Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 172 dan 173 sebagai
berikut:
[ 172]
[173]
Artinya :
yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar
mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Di dalam ayat ini ditegaskan agar seseorang mukmin makan makanan yang
baik yang diberikan Allah, dan rezeki yang diberikan-Nya itu haruslah disyukuri.
Dalam ayat 168 perintah makan makanan yang baik-baik ditujukan kepada
ajaran setan. Sedangkan dalam ayat ini perintah ditujukan kepada orang mukmin
saja agar mereka makan rezeki Allah yangbaik-baik, sebab itu, perintah ini diiringi
manusia. Bagi orang-orang mukmin, tidak lagi di sebut kata halal, sebagaimana
yang di sebut pada ayat 168 yang lalu, karena keimanan yang bersemi di dalam
hati merupakan jaminan kejauhan mereka dari yang tidak halal. Mereka disina
bahkan di perintah untuk bersyukur disertai dengan dorongan kuat yang tercermin
pada penutup ayat 172 ini, yaitu bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar
makanan yang buruk, dalam bentuk redaksi yang mengesankan bahwa hanya yang
melalui cara yang sah seperti yang mati tercekik, terpukul, jatuh, di tanduk, di
terkam binatang buas, namun tidak sempat disembelih, dan yang di sembelih
untuk berhala. Di kecualikan dari pengertian bangkai adalah binatang air (ikan
penyakit pada dasarnya mati karena zat beracun, sehingga bila dikonsumsi
Darah, yakni darah yang mengalir, bukan yang subtansi asalnya membeku
seperti limpah dan hati. Daging babi, yakni seluruh tubuh babi, termasuk tulang,
Binatang yang (ketika disembelih) disebut nama selain Allah. Ini berarti ia
baru haram dimakan bila disembelih dalam keadaan menyebut selain nama Allah.
Adapun bila tidak disebut namanya, maka binatang halal yang disembelih
menyulitkan mereka, dan mereka itu pula larangan di atas dikecualikan oleh
lanjutan ayat: siapa yang berada dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang
ia tidak menginginkannya dan tidak (pula)melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya
makanan halal yang dapat dia makan, tidak pula memakannya memenuhi
keinginan seleranya. Sedang yang dimaksud tidak melampaui batas adalah tidak
memakannya dalam kadar yang melibihi kebutuhan menutup rasa lapar dan
memelihara jiwanya. Keadaan terpaksa dengan ketentuan demikian ditetapkan
Penutup ayat ini dipahami juga oleh sementara ulama sebagai isyarat bahwa
keadaan darurat tidak di alami seseorang kecuali akibat dosa yang dilakukannya,
seseorang merasa jiwanya terancam tidak akan menyentuh hati seorang mukmin,
sehinngga dia kan bertahan dan bertahan sampai datangnya jalan keluar dan
nyawanya oleh manusia halal, maka mengapa haram yang dicabut sendiri
Muhammad, urusan kiblat, haji dan umrah, maupun menyembunyikan atau akan
minuman keras, kendati dalam kehidupan sehari-hari tidak sedikit dari mereka
Artinya :
oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu, kamu
mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, Maka makanlah
dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas
itu (waktu melepasnya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
cepat hisab-Nya"
Makanan yang baik, yaitu semua jenis makanan yang menimbulkan selera
untuk memakannya dan tidak ada nas yang mengharamkannya. Adapun yang
sehingga buruannya langsung dibawa kepada tuannya dan tidak akan dimakannya
kecuali kalau diberi oleh tuannya. Apabila binatang pemburu itu memakan
buruannya terlebih dahulu, sebelum diberi oleh tuannya, maka buruannya itu
boleh dimakan apabila pada saat melepas binatang, si pemburu membaca basmala.
Hukum membaca basmalah itu wajib menurut sebagian ulama seperti Abu
Kemudian akhir ayat ini menerangkan supaya tetap bertakwa, yaitu mematuhi
semua perintah Allah dan menjauhi larangannya, karena Allah sangat menghitung
semua amal hambanya tanpa ada yang tertinggal adan tersembunyi baginya.[7]
Artinya :
baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
a. Tafsir
Batas yang dapat diketahui oleh akal, pikiran dan perasaan, misalnya batas
mengenai banyak sedikitnya serta manfaat dan mudharatnya, suatu hal yang perlu
kita ingat ialah prinsip yang terdapat dalam syariat islam, bahwa apa yang
tetapkan Allah dan Rasulnya. Allah maha mengetahui apa yang baik dan
bermanfaat bagi hambanya dan apa yang berbahaya bagi mereka. Dia maha
Ayat 88 pada surat ini, Allah memerintahkan kepada hambanya agar mereka
makan rezeki yang halal dan baik, yang telah dikaruniakannya kepada mereka
mengendung manfaat dan maslahat bagi tubuh, mengendung gizi, vitamin, protein
dan sebagainya. Makan tidak baik, selain tidak mengendung gizi, juga jika
Prinsip halal dan baik itu hendaklah senantiasa menjadi perhatian dalam
menentukan makanan dan minuman yang akan dimakan untuk diri sendiri dan
untuk keluarga, karena makanan dan minuman itu tidak hanya berpengaruh
Tidak ada halangan bagi orang-orang mukmin yang mampu, untuk menikmati
makanan dan minuman yang enak, dan untuk mengedakan hubungan dengan istri,
yaitu: baik, halal, dan menurut ukuran yang layak dan tidak berlebihan. Maka
pada akhir ayat ini Allah memperingatkan orang beriman agar mereka berhati-hati
dihalalkannya
Apalagi bila sifat menahan diri itu sampai mendorongnya untuk mengharmkan
mengkonsumsi makanan yang halal dan baik (mengandung gizi dan vitamin yang
cukup). Jadi bagian ayat yang tersembunyi halal dan baik (halalan
tayyiba)tersebut diatas mengandung makna dua aspek yang akan melekat pada
makanan di dapatkan dengan cara yang halal yang sesuai dengan syariat islam
yang dicontohkan Rasul. Dalam hal ini mengandung makna perintah untuk
bermuamalah yang benar. Sementara dalam aspek baik atau tayyib adalah dari sisi
yang dibutuhkan oleh tubuh, baik mutu maupun jumlah. Makanan gizi berimbang
adalah dianjurkan. Ada makanan halal tetapi todak tayyib, misalnya Rasul
beliau bersabda jangan memakan tulang karena tulang adalah makanan untuk
Artinya :
Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan
yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila
kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga)
bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.
a. Tafsir
Ayat 93 surat al Maidah diatas berhubungan dengan ayat yang lalu sekaligus
menjawab pertanyaan yang muncul dengan menegaskan bahwa: tidak ada dosa
bagi orang-orang yang beriman dengan iman yang benar dan mengerjakan amal
shaleh, yakni yang bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai ilahi, tidak ada dosa
bagi mereka, menyangkut apa yang telah mereka makan dan minum dari makanan
dan minuman yang terlarang sebelum turunnya larangan apabila mereka bertakwa
dan beriman serta mengerjakan amal-amal shaleh, kemudian walau berlalu masa
yang panjang maka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka tetap juga
bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai al-muhsinin, yakni orang-
orang yang mantap upayanya berbuat kebajikan, atau membudaya dalam tingkah
lakunya kebajikan
penekanan serta perbedaan objek takwa dan iman. Seperti terbaca diatas, kata
takwa yang pertama disusul dengan iman dan amal shaleh; yang kedua takwa
dengan iman saja; dan yang ketiga adalah takwa dengan ihsan, Athtabari
memahami takwa dan iman yang pertama dalam arti menerima tuntunan ilahi,
pertama itu, serta mengasah dan mengasuhnya; sedang yang ketiga, adalah
Artinya :
dengan sesuatu dari binatang buruan yang mudah didapat oleh tangan dan
tombakmu supaya Allah mengetahui orang yang takut kepada-Nya, biar pun ia
tidak dapat melihat-Nya. Barang siapa yang melanggar batas sesudah itu, maka
a. Tafsir
Dimulainya ayat ini dan ayat-ayat serupa dengan panggila mesra, bertujuan
mengantarkan mitra dialog untuk memenuhi perintah ayat ini. Panggilan mesra itu
adalah: hai orang-orang beriman, betapapun tingkat keimanan kamu,
sesungguhnya Allah pasti akan menguji kamu, yakni akan memperlakukan kamu
dengan perlakuan siapa yang ingin tahu. Ujian itu antara lain dengan sesuatu yang
Ujian itu terlaksana ketika kamu dalam keadaan berihram untuk haji atau
umrah. Sesuatu itu dari yakni berupa binatang buruan yang mudah di dapat oleh
tangan kamu jika kamu menginginkannya dalam keadaan hidup dan mudah pula
binatang buruan itu terbunuh olehmu. Tujuan ujian adalah supaya Allah
mengetahui dalam kenyataan sehingga tidak dapat diingkari oleh pelakunya siapa
yang takut kepadanya, meskipun dia ghaib, yakni tidak dilihat dan terjangkau
hakikatnya oleh siapapun. Barang siapa yang memaksakan diri melanggar batas
yang ditetapkaan Allah sesudah itu, yakni sesudah peringatan ini, maka baginya
Artinya :
buruan, ketika kamu sedang ihram. Barang siapa di antara kamu membunuhnya
di antara kamu, sebagai had-ya yang di bawa sampai ke Kakbah, atau (dendanya)
seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat
yang buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan
a. Tafsir
Ayat ini adalah ujian yang dimaksud oleh ayat yang lalu. Demikian
dengan ini adalah pandangan Albiqai yang menulis bahwa setelah menjelaskan
adanya ujian, ayat ini menegaskan ancaman yang diakibatkan oleh pelanggaran
terhadap apa yang diujikan itu. Karena itu, ayat ini mengajak mereka yang
memiliki sifat yang dapat menghalangi pelanggaran, yakni sifat iman dengan
menyembelih binatang buruan yang halal dimakan diluar keadaan ihram, yakni
jangan membunuhnya ketika kamu sedang berihram, baik untuk haji, umrah, atau
keduanya, demikian juga jika kamu berada dalam wilayah tanah haram.
bahwa itu terlarang baginya, bahkan menurut imam malik, abu Hanifa dan Syafii
berdasarkan hadis Nabi SAW, walau tidak sengaja maka dendanya ialah
mengganti dengan binatang ternak serupa, yakni seimbang atau paling dekat
persamaannya dengan buruan yang dibunuhnya. Keserupaan itu ditetapkan
menurut putusan dua orang yang adil diantara kamu wahai kaum muslimin. Denda
ini sebagai had-y, yakni mempersembahkan kepada Allah yang dibawa sampai ke
Kabah, dalam arti disembelih disana untuk dibagikan kepada fakir miskin, atau
makanan yang umum dimakan, atau berpuasa seimbang dengan makanan yang
dikeluarkan itu, supaya dia, yakni yang melanggar itu merasakan akibat yang
Karena pembunuhan semacam yang terlarang ini telah sering terjadi, maka ayat
memaafkan apa yang telah lalu karena rahmatnya kepada kamu, sehingga
ketetapan ini tidak berlaku surut, dan barang siapa kembali mengerjakannya,
yakni membunuh buruan dalam keadaan dia berihram, niscaya Allah akan
menyiksanya. Jangan duga dia akan luput karena Allah maha kuasa lagi
Binatang buruan yang terlarang dibunuh disini adalah binatang darat. Adapun
berikutnya. Larangan membunuh binatang darat adalah binatang darat yang halal
dimakan, karena demikian itulah biasanya atau ketika itu tujuan perburuan.
membunuh segala binatang darat baik ang dimakan dan yang tidak dimakan,
kecuali yang diizinkan untuk dibunuh, seperti kalajengking, ular, tikus, dan anjing
gila.
7. Surat al Maidah Ayat 96
Artinya :
Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari
laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam
kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya lah kamu
akan dikumpulkan.
a. Tafsir
Karena redaksi ayat yang lalu berbicara tentang perburuan secara umum, tanpa
menjelaskan apakah ia menyangkut binatang darat atau laut, maka melalui ayat ini
dijelaskannya bahwa: dihalalkan bagi kamu berburu binatang laut juga sungai,
danau, dan makanannya yang berasal dari laut seperti, ikan, udang atau apapun
yang hidup disana dan tidak dapat hidup didarat walau telah mati dan mengapung,
adalah makanan lezat bagi kaum, baik bagi yang bertempat tinggal tetap disatu
tempat tertentu, dan juga bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan
diharamkan atas kamu menangkap atau membunuh binatang darat, selama kamu
dalam keadaan berihram, dan atau berada di tanah haram walaupun berulang-
ulang ihram itu kamu lakukan. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepadanyalah
mengisyaratkan bahwa larangan ini berlaku kapan saja, dan sepanjang makna
berihram disandang oleh seseorang, walaupun telah berulang dia dalam keadaan
berihram.
Artinya :
Allah telah menjadikan Kabah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan
dan urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram, had-ya,
qalaid. (Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa
sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
a. Tafsir
melalui ayat ini Allah menetapkan tuntunan-Nya yang memberi rasa aman
kepada manusia. Untuk itulah maka ayat ini menegaskan bahwa: Allah telah
menjadikan kabah, rumah suci itu sebagai qiaman, yakni pusat peribadatan dan
urusan dunia bagi manusia, dan demikian pula bulan haram, bad-y, dan al qalaid,
Allah mengsyariatkan yang demikian itu, atau yang demikian itulah ketetapan
yang hak, agar kamu tahu melalui ketetapan itu bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang ada di langit, kerena itu diaturnya perjalanan planet-planet,
matahari dna bulan agar terjadi siang dan malam, dan silih berganti bulan dan
tahun, serta apa yang ada di bumi, sehingga dia pun mengetur dan menetapkan
mengatur dan menetapkan itu semua adalah maha mengetahui segala sesuatu
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (QS.
Al-Maidah; 88)
dari orang yang bertaqwa. Hal tersebut bisa kita mengerti, apabila kita menelaah
Thayyib adalah sebuah kata sifat yang berfungsi paling dasar untuk
senang dan manis. Kata ini seringkali juga digunakan untuk mengkualifikasikan
baiknya rasa makanan, air, wangi-wangian dan sejenisnya. Di samping itu, kata
ini juga tepat diaplikasikan pada berbagai hal lain; oleh karna itu kita bisa
temukan beberapa kolaborasi kata dalam Al-Quran seperti; riih thayyibah angin
yang baik yang membawa sebuah kapal diatas laut, sebagai lawan riih asifah
angin badai (QS. Yunus; 22), begitu juga dengan balad thayyib daerah dengan
tanah yang baik dan subur (QS. Al-Araf; 58), lalu masakin thayyibah tempat
tinggal bagi laki-laki dan perempuan di surga Adn (QS. At-Tawbah; 72).
pengertian kualitas religius seorang hamba. Adalah sebuah contoh yang tepat;.
kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan".(QS. An-
Nahl; 32). Maka jelaslah dalam konteks ini thayyib bisa menggantikan muttaqi
yaitu orang yang takut kepada Allah. Sedangkan pada ayat sebelumnya (QS. An-
Nahl; 28) kata thayyibuun dipertentangkan dengan zalimii anfusihim, yaitu orang
yang menganiaya diri mereka sendiri, sepadan dengan sebuah ungkapan yang
Dalam frase al-kalimah at-thayyibah ucapan yang baik (QS. Ibrahim; 24)
merupakan ungkapan yang menunjukan rumusan Tawhid; tidak ada tuhan selain
Allah. Maka bagaimanapun juga makna baik disini haruslah berarti baik secara
agama atau shalih, karna frase itu sendiri berhubungan erat dengan al-amal as-
shalih perbuatan shalih. Hal ini sebagaimana ternyatakan dalam QS. Fathir ayat
saleh dinaikkan-Nya.
yang telah kita ketahui bersama, merupakan sesuatu yang paling disorot diantara
dengan halal, yang berarti sah menurut hukum dalam pengertian bebas dari
semua larangan. Maka dalam kasus makanan, thayyib hampir menjadi sinonim
"Dihalalkan bagimu yang baik-baik. (QS. Al-Maidah; 4). Dari sini kita bisa
makanan yang halal, bukanlah makanan yang thayyib apabila Allah tidak
yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil
yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
Bila kita telaah dengan seksama kata halal dalam Al-Quran selalu
dikaitkan dengan kata haram. Jika dikatakan dengan tegas, haram adalah
larangan, yaitu apapun yang ditetapkan bebas dari larangan itu. Haram
diberlakukan pada tempat, benda, orang dan tindakkan, lalu pada level selanjutnya
haram merupakan sesuatu yang tidak boleh didekati, tidak boleh disentuh. Kata
haram dalam Al-Quran menciptakan suatu konsepsi moral dan spiritual yang baru
mengenai larangan, dan memberikan sisi etik pada konsep haram yang dimiliki
keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa,
untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak
sebagaimana yang dimakan oleh orang Yahudi (QS. Al-Maidah; 62). Walaupun
kita tidak bisa mengatakan secara pasti tentang apa barang larangan yang
dimakan orang Yahudi tersebut, sangat mungkin bahwa hal itu merujuk pada riba.
Kita mengetahui bahwa larangan memakan bunga dari uang yang dipinjamkan
karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang
yang terlarang bagi Muslim, yang mana dalam ayat itu secara eksplisit kekotoran
menjadi alasan utama pelarangan bangkai, darah dan daging babi. Lalu dengan
alasan yang sama kekotoran menjadi alasan pelarangan bagi anggur yang
memabukkan, permainan judi, syirk dan mengundi nasib dengan anak panah.
Dalam QS. Al-Maidah; 90 hal-hal tersebut dilarang karna dinilai tidak bersih,
rijsun min amali asy-syaithan. Kata rijs di tempat lain diperluas sampai kepada
penyakit yang ada dalam hati orang kafir QS. At-Tawbah 125. Dan pada
akhirnya kafir sendiri disebut rijs; Maka berpalinglah dari mereka; karena
sesungguhnya mereka itu adalah kotor dan tempat mereka Jahannam; sebagai
balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (QS. At-Tawbah; 95)
Lebih jauh lagi, makanan yang baik tidak akan menjadi halal apabila tidak
diproses dengan cara yang telah disyariatkan Allah SWT. Seperti dalam QS. Al-
Anam; 118, bahwa Allah mewajibkan kepada umat Muslim untuk menyebut
Lalu mengenai kata halal, secara semantik hanya sedikit yang dapat
sesuatu yang tidak terlarang, maka bukanlah sesuatu yang halal apabila hal itu
dilarang. Halal juga merupakan sesuatu yang baik dan patut disyukuri; Hai
orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami
berarti kita dapat memanfaatkan bumi beserta isinya itu dengan mengeksploitasi
Terkait dalam hal makanan dan minuman, tidak semua yang di bumi ini, baik
binatang, tumbuhan maupun benda-benda lainnya itu halal dan baik (thayyib) bagi
manusia. Ada yang memang dibolehkan (halal) dan ada yang dilarang (haram).
Ada yang baik (thayyib), ada pula yang tidak baik (khabits).
Dalam al-Quran dijelaskan bahwa halal dan thayyib ini merupakan syarat mutlak
yang tidak bisa ditawar oleh manusia dalam mengonsumsi makanan dan
minuman. Dalam Islam, ketetapan tentang haram dan halal segala sesuatu,
termasuk urusan makanan, adalah hak absolut Allah dan Rasul-Nya. Seperti yang
telah disinggung di atas bahwa persyaratan halal ini terkait dengan standar syariat
yang melegislasinya, dalam arti boleh secara hukum. Adapun thayyib berkenaan
dengan standar kelayakan, kebersihan dan efek fungsional bagi manusia. Maka,
bisa jadi suatu makanan itu halal tapi tidak thayyib atau sebaliknya. Maka bila dua
syarat ini tidak terpenuhi dalam suatu makanan atau minuman, semestinya ia tidak
boleh dikonsumsi.
Sebagai contoh, bila di hadapan kita terhidang sepiring gule kambing yang begitu
menggoda baik dari sisi rasa, tampilan, dan baunya, namun ternyata kambing itu
tidak disembelih secara islami, ataupun kambingnya hasil curian, maka gule
kambing tersebut tidak halal dan kita tidak boleh menyantapnya. Tegasnya, Allah
SWT hanya menyuruh kepada kita makan dan minum dari sesuatu yang betul-
Dari uraian singkat di atas, dapat kita simpulkan bahwa aktivitas makan dan
minum bukan hanya urusan duniawi semata. Akan tetapi ia sangat terkait dengan
urusan agama. Islam menaruh perhatian yang sangat besar padanya. Secara tegas
Islam menyuruh kita untuk memperhatikan apa yang kita makan dan dari mana
kita mendapatkannya. Kita pun disuruh memakan dan meminum sesuatu yang
Demikian pula dengan salah satu doa yang biasa dipanjatkan seorang Muslim
rezeki yang luas, halal lagi thayyib serta penuh berkah. Wallahu a`lam.
Jadi kita bisa menarik kesimpulan penting. untuk kebaikan
dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memperoleh kualitas kesehatan yang baik.
Dan kesehatan yang baik berati sangat berpengaruh terhadap kualitas akal dan
rohaninya.
Untuk dapat menilai suatu makanan thoyyib (bergizi) atau tidak, harus kita
ketahui dulu komposisinya. Bahan makan yang thoyyib bagi ummat Islam harus
terlebih dahulu memenuhi syarat halal. Bagi seorang muslim tidak ada makanan
halal yang baik (thoyyib). Bahan makanan yang menurut ilmu pengetahuan
tergolong baik, belum tentu ternasuk halal bagi orang muslim, dan juga sebaliknya
makanan yang tergolong halal, belum tentu termasuk baik menurut ilmu
tetapi tidak baik untuk dikonsumsi oleh orang yang menderita penyakit jantung,
Kata Thayyib dalam ayat al-Quran di atas adalah yang baik, dalam arti
yang memiliki manfaat bagi tubuh. Tidak sekedar halal. Sebab, ternyata saat ini
pun terdapat makanan halal akan tetapi ia tidak bagus atau tidak memberi manfaat
untuk kesehatan. Makanan yang bermutu di sini dianjurkan agar seseorang itu
pengawet yang tidak mendukung kesehatan manusia. Sebab itu akan mengurangi
tubuh. Jika tubuh kuat, maka kita mampu menunaikan semua kewajiban dengan
sempurna. Tidak sekedar bergizi dan bermutu, akan tetapi juga halal. Cara
mendapatkannya pun harus dengan cara yang halal. Inilah cara sehat secara
shalih, bukan menurut ukuran manusia tetapi menurut ukuran Allah Tuhannya
manusia, sebagaimana yang telah Allah terangkan dalam kitabNya dan sunnah
nabiNya. Halal dan thayyib juga harus berkonotasi terhadap ketaqwaan terhadap
Allah, serta harus dikonsumsi atau digunakan dengan cara yang telah disyariatkan
Allah.
Barang haram adalah barang yang kotor, bagi jasmani maupun bagi rohani.
Barang haram tidak hanya akan mengotori dan menyakiti tubuh fisik, tetapi juga
akan mengotori jiwa dan mempengaruhi akhlaq dan mendatangkan penyakit hati.
Sebab itu marilah kita senantiasa berusaha memperoleh hal-hal yang halal dan
dan minuman yang asd di dunia ini halal semua untuk dimakan dan
diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu yang terdapat dalam Al
Quran dan yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW.Tiap benda
di permukaan bumi menurut hukum asalnya adalah halal kecuali kalau ada
2. Pengertian Haram
kebaikan hati, akal, ruh, dan jasad, yang mana baik atau
sesuatu yang diciptakan Allah itu halal.tidak ada yang haram, kecuali
jika ada nash (dalil) yang shahih (tidak cacat periwayatannya) dan sharih
(Al-Baqarah:29)
Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan
1. Makanan halal
sopir, dll.
2. Minuman Halal
3) Air atau cairan itu bukan berupa benda najis atau benda suci yang
terkena najis.
4) Air atau cairan yang suci itu didapatkan dengan cara-cara yang
Banyak terjadi salah sangka dari masyarakat bahwa menjari rezeki yang haram
saja sulit, apalagi yang halal. Hal itu malah memicu banyak kesalahapahaman
tentang halal dan haram suatu rezeki. Akhirnya, banyak masyarakat menghalalkan
segala cara untuk mencari rezeki, padahal belum tentu halal. Kita sebagai orang
Haram artinya dilarang, jadi makanan yang haram adalah makanan yang
dilarang oleh syara untuk dimakan. Setiap makanan yang dilarang oleh syara
pasti ada bahayanya dan meninggalkan yang dilarang syara pasti ada faidahnya
a).Haram aini, ditinjau dari sifat benda seperti daging babi, darang, dan bangkai.
(1) Berupa hewani yaitu haramnya suatu makanan yang berasal dari
hewan seperti daging babi, anjing, ulat, buaya, darah hewan itu, nanah dll.
berasal dari tumbuhan seperti kecubung, ganja, buah, serta daun beracun.
Minuman buah aren, candu, morfin, air tape yang telah bertuak berasalkan ubi,
anggur yang menjadi tuak dan jenis lainnya yang dimakan banyak kerugiannya.
(3) Benda yang berasal dari perut bumi, apabila dimakan orang tersebut,
akan mati atau membahayakan dirinya, seperti timah, gas bumi. Solar,
b). Haram sababi, ditinjau dari hasil usaha yang tidak dihalalkan olah agama.
1). Makanan haram yang diperoleh dari usaha dengan cara dhalim, seperti
2). Makanan haram yang diperoleh dari hasil judi, undian harapan,
3). Hasil haram karena menjual makanan dan minuman haram seperti
menggandakan uang.
5). Hasil memakan harta anak yatim dengan boros / tidak benar.
menimbulkan mudharat dan merusak badan, akal, jiwa, moral dan aqidah
Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. (QS. Al-Baqarah :
219)
Dalam ayat lain Allah berfirman : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-
Nabi SAW bersabda : Sesuatu yang memabukkan dalam keadaan banyak, maka
dalam keadaan sedikit juga tetap haram. (HR An-Nasai, Abu Dawud dan
Turmudzi).
Pada prinsipnya segala minuman apa saja halal untuk diminum selama
tidak ada ayat Al Quran dan Hadist yang mengharamkannya. Bila haram,
namun masih dikonsumsi dan dilakukan, maka niscaya tidak barokah, malah
a). Berupa hewani yang haramnya suatu minuman dari hewan, seperti darah sapi,
darah kerbau, bahkan darah untuk obat seperti darah ular, darah anjing, dan lain-
lain.
b). Berupa nabati atau tumbuhan seperti tuak dari buah aren, candu, morfin, air
tape bertuak dari bahan ubi, anggur telah bertuak, dan lain sebagainya.
c). Berupa berasal dari perut bumi yaitu : haram diminum sepeti solar, bensin,