Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.
Artinya selama dalam proses pembelajaran itu adanya perubahan-perubahan mental dalam
diri seseorang. Perkembangan dalam diri manusia tergantung pada proses belajar yang
dilakukannya. Dalam perspektif agama (Islam) belajar merupakan kewajiban bagi setiap
individu yang beriman untuk memperoleh ilmu pengetahuan sebagai upaya untuk
meningkatkan derajat kehidupan mereka.

Konsep belajar dalam Islam berlandaskan Al-Qur’an dan hadist. Kegiatan belajar
dapat berupa menyampaikan, menelaah, mencari, dan mengkaji, serta meniliti. Selain Al-
Qur‟an, Al Hadist juga banyak menerangkan tentang pentingnya menuntut ilmu. Misalnya
hadist berikut ini; “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim; carilah ilmu walaupun di
negeri cina; carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat; para ulama itu pewaris
Nabi; pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan dara syuhada, maka tinta ulama
dilebihkan dari ulama”.

Al-Qur’an memberikan pandangan yang mengacu kepada kehidupan di dunia ini,


maka asas-asas dasarnya harus memberi petunjuk kepada pendidikan Islam.Seseorang tidak
mungkin dapat berbicara tentang pendidikan Islam tanpa Al-Qur’an sebagairujukannya.Islam
diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, diutuslah Rasulullah SAW untuk
memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada
derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan
inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.

Sebagai seorang muslim, kita harus selalu bersyukur atas nikmat dan rezeki yang
Allah berikan. Ilmu merupakan cahaya kehidupan bagi umat manusia. Dengan ilmu,
kehidupan di dunia terasa lebih indah, yang susah akan terasa mudah, yang kasar akan terasa
lebih halus. Dalam menjalankan ibadah kepada Allah, harus dengan ilmu pula. Sebab
beribadah tanpa didasarkan ilmu yang benar adalah sisa-sia belaka. Oleh karena itu dengan
mengamalkan ilmu di jalan Allah merupakan ladang amal (pahala) dalam kehidupan dan
dapat memudahkan seseorang untuk masuk ke dalam surga Allah.

1
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang makalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan:
1. Bagaimanakah perintah belajar menurut Al-Quran dan Hadist?
2. Apakah fadhilah belajar?
3. Apakah fadhilah mengajar?
4. Apakah yang dimaksud dengan urgensi ilmu?
5. Apakah hukuman bagi penyembunyi ilmu?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:


1. Untuk mengetahui hokum menuntut ilmu berdasarkan Al-Quran dan Hadist.
2. Untuk mengetahui fadhilah dari belajar dalam Islam.
3. Untuk mengetahui fadhilah dari mengajar dalam Islam.
4. Untuk mengetahui tentang urgensi ilmu.
5. Untuk mengetahui hukuman bagi orang yang menyembunyikan ilmu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perintah Belajar

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Semua


aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar bukan
sekedar untuk mencari pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu
hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan
mengemukakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

‫سلِ ٍم‬ ْ ‫ضـةٌ عَـل َى ُكـ ِّل َو ُم‬


ْ ‫سلِ َم ٍة ُم‬ َ ‫ب ا ْلـ ِعـ ْل ِم فَـ ِر ْيـ‬
ُ َ‫طَــل‬
Artinya:”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim
perempuan”. (HR. Bukhori)
Hukum menuntut ilmu menurut hadist diatas adalah wajib, tidak mengenal
batas tempat, usia, baik anak-anak maupun orang tua. Kewajiban menuntut ilmu dapat
dilaksanakan di sekolah, pesantren, majlis ta’lim, pengajian anak-anak, belajar
sendiri, penelitian atau diskusi yang diselenggarakan oleh para remaja masjid atau
diskusi yang lain.
Baik yang berhubungan dengan dunia maupun akhirat:
ِ ‫ َو َمنْ اَ َر ا َد األ ِخ َر ةَ فَـ َعـلَــ ْيـ ِه بِـا ْلـ ِعـ ْل ِم َو َمنْ اَ َر ا َد هُـ َمـا فَــ َعــلَــ ْيــ ِه بـِا ْل ِـعـ ْل‬،‫َمنْ اَ َر ا َد الـ ُّد ْنــيَافَـ َعـلَـ ْيـ ِه بِـا ْلـ ِعـ ْل ِم‬
‫ـــم‬
Artinya: “Barangsiapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan
urusan dunia wajib ia memiliki ilmunya. Dan barangsiapa yang ingin (bahagia) di
akhirat, wajib ia memiliki ilmunya. Dan barangsiapa yang menginginkan ke dua-
duanya, wajib pula ia memiliki ilmu kedua-duanya”. (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)
Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah, mencari, dan
mengkaji, dan meneliti. Al-Qur’an dan Al Hadist banyak menerangkan tentang
pentingnya menuntut ilmu. Misalnya hadist berikut ini; “Mencari ilmu itu wajib bagi
setiap muslim; carilah ilmu walaupun di negeri cina; carilah ilmu sejak dalam buaian
hingga ke liang lahat; para ulama itu pewaris Nabi; pada hari kiamat ditimbanglah
tinta ulama dengan dara syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari ulama”
menempatkan manusia sesuai dengan harkat dan martabat manusia, baik sebagai
individu, sosial ataupun makhluk spiritual.
Tujuan belajar adalah untuk menempatkan manusia pada posisi yang paling
mulia. Sejak lahir manusia telah memiliki fitrah (potensi) yang senantiasa harus
dikembangkan. Belajar merupakan media utama untuk mengembangkannya. Di dalam
belajar terdapat tiga ranah yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, yaitu: (1)
ranah kognitif (cognitive domain), (2) ranah afektif (afektif domain), dan (3) ranah
psikomotor (psychomotor domain) yang berhubungan dengan motorik kasar seperti
melempar, menangkap, dan menendang, juga motorik halus seperti menulis dan
menggambar.

3
Kemampuan untuk belajar merupakan sebuah karunia Allah yang mampu
membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah menghadiahkan akal kepada
manusia untuk mampu belajar dan menjadi pemimpin di dunia ini. Ajaran agama dan
Alqur’an merupakan pedoman hidup manusia menganjurkan manusia untuk selalu
belajar. Dalam AlQur‟an, kata al-ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali.
Seperti yang termaktub dalam wahyu yang pertama turun kepada baginda Rasulullah
SAW yakni Al-„Alaq ayat 1-5. Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang
bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan
manusia.
Terdapat banyak ayat di dalam Al-Qur‟an dan Hadits tentang perlunya belajar
dan mengajar serta perlunya mengembangkan ilmu pengetahuan untuk mencapai
kesuksesan di dunia dan keselamatan di akhirat. Pendidikan dan pengajaran yang
islami sesungguhnya didasarkan atas dua prinsip utama, yaitu: (1) Keteladanan (oleh
Pemerintah, guru, orangtua, dan masyarakat), dan (2) Metode pengajaran yang
didasarkan atas sinkronisasi iman, ilmu, dan amal.
Islam merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu
pengetahuan, sehingga Islam sangat menekankan umatnya untuk terus belajar. Dalam
agama lain selain Islam kita tidak akan menemukan bahwa wahyu pertama yang
diturunkan adalah perintah untuk belajar. Ayat pertama yang diturunkan Allah adalah
Surat Al-‘Alaq, di dalam ayat tersebut Allah memerintahan kita untuk membaca dan
belajar. Allah mengajarkan kita dengan qalam – yang sering kita artikan dengan pena.
Akan tetapi sebenarnya kata qalam juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang
yang dapat dipergunakan untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Kata Qalam
tidak diletakkan dalam pengertian yang sempit. Sehingga pada setiap zaman kata
qalam dapat memiliki arti yang lebih banyak. Seperti pada zaman sekarang, komputer
dan segala perangkatnya termasuk internet bisa diartikan sebagai penafsiran kata
qalam. Dalam surat Al-‘Alaq, Allah SWT memerintahkan kita agar menerangkan
ilmu. Setelah itu kewajiban kedua adalah mentransfer ilmu tersebut kepada generasi
berikutnya. Dalam hal pendidikan, ada dua kesimpulan yang dapat kita ambil dari
firman Allah Swt tersebut; yaitu Pertama, kita belajar dan mendapatkan ilmu yang
sebanyak-banyaknya. Kedua, berkenaan dengan penelitian yang dalam ayat tersebut
digunakan kata qalam yang dapat kita artikan sebagai alat untuk mencatat dan
meneliti yang nantinya akan menjadi warisan kita kepada generasi berikutnya.
Selain itu, ada beberapa teori yang menjelaskan tentang belajar, diantaranya
adalah seperti yang telah dirangkum oleh Prasetya Irawan. Ia mengelompokkan
semua teori belajar kepada empat kelompok atau aliran, yaitu aliran tingkah laku,
aliran kognitif, aliran humanistik, dan aliran sibernetik. Aliran tingkah laku
menekankan pada “hasil” proses belajar. Aliran kognitif menekankan pada “proses”
belajar. Aliran humanistik menekankan pada “isi” atau apa yang dipelajari.
Sedangkan aliran sibernitik menekankan pada “sistem informasi” yang dipelajari.
Menurut aliran behaviorisme (tingkah laku), belajar adalah usaha yang
dilakukan peserta didik yang menghasilkan perubahan tingkah laku padanya sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon. Atau usaha yang menghasilkan perubahan

4
dalam kemampuan bertingkah laku dengan cara baru pada peserta didik sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon.
Menyimak pengertian belajar yang dikemukakan oleh aliran-aliran diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa semuanya memerlukan pembentukan kebiasaan
sesuai dengan fokus dan sasaran masing-masing. Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan
bahwa orang yang mulia di sisi Allah hanya karena dua hal; karena imannya dan
karena ketinggian ilmunya. Bukan karena jabatan atau hartanya. Karena itu dapat kita
ambil kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan harus disandingkan dengan iman tidak
bisa dipisahkan antara keduanya.

B. Fadhilah Belajar dan Mengajar

Ilmu adalah sesuatu yg paling berharga dan belajar adalah pekerjaan paling
mulia. Allah saw telah menyandingkan kewajiban menuntut ilmu dengan kewajiban
jihad. Jika jihad melawan orang kafir itu menjaga agama Islam dari ancaman luar,
maka menuntut ilmu kemudian menyebarluaskannya adalah menjaga kelestarian
ajaran Islam dari dalam. Rasul bersabda:

‫من سلك طريقا يطلب فيه علما سهل هللا له به طريقا‬


‫من طرق الجنة وإن المالئكة لتضع أجنحتها لطالب العلم رضا بما يصنع‬

Artinya: Barang siapa menempuh jalan dimana ia menuntut ilmu didalamnya, maka
Allah akan memudahkan karenanya, jalan diantara jalan-jalan surga baginya dan
sesungguhnya malaikat menaruh sayap-sayapnya untuk pencari ilmu karena ridho
dengan apa yg ia perbuat. (H.R Muslim)

Jalan menuju surga tidaklah mudah, dipenuhi perkara-perkara yang tidak


disenangi, bahkan malaikat jibril pun khawatir kalau sampai tidak ada manusia yang
memasukinya, seperti yg disebutkan hadist diatas. Hadist diatas menunjukkan bahwa
para pencari ilmu senantiasa berada dalam naungan para malaikat. Dalam sebuah
riwayat, sahabat ibn abbas ditanya tentang Jihad, kemudian beliau berkata “maukah
kutunjukkan padamu sesuatu yg lebih utama dari jihad?” lalu beliau menyuruh orang
itu itu datang ke masjid dan mengajarkan Alquran kepada manusia. Allah berfirman:

َ ‫َولَ ِكنْ ُكونُوا َربَّانِيِّينَ ِب َما ُك ْنتُ ْم تُ َعلِّ ُمونَ ا ْل ِكت‬


َ‫َاب َوبِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْد ُرسُون‬

Artinya: Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani,
karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya. (QS. Ali Imran [3]; 79)

5
Yang dimaksud “rabbani” adalah ulama’ yg mengamalkan dan mengajarkan
ilmunya, dan membimbing masyarakat menuju kebaikan. Az-Zamakhsyari berkata
“rabbaniyyah adalah kekuatan untuk berpegang teguh pada taat Allah yg disebabkan
oleh ilmu dan belajar”. Maka ayat ini menunjukkan hendaklah orang Alim itu
mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya pada masyarakat. Yang dimaksud adalah
ilmu yg tidak sepatutnya seorang yang baligh dan berakal tidak mengetahuinya.

İmam baidlowi berkata: yang dimaksud ilmu disini adalah, perkara yg tidak
ada pilihan bagi seorang hamba dari mempelajarinya. Seperti mengetahui sang
pencipta, mengetahui ke-wahdaniyatannya, kenabian rasulnya, tata cara sholat, karena
hal-hal tersebut merupakan fardlu ‘ain. Ketahuilah bahwa ada tiga ilmu yg wajib
diutamakan yaitu; Alquran, Assunnah dan ilmu Fara’idl. Menceritakan Abu Abbas
Muhammad bin Ya’kub kemudian Bahar bin Nashar kemudian Abdullah bin Wahab,
memberitakan Abdurrahman bin Ziyad bin An’am Al-Mu’afiri danri Abdurrahman
bin Rafi’I dari Abdullah bin Umar bin ‘Ash r.a sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda:

‫العلم ثالثة فما سوى ذلك فهو فضل آية محكمة وسنة قائمة وفريضةعا دلة‬

Artinya: İlmu ada tiga, selain yang tiga ini adalah tambahan; ayat yang muhkamah
(jelas maknanya), sunnah yang tegak, faro’id yang adil.

Maksudnya adalah kita harus mengutamakan ketiga ilmu ini melebihi yang
lain, bukan berarti kita meninggalkan ilmu-ilmu lain seperti ilmu fiqih, mantiq,
kedokteran, biologi. Ulama-ulama zaman dahulu selain menguasai ilmu agama, juga
handal dalam banyak bidang keilmuan lainya seperti kedokteran, astronomi,
matematika, sejarah, dsb. Semua itu justru timbul karena pemahaman dan pengamalan
firman Allah.

1. Ilmu Alquran. Sesungguhnya Alquran itu diturunkan bukan hanya untuk dibaca
saja melainkan untuk diamalkan pula, dan tidak mungkin mengamalkan Alquran
tanpa mengetahui maknanya, karena ilmu itu sebelum amal, mengetahui dahulu
baru kemudian mengamalkan. Banyak ayat maupun hadist yg menganjurkan
untuk belajar dan berpikir tentang Alquran. Allah berfirman :

‫أفال يتدبرون القرآن أم على قلوب أقفالها‬

Artinya:Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? bahkan hati mereka


terkunci.(Muhammad[47];24)

6
Ayat diatas menunjukkan orang yg tidak orang yg tidak mau memperhatikan,
mengangan-angan dan meresapi Alquran adalah orang yg terkunci hatinya.

‫سلُ ْكهُ َع َذابًا‬


ْ َ‫ض عَنْ ِذ ْك ِر َربِّ ِه ي‬
ْ ‫َو َمنْ يُ ْع ِر‬

Berpaling dari Alquran adalah enggan memahaminya, tidak mau


mempelajarinya, tidak mau mengangankannya. Dimana dengan melakukan hal
tersebut, akan menggiringnya sedikit demi sedikit menuju neraka. Nabi saw telah
menjamin bahwa yg berpegang teguh terhadap Alquran tidak akan tersesat, sedang
tempatnya orang yg tersesat adalah neraka. Maka bagaimana mungkin ia berpegang
teguh jikalau ia tak mengerti maknanya?! Lalu bagaimana mungkin ia tidak tersesat
jika ia tak memahami Alquran. Lalu bagaimanakah ia bisa selamat dari neraka?!

Rasul saw bersabda;

‫خيركم من تعلم القرآن وعلمه‬

Artinya: Sebaik-baik kalian adalah yg belajar Alquran dan mengajarkannya.

Sahabat ibn Mas’ud berkata:

‫من أراد العلم فعليه بالقرآن فإن فيه خير األولين و اآلخرين‬

Artinya: Barang siapa menghendaki ilmu hendaklah ia mempelajari Alquran, karena


didalamnya terdapat kebaikan orang-orang terdahulu dan terakhir.

Dalam firman Allah:

‫يُؤْ تِي ا ْل ِح ْك َمةَ َمنْ يَشَا ُء َو َمنْ يُؤْ تَ ا ْل ِح ْك َمةَ فَقَ ْد أُوتِ َي َخ ْي ًرا َكثِي ًرا‬

Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, Dan


barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi kebaikan
yang banyak.

Sahabat Ibn Abbas berkata: “hikmah adalah Alquran” yakni tafsirnya. Dengan


belajar dan memahami Alquran juga mampu membuat iman kita bertambah, dimana
bertambahnya iman adalah dengan bertambahnya keta’atan.

7
2- As-Sunnah. Menerima dan mengamalkan sunnah Rasul saw (yg sahih baik matan
maupun sanadnya) adalah wajib, Allah berfirman:

‫سو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَ َها ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَ ُهوا‬


ُ ‫َو َما آَتَا ُك ُم ال َّر‬

Artinya: Apa yang Rasul datang kepadamu dengannya, maka terimalah. Dan apa
yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.

Allah juga mewajibkan taat kepada Rasul, dan menjadikan taat Rasul sama dengan
taat kepadaNya:

َ ‫سو َل فَقَ ْد أَطَا َع هَّللا‬


ُ ‫َمنْ يُ ِط ِع ال َّر‬

Artinya: Barang siapa mentaati Rasul maka ia sungguh telah mentaati Allah.

Seorang yg beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah mengembalikan semua
persengketaan segala masalah kepada Alquran dan Hadist. Allah berfirman:

‫سنُ تَأْ ِوياًل‬


َ ‫ول إِنْ ُك ْنتُ ْم تُؤْ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َوا ْليَ ْو ِم اآْل َ ِخ ِر َذلِ َك َخ ْي ٌر َوأَ ْح‬
ِ ‫س‬ُ ‫فَإِنْ تَنَا َز ْعتُ ْم فِي ش َْي ٍء فَ ُردُّوهُ إِلَى هَّللا ِ َوال َّر‬

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia


kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya. Rasul saw telah menganjurkan kepada kita untuk menghafal,
memahami dan menyampaikan sunnahnya.

3- Ilmu Fara’id. İlmu Fara’id adalah ilmu tentang pembagian warisan, rasul telah
menganjurkan untuk mempelajari Fara’id dan memperingatkan bahwa ia adalah ilmu
yang terlupakan, dan ilmu yang pertama kali hilang. Rasul bersabda:

‫تعلموا الفرائض وعلموه الناس فانه نصف العلم وهو ينسى وهو اول شئ ينتزع من امتى‬

Belajarlah Fara’id dan ajarilah masyarakat tentangnya, karena ia adalah sebagian


ilmu, dan ia akan dilupakan, dan ia adalah perkara pertama yg dicabut dari umatku.

Dalam hadist lain rasul berkata:

8
‫فإني امرؤ مقبوض وإن العلم سيقبض ويظهر الفتن حتى يختلف االئنان في الفريضة فال يجدان من يفصل بينهما‬

Artinya: …karena sesungguhnya aku adalah seseorang yg akan meninggal, dan


sesungguhnya ilmu akan dicabut dan tampaklah fitnah sehingga sampai dua orang
berselisih dalam bagian warisan dan tidak menemukan orang yg memutuskan
diantara keduanya.

Terlihat bahwa rasul memerintahkan untuk belajar Fara’id adalah karena kuatir akan
tidak adanya orang yg membagi warisan sehingga terjadi pertikaian dalam
masyarakat. Para sahabat sangat menganjurkan mempelajari ilmu Fara’id.

‫عن عبد هللا بن مسعود قال من تعلم القرآن فليتعلم الفرائض وال يكن كرجل لقيه اعرابي فقال له يا عبد هللا اعرابي ام‬
‫مهاجر فان قال مهاجر قال انسان من اهلي مات فكيف نقسم ميراثه فان علم كان خيرا اعطاه هللا اياه وان قال ال ادرى‬
‫علينا انكم تقرؤن القرآن وال تعلمون الفرائض‬ ‫قال فما فضلكم‬

Dari Ibn Mas’ud belia berkata: barang siapa belajar Alquran, hendaklah ia belajar
Fara’id, dan janganlah seperti orang yg ditemui seorang A’raby (arab desa). A’raby
berkata : “ Hai hamba Allah, engkau A’raby ataukah Muhajir (orang yg hijrah kepada
Rasul)? maka jika laki-laki itu menjawab “aku muhajir”, A’raby berkata “Seorang
anggota keluargaku meniggal maka bagaimanakah kita membagi warisannya?”. Jika
laki-laki itu mengetahui maka hal itu adalah kebaikan yang diberikan Allah padanya.
Sedang jika ia berkata “Aku tidak tahu”, maka A’raby berkata “Maka apalah
keistimewaan kalian terhadap kami, kalian membaca Alquran tapi tak mengetahui
Fara’id”

C. Urgensi Ilmu

1. Urgensi Ilmu Dalam Kehidupan

Ilmu adalah anugerah yang agung dan rahasia yang paling besar di alam ini.
Dengan ilmu manusia dikukuhkan menjadi pembawa risalah kekhilafahan di
muka bumi, yang memiliki kewajiban untuk memakmurkan dan
mengembangkannya. Dinamika kehidupan dan berbagai pernik- perniknya, jika
dilaksanakan berdasarkan petunjuk Rabb-nya, selaras dengan manhaj dan arahan-
Nya, proses pencarian maupun pengamalan ilmu dapat dikategorikan sebagai
ibadah.

Dalam menjelaskan urgensi ilmu dalam kehidupan, al-Quran menguraikan


melalui  kisah tentang Bani Israil. Dalam kisah dimaksud disebutkan bahwa Allah
mengutus Thalut sebagai raja atas mereka. Mereka menentang pemilihan tersebut,
9
karena ia tidak memiliki harta. Allah  menyangkal serta mementahkan harta benda
yang senantiasa mereka agung- agungkan. Harta tidak selamanya dapat
mengangkat derajat seseorang dan tidak membuat seseorang menjadi raja.

Nabi mereka mengatakan kepada mereka:“Sesungguhnya Allah telah


mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut
memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan
daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka)
berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.”  (QS. al-Baqarah:
247)

Allah  mengangkat nilai ilmu melebihi nilai seorang raja. Dalam ayat lain
dijelaskan bahwa Nabi Daud dan Sulaiman ketika menghadap kepada Rabb-nya
dengan penuh puja-puji atas kebesaran dan anugerah-Nya yang telah melebihkan
ilmu kepada keduanya dari hamba-hamba-Nya yang beriman. Keduanya tidak
pernah menyebut-nyebut atau membangga-banggakan kerajaan yang dikuasainya,
keagungan, dan kenikmatan yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Tetapi
sikap keshalihan dan ketundukan itulah yang mereka banggakan.

َ‫ير ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْال ُم ْؤ ِمنِين‬ َّ َ‫َولَقَ ْد َءاتَ ْينَا دَا ُو َد َو ُسلَ ْي َمانَ ِع ْل ًما َوقَاال ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي ف‬
ٍ ِ‫ضلَنَا َعلَى َكث‬

Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan
Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang
melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambaNya yang beriman”. (QS. al-
Naml: 15)

Al-Quran memberikan kriteria bagi orang-orang yang disebut âlim atau ulamâ,
banyak memberikan gambaran yang cerah dalam perilaku kehidupannya. Ketika
Allah mentranformasikan ilmu pengetahuan  kepada hati orang yang mencarinya, dari
tingkah laku mereka akan nampak bahwa hati mereka senantiasa dipenuhi oleh rasa
takut dan pengharapan. Panca indera mereka selalu dipenuhi dengan kepatuhan,
ketaatan, dan ibadah kepada Allah semata. Oleh karena itu konsep mencari ilmu
dalam perspektef Islam dibangun di atas kesalihan dan kejernihan hati pencarinya.

‫اآلخ َرةَ َويَرْ جُو َرحْ َمةَ َربِّ ِه قُلْ هَلْ يَ ْست َِوي الَّ ِذينَ يَ ْعلَ ُمونَ َوالَّ ِذينَ ال يَ ْعلَ ُمونَ إِنَّ َما‬
ِ ‫ت َءانَا َء اللَّ ْي ِل َسا ِجدًا َوقَائِ ًما يَحْ َذ ُر‬ ٌ ِ‫أَ ْم َم ْن هُ َو قَان‬
ِ ‫يَتَ َذ َّك ُر أُولُو األَ ْلبَا‬
‫ب‬

Artinya: (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?Katakanlah: “Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”

10
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Az-Zumar:
9)

Al-Quran memberi contoh orang âlim yang berlepas diri dari tanda-tanda
kebesaran Allah, yang digambarkan sebagai seorang manusia yang terpuruk dalam
derajat hayawan.
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan
kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi al-Kitab), kemudian dia
melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia
tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.Dan kalau Kami
menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu,
tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah,
maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya
lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga) (QS.al-
A’râf: 175-176)
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang yang dianugrahi ilmu, tetapi mereka
mengingkari kebenaran, atau menutupinya atau menyalahgunakannya, maka cahaya
yang ada akan berubah menjadi kegelapan baginya. Ia dikatagorikan sebagai orang
yang sesat. Lebih dari itu orang tersebut diumpamakan seperti seekor anjing. Dimana
jika kita halau ia juga mengeluarkan lidahnya, dan jika kita biarkan ia juga tetap
mengeluarkan lidahnya. Hal ini disebabkan karena anugrah ilmu yang telah mereka
terima bukan dijadikan sebagai pelita. Tetapi dijadikan alat untuk mengumbar nafsu
yang mengendalikan pola fikir dan tata kehidupannya.

2. Urgensi Ilmu Bagi Muslim

a. Kunci setiap amal


Untuk sesuai dengan syariat Islam, seorang muslim harus memahami ajaran Islam.
Semakin luas dan dalam pemahamannya terhadap ajaran Islam, semakin baik nilai
perbuatannya.,Ilmu tentang ajaran agama juga menjadi modal bagi seseorang untuk
mendapatkan tujuan hidupnya.
Rasulullah saw. menegaskan dalam sabdanya:“Barang siapa yang menginginkan
dunia, maka hendaklah dia memiliki ilmunya. Barang- siapa yang menginginkan
akhirat, maka hendaklah dia memiliki ilmunya. Dan barang siapa yang
menginginkan keduanya, maka hendaklah dia memiliki ilmu”.

b. Memberikan bobot pekerjaan


Nilai perbuatan seseorang ditentukan dengan ilmu, sehingga antara perbuatan orang
yang berilmu dengan perbuatan orang yang tidak berilmu akan berbeda nilainya di sisi
Allah.

c. Ilmu dan hikmah adalah suatu kebaikan yang Allah berikan kepada hamba-
Nya. Setiap kita pasti ingin mendapat kebaikan dari Allah. Karena itu segala sarana

11
yang dapat kita lakukan untuk mendapatkannya, pasti akan kita lakukan. Allah
berfirman:
“Hikmah itu akan diberikan kepada orang yang dikehendaki Allah. Barang siapa yang
telah diberikan hikmah, sesungguhnya dia telah diberikan kebaikan yang banyak.”
(Al-Baqarah: 269).
Hikmah atau ilmu didapatkan dengan belajar, baik belajar mandiri atau
menerima -pelajaran dari muwajjih atau ustadz atau guru atau dari mana saja.
Semakin banyak ilmu atau hikmah yang didapat, sesungguhnya semakin banyak juga
kebaikan yang ia dapatkan.

d. Beda ilmu dengan rezki


Dalam doa, Rasulullah saw. mengajarkan umatnya untuk meminta
ditambahkan ilmu pengetahuan. Artinya bahwa manusia dapat menjadi lebih baik dan
mendapatkan kebaikan yang banyak jika senantiasa menambah ilmu dan wawasan
keislamannya. Kebaikan untuk dunia dan kebaikan untuk akhirat dapat diraihnya
dengan luas dan dalam ilmunya. Semakin luas wawasan dan tsaqafahnya, semakin
baik kehidupannya.
Lain halnya dengan rezki, Rasulullah saw. mengajarkan untuk berdoa agar
rezki yang umatnya dapatkan diberikan keberkahan dari Allah. Hakikat rezki adalah
pemberian jatah dari Allah yang sudah ditetapkan Allah sejak zaman azali. Manusia
tidak diperintahkan memohon agar rezkinya ditambah, karena tiap manusia sudah
dijatah bagiannya, tidak kurang dan tidak lebih.

e. .Keutamaan menuntut dan memiliki ilmu


Keutamaan menuntut ilmu sangat banyak sekali, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
dalam kitab “Buah Ilmu” menerangkannya hingga 129 poin keutamaan ilmu. Berikut
adalah di antara keutamaan menuntut ilmu.
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu, “Berlapang-
lapanglah dalam majelis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
“Barang siapa berjalan di satu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah
akan mudahkan jalan menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-
sayapnya bagi penuntut ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat. (H.R. Muslim)

3. Metode menuntut ilmu atau menambah tsaqafah islamiyah:


Segala macam metode boleh digunakan selama tidak dilarang. Di antara metode
yang dapat digunakan adalah:

a. Mengikuti program tatsqif


Program tatsqif dibuat untuk memenuhi kebutuhan aktivis akan peningkatan
tsaqafah islamiyah untuk menjadi modal bagi aktivis dalam menerapkan Islam dalam

12
kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal dalam melaksanakan proses tarbiyah di
halaqah serta juga sebagai modal untuk berdakwah, menyeru masyarakat untuk
menjalankan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Karena latar belakang aktivis yang beragam dan yang menggeluti ilmu agama
adalah segolongan kecil dari mereka, sementara semua aktivis dituntut untuk juga
mengetahui masalah-masalah agama dan ini harus difasilitasi. Aktivis yang berkafaah
syar’’i dapat mentransformasikan ilmunya kepada aktivis lain yang bukan kafaah
syar’i.
Allah berfirman: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke
medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (At-Taubah: 122).
Harapan dari program tatsqif dan ta’lim adalah pengenalan dan pendalaman
masyarakat terhadap nilai-nilai Islam serta dari interaksi dengan masyarakat dalam
satu acara yang sama dapat mengeratkan ikatan ukhuwah islamiyah.

1. Menghadiri majelis-majelis ta’lim yang mengajarkan pemahaman Islam yang


shahih dan kamil mutakamil.
Program dan kegiatan keilmuan yang selain menjadi sarana peningkatan
tsaqafah islamiyah dai, juga dapat menjadi sarana untuk mengeratkan ikatan ukhuwah
antar sesama aktivis.

2. Membaca kitab atau buku yang bermanfaat


Bagi yang menguasai bahasa Arab, diharapkan memperbanyak membaca kitab-
kitab utama dalam ajaran Islam. Bagi yang tidak menguasai bahasa Arab diharapkan
juga banyak membaca buku terjemahannya.

3. Mendengarkan atau menyaksikan rekaman materi dari rekaman muwajjih


Rekaman materi yang telah disampaikan oleh muwajjih dalam acara tatsqif atau
ta’lim dapat dimanfaatkan oleh aktivis lain yang tidak hadir atau berbeda tempat
tinggalnya. Rekaman materi keislaman akan sangat bermanfaat jika dapat
mengoptimalkan pemanfaatannya.

4. Mengunjungi website yang berisi tsaqafah islamiyah


5. Dan metode lainnya yang tidak bertentangan dengan syariat.

4. Urgensi Ilmu Dalam Islam

“Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”(QS.Mujadalah : 19)
Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu, mendorong
pemeluknya untuk menuntut ilmu, mengamalkan ilmu, dan sangat menghormati para
guru.Dalam ayat diatas Allah SWT mengisyaratkan bahwa sebagi muslim hendaknya

13
kita harus giat dalam mencari ilmu apabila kita ingin mendapatkan posisi yang lebih
tinggi dihadapan Allah SWT.

a. Motivasi belajar
Dalam QS.An-Nahl: 78 Allah SWT berfirman,”Dan Allah SWT mengeluarkan kamu
dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberimu
pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”.
Allah SWT menciptakan manusia lengkap dengan panca indera yang
sempurna dengan tujuan agar  manusia itu bersyukur.Tujuan tersebut bisa tercapai
dengan cara menggunakan panca indera dengan sebaik-baiknya untuk belajar.Karena
dari proses belajar manusia dapat mengenal penciptanya, merenungi kebesaran-Nya
sehingga akhirnya dia bisa menjadi makhluk yang tunduk (islam).

b. Ilmu yang harus dipelajari oleh Setiap Muslim


Yusuf Qordhowi berpendapat bahwa ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap Muslim
adalah ilmu yang dibutuhkan dalam masalah agama dan akherat.Adapun dalam
masalah agama dia harus mempelajari ilmu-ilmu syariat, yaitu:
a. Ilmu yang menghantarkan dirinya untuk mengetahui aqidah dengan
pengetahuan yang benar dan penuh keyakinan.
b. Ilmu yang membimbingnya untuk melaksanakan ibadah kepad Tuhan-Nya
sesuai dengan syari’at dan batinnya dipenuhi dengan niat yang ikhlas.
c. Ilmu yang memberitahukan fadhlah-fadhlah (keutamaan) agar selalu
dilaksanakan, dan juga memberitahukan radhilah-radhilah (kenistaan) agar
selalu dihindari dan dijauhi.
d. Ilmu yang meluruskan akhlaknya terhadap diri sendiri dan masyarakat
sehingga dia bisa membedakanhalal dan haram, yang wajib dan yang
tidak.Setidanya yang harus dipeajari oleh seorang muslim ialah mengetahui
dasar-dasar agamanya dalam setiap situasi dan keadaan, emudian memperluas
pengetahuannya sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan baik.Seorang muslim
diwajibkan untuk mempelajari ilmu syari’at, tidak hnay yang berkaitan 
dengan ilmu dunia yang dikuasainya ataupun profesnya.Sebagai  contoh
seorang dokter harus mengetahui tentang obat-obatan yang haram, ataupun
hokum abortus, Atau seorang ahli ekonomi, harus bisa mengetahui mana saja
system perdagangan yang termasuk riba yang mungkin tidak dikenal oleh
masyarakat awam.

c. Membetulkan niat
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa rasulullah Saw.
Bersabda :”Barangsiapa mempelajari ilmu yang akan mendatangkan keridhoan Allah
SWT, tapi ia tidak mempelajarinya melainkan hanya untuk mencapai tujuan duniawi,
maka ia tidak ada baginya sedikitpun dari bau surga di hari kiamat kelak”(HR.Abu
Daud ibnu Majah, Ibnu Hibban dan al Hakim).

14
d. Faktor-faktor yang penting diperhatikan dalam proses mencari ilmu.
1. Kesinambungan belajar
Tidak ada kepuasan dalam belajar dicontohkan pada kisah Musa dan
Khidir.Seandainya orang boleh mencukupkan dirinya untuk belajar hanya dengan satu
pengetahuan, mak tentu musa as, tidak akan mengikuti Khidir as.Oleh Karena itulah
kita tetap diwajibkan untuk menuntut ilmu dan memperluas wawasan hingga akhir
hayat kita.

2. Sabar menghadapi rintangan dalam menuntut ilmu


Dalam usaha mencari ilmu, para pengembara muslimin menghabiskan waktu
berhari-hari berjalan hanya untuk mempelajari sebuah hadits seperti Jabir bin
Abdillah.Untuk masa sekarang hal ini bisa diambil pelajaran, yaitu agar kita selalu
bersabar dan gigih dalam mencari ilmu.Selain itu sabar merupakan kunci untuk tidak
membuat diri menjadi terlalu stress.

3. Profesional dalam bidangnya


Setiap muslim yang belajar suatu ilmu tertentu, dituntut untuk menguasai ilmu
yang dipelajarinya, terutama ilmu-ilmu yang sangat penting bagi kepentingan umat,
dan baru sedikit ahlinya.

4. Menghormati dan menghargai Guru


Begitu tingginya kedudukan guru dalm sam, sehingga dikatakan oleh Imam Al
Ghazali, “Lebih besar dari hak kedua orang tuaSebab kedua orang tua penyebab
keberadaan dan kehidupan dunia yang fana, sedangkan guru adalahpenyebab
kehidupan yang kekal.”Demikian secara ringkas mengenai ilmu, etika menuntut ilmu
serta faktor-faktor lain yang wajib diketahui bagi para penuntut ilmu.

D. Hukuman Bagi Penyembunyi Ilmu

Allah ta’ala berfirman:

‫الالعنُونَ * إِال‬
ِ َ ِ‫ب أُولَئ‬
‫ك يَ ْل َعنُهُ ُم هَّللا ُ َويَ ْل َعنُهُ ُم‬ ِ ‫اس فِي ْال ِكتَا‬
ِ َّ‫ت َو ْالهُدَى ِم ْن بَ ْع ِد َما بَيَّنَّاهُ لِلن‬
ِ ‫إِ َّن الَّ ِذينَ يَ ْكتُ ُمونَ َما أَ ْن َز ْلنَا ِمنَ ْالبَيِّنَا‬
‫الَّ ِذينَ تَابُوا َوأَصْ لَحُوا َوبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ َعلَ ْي ِه ْم َوأَنَا التَّوَّابُ ال َّر ِحيم‬
ُ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan
berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan
dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang

15
telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka
terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Baqarah : 159-160].

Al-Qurthubiy rahimahullah berkata:

‫ أحبار اليهود ورهبان‬:‫ فقيل‬،‫ واختلفوا من المراد بذلك‬.‫أخبر هللا تعالى أن الذي يكتم ما أنزل من البينات والهدى ملعون‬
‫ فهي عامة‬،‫ المراد كل من كتم الحق‬:‫ وقيل‬.‫ وقد كتم اليهود أمر الرجم‬،‫النصارى الذين كتموا أمر محمد صلى هللا عليه وسلم‬
‫ { ِم ْن بَ ْع ِد َما بَيَّنَّاهُ} الكناية في "بيناه" ترجع إلى ما أنزل‬:‫ قوله تعالى‬.......،‫في كل من كتم علما من دين هللا يحتاج إلى بثه‬
‫ فالمراد جميع الكتب المنزلة‬،‫ اسم جنس‬:‫ والكتاب‬.‫من البينات والهدى‬.
َ‫{وإِ َّن َعلَ ْيك‬ ّ َ ِ‫ {أُولَئ‬:‫قوله تعالى‬
َ :‫ كما قال للعين‬،‫ عليكم لعنتي‬:‫ك يَ ْل َعنُهُ ُم هَّللا ُ} أي يتبرأ منهم ويبعدهم من ثوابه ويقول لهم‬
‫ وقد تقدم‬،‫ وأصل اللعن في اللغة اإلبعاد والطرد‬.]78 :‫لَ ْعنَتِي} [ص‬.
‫ وهذا واضح‬:‫ قال ابن عطية‬.‫ المراد "بالالعنون" المالئكة والمؤمنون‬:‫ { َويَ ْل َعنُهُ ُم الالَّ ِعنُونَ } قال قتادة والربيع‬:‫قوله تعالى‬
‫جار على مقتضى الكالم‬.

“Allah ta’ala telah mengkhabarkan orang yang menyembunyikan keterangan-


keterangan yang jelas dan petunjuk yang diturunkan Allah termasuk orang yang
terlaknat. Para ulama berselisih pendapat maksud orang yang terlaknat tersebut.
Dikatakan : Mereka adalah para rahib Yahudi dan pendeta Nashara yang
menyembunyikan perkara Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Orang-orang
Yahudi juga telah menyembunyikan ayat rajam.
Dikatakan juga bahwa yang dimaksud orang yang terlaknat tersebut adalah
orang yang menyembunyikan kebenaran. Dan hal itu berlaku umum bagi setiap orang
yang menyembunyikan ilmu agama Allah yang seharusnya disebarluaskan.
Dan firman-Nya ta’ala : ‘Setelah Kami menerangkannya kepada manusia
dalam Al-Kitab’ ; merupakan kinayah dari kalimat : ‘setelah Kami menerangkannya’
yang kembali pada apa yang telah Allah turunkan berupa berbagai keterangan dan
petunjuk. Adapun Al-Kitab merupakan kata jenis, yang mempunyai maksud semua
kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT. Firman-Nya : ‘mereka itu dilaknati
Allah’ ; maksudnya : Allah berlepas diri dari mereka dan menjauh dari mereka dari
pahala, lalu Allah pun berfirman : ‘Wajib atas kalian akan laknat-Ku’ sebagaimana
firman Allah : ‘sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu’ (QS. Shaad : 78). Dan asal
kata dari laknat adalah menjauhi dan mengusir.
Firman-Nya ta’ala : ‘mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh
semua (makhluk) yang dapat melaknati’. Tentang ayat ini, Qataadah dan Ar-Rabii’
berkata : ‘Maksud dari kata al-laa’inuun adalah para malaikat dan orang-orang
beriman.
Asy-Syaikh Ahmad Syaakir rahimahullah berkata:

‫من بعد ما‬،‫هذا وعيد شديد لمن كتم ما جاءت به الرسل من الدالالت البينة على المقاصد الصحيحة والهدى النافع للقلوب‬
‫ كتمواصفة محمد صلى هللا‬،‫نزلت في أهل الكتاب‬ ْ : ‫ قال أبو العالية‬.‫بينه هللا تعالى لعباده في كتبه التي أنزلها على رسله‬
‫ فكما أن العالم يستغفر له كل شيء حتى الحوت في الماء‬،‫ ثم أخبر أنهم يلعنهم ك ّل شيء على صنيعهم ذلك‬.‫عليه وسلم‬
‫وجاء في هذه اآلية أن كاتم العلم يلعنه هللا‬.......‫ فيلعنهم هللاُ ويلعنهم الالعنون‬،‫ فهؤالء بخالف العلماء‬- ‫والطير في الهواء‬
‫ أو‬،‫ أو لو كان له عقل‬،‫ إما بلسان المقال أو الحال‬،‫ وهم كل فصيح وأعجمي‬،ًَ ‫ والالعنون ؤيضا‬.‫والمالئكة والناس أجمعون‬

16
‫ رجعوا‬: ‫ "إال الذيين تابوا وأصلحوا وبيّنوا" أي‬: ‫ ثم استثى هللا تعالى من هؤالء من تاب إليه فقال‬.‫ وهللا أعلم‬.‫يوم القيامة‬
‫ وفي هذا داللة‬."‫ "فأولئك أتوب عليهم وأنَ الت ّواب الرحيم‬.‫عما كانوا فيه وأصلحوا أعمالهم وبينوا الناس ما كانوا كتموه‬
ّ ‫على‬...
‫أن الداعية إلى كفر أو بدعة أذا تاب إلى هللا تاب هللا عليه‬
..
“Ini merupakan peringatan yang keras bagi orang yang menyembunyikan apa saja
yang diturunkan dengannya para Rasul, berupa ajaran dan petunjuk yang bermanfaat
bagi hati, setelah Allah ta’ala terangkan kepada hamba-hamba-Nya sebagaimana
tercantum dalam kitab-kitab yang diturunkan kepada para rasul-Nya. Abul-‘Aaliyyah
berkata : ‘Ayat ini diturunkan kepada Ahli Kitab yang menyembunyikan sifat
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian Allah pun mengkhabarkan
bahwasanya mereka dilaknat oleh segala sesuatu atas perbuatan yang mereka lakukan.
Sebagaimana para ulama dimintakan ampun oleh segala sesuatu termasuk ikan yang
di air dan burung yang terbang di udara; maka keadaan mereka kebalikan dari para
ulama tersebut – yang Allah melaknatnya dan segala sesuatu yang bisa melaknat pun
melaknatnya.
Dan dalam ayat ini juga diterangkan bahwasannya orang yang
menyembunyikan ilmu akan dilaknat oleh Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.
Kemudian Allah ta’ala mengecualikan dari mereka siapa saja yang bertaubat kepada-
Nya. Allah berfirman : ‘kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan
dan menerangkan (kebenaran)’ ; yaitu mereka kembali pada kebenaran, memperbaiki
amal-amal mereka, serta menerangkan kepada manusia tentang apa yang telah mereka
sembunyikan sebelumnya.
Firman Allah: ‘maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan
Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang’ – dalam ayat ini terdapat
pentunjuk bahwa orang yang mengajak pada kekufuran dan kebid’ahan apabila
bertaubat kepada Allah, maka Dia akan menerima taubatnya.…. [‘Umdatut-Tafsiir,
1/279-280].
‫ {إن الذين‬:‫ ثم يتلو‬،‫ ولوال آيتان في كتاب هللا ما حدثت حديثا‬،‫ إن الناس يقولون أكثر أبو هريرة‬: ‫عن أبي هريرة قال‬
}‫ الرحيم‬- ‫ إلى قوله‬- ‫يكتمون ما أنزلنا من البينات‬.......
Dari Abu Hurairah, ia berkata : “Orang-orang berkata : ‘Abu Hurairah terlalu
banyak meriwayatkan hadits’. Jika saja bukan karena dua ayat dalam Kitabullah,
niscaya aku tidak akan meriwayatkan hadits”. Kemudian ia (Abu Hurairah) membaca
firman Allah : ‘Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah
Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah
dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka
yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka
terhadap mereka itu Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang’ (QS. Al-Baqarah : 159-160)…..” [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhaariy no. 118].

Al-Haafidh Ibnu Hajar rahimahullah saat mengomentari hadits di atas berkata:

17
‫ فلهذا حصلت الكثرة لكثرة‬،‫ لكن لما كان الكتمان حراما وجب اإلظهار‬،‫ لوال أن هللا ذم الكاتمين للعلم ما حدث أصال‬:‫ومعناه‬
‫ما عنده‬.
“Dan makna dari perkataan ‘jika saja bukan karena dua ayat’ adalah : Jikalau bukan
karena Allah mencela orang-orang yang menyembunyikan ilmu, aku tidak akan
meriwayatkan hadits sama sekali. Namun karena menyembunyikan ilmu itu adalah
diharamkan dan harus disampaikan, maka ia pun banyak meriwayatkan karena
banyak hadits yang ia miliki” [Fathul-Baariy, 1/214].

‫عن أبي هريرة أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال مثل الذي يتعلم العلم ثم ال يحدث به كمثل الذي يكنز الكنز فال ينفق‬
‫منه‬
Dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Perumpamaan orang yang mempelajari ilmu kemudian tidak
menyampaikannya adalah seperti orang yang menyimpan harta namun tidak
menafkahkannya darinya (membayarkan zakatnya)” [Diriwayatkan oleh Ath-
Thabaraniy dalam Al-Ausath no. 689; shahih – lihat Ash-Shahiihah no. 3479].

‫ أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال من كتم علما ألجمه هللا يوم القيامة بلجام من نار‬: ‫عبد هللا بن عمرو‬

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa


sallam pernah bersabda : “Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, niscaya Allah
akan mengikatnya dengan tali kekang dari api neraka di hari kiamat kelak”
[Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan no. 96, Al-Haakim 1/102, dan Al-Khathiib dalam
Taariikh Baghdaad 5/38-39; hasan].

ٍ ‫علم فكتمه ألجمه هّللا بلجام من‬


‫نار يوم القيامة‬ ٍ ‫ "من سئل عن‬:‫ قال رسول هّللا صلى هّللا عليه وسلم‬: ‫"عن أبي هريرة قال‬.

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu


‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang ditanya tentang satu ilmu lalu
menyembunyikannya, niscaya Allah akan mengikatnya dengan tali kekang dari api
neraka di hari kiamat kelak” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 3658, At-Tirmidziy
no. 2649, Ath-Thayalisiy no. 2534, Ibnu Abi Syaibah 9/55, Ahmad 2/263 & 305 &
344 & 353 & 499 & 508, Ibnu Maajah no. 261, Ibnu Hibbaan no. 95, Al-Haakim
1/101, Al-Baghawiy no. 140, dan yang lainnya; shahih].

Al-Munawiy rahimahullah berkata :

.‫فالحديث خرج على مشاكلة العقوبة للدنب وذلك ألنه سبحانه أخذ الميثاق على الذين أوتوا الكتاب ليبيننه للناس وال يكتمونه‬
‫وفيه حث على تعليم العلم ألن تعلم العلم إنما هو لنشره ودعوة الخلق إلى الحق والكاتم يزاول إبطال هذه الحكمة وهو بعيد‬
‫عن الحكيم المتقن ولهذا كان جزاؤه أن يلجم تشبيها ً له بالحيوان الذي سخر ومنع من قصد ما يريده فإن العالم شأنه دعاء‬
‫الناس إلى الحق وإرشادهم إلى الصراط المستقيم‬

“Hadits tersebut berisi sanksi hukum atas sebuah dosa, karena Allah subhaanahu wa
ta’ala telah mengambil perjanjian terhadap kaum yang diberikan Al-Kitab (Ahli

18
Kitab) agar menerangkannya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya.
Padanya juga terdapat anjuran untuk mengajarkan ilmu, sebab menuntut ilmu
bertujuan untuk menyebarkannya dan mengajak manusia kepada kebenaran. Adapun
orang yang menyembunyikan ilmu pada hakekatnya telah membatalkan hikmah ini. Ia
sangat jauh dari sifat bijaksana dan mutqin (kokoh dalam ilmu). Oleh karena itu,
balasan baginya adalah dikekang sebagaimana hewan kekangan yang dipaksa dan
dicegah dari apa yang dikehendakinya. Sesungguhnya kedudukan seorang ‘aalim
(ulama) adalah mengajak manusia kepada kebenaran dan membimbing mereka
kepada jalan yang lurus” [Faidlul-Qadiir, no. 8732].

Al-Khaththaabiy rahimahullah berkata:

‫ ما اإلسالم ؟ وكمن‬،‫ علمني‬: ‫ كمن رأى كافراً يريد اإلسالم يقول‬،‫ ويتعين فرضه عليه‬،‫هذا في العلم الذي يلزمه تعليمهُ إياه‬
‫ وكمن جاء مستقيا ً في‬،‫ علمني كيف أصلي‬: ‫ يقول‬،‫ وقد حضر وقتها‬،‫ ال يُحسن الصالة‬،‫يرى رجالً حديث عهد باإلسالم‬
ً ‫ فمن فعل كان آثما ً ُمستحقا‬،‫ فإنه يلزم في هذه األمور أن ال يمنعوا الجواب‬،‫ وأرشدوني‬،‫ أفتوني‬: ‫حالل و حرام يقول‬
‫ وهللا أعلم‬،‫ وليس كذلك األمر في نوافل العلم التي ال ضرورة بالناس إلى معرفتها‬،‫للوعيد‬.

“Ini berlaku pada ilmu yang harus diajarkan kepada orang lain yang hukumnya fardlu
‘ain. Seperti halnya seorang yang melihat orang kafir yang ingin masuk Islam dan
berkata : ‘Ajarkanlah aku, apa itu Islam ?’. Juga seperti orang yang baru saja masuk
Islam yang tidak bagus shalatnya. Saat waktu shalat tiba, ia berkata : ‘Ajarkanlah aku,
bagaimana aku melakukan shalat’. Juga seperti seseorang yang datang meminta fatwa
dalam perkara halal dan haram.
Ia berkata : ‘Berikanlah aku fatwa dan bimbinglah aku’. Barangsiapa yang
menemui perkara-perkara seperti ini, hendaklah ia tidak menahan jawaban.
Barangsiapa yang menahan jawaban, maka ia berdosa dan layak mendapatkan
ancaman. Namun tidak demikian halnya dalam perkara ilmu yang disunnahkan
dimana manusia tidak wajib mengetahuinya (yaitu tidak wajib memberi jawaban).
Wallaahu a’lam [Syarhus-Sunnah oleh Al-Baghawiy, 1/302, tahqiq Syu’aib Al-
Arna’uth & Muhammad Zuhair Syaawisy; Al-Maktab Al-Islaamiy, Cet. 2/1403].

Asy-Syaikh Ahmad Syaakir rahimahullah berkata :

‫ وعمن يصر‬،‫ وأجازوا كتمانه عمن يكون مستعمداً ألخذه‬،‫ ولكنهم خصصوا ذلك بأهله‬،‫ ال يجو ُز كتمانه‬،‫واجب‬ ٌُ ‫تبلي ُغ العلم‬
‫على الخطأ بعد إخباره بالصواب‬.
ً
‫ ((من علم العلما فكتمه ألجم يوم‬: ‫ أما َسمعتَ حديث‬: ‫ فقال السائل‬، ْ‫سُئل بعضُ العلماء عن شيء [من] العلم ؟ فلم يُجب‬
‫جمني به‬
ْ ‫ اترك اللجام واذهب ! فإن جاء من يفقه وكتمتُه فَ ْلي ُْل‬: ‫بلجام من نار)) ؟ فقال‬
ٍ ‫القيامة‬
.
“Menyampaikan ilmu adalah wajib, tidak diperbolehkan untuk menyembunyikannya.
Akan tetapi hal itu dikhususkan bagi ahlinya (benar-benar menguasainya), dan
diperbolehkan orang yang belum menguasai atau sering keliru untuk
menyembunyikannya.
Sebagian ulama pernah ditanya tentang satu perkara ilmu, namun ia tidak
menjawabnya. Maka orang yang bertanya itu berkata : ‘’Bukankah engkau telah

19
mendengar hadits : ‘Barangsiapa yang mengetahui satu ilmu namun
menyembunyikannya, niscaya ia akan diikat dengan tali kekang dari api neraka di
hari kiamat kelak’ ?’. Maka ulama tersebut menjawab : ‘Tinggalkanlah tali kekang
dan pergilah !. Apabila ada orang yang mengetahui ilmu ini dan kemudian aku
menyembunyikannya, maka ikatlah aku dengan tali kekang ini !” [Al-Ba’iitsul-
Hatsiits, hal. 440, ta’liq : Al-Albaaniy; Maktabah Al-Ma’aarif, Cet. 1/1417].

Memang benar yang dikatakan oleh Asy-Syaikh Ahmad Syaakir


rahimahullah. Walaupun menyampaikan ilmu itu wajib, maka itu hanya dibebankan
pada mereka mampu, berilmu, dan benar-benar menguasai pokok persoalan yang
hendak disampaikan/ditanyakan. Jangan sampai seseorang berfatwa dan berbicara
mengenai agama Allah tanpa landasan ilmu, padahal Allah ta’ala telah berfirman :

‫ق َوأَ ْن تُ ْش ِر ُكوا بِاهَّلل ِ َما لَ ْم يُن َِّزلْ بِ ِه س ُْلطَانًا َوأَ ْن‬


ِّ ‫اإلث َم َو ْالبَ ْغ َي بِ َغي ِْر ْال َح‬
ْ ‫ظهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ َو‬
َ ‫ش َما‬ َ ‫قُلْ إِنَّ َما َح َّر َم َربِّ َي ْالفَ َوا ِح‬
َ‫تَقُولُوا َعلَى هَّللا ِ َما ال تَ ْعلَ ُمون‬

“Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang


nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia
tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu
yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui" [QS. Al-A’raaf : 33].
Siapa yang mengetahui suatu ilmu lalu menyembunyikannya dari manusia
padahal mereka membutuhkannya, berarti ia telah melakukan dosa yang amat besar.
Berdasarkan firman-Nya: {Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa
yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk,
setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati
Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati,} (QS. Al-
Baqarah: 159)
Ayat ini, walaupun turun mengenai kaum Yahudi, tapi itu berlaku umum
mencakup setiap orang yang menyembunyikan ilmu. Sebab, yang jadi patokan adalah
keumuman lafazh bukan kekhususan sebab.

‫ وقد نص العلماء على أن الكتم الملعون صاحبه على نوعين‬:


‫ تارة يكون بمجرد إخفاء المعلوم وستره مع مسيس الحاجة إليه وتوفر الداعي إلى إظهاره‬- ‫أ‬.
‫ وتارة يكون بإزالته ووضع شيء آخر موضعه‬- ‫ ب‬.

Para ulama telah menyebutkan bahwa menyembunyikan ilmu yang bisa membuat
pelakunya dilaknat ada 2:
1.Hanya menyembunyikan ilmu dan menutupinya dalam kondisi orang-orang sangat
membutuhkannya dan banyaknya kesempatan untuk memperlihatkannya.
2.Dengan menghilangkannya dan menggantinya dengan ilmu lain.

20
‫ولقوله صلى هللا عليه وسلم ‪ " :‬من سئل عن علم وكتمه ‪ ،‬ألجمه هللا بلجام من نار يوم القيامة "‪ .‬رواه أحمد وأبو داود ‪-‬‬
‫وابن ماجه والترمذي من حديث أبي هريرة وغيره‪ ،‬وقوله أيضاً‪ " :‬بلغوا عني ولو آية "‪ .‬رواه البخاري ‪ .‬من حديث عبد هللا‬
‫بن عمرو رضي هللا عنهما ‪ ،‬و"بلغوا"‪ :‬أمر‪ ،‬واألمر محمول على الوجوب ما لم يرد ما يصرفه إلى الندب‪ ،‬وال صارف له‬
‫‪ .‬هنا خصوصا ً فيما دعت الحاجة إليه‬
‫‪, "Siapa yang ditanya tentang suatu ilmu lalu‬صلى هللا عليه وسلم ‪Berdasarkan sabdanya‬‬
‫‪menyembunyikannya, maka Allah akan mencambuknya dengan api di hari kiamat‬‬
‫‪nanti. " (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, At-Tirmidzi dari hadits Abu Hurairah‬‬
‫"‪dan selainnnya.) Dan sabda beliau pula, "Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.‬‬
‫)رضي هللا عنهما ‪(HR. Bukhari dari hadits Abdulllah bin Amr‬‬
‫‪"Sampaikanlah" adalah perintah. Sedangkan perintah berkonsekuensi wajib‬‬
‫‪dilaksanakan selama tidak ada yang memalingkannya kepada hukum sunnah. Dan‬‬
‫‪tidak ada di sini yang memalingkannya, apalagi kalau ilmunya lagi dibutuhkan.‬‬

‫فالحاصل أن من علم من دين هللا شيئا ً ‪ ،‬فإنه يجب عليه أن يعلمه لكل من كان ذا حاجة إليه ‪ ،‬سواء تعلمه في األصل لمجرد‬
‫أن يعمل به أم ال؟ ثم ننبه السائل إلى أن بث العلم من األعمال التي ال تنقطع بموت صاحبها ‪ ،‬فيظل أجره ساريا ً عليه ما دام‬
‫هنالك من يعلمه أو يعمل به‪ ،‬لقوله صلى هللا عليه وسلم ‪" :‬إذا مات اإلنسان انقطع عنه عمله إال من ثالثة ‪ :‬صدقة جارية أو‬
‫‪.‬علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له" ‪ .‬رواه مسلم من حديث أبي هريرة‬

‫‪21‬‬
BAB III
KESIMPULAN

Belajar sangat penting dalam perkembangan manusia,dengan belajar manusia menjadi


lebih dewasa dan sempurna dalam memahami sesuatu. Proses belajar mengajar dalam Islam
telah terjadi sejak diciptakannya Adam dan diturunkannya ia ke muka bumi. Derajat manusia
yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang menuntut ilmu serta mengamalkannya dan
mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak mengetahuinya. Maka tidaklah mengherankan
jika ayat pertama turun adalah tentang membaca (al-‘Alaq; 1-5). Ada 3 ilmu dalam islam
yang paling diutamakan selain ilmu fiqih atau ilmu lughot, yaitu; ilmu Al-Quran, As-Sunnah
dan Ilmu Faro’id
Rasulullah bersabda: Barang siapa yang mengetahui sesuatu pengetahuan tentang
agama Allah, maka wajib baginya mengajarkannya untuk orang yang membutuhkannya,
walaupun mempelajari itu hanya untuk mengamalkannya atau tidak. Mengajarkan ilmu
termasuk amal saleh yang tidak terputus pahalanya hingga akhir hayat. Pahalanya terus
mengalir kepadanya selama di sana ada yang mengetahuinya dan mempraktekkannya.
Berdasarkan sabda Nabi ‫صلى هللا عليه وسلم‬: "Jika mati seseorang, maka terputuslah amalannya
kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya."
(HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah).

22
REFERENSI

Darmiah. (2009). Konsep Belajar Dalam Islam. Teori Belajar, Surabaya: Tim Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel), http/www.mtohir.com

Dindin Abdul Muiz Lidinillah. Urgensi Ilmu Dalam Kehidupan. Pemantapan Santri
Kelas 3 Mu’allimin Pesantren Persis No.67 Benda. Dindin _muiz@uoi.edu

Hajar Ibnu Al Asqalani, Al Hafizh Al Imam (2002). Buku Fathul Baari Syarah:
Shahih Bukhari. Maktabah Darussalam, Riyadh. Pp 28-440 e-book

Sakilah (2013). Belajar dalam Perspektif Islam. Menara, Vol. 12 No. 2.


Sakilah.rahman@yahoo.co.id

23

Anda mungkin juga menyukai