Disusun oleh :
FAKULTAS FARMASI
SEMARANG
2019
i
DAFTAR ISI
1. Judul ............................................................................................... i
c. Tujuan ....................................................................................... 4
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul sebagai
hidayah dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang menjamin
kesejahteraan hidup material dan spiritual, dunia, dan akhirat. Agama Islam yaitu
agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman.
Ajaran yang diturunkan Allah tercantum dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi yang
Shahih (Maqbul) berupa perintah, larangan dan petunjuk untuk kebaikan hidup
manusia di dunia dan akhirat. Ajaran Islam bersifat menyeluruh yang meliputi
9). Dalam kehidupan asli semua hal yang dilakukan harus seimbang, Allah SWT
menyelamatkan dan membawa rahmat pada seluruh alam (rahmatan lil alamin)
(Qs. Al- Anbiya’/21: 107). Untuk itu, Islam meletakkan ajaran seimbang sebagai
seimbang dan telah ditetapkan Allah SWT pada diri kita adalah sebagai berikut:
1
Artinya: “Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat
durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah. yang telah menciptakan kamu
Dalam ayat tersebut diinformasikan kepada manusia bahwa salah satu sifat
kemuliaan Alllah Swt. adalah telah menciptakan (tubuh) manusia yang secara ke
tersebut manusia mencapai susunan yang sempurna. Pengertian ini juga terdapat
ً سنُ ت َأ إ ِو
ُيل َ ك َخيإرُ َوأَحإ ُِ اس إالم إست َ ِق
َُ يم ذَ ِل َ ل إِذَا ِك إلت إُم َو ِزنوا بِ إال ِق إس
ُِ ط َُ َوأ َ إوفوا إال َك إي
dengan timbangan yang benar. Itulah yang lebih utama bagimu dan lebih bagi
dalam terjemahan di atas. Namun, ada juga yang mengartikan adil. Kata ini
menurut Ibn Mujahid merupakan kata serapan dari bahasa Romawi yang masuk
2
yang pasti yaitu timbangan, dan sebaliknya apabila penggunaan timbangan itu
dilakukan secara baik dan benar pasti akan melahirkan keadilan. Keseimbangan
dalam konteks ini jelas berbeda dengan kesamaan, sehingga tidak dibutuhkan
tidak dapat hidup dengan sendiri. Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai
makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Dalam kehidupannya
merupakan salah satu kodrat manusia yang selalu ingin berhubungan dengan
manusia lain.
Selain itu, dalam kenyataannya, tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa
3
adanya bantuan orang lain. Hal ini menunjukan bahwa manusia hidup saling
ketergantungan dan saling membutuhkan antara yang satu dengan lainnya seperti
halnya di dalam dunia kefarmasian yang mebutuhkan sifat seimbang karena untuk
mencapai
sebagai apoteker (Kepmenkes, 2004) dan apoteker seseorang yang ahli didalam
penggunaan obat kepada pasien untuk kesehatan yang lebih baik dengan
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Ahlussunah Waljama’ahAswaja versi bahasa terdiri dari tiga kata, Ahlu, Al-
Sunnah, dan Al-Jama’ah. Kata Ahlu diartikan sebagai keluarga, komunitas, atau
pengikut. Kata Al-Sunnah diartikan sebagai jalan atau karakter. Sedangkan kata
segala sesuatu yang diajarkan Rasulullah SAW, baik berupa ucapan, tindakan,
komunitas sahabat Nabi pada masa Rasulullah SAW dan pada era pemerintahan
Khulafah Al-Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali). Dengan demikian
kepada sunnah Nabi Muhammad SAW dan jalan para sahabat beliau, baik dilihat
dimiliki Ahlussunnah Wal Jamaah, karena tidak hanya bergantung kepada al-
pemikiran dan peradaban dari para sahabat dan orang-orang salih yang sesuai
kesombongan, karena merekalah generasi yang paling otentik dan orisinal yang
5
ajaran Rasul dalam perilaku setiap hari, baik secara individu, sosial, maupun
hilangnya esensi (ruh) agama, karena akan terjebak pada aliran dhahiriyah
Perkembangan Zaman
Ada lima istilah utama yang diambil dari Al Qur’an dan Hadits dalam
bermasyarakat atau sering disebut dengan konsep Mabadiu Khaira Ummat yakni
Tawazun.
menurut istilah tawazun merupakan sikap seseorang untuk memilih titik yang
seimbang atau adil dalam menghadapi suatu persoalan. Sebagaimana Allah telah
menjadikan alam beserta isinya berada dalam sebuah keseimbangan (67: 3).
sesuai dengan fitrah Allah. Mustahil Allah menciptakan agama lslam untuk
6
manusia yang tidak sesuai Allah (Ar-Rum : 30). Ayat ini menjelaskan pada kita
bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memiliki naluri
beragama (agama tauhid: Al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap
dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah
karena pengaruh lingkungan (Hadits: Setiap bayi terlahir daIam keadaan fitrah
Majusi).
dan persamaan dan bukan berarti tidak mempunyai pendapat. Artinya sikap NU
tegas, tetapi tidak keras sebab senantiasa berpihak kepada keadilan, hanya saja
berpihaknya diatur agar tidak merugikan yang lain. Tawazun merupakan suatu
bentuk pandangan yang melakukan sesuatu secukupnya, tidak berlebihan dan juga
dimiliki oleh setiap muslim. Salah satunya adalah seorang Apoteker, yang perlu
jasmani dan rohani, keluarga, pekerjaan, masyarakat, diri sendiri, maupun orang
Selain itu yang tidak kalah penting adalah seimbang antara dunia dan akhirat.
7
ُُۖ َُٱَّللُ ِإلَيإك
َّ َسنَ ُۖوأَحإُسِنُ َك َمآُأَحإ
َ ُُمنَ ُٱلدُّ إنيَا
ِ ََصيبَك َ ُۖو ََلُت
ِ َنسُن َ َُاخ َرة َّار إ
ِ ُٱل َء َّ ََوٱ إبت َغُِفِي َمآُ َءات َٰىك
َ ُٱَّللُٱلد
ُٱَّللَ ََُلُي ِحبُّ إ
)77ُ(َُُُٱلم إف ِسدِين ِ ىُٱْل َ إر
َّ ضُُۖ ِإ َّن سادَُفِ إ َو ََلُتَبإغ إ
َ َُٱلف
ُ
ِ
Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS. 55: 7-9. Ketiga
a. Akal (Al-aql)
Akal dalam kamus bahasa arab, “aql” berasal dari kata kerja aqala-
8
(melarang) dan al-man’u (mencegah). Orang yang memiliki akal adalah
Menurut Prof. Izutzu kata aql, pada zaman jahiliah dipakai dalam arti
konkrit.
adalah daya intelek dengan sifat alami untuk mengetahui segala sesuatu. Al-
b. Jasmani (Al-jasad)
pendidikan gerak pada akhir abad ke-20 ini dan menekankan pada
9
perkembangan sosial. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa: "pendidikan
dalam islam adalah substansi manusia yang terdiri atas stuktur organism
material yang sama, yakni terbuat dari unsur tanah, api, udara dan air.
akan hidup jika diberi energi kehidupan yang bersifat fisik (thaqah al-
ada sejak adanya sel kelamin, sedang al-ruh menyatu dalam tubuh manusia
yang baru (aradb) yang juga dimiliki oleh hewan Jisim manusia memiliki
diam, serta berjasad yang terdiri dari beberapa organ. Begitu juga al-Ghazali
10
gelap dan kasar, dan tidak berbeda dengan benda-benda lain. Sementara
materi.
c. Rohani (Ar-ruh)
hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak
dapatberupa:
11
– Kebahagian zhahir/gerak, dalam Bentuk kestabilan, ketenangan beribadah,
sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Dialah yang disebut
manusia seutuhnya.
Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal (rasio
sebagai dasar) .
dan terjangkau bagi pasien (Depkes RI, 2008). Hal ini meningkatkan tuntutan
terhadap pelayanan farmasi yang lebih baik demi kepentingan dan kesejahteraan
12
masalah terapi pasien, terkait dengan obat yang bertujuan untuk meningkatkan
tujuan pengobatan dan memiliki dokumentasi yang baik (Depkes RI, 2008).
masalah tentang obat (Drug Related Problems) dengan membuat keputusan yang
Salah satu contoh penerapan sikap tawazun dalam kefarmasian adalah Allah
prinsip tawazun dalam berbagai kegiatan, salah satunya yaitu dalam sistem BPJS
banyak uang yang disetorkan berarti semakin bagus pula fasilitasnya. Dalam
13
memberikan pelayanan kefarmasian hendaknya seorang apoteker tidak membeda-
yang akan membeli obat di apoteknya, baik pasien yang membeli obat dengan
14
BAB III
KESIMPULAN
manusia, tidak membedakan antara satu sama lain bahkan tidak membedakan atas
dasar kesenjangan sosial. Tawazun merupakan salah satu sikap yang perlu
lapangan kerja. Sikap tawazun perlu diaplikasikan oleh seorang apoteker terutama
dalam menjalankan keprofesiannya agar tercapai sikap profesional yang adil dan
15
DAFTAR PUSTAKA
Alarna, Badrun, (2000), cet. 1, NU, Kritisisme dan Pergeseran Makna Aswaja,
Yogyakarta : Tiara Wacana
Al-Asy’ari, Abi al-Hasan Ali ibn Ismail, (t.th). al-Ibanah An Ushul al-Diyanah,
Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah
16