makhluk-Nya pengetahuan tentang keesaan-Nya, dan bahwa tidak ada
Tuhan selain Dia, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pembahasan yang terdahulu dalam tafsir
firman-Nya: dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami)" (Al-A'raf: 172) Di dalam
sebuah hadis disebutkan: Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif
kemudian setan-setan menyesatkan mereka dari agamanya.
Dan dalam surah Al Maidah ayat 3 dijelaskan bahwa : Ayat ini turun pada hari Arafah masa haji
wadak, yaitu haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. (Pada hari ini orang-orang kafir
telah putus-asa terhadap agamamu) untuk mengembalikan kamu menjadi murtad setelah mereka
melihat kamu telah kuat (maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah pada-Ku. Pada hari
ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu) yakni hukum-hukum halal maupun haram yang tidak
diturunkan lagi setelahnya hukum-hukum dan kewajiban-kewajibannya (dan telah Kucukupkan
padamu nikmat karunia-Ku) yakni dengan menyempurnakannya dan ada pula yang mengatakan
dengan memasuki kota Mekah dalam keadaan aman (dan telah Kuridai) artinya telah Kupilih (Islam
itu sebagai agama kalian.
15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dakwah berasal dari kata da‟a, yang bermakna: memanggil, mengundang, ajakan, himbauan
dan hidangan. Di dalam al-Qur`an, ditemukan beberapa kata yang memiliki makna hampir sama
dengan dakwah, diantaranya adalah: tabligh, nasihat, tarbiyah, tabsyir, dan tanzdir. Jika dikaji
lebih mendalam maka diantara kata-kata tersebut memiliki perbedaan dan penggunaannya hanya
untuk tempat tertentu saja.
Terdapat tiga gagasan pokok berkenaan dengan makna dakwah, yaitu: Pertama, dakwah
merupakan proses kegiatan mengajak kepada jalan Allah. Kedua, dakwah merupakan proses
persuasif (mempengaruhi), dan ketiga, dakwah merupakan suatu sistem yang utuh yang saling
terikat. Dengan demikian, dakwah merupakan suatu proses mengajak dan mempengaruhi orang
lain menuju jalan Allah yang dilakukan oleh umat Islam secara sistemik. Dari batasan-batasan
tentang dakwah di atas, maka secara sederhana dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan
ayat-ayat dakwah dalam tulisan ini, ialah sekumpulan ayat-ayat al-Qur‘an yang berisikan ajakan,
seruan, panggilan kepada segenap manusia untuk mengikuti jalan Allah, melaksanakan perintah-
Nya dan menjauhi larangan-Nya guna mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.
Dilihat dari isi kandungan atau orientasi pembahasan, para pakar tafsir – sengaja atau tidak
sengaja – memilah-milah isi kandungan al-Qur‘an ke dalam beberapa kelompok ayat.
B. Saran
16
Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini dan senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini lebih bermanfaat dan lebih
baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Risalah Muslim. 2021. QS. Ash Shaff (Satu barisan) – surah 61 ayat 9 [QS. 61:9. 07 September
2021. https://risalahmuslim.id/quran/ash-shaff/61-9/
Sani. 2021. Al maidah ayat 3. 07 September 2021. https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-5-al-
maidah/ayat-3
Sani. 2021.Surah Ali Imran ayat 19. Ilmu Tajwid. 07 September 2021.https://tafsir.learn-
quran.co/id/surat-3-al-imran/ayat-19#
17