Di Susun Oleh:
Semester: 4 (Empat)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang "AYAT AL-QUR’AN DAN HADITS KIAT
SUKSES BERDAKWAH”.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang
lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat
bagi seluruh semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas pendidikan agama dengan judul " AYAT AL-QUR’AN DAN
HADITS KIAT SUKSES BERDAKWAH ". Disamping itu, kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikan lah makalahini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat
dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa
diperbaiki.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama samawi terakhir yang diturunkan Allah kepada rasul-
Nya yang terakhir Nabi Muhammad Saw. Sebagai rasul terakhir, maka tidak
ada lagi rasul setelahnya., demikian pula halnya dengan Islam, tidak ada lagi
agama yang diturunkan Allah setelah Islam. Di samping itu, mencermati salah
satu hadits rasulullah yang artinya: “sampaikanlah oleh mu walau satu ayat”,
hadits ini menunjukkan bahwa kewajiban dakwah tersebut juga menjadi
kewajiban umat Islam secara keseluruhan tanpa melihat status pendidikan,
ekonomi, politik dan lainnya. Semua wajib berdakwah berdasarkan kemampuan
ilmu dan pengetahuan yang mereka kuasai.
Selain itu, di dalam al-Qur`an ditemukan banyak ayat yang memerintahkan
tentang kewajiban melaksanakan dakwah, diantaranya firman Allah yang
artinya: Ajaklah manusia ke jalan Tuhan-mu dengan cara yang bijaksana,
pengajaran yang baik dan berdialoglah dengan mereka dengan caracara yang
lebih baik.1 Kamu adalah ummat terbaik yang ditampilkan Allah di tengah-
tengah manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah perbuatan
munkar.1 Hai orang-orang yang berselimut, Bangunlah, lalu berikan peringatan.
Tuhan-mu Agungkanlah. Pakaian-mu sucikanlah. Perbuatan dosa
tinggalkanlah. 2
B. RUMUSAN MASALAH
1
Q.S. Ali-`Imran: 104
2
Q.S. Al-Muddatsir: l-4.
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
Moh. Amin Suma, Pengantar Tafsir Ahkam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), hal.
25.
4
Moh. Amin Suma, Pengantar Tafsir Ahkam…, hal. 27.
2
memanggil, mengajak, menjamu, mendoa atau memohon.5 Kata (kalimat)
tersebut dengan segala perubahannya (turunannya) dalam al-Qur‘an diulang
sampai 215 kali.24 Makna-makna tersebut dapat ditemukan dalam berbagai
ayat di dalam al-Qur‘an, seperti dalam surat Yunus: 25; Ali Imran: 104; an-
Nahl: 125; sebagai berikut:
ِ ِي َم ْن يَّش َۤا هء ا ِٰلى
ص َراط ُّم ْستَ ِقيْم ْ ع ْو ا ِٰلى دَ ِار الس َّٰل ِم ۚ َويَ ْهد
ّللاه يَ ْد ه
ٰ َو
Artinya: “Dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan
memberikan petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus
(Islam)” (Yunus: 25)
ِ ع ْونَ اِلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ هم هر ْونَ ِب ْال َم ْع هر ْو
َ َف َويَ ْن َه ْون
ع ِن َو ْلتَ هك ْن ِم ْن هك ْم ا ه َّمة يَّ ْد ه
ٰۤ ه
َولىِٕكَ هه هم ْال هم ْف ِل هح ْون ْال هم ْنك َِر ۗ َوا
Artinya: “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah
dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Ali-
Imran: 104).
5
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya, 1990), hal. 126.
3
dengan cara yang bijaksana, nasihat atau pelajaran yang baik dan berdiskusi
atau berdebat dengan cara yang baik. Hikmah menurut penasiran
Kementerian Agama berarti perkataan yang tegas dan benar yang dapat
membedakan antara yang baik dengan yang batil.6
6
Departemen Agama RI., al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989),
hal. 421.
4
kebenaran itu disebut dengan tabligh.7 Secara harfiah, kata tabligh –
bentuk masdar dari kata balagha—berarti ishal, menyampaikan sesuatu
kepada pihak lain. Balagha dapat pula berarti sesuatu (materi atau pesan)
yang disampaikan oleh juru penerang (muballigh) baik dari al-Qur‘an,
al-Sunnah maupun dari dirinya sendiri.8
Tabligh pertama kali ditugaskan oleh Allah kepada utusan-Nya
sebagaimana tertera pada surat al-Maidah: 67, sebagai berikut:
َس ْو هل بَ ِل ْغ َما ا ه ْن ِز َل اِلَيْكَ ِم ْن َّر ِبكَ ۗ َوا ِْن لَّ ْم تَ ْف َع ْل فَ َما بَلَّ ْغت َّ ٰياَيُّ َها
الر ه
َّللاَ َل يَ ْهدِى ْالقَ ْو َم ْال ٰك ِف ِريْن ۗ ِ َّص همكَ ِمنَ الن
ٰ اس ا َِّن ٰ ِرسٰ لَتَه ۗ َو
ِ ّللاه يَ ْع
Artinya: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,
berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara
kamu dari (ganggua) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (al-Maidah: 67).
Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat ini, bahwa Allah berbicara
kepada utusan-Nya yaitu Nabi Muhammad, dengan menyebut
kedudukannya sebagai seorang rasul. Allah memerintahkan kepada nabi
untuk menyampaikan semua yang diperintahkan oleh Allah dan beliau
menjalankan perintah tersebut dengan sempurna.9
Tabligh dalam pengertian menyampaikan ajaran Islam kepada
masyarakat (mad‟u), diwajibkan Allah sebagai awal setiap proses dalam
tahapan dakwah. Sebelum jamaah terbentuk disyaratkan adanya tabligh,
kemudian ditindaklanjuti dengan ta‟lim (pengajaran) dan ta‟dib
(pembinaan) agar dapat diwujudkan individu, keluarga dan masyarakat.
Dalam hal ini, tabligh lebih bersifat pengenalan dasar tentang Islam.
Sasaran utama tabligh adalah ranah kognitif (pemahaman dan
7
Abdul Karim Zaidan, Ushul ad-Da‟wah, Cet. Ke-9, (Beirut: Muassasah al-Risalah,
2001), hal. 471.
8
Ibnu Manzur, Lisan al-„Arabi..., hal. 420.
9
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur‟an al-„Adzim, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), hal. 563
5
pemikiran).10 Jadi, dalam tabligh diperlukan adanya kejelasan bahasa
(QS. Yasin: 17) dan materi yang disampaikan dapat membekas dalam
jiwa objek dakwah atau dalam al-Qur‘an dikenal dengan istilah qaulan
baligha (QS. An-Nisa‘: 63).
Apabila mengacu kepada hadits nabi “sampaikan dariku walaupun
satu ayat”, maka tabligh merupakan kewajiban setiap individu dengan
kemampuannya. Dalam proses pelaksanaannya pada masa sekarang ini,
kegiatan tabligh dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung, maupun melalui media, seperti tabligh di televisi, radio,
majalah, dan sebagainya. Konsep tabligh inilah yang semakna dengan
komunikasi dan dakwah.
2. Amar Ma‟ruf Nahi Munkar
Jika tabligh lebih berorientasi pada penyampaian memperkuat aspek
kognitif berupa persepsi dan pemahaman, maka amar makruf nahi
munkar lebih berorientasi pada pada aksi dan perilaku (behavior). Aksi
dakwah yang dilakukan oleh setiap individu Muslim hendaknya
mempetimbangkan norma dan tradisi yang berlaku di suatu masyarakat
serta tidak bertentangan dengan nilai-nila kebaikan (al-khair) yang
bersifat universal dan digariskan oleh al-Qur‘an da al-Hadits.
Sehubungan dengan ini Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah
menafsirkan, bahwa makna amar makruf nahi munkar sebagaimana
tertera dalam surat Ali-Imran ayat 104 sebagaimana telah dituliskan di
atas, konsep amar makruf nahi munkar merupakan sesuatu yang baik
menurut pandangan umum satu masyarakat selama sejalan dengan
khair. Adapun al-munkar adalah sebaliknya, yakni sesuatu yang dinilai
buruk oleh suatu masyarakat serta bertentangan dengan nilai-nilai
Ilahi.11 Konsep amar makruf nahi munkar yang dijelaskan di dalam al-
10
M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 23. Lihat juga:
Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 46
11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Juz. II, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), hal. 175.
6
Qur‘an merupakan konsep dakwah yang mengakomodir adanya
perubahan-perubahan nilai yang ada di masyarakat akibat dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan
oleh manusia. Dalam hal ini, al-Qur‘an melarang adanya pemaksaan
untuk menerima ajarannya walau ajaran tersebut mengandung nilai yang
amat mendasar sekalipun, seperti masalah keyakinan kepada Allah (Qs.
Al-Baqarah: 256).
3. Mau‟idzah al-Hasanah
7
disebutkan secara beriiringan yang berbentuk kata sifat, yakni basyir
dan nadzir, seperti yang terdapat dapat al-Qur‘an surat Saba‘ ayat 28:
ِ َّاس بَ ِشيْرا َّونَ ِذيْرا َّو ٰل ِك َّن اَ ْكثَ َر الن
َاس َل يَ ْعلَ هم ْون ِ َّس ْل ٰنكَ ا َِّل ك َۤافَّة ِللن
َ َو َما اَ ْر
Artinya: “dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat
manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS.
Saba‘: 28).
5. Ta‟lim dan Tarbiyah
12
Abdul Basit, Filsafat Dakwah, hal. 50.
8
Aktivitas dakwah dapat mencakup pada wilayah tabligh
(komunikasi), amar makruf nahi munkar (aksi sosial), mau‟idzah
hasanah (konseling Islam), tabsyir dan tandzir (motivasi dan ancaman),
serta ta‟lim dan tarbiyah (pendidikan dan pengajaran yang terus
menerus). Jika makna dan aktivitas dakwah tersebut dipahami secara
general, maka akan didapat dua kegiatan besar dalam dakwah yakni
makna dan kegiatan dakwah yang bersifat lisan (da‟wah bi al-qaul) serta
makna dan kegiatan dakwah yang bersifat perbuatan (da‟wah bi al-
„amal).13
13
1Taufik al-Wa‘i, Al-Da‟wah ila Allah, Cet. II, (Mesir: Dar Al-Yaqin, 1995), hal. 15-
16. Baca pula: Abdul Basit, Filsafat Dakwah, hal. 50.
9
mengawal implementasi asas-asas agama di atas. Itulah sebabnya mengapa
tidak sedikit ayat-ayat dakwah di dalam al-Qur‘an yang menggunakan
pendekatan redaksi (uslub) dakwah dan bernada tuntunan, tidak
menggunakan gaya bahasa undang-undang yang sistematis.14
10
Artinya: (Aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-
Nya. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sesungguhnya dia akan mendapat (azab) neraka Jahannam, mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya (QS. Al-Jin: 23).
16
Moh. Amin Suma, Pengantar Tafsir Ahkam, hal. 107.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur`an al-Karim.
Abdul Basit. Filsafat Dakwah. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013.
Ali Aziz, M. Ilmu Dakwah. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana, 2009
Ibnu Katsir. Tafsir Al-Qur‟an al-„Adzim. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
Ibnu Manzur. Lisan al-„Arab, Beirut: Dar Shadr, 1997.
Moh. Amin Suma. Dalam: Pengantar Tafsir Ahkam. Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2002.
Quraish Shihab, M. Membumikan Al-Qur‟an. Cet. Ke-XXX, Bandung: Mizan,
2007.
Taufik al-Wa‘i. Al-Da‟wah ila Allah. Mesir: Dar Al-Yaqin, 1995.