Dosen Pengampu :
Penyusun :
Kelompok 10
1. Nahdiyati (200104010221)
KELAS 20B2
i
2021
Kata Pengantar
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih memberikan nafas
kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
dengan judul “TAFSIR SURAH AN-NAHL AYAT 125” tepat pada waktunya. Makalah
sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir (KPI) I .
Penyusun mengucapkan Terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah ikut
membantu hingga dapat disusunnya makalah ini. dan penyusun berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi diri kami sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya.
Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari
para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu
mendatang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...........................................................................................................................7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
a. Apa makna yang terkandung dalam surah An-Nahl ayat 125?
b. Apa saja kata kunci yang terdapat dalam surah An-Nahl ayat 124?
1
Bahary, Ansor “Tafsir Nusantara Studi Kritis Terhadap marah Labid Nawawi alBantani 2015, hlm.176.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
2
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., h. 421
3
Mahmud Yunus, kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990), h. 127, Bab د
4
Ibid., h. 162 & 136, bab ر & س
v
Nabi Mumahammad saw. yang diperintahkan untuk mengikuti Nabi Ibrahim
as. sebagaimana terbaca pada ayat yang lalu, kini diperintahkan lagi untuk
mengajak siapa pun agar mengikuti pula prinsip-prinsip ajaran Bapak para Nabi
dan Pengundang Tauhid itu. Ayat ini menyatakan: Wahai Nabi Muhammad,
serulah, yakni lanjutkan usahamu untuk menyeruu semua yang engkau sanggup
seru kepada jalan yang ditunjukkan Tuhanmu, yakni ajaran Islam.
Bil Hikmati berasal dari kata (hakama – yahkumu - hukman) yang berarti memerintah,
menghukum. (Hikmatu-Hikamun) mengetahui yang benar, kata hikmah.5 Yang dimaksud
dengan kata hikmah disini adalah sebagai sesuatu yang apabila digunakan akan
mendatangkan kemudahan dan keselamatan, serta mengalangi terjadinya mudharat atau
kesulitan yang besar.
Wal Mau’idhotil Hasanati berasal dari kata (Wa’azho – Ya’izhu – Wa’zhon – ‘Izhotan)
yang artinya menasihati, mengajarinya. (Itti’azho) menerima nasihat, pengajaran. (Wa’zhon)
khutbah, nasihat, ucapan. (‘Izhotan – ‘Izhota) perkataan nasihat, pengajaran (Waa’izho –
Wu’azho) yang memberi nasihat (Mau’izhotan – Mawaa’izho) pengajaran, nasihat.
(Alhasanah) berasal dari kata (Hasuna-Yahsunu-Husnan) yang berarti baik, bagus.
(Hassanan – Ahsana) membaguskan (hasanun-hasan) yang baik, yang cantik hasanatan-
hasanat perbuatan yang baik, kebaikan.6
Wajaadilhum berasal dari kata (Jaadala – Mujaadalatan – Jidaalaan) yang berarti
berbantah, berdebat (Jidaalun) perbantahan, perdebatan.7
Ahsan verasal dari kata (Hasuna – Yahsunu – Husnan) yang baik, yang cantik (Hasanat)
perbuatan yang baik, kebaikan (Ahsanu-Ihaasin) husna yang lebih bagus.8
5
Ibid., h. 106-107, bab ح
6
Ibid., h. 502 & 103, bab ح & و
7
Ibid., h. 85, bab ج
8
Ibid., h. 103, bab ح
vi
Ayat di atas mengandung makna perintah, dengan adanya kata ادعAllah
memerintahkan untuk menyeru kepada manusia kepada jalan yang benar dengan cara
hikmah. Oleh karena mengandung pengertian perintah. Maka lafadz itu memberi
pengertian keharusan (wajib). Dengan demikian perintah ini menjadi wajib untuk
dilaksanakan yaitu: mengajak manusia dengan jalan hikmah.
Berdasarkan penafsiran para mufasir, hikmah mengandung makna sebagai berikut:
Perkataan yang kuat disertai dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan
kesalahpahaman. Pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu. Dengan
pengetahuan sesuatu itu dapat diyakini keadaannya/pengetahuan itu memberi manfaat.
Perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk menjelaskan mana
yang hak dan mana yang bathil. Mengetahui hukum-hukum Al-Qur'an, paham AlQur'an,
paham agama, takut kepada Allah, benar perkataan dan perbuatan. Tutur kata yang
mempengaruhi jiwa. Akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih.
Menarik perhatian orang kepada agama (kepercayaan terhadap Tuhan). Perkataan yang
tegas dan benar.
2. Al-Mau'izhoh al-hasaah / pelajaran yang baik
Huruf "wawu" (( وpada kalimat di atas adalah huruf athaf, yang menghubungkan
dengan kalimat sesudahnya. Dengan demikian cara kedua dalam menyeru manusia
kepada jalan yang benar adalah dengan cara al-mau'izhoh al-hasanah.Dalam tafsiran para
mufasir bahwa الحسنةُالموعظةmengandung arti sebagai berikut:
Pelajaran dan peringatan. Dalil-dalil yang bersifat dzanni yang dapat memberi
kepuasan kepada orang awam. Pendidikan dengan bahasa yang lemah lembut
sehingga memberikan ketentraman.Pendidikan yang baik yang disambut oleh akal
yang sejahtera dan diterima oleh tabi'at manusia yang benar.
Nasehat yang baik. Berdasarkan dari beberapa tafsir, al-mau'izhoh hasanah
mengandung arti pendidikan/nasihat (baik pelajaran atau peringatan), dengan cara
lemah lembut sehingga dapat diterima dan menimbulkan ketenangan dan ketentraman
jiwa bukan kecemasan, gelisah atau ketakutan".al-mau'izhoh hasanah adalah bentuk
pendidikan dengan memberikan nasehat dan peringatan baik dan benar, perkataan
yang lemah lembut, penuh dengan keikhlasan, menyentuh hati sanubari,
vii
menentramkan dan menggetarkan jiwa peserta didik untuk terdorong melakukan
aktivitas dengan baik.
3. Mujadilhum Bi al-lati Hiya Ahsan / bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.
Implementasi metode dari ayat di atas adalah, bahwa Allah SWT memerintahkan
bermujadalah hanya dengan cara yang terbaik, sehingga salah satu cara dalam menyeru
manusia kepada kebenaran. Berdasarkan penafsiran para mufassir, dapat diketahui bahwa
mujadalah bi al-lati hiya ahsan, mengandung arti sebagai berikut: Pertama, Bantahan
yang lebih baik, dengan memberi manfaat, bersikap lemah lembut, perkataan yang baik,
bersikap tenang dan hati-hati, menahan amarah serta lapang dada. Kedua, Percakapan dan
perdebatan untuk memuaskan penantang. Perdebatan yang baik, yaitu membawa mereka
berpikir untuk menemukan kebenaran, menciptakan suasana yang nyaman dan santai
serta saling menghormati Perbantahan atau pertukaran pikiran dengan baik yaitu tidak
menyakiti hati dan menggunakan akal yang sehat.
viii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makna dari surah An-Nahl ini adalah bahwa Allah memerintahkan Rasulullah untuk
berdakwah kepada manusia untuk kejalan Allah yaitu syariat Islam, dengan cara hikmah,
pelajaran yang baik, Perdebatan yang baik, yaitu membawa mereka berpikir untuk
menemukan kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
Fannani, Zain 2014. “TAFSIR SURAT AN-NAHL AYAT 125 (KAJIAN TENTANG METODE
PEMBELAJARAN)”. Skripsi. Jakarta: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
ix