Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah lembaga pendidikan terdapat banyak sistem yang saling
berhubungan hingga melahirkan banyak aktivitas proses pembelajaran yang
melibatkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai suatu tujuan.
Mengajar merupakan tugas pokok seorang guru dalam suatu lembaga
pendidikan yang sering di identikkan dengan sebutan pendidik. Menjadi
seorang pendidik yang memiliki tanggung jawab memenuhi kebutuhan peserta
didik, baik secara spiritual, intelektual moral, estetika, maupun kebutuhan fisik
peserta didik, selain itu juga pendidik dituntut untuk profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Untuk melaksanakan
hal tersebut, sebagai seorang pendidik harus memiliki keahlian dan
ketrampilan khusus dibidang pendidikan dan pengajaran.
Proses belajar mengajar melibatkan siswa dan pendidik, yang mana
proses pembelajaran dituntut untuk sukses dalam memberi (pendidik) dan
menerima (siswa). Untuk menunjang kesuksesan suatu pembelajaran di dalam
kelas maka dibutuhkan suatu metode mengajar. Metode mengajar dapat
diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan
hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses
pembelajaran.1
Berdasarkan hal tersebut dalam proses pembelajaran dibutuhkan adanya
metode mengajar untuk menunjang kesuksesan suatu pembelajaran maka
penulis membuat sebuah makalah yang berjudul “Metode Mengajar
berdasarkan Al-quran dan Hadist”, untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu mata kuliah Tasfsir dan Hadist Tarbawi.

1
Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hlm. 192

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode mengajar berdasarkan surat An- Nahl ayat 75-76 dan
ayat 125-126 ?
2. Bagaimana metode mengajar berdasarkan surat Al- A’raf ayat 176-177 ?
3. Bagaimana metode mengajar berdasarkan surat Al- Mai’dah 67 ?
4. Bagaimana metode mengajar berdasarkan surat Ibrahim ayat 24-25 ?
5. Bagaimana metode mengajar menuurut tinjauan Hadist ?
C. Tujuan
1. Mengetahui metode mengajar berdasarkan surat An- Nahl ayat 75-76 dan
ayat 125-126.
2. Mengetahui metode mengajar berdasarkan surat Al- A’raf ayat 176-177.
3. Mengetahui metode mengajar berdasarkan surat Al- Mai’dah 67.
4. Mengetahui metode mengajar berdasarkan surat Ibrahim ayat 24-25
5. Mengetahui metode mengajar menuurut tinjauan Hadist .

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Mengajar dalam Al-Quran
1. Surat An-Nahl : 75-76 & 125-126
a. Teks Ayat

َ ‫َسَنَ ِة َو ََجاد ِْل ُُه ْْم ِبالِتِي ِه‬


َ ْ‫ِي َأَْح‬
‫َس ُن ۚ ِإن‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬
َ ‫س ِبيل َر ِبكَ ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬ َ ‫ع ِإ َل ٰى‬ ُ ‫ا ْد‬
}١٢٥{ِِ َ‫س ِبي ِل ِه َو ُِه َو َأ َ ْعلَ ُْم ِب ْال ُم ُْهِتَدِين‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫ضل‬ َ ‫َربكَ ُِه َو َأ َ ْعلَ ُْم ِب َم ْن‬
‫ص َب ۡرت ُ ْۡم لَ ُُه َو خ َۡير‬ ُ ‫عاقَ ۡبِت ُ ْۡم فَ َعاقِبُواْ ِب ِم ۡث ِل َما‬
َ ‫عوقِ ۡبِتُْم ِبِۦه َولَئِن‬ َ ‫َو ِإ ۡن‬
2 ٰ ‫ِل‬
}١٢٦{ َ‫لصبِ ِرين‬

b. Mufradat3

‫َمث َ ًل‬ Perumpamaan

‫ِب ۡٱل ِح ۡك َم ِة‬ dengan hikmah

َ ‫ظ ِة ۡٱل َح‬
‫َسَنَ ِة‬ َ ‫َو ۡٱل َم ۡو ِع‬ Pelajaran yang
baik/nasihat
‫َو ََجاد ِْل ُُه ْْم‬ Dan bantahlah/diskusi

‫فَ َعا ِقبُواْ ِب ِم ۡث ِل‬ Maka balaslah dengan


balasan yang sama

2
Al-Quran Tarjamah
3
Internet_Mufradat

3
c. Terjemah/ arti
“Allah membuat perumpamaan dengan seseorang hamba sahaya
yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatu pun dan
seorang yang kami beri rezeki yang baik dari kami, lalu dia
menafkahkan rezeki itu secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-
terangan, adakah mereka itu sama?segala puji hanya bagi Allah,
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (75). “dan Allah
membuat pula perumpaman dua orang laki-laki. Yang seorang bisu,
tidak dapat berbuat apa pun dan dia menjadi beban bagi
penanggungnya itu. Kemana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu,
dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikan pun. Samakah oran itu
dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan dan dia berada pula
di atas jaln yang lurus?”(76). 4
“serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya, Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk” (125). “Dan jika kamu
memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi, jika kamu
bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang
sabar” (126). 5
d. Asbabun Nuzul
Sebab terunnya surat An-Nahl ayat 75, 76 dan ayat 126 dalam
kitab Asbabun Nuzul karya Jalaluddin As-Suyuthi bahwasanya Ibnu
Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya, “Allah
membuat perumpamaan dengan seseorang hamba sahaya yang

4
Muhammad Nasib Ar-Rifai, ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema Insani, 2011),
hlm.745.
5
Ibid, hlm. 766.

4
dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatu pun dan seorang
yang kami beri rezeki yang baik dari kami, lalu dia menafkahkan rezeki
itu secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan, adakah
mereka itu sama?segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan
mereka tidak mengetahui.” (An-Nahl :75).
Katanya, ayat ini turun tentang seorang laki-laki dari suku
Quraisy dan budaknya. Tentang firman-Nya, “...dua orang laki-laki
dan seorang bisu... (An-Nahl :76).6
Ia berkata, “ayat ini turun tentan usman bin affan dengan seorang
bekas budaknya yang membenci islam serta melarangnya bersedekah
dan berbuat kebajikan. Maka, turunlah ayat ini tentang keduanya.
Pada ayat 125 surat An-Nahl tidak terdapat asbabun
Nuzulnya.
Ayat 126, yaitu firman Allah ta’ala, ““Dan jika kamu
memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi, jika kamu
bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang
sabar” (An-Nahl: 126). Al-Hakim, Al-Baihaqi dalam ad-Dalaa’il,dan
al-Bazzar meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah berdiri
didedakatt Hamzah yang telah mati syahid dengan tubuh yang dicabik-
cabik musuh. Beliau berkata, “sesungguh aku akan mencabik-cabik
tujuh puluh orang dari mereka sebagai pembalasanmu!” maka jibril
turun sementara nabi Muhammad Saw masih berdiri ditempat
membawa bagian akhir surah An-Nahl, “Dan jika kamu membalas,
maka balaslah dengan balasan yang sama,..” hingga akhir surah. Maka
Rasulullah tidak jadi melaksankan niatnya.
At- Tirmidzi meriwayatkan dari Ubai bin Ka’ab dan dinyatakan
oleh Hasan oleh Hakim, Kata Ubai, pada waktu perang uhud, 64 orang
Anshar dan 6 orang Muhajirin gugur, diantaranya terdapat Hamzah bin

6
Jalaluddin As-Suyuthi, Sebab Turunya Ayat Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008). Hlm, 330-
331.

5
Abdul Mutallib. Jenazah mereka dicabik-cabik musuh. Maka orang-
orang anshar berkata, kalau lain kali kita mendapat kesempatan seperti
sekarang, kita akan tunjukkan kepada mereka bahwa kita pun dapat
mencabik-cabik mayat mereka. Lalu pada hari penaklukan Mekh Allah
menurunkan ayat, ‘Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan
balasan yang sama,...
Zhahir riwayat ini menunjukkan ayat ini baru turun pada waktu
penaklukan Mekah. Sedangkan dalam Hadist sebelumnya ayat ini turun
di Uhud. Ibnu Hashar mengompromikan kedua riwayat ini bahwa
pertama-tama ayat ini turun di Mekkah, lalu turun kedua kalinya di
Uhud, dan turun lagi ketiga kalinya pada waktu penaklukan Mekkah,
sebagai pengingat dari Allah buat hamba-hamba-Nya.7
e. Munasabut Ayat
Surat An-Nahl ayat 125 dan 126 ini memiliki keterkaitan makna
yaitu mengenai metode pengajaran yang dianjurkan Rasulullah dalam
menyebarkan agama islam. Rasulullah mengajak manusia dengan cara
mengajarkan pelajaran yang baik dan bantahlah dengan baik pula,jika
mereka masih keras kepala dengan pendapat mereka maka bersabarlah
dalam menghadapinya seperti dengan mnegurangi emosional, berkata
sopan dan tidak kasar apabila pendapat mereka bertolakbelakang
dengan pendapat kita. Pada ayat 125 dan 126 ini juga memiliki
keterkaitan dengan ayat 127, Allah menurunkan firmannya yang
memerintahkan kepada Muhammad untuk bersabar dan jangan
bersedih terhadap kekhafiran mereka dan jangan bersempit dada
terhadap tipu daya yang mereka rencanakan. Sementara pada ayat
sebelumnya Allah menyuruh Rasulullah untuk bersabar sebagai
alternative untuk menyelesaikan proses diskusi debat jika tidak ada
pilihan lain, namun Allah membolehkan kita membalas apabila kita
mendapatkan gangguang dakwah. 8

7
Ibid, hlm. 336-337
8
Al-Quran Terjemahan

6
f. Tafsir Ayat
Menurut Ibnu Abbas, ini adalah perumpamaan orang-orang kafir
dan mukkmin yang dikemukakan oleh Allah ta’ala. Hamba sahaya yang
dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatu pun merupakan
perumpamaan orang kafir, sedangkan orang diberi rezeki yang baik,
yang dapat menafkahkan rezeki itu secra sembunyi-sembunyi dan
secara terang-terangan merupakan perumpamaan orang mukmin.
Mujahid menafsirkan: ini adalah perumpamaan berhala dan Allah
ta’ala. Apakah yang ini dan yang itu sama? Tatkala perbedaan
keduanya amat jelas dan dapat diketahui keerfirman,kecuali oleh orang
yang dungu, maka Allah Ta’ala befirman, “segala puji hanya bagi
Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (An-Nahl: 75 )
Mujahid menafsirkan: ini pun perumpamaan antara berhala dan
Allah ta’ala. Maksudnya, berhala itu bisu, tidak dapat bicara , dan
menuturkan kebeneran atau apa pun: tidak ucapan dan tidak pula
perbuatan. Disampin semua itu, ia juga menjadi beban bagi
penanggungnya. “Kemana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu,
dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikan pun”, upaya nya tidak
berhasil. “samakah orang,” yang memiliki sifat-sifat seperti itu.
“dengan orang-orang yang menyuruh berbuat keadilan” yang ucapan
nya benar dan perbuatan nya lurus, “dan dia pula berda dijalan yang
lurus.”
Ada pula yang menafsirkan: orang yang bisu adalah budak
Ustman bin Affan, sedangkan “yang berada diatas jalan yang lurus,”
adalah Ustman sendiri yang memberinya belanja dan mencuku
kebutuhannya. Hamba sahaya itu membenci Islam dan menolaknya,
bahkan dia melarang Ustman bersedekah dan berbuat mkruf. Maka itu,

7
turunlah ayat diatas berkenaan dengan dua oang itu. Demikianlah
pendapat ibnu Abbas yang dipilih oleh Ibnu Jarrir. (An-Nahl: 76 )9
Allah Ta’ala menyuruh Rasulullah saw agar mengajak makhluk
kepada Allah dengan hikmah, yaitu dengan berbagai larangan dan
perintah yang terdapat didalam al-kitab dan as-sunnah , agar mereka
waspada terhadap siksa Allah.
Firman Allah, “Dan bantah mereka dengan cara yang baik,”
berdialoglah mereka dengan lembut, halus, dan sapaan yang sopan,
sebagaimana hal inipun diperintahkan oleh Allah kepada Musa dan
Harun tatkala diutus menghadap Fir’aun, seperti difirmankan oleh
Allah, “Maka, berbicaralah kamu berdua dengannya dengan kata-kata
yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut.” (Thaahaa:
44)
“Sesungguhnya, Tuhan mu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalannya”, yaitu Dia mengetahui siapa yang
celaka diantara mereka dan siapa yang bahagia. Keduanya telah
ditetapkan di sisinya dan telah selesai pemutusannya. Serulah mereka
kepada Allah taa’ala, jangan lah kamu bersedih lantaran mereka, sebab
menunjukkan mereka bukanlah tugas mu. Sesungguhnya, kamu
hanyalah pemberi peringantan dan penyampai risalah, dan kamilah
yang menilainya. (An-Nahl: 125 )
“dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan
balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.” Allah
taa’ala meyuruh berlaku adil dalam hal qishash dan kesepadanan dalam
meminta hak, yaitu jika seorang salah sorang diantara kamu mengambil
haknya, maka ambillah dengan kadar yang sama. Demikian ditafsirkan
Ibnu Sirin dan selainnya, juga dikemukakan oleh Ibnu Zaid. Mereka
diperintah memaafkan kaum musyrikin, maka masuk islamlah orang –
orang yang gagah, lalu mereka berkata, “Ya Rasulullah, jika Allah

9
Muhammad Nasib Ar-Rifai, Loc.Cit hlm.745

8
mengizinkan niscaya kami akan menuntut hak dari anjing-anjing itu”.
Maka, diturunkanlah ayat diatas. Selanjutnya, ayat ini dinaskh dengan
ayat jihad. (Firman Allah , “maka barang siapa yang memaafkan dan
berbuat baik, maka pahalany atas tanggungan Allah (Asy-syuuraa:40)
(An-Nahl: 126).10
g. Hubungan Ayat dengan Metode Mengajar
Berdasarkan penjelasan diatas terdapat beberapa metode mengajar
yaitu:
1) Metode perumpamaan, terdapat pada surat An-Nahl ayat 75 dan

76 pada mufradat (‫= َمث َ ًل‬perumpamaan) , metode perumpamaan

Metode perumpaan dapat memberikan pemahaman mendalam


terhadap hal-hal yang sulit dicerna oleh nalar peserta didik dan
meningkatkan tergugahnya presaan.
2) Metode hikmah, terdapat pada surat An-Nahl ayat 125 pada
mufradat ( ‫= ِب ۡٱل ِح ۡك َم ِة‬dengan hikmah ), metode hikmah yaitu
mengajak kepada jalan Allah dengan cara keadilan dan
kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor
dalam proses belajar mengajar, baik faktor subjek, obyek,
sarana, media dan lingkungan pengajaran.
3) Metode Diskusi, terdapat pada surat An-Nahl ayat 125 pada
mufradat ( ‫َجاد ِْل ُُه ْْم‬
َ ‫= َو‬dan bantahlah/diskusi), Metode diskusi
yang dimaksud dalam al-Qur’an ini adalah diskusi yang
dilaksanakan dengan tata cara yang baik dan sopan. Yang mana
tujuan dari metode ini ialah untuk lebih memantapkan
pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap suatu
masalah.11

10
Muhammad Nasib Ar-Rifai, Loc.Cit hlm. 766
11
Pendapat penulis berdasarkan penjelasan sebelumnya

9
2. Surat Al-A’raf : 176-177
a. Teks ayat

b. Mufradat12
‫ف َ َم ث َل ُ ه‬ Perumpamaan

‫ص ۡال ق َ صَ ص‬
ِ ُ‫ِۚ ف َ ۡاق ص‬ Maka ceritakanlah kisah

c. Terjemah/arti
“Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan (derajat)
nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cendrung kepada dunia dan
menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaanya
seperti anjing, jika kau menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika
kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga)”(176).
“Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-
ayat kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah mereka itu
agar mereka berfikir. Amat buruklah orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat
zhalim”(177).13

12
Ahmad Mustafa Al-Mraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV. Toha Putr Semarang, 1994),
hlm. 197
13
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, TafsirAl-Qur’an (Jakarta: Dar Ibn al-Jauzi, KSA,
2011), hlm. 153

10
d. Asababun Nuzul
Didalam surah Al-A’raf ayat 176-177 tidak terdapat asababun
nuzulnya.
e. Tafsir Ayat
Ini karena Allah membiarkannya dan menyandarkannya kepada
dirinya sendiri. Oleh karena itu Allah berfirman, (ُ ‫ش ۡئ َن َا ل َ َر ف َ ۡع َٰن ه‬
ِ ‫) َو ل َ ۡو‬
“Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan
(derajat)nya dengan ayat-ayat itu, dengan memberinya taufik untuk
mengamalkannya, sehingga derajatnya terangkat di dunia dan akhirat
dan terlindungi dari musuh-musuhnya. ( ‫“ ) َو ٰل ـ ِك َن ه‬tetapi dia”,
melakukan sesuatu yang menyebabkan kehiniaan, dia cendrung kepada
dunia, yakni kepada hawa nafsu rendahandan tujuan duniawi, ( ‫َو ات ب َ َع‬

ُ ‫“ ) ِه َٰو ٮ ه‬dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah”, serta tidak


menaati rabbnya. (mastaluhu) “maka perumpamaanya”, dalam perkara
kesungguhannyakepada dunia dan terfokusnya hati kepadanya.
(ِ‫ۡال ـ كَ ۡل ب‬ ‫ كَ َم ث َ ِل‬....) “seperti anjing jika kamu menghalaunya
dulurkannya lidahnya dan jika kamu mebiarkannya dia mengulurkan
lidahnya (juga). Yakni dia selalu menjulurkan lidahnya, sementara
orang ini selalu berusaha dengan sungguh-sungguh, kebutuhannya
َ ‫ } َم ث َ ُل ۡال ق َ ۡو ِم ال ِذ ۡي‬176 { ‫ك‬
tidak tertutupi oleh dunia sedikit pun. ( ‫ن‬ َ ِ‫ٰذ ل‬
‫“ ) كَ ذ ب ُۡو ا ب ِ اٰ ٰي ِت ِ َن َا‬Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat kami”. Setelah Allah menjelaskannya kepada
mereka tetapi mereka tidak tunduk kepadanya, justru mereka
mendustakannya dan menolaknya karena tidak berartinya Allah bagi
mereka dan hawa nafsu yang mereka ikuti tanpa petunjuk dari Allah.
َ ‫ص ل َ ع َ ل ُهُ ْۡم ي َ ِت َف َ ك ُر ۡو‬
(‫ن‬ َ َ ‫ص ۡال ق‬
َ ‫ص‬ ُ ‫“ ) ف َ ۡاق‬Maka ceritakanlah (kepada
ِ ‫ص‬
mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir”, tentang perumpamaan
yang dibuat, mengambil pelajaran dari ayat-ayat, jika mereka berfikri,
mereka mengetahui, jika mereka mengetahui, maka mereka akan
beramal. (Al- ‘Araf: 176 ).

11
“Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat
kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zhalim.”
Yakni, (sungguh) buruk dan jelek perumpamaan orang yang
mendustakan ayat-ayat Allah, dan mendzalimi diri dengan berbagai
macam kemaksiatan. Sesungguhnya perumpamaan mereka adalah
perumpamaan yang buruk.
Orang tersebut yang Allah berikan ayat-ayat-Nya kepadanya, ada
kemungkinan dia adalah orang tertentu yang keadaannya seperti yang
Allah jelaskan maka Allah menceritakan kisahnya untuk memberi
peringatan kepada hamba-hamba Nya. Ada kemungkinan lain yaitu
bahwa maksudnya adalah laki-laki manapun, ia mencakup semua orang
yang diberi ayat oleh Allah lalu dia berlepas dari dirinya.
Ayat-ayat ini mengandung anjuran beramal dan berilmu, dan bahwa itu
merupakan derajat tinggi yang diberikan oleh Allah kepada pelakunya
dan pelindung setan. Ayat ini juga mengandung targhib (ancaman)
tidak mengamalkan ilmu yang didapat, dan bahwa ia adalah degradasi
kepada derajat paling rendah dan kemenangan setan atasnya. Ayat ini
juga menjelaskan bahwa mengikuti nafsu dan kecendrungan kepada
syahwat adalah penyebab kehinaan. (Al- ‘Araf: 177 ). 14
f. Hubungan Ayat dengan Metode Mengajar
Berdasarkan penjelasan diatas terdapat beberapa metode mengajar
yaitu:
1) Metode perumpamaan, terdapat pada surah Al-A’raf ayat 177

pada mufradat (‫= َمث َ ًل‬perumpamaan).

2) Metode kisah , terdapat pada surah Al-A’raf ayat 176 pada


mufradat ( َ َ ‫= ۡال ق‬kisah). metode kisah adalah metode
‫صص‬
dengan menggunakan cerita-ceirta yang dapat menghubungkan

14
Ibid, hlm. 154-156

12
materi pelajaran dengan kajian masa lampau agar lebih dapat
dan mudah dipahami oleh peserta didik dalam alam nyata.15
3. Surat Al-Maidah : 67
a. Teks ayat

َ ْ ‫ك َو إ ِ ْن ل َ ْْم ت َفْ ع َ ْل ف َ َم ا ب َ ل غ‬
‫ت‬ َ ِ ‫ك ِم ْن َر ب‬ َ ْ ‫ي َ ا َأ َي ُّ َُه ا الر س ُ و ُل ب َ ل ِ ْغ َم ا َأ ُنْ ِز َل إ ِ ل َ ي‬
َ‫اس ۗ إ ِ ن َّللا َ ََل ي َ ُْه ِد ي الْ ق َ ْو م‬ ِ ‫ك ِم َن الَن‬ َ ‫ص ُم‬ ِ ْ‫ِر سَ ا ل َ ِت َه ُ ۚ َو َّللا ُ ي َ ع‬
} 67 { ‫الْ كَ ا ف ِ ِر ي َن‬
b. Mufradat16
‫َب ِل ْغ‬ sampaikanlah

ُ‫سالَِتَه‬
َ ‫ِر‬ Amanat-Nya

c. Terjemah/arti
“Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Dan jika kamu tidak mengerjakan, berarti kamu tidak menyampaikan
risalah-Nya. Dan Allah melindungimu dari gangguan manusia.
Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum kafir
“(67). 17
d. Asababun Nuzul
Abu Hurairah (RA) menuturkan bahawa ketika Rasulullah SAW
beserta para sahabatnya tiba di sebuah desa, mereka (para sahabat)
melihat sebatang pohon besar untuk berteduh, dan mereka
menyarankan kepada Nabi SAW untuk berteduh di bawahnya untuk
sesaat. Nabi SAW pun mengiyakan saran para sahabatnya, dan tidur di
bawahnya, sedang para sahabat tidur di tempat lain. Saat Nabi SAW
sedang tertidur kerana istirahat, tiba-tiba datang seorang badui dengan
menghunus pedang dan membangunkan Nabi SAW sambil berkata,
"Wahai Muhammad, sekarang katakan padaku, siapa yang dapat

15
Pendapat penulis berdasarkan penjelasan sebelumnya
16
Internet_Mufradat
17
Muhammad Nasib Ar-Rifai, Op.Cit hlm. 91

13
menyelamatkanmu dariku?" Beliau menjawab, "Allah." Maka turunlah
ayat di atas. (Hadis hasan, riwayat Ibnu Hibban).18
e. Tafsir Ayat
Allah ta’ala berfirman sambil mengkhitabi hamba dan Rasul-Nya
Muhammad saw dengan ungkapan “rasul” dan menyuruhnya supaya
menyampaikan seluruh perkara yang dibawanya dari Allah. Dan, nabi
Muhammad SAW telah melaksanakan perintah itu dan menjalankan
risalah dengan sempurna. Sehubungan dengan penafsiran ayat ini,
Bukhari meriwayatkan dari Aisyah r.a dia berkata, “barang siapa
menceritakan kepadamu bahwa Muhammad menyembunyikan sesuatu
dari apa yang diturnkan Allah kepadanya, maka sungguh berdustalah
orang itu, dan Dia berfirman, Hai Rasul, sampaikanlah apa yang
diturunkan kepadamu, dari Tuhan mu.
Firman Allah ta’ala “Dan jika kamtidak mu tidak mengerjakan,
berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya”. Jika kamu tidak
menyampaikan risalah kepada manusia, berarti kamu tidak
menyampaikan risalah-Nya, sedang Dia mengetahui apa akibat yang
akan timbul, jika dia tidak menyampaikan. Ali bin Abi Thalhah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “jika kamu menyembunyikan sesuatu
ayat yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, berarti kamu tidak
menyampaikan risalah-Nya.”
Firman Allah ta’ala “Dan Allah melindungimu dari gangguan
manusia”. Sampaikan lah risalah-Ku, maka akauakan melindungimu
dari gangguan manusia, menolongmu, dan membuatmu dalam
melangkahkan musuh-musuh mu serta menenangkan mu atas mereka.
Maka, janganlah kamu takut dan sedih. Tidak ada gangguan seorang
pun yang menyentuhmu.
Firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah tidak akan memberi
petunjuk kepada kaum kafir”. Sampaikanlah risalah itu olehmu dan

18
Ibid, hlm. 91

14
Allah lah yang kan menunjukkan dan menyesatkan orang yang
dikehendakinya, sebagaimana Allah berfirman, “bukanlah kekuasaan
mu untuk menunjukkan mereka, namun Allah lah yang meunjukkan
orang yang dikehendaki. Dan Allah berfirman, “sesungguhnya
tugasmu hanyalah menyampaiakan dan wewenang kamilah
perhitungannya”.19
f. Hubungan Ayat dengan Metode Mengajar
Berdasarkan penjelasan diatas terdapat beberapa metode
mengajar yaitu:
1) Metode ceramah, terdapat pada surah Al-Maidah ayat 67
pada mufradat ( ‫= بَ ِل ْغ‬sampaikanlah). Metode ceramah
dengan identik dengan penyampaian, maka mufradat tersebut
mendukung adanya penggunaan metode ceramah dalam
surah Al-Maidah. 20
4. Surat Ibrahim : 24-25
a. Teks ayat
‫َّللا ُ َم ث َ ًل كَ لِ َم ة ً طَ ي ِ ب َ ة ً ك َ شَ َج َر ة ٍ طَ ي ِ ب َ ٍة ا َصۡ ل ُ َُه ا‬
‫ب ه‬ َ ‫ض َر‬
َ ‫ف‬ َ ‫ا َل َ ْۡم ت َ َر كَ ۡي‬
} 24 { ‫ت و ف َ ۡر ع ُ َُه ا ف ِ ى الَس َم ا ٓ ِء‬ ٌ ِ ‫ث َا ب‬
ِ ‫َّللا ُ ۡاَل َ مۡ ث َا َل ل ِ لَن‬
‫اس‬ ‫ب ه‬ ۡ َ ‫ا ُك ُ ل َ َُه ا ك ُ ل ِْح ۡي ٍۢ ٍن ب ِ ا ِۡذ ِن َر ب ِ َُه ا ِ َو ي‬
ُ ‫ض ِر‬ ‫ت ُ ۡؤ ت ِ ۡى‬
} 25 { ‫ي َ ِت َذ َ ك ُر ۡو َن‬ ‫ل َ ع َ ل ُهُ ْۡم‬
b. Mufradat21
‫َم ث َ ًل‬ perumpamaan

َ َ‫طَ ي ِ ب َ ة ً كَ ش‬
ٍ ‫ج َر ة‬ Pohon yang baik

‫و ف َ ۡر ع ُ ُهَ ا‬ Cabang-cabangnya

‫ي َ ِت َذ َ ك ُر ۡو َن‬ Selalu ingat

19
Ibid, hlm. 91
20
Pendapat penulis berdasarkan penjelasan sebelumnya
21
Ahmad Mustafa Al-Mraghi, Op.Cit, hlm. 276-277

15
c. Terjemah/arti
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik. Akarnya
teguh dan cabang-cabangya kelangit”(24). Pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
memberikan perumpamaan-perumpamaan itu bagi manusia supaya
mereka selalu ingat” (25). 22
d. Asababun Nuzul
Didalam surah Ibrahim ayat 24-25 tidak terdapat asababun nuzulnya.
e. Tafsir Ayat
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas
menafsirkan “kalimat yang baik” sebagai seorang mukmin “akarnya
kokoh”, sebagai kalimat tdiada Tuhan melainkan Allah yang berada
didalam hati seorang mukmin, dan “cabangnya ke langit” sebagai amal
orang mukmin yang dinaikkan ke langit lantaran kalimat itu. Demikia
pula menurut penafsiran Ad-dhahak , Said bin Jabir, Akramah,
Mujahid, dan ulama lain yang tidak hanya seorang mukmin, ucapan
yang baik, dan perbuatannnya yang shaleh. Dan ibarat seorang mukmin
itu seperti pohon kurma. Pohon itu senantiasa menaikkan amal shaleh
bagi si mukmin pada setiap saat waktu, pagi dan sore. As- Sidi
meriwayatkan dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud, dia berkata, “kalimat
(perumpamaan itu) ialah pohon kurma.
Ahmad meriwayatkan dari Mujahid: akau menyertai Ibnu Umar
ke Madinah, maka aku tidak mendengar beliau menceritakan dari Nabi
Muhammad Saw, kecuali sebuah hadis. Beliau berkata, “kami tengah
bersama Rasulullah saw. Beliau mengambil sejumlah kerikil, kemudian
bersabda, ada sebuah pohon yang dapat dijadikan perumpamaan bagi
seorang muslim. Aku ingin mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon
kurma. Aku memperhatiakn sekitar dan ternyata aku adalah orang

22
Muhammad Nasib Ar-Rifai, Op.Cit hlm. 677

16
yang paling muda disana. Maka, Rasulullah SAW bersabda, Ia adalah
poho kurma.
Dari konteks tersebut, jelaslah bahwa seorang mukmin itu sperti
pohon yang senantiasa menghasilkan buah pada setiap waktu, baik
malam maupun siang. Demikian pula dengan seorang mukmin. Dia
memiliki amal shaleh yang dinaikkan pada sebagian malam, pada
pengujung siang, setiap waktu, dan setiap saat “dengan seizin
Tuhannya”, sebagai buah yang baik, sempurna, indah, dan diberkahi.
“Allah memberikan perumpamaan-perumpamaan itu bagi manusia
supaya mereka selalu ingat”. 23
f. Hubungan Ayat dengan Metode Mengajar
1) Metode Perumpamaan, Berdasarkan surah Ibrahim ayat 24 dan

25 pada mufradat (‫= َمث َ ًل‬perumpamaan). Penggunaan metode

amtsal pada ayat ini tidak hanya mengajarkan manusia agar


paham tentang kalimat baik dan kalimat buruk yang
diumpamakan dengan pohon, tetapi yang paling penting adalah
menarik jiwa peserta didik agar mencintai hal-hal yang baik dan
mencontoh sifat-sifat yang ada pada pohon yang
diperumpamakan pada ayat tersebut, serta menjauhi hal-hal yang
buruk dan mempelopori untuk berbuat kebaikan.24

23
Ibid, hlm. 677
24
Pendapat penulis berdasarkan penjelasan sebelumnya

17
B. Hadist tentang Metode Mengajar
1. Sanad dan Matan Hadist
َ ‫ع ِن ْاَأْل َ ْع َمش‬
َ ‫ع ْن ا َ ِبى َوا ْي ٍل‬
‫ع ِن اب ِْن َم َْسعُ ْو ٍد‬ َ ‫ان‬ ُ ‫ف قَا َل َأ َ ْخ َب َرنَا‬
ُ ‫س ْف َي‬ ُ ‫َْحدثََنَا ُم َحمدُ ب ُْن ي ُْو‬
َ ‫س‬
‫علَ ْيَنَا‬ َ ‫ى صلى هللا عليه وسلْم يَِتَخَو ْلَنَا بِاْل َم ْو ِع‬
َ ‫ َك َرا َِه ِة الَسآ َم ِة‬,‫ظ ِة ِفى ْاَأْلَي ِام‬ ُّ ِ‫قَا َل َكانَ الَنب‬
)‫ الِترمذى واْحمد‬,‫ مَسلْم‬,‫(رواه البخارى‬
2. Makna Mufradat
‫يَِتَخَو ْلَنَا‬ Menyeling-nyelingi

‫الَسآ َم ِة‬ Membosankan

َ ‫ِباْل َم ْو ِع‬
‫ظ ِة‬ Dengan Nasehat

3. Terjemahan
“Telah meriwayatkan kepada kami Muhammad Ibnu Yususf, dia berkata:
telah ;menceritakan kepada kami Sufyan dari ‘Ammas dari Abi Wail dari
Ibnu Mas’ud, berkata: Nabi SAW. Selalu menyeling-nyelingi kami dalam
beberapa dengan nasehat karena khawatir membosankan.” (HR. Al-
Bukhari, Muslim, Al-Turmudzi dan Imam Ahmad).25
4. Kandungan Hadist
a. Pengertian Metode
Dalam bahasa arab, metode dikenal dengan istilah Thariqah berarti
langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan.
Pengertian metode menurut beberapa ahli, seperti Menurut Abdu
Rahim Ghunaiman mendefinisikan metode mengajar sebagai cara-cara
pengajaran. Edger Bruce Wesley mendefinisikan metode dalam bidang
pendidikan sebagai rentetan kegiatan terarah bagi guru yang
menyebabkan timbulnya proses belajar pada murid-murid, atau ia
adalah proses yang pelaksanaannya yang sempurna menghasilkan
proses belajar, atau ia adalah jalan yang dengan nya pengajaran

25
Alfiah, Hadist Tarbawi (Pendidikan Islam Tinjaun Hadist Nabi), (Pekanbaru: Al-Mujahid Press,
2010), hlm.159.

18
menjadi terkesan. Jadi , meteode pendidikan adalah berbagai cara yang
digunakan pendidik agar materi yang digunakan pendidik agar materi
yang diajarkan, dapat diterima oleh peserta didik.26
b. Macam-macam Metode
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode dengan memberikan
penjelasan tentang sebuah materi. Metode ini sering dilakukan
Rasulullah terutama saat belau khutbah jumat, ketika turun wahyu
yang memerintahkan untuk dakwah secara terang-terangan dalam
Al-syu’ara ayat 214. Dalam sebuah Hadist Nabi SAW bersabda :

َ ‫ع َْن ُُه َما َأَنَ الَن ِب‬


‫ي‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫اص َر‬ ِ ‫ع َم َر َوب ِْن ْال َع‬
ُ ‫ع ْن َع ْب ِد هللاِ ب ِْن‬
َ ‫َو‬
َ ‫ع َِن ْي َولَ ْو آيَةً َو َْح ِدث ُ ْوا‬
‫ع ْن َبَنِ ْي‬ َ ‫صلى هللا علٮه وسلْم قال "بَ ِلغُ ْوا‬
‫ار‬ ْ
ِ ‫علَي ُمِت َ َع ِمدًا فَ ْل َيِتَ َبوَأ َم ْق َعدَهُ ِمنَ الَن‬
َ ‫ب‬َ ‫ َو َم ْن َكذ‬،‫ِإس َْرا ِئ ْي َل َو ََل َْح َر َج‬
))‫(( رواه البخاري‬
"Sampaikanlah apa yang datang dariku walaupun satu ayat, dan
ceritakanlah apa yang kamu dengar dari Bani Isra’il, dan hal itu
tidak ada Salahnya, dan barang siapa berdusta atas namaku maka
bersiap-siaplah untuk menempati tempatnya dineraka". (HR.
Bukhori.)
b. Metode diskusi
Diskusi adalah tukar pikiran antara dua orang atau lebih untuk
menyelesaikan suatu persoalan. Secara umum diskusi adalah suatu
proses yang melibatkan dua orang atau lebih individu yang
berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai
tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui tukar menukar
informasi mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.
c. Metode Eksperimen

26
Samsul Nizar Dkk, Hadist Tarbawi (Membangun Kerangka Pendidikan Ideal Perspektif
Rasulullah), (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hlm. 57.

19
Metode eksperimen ialah cara pembelajaran dengan melakukan
percobaan terhadap materi yang sedang dipelajari, setiap proses
dan hasil percobaan itu diamati secara seksama.
d. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ialah suatu cara mengajar dimana seorang
guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik
tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacan yang
telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir peserta
didik. Metode tanya jawab bisa dijadikan untuk melengkapi
metode ceramah.
e. Metode Demontrasi
Istilah demontrasi dalam pengajaran dipakai untuk
menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya
penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian
peralatan barang atau benda.
Metode demonstrasi yang diterapkan Rasulullah SAW
banyak terlihat terutama dalam menjelaskan hal ibadah. Dengan
demikian pemahan sahabat lebih mantap. Metode ini
membutuhkan ketrampilan yang memadai.
f. Metode Keteladanan
Metode keteladanan ialah menunjukkan tindakan terpuji
bagi peserta didik. Keteladanan pendidik bagi peserta didik adalah
dengan menampilkan akhlaq mahmudah dan meninggalkan akhlak
majmumat.
g. Metode Pembiasaan (Ta’widiyat)
Secara etimologi, pembiasaan adalah biasa. Jadi,
pembiasaan artinya mmbuat sesuatu menjadi biasa, hinga menjadi
kebiasan. Untuk membentuk peserta didik agar memiliki akhlak
terpuji. Dengan metode ta’widiyat ini diharapkan peserta didik
membiasakan diri dalam prilaku mulia. Rasulullah SAW

20
menggunakan metode pembiasaan ini dalam rangka untuk
membiasakan dirinya agar selalu dalam kebaikan dan ibadah.
h. Metode Mau’izhat dan Nasihat
Kata mau’izhat berasal dari kata wa’zhu yang artinya
memberikan pelajaran akhak yang terpuji serta motivas.
Sedangkan nasihat berasal dari kata nashaha, berarti khalasha,
yaitu murnni dan bersih dari segala kotoran. Jadi, metode nasihat
adalah metode yang penting digunakan untuk menggugah perasaan
peserta didik. Rasulullah menggunakan metode nasihat untuk
mendidik umat.
i. Metode kisah
Dalam Al-quran lafaz qhasash mengandung makna kisah atau
cerita. Jadi, metode kisah adalah metode dengan menggunakan
cerita-ceirta yang dapat menghubungkan materi pelajaran dengan
kajian masa lampau agar lebih dapat dan mudah dipahami oleh
peserta didik dalam alam nyata.
j. Metode Perumpamaan (Amtsal)
Metode perumpamaan merupakan metode yang sering ditemukan
dalam hadist Rasulullah SAW. Metode perumpaan dapat
memberikan pemahaman mendalam terhadap hal-hal yang sulit
dicerna oleh nalar peserta didik dan meningkatkan tergugahnya
presaan.
k. Metode Hadiah dan Hukuman
Metode hadiah dan hukuman adalah metode yang efektif sebagai
alat untuk meningkatkan kesadaran dan kehati-hatian peserta didik
agar tetap dalam jalan-Nya. Hanya saja dalam memberikan
keduanya harusmenggunakan teknik dan pendekatan yang tepat.
Tekhnik pndekatan yang salah dapat menggunakan keuda metode
tersebut tidak menghasilkan apa-apa.

21
l. Metode al-hikmah
Hikmah berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan
berfikir, berusaha meyusun mengatur, sesuai Al-Quran dan As-
sunnah. Jadi, hikmah adalah kemampuan menyusun, mengatur,
merencanakan secara sistemik dan sistematis materi ajar sesuai
situasi dan kondisi yang ada, tanpa bertentang dengan undang-
undang Allah SWT.
m. Metode Gradual
Metode gradual adalah metode pemberian pelajaran dengan cara
berangsur-angsur, tidak sekaligus, bertahap agar bisa lebih
diterima oleh eserta didik. Metode ini diberikan karena pendidik
sadar atas batas kemanusian peserta didik.
n. Metode Perbandingan
Metode perbandingan adalah metode pengajaran degan cara
membuat perbandingan antara dua hal yang berbeda, dengan tujuan
agar lebih mudah dipahami.
o. Metode Kinayat
Metode kinayat adalah metode yang digunakan untuk menghindari
kata-kata yang tidak pantas disebutkan, atau kurang nyaman
disebutkan. Sehingga menggunakan kinayat akan mengurangi
ketersinggungan.27

27
Ibid, hlm. 58-103.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh
guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian, metode mengajar
merupakan alat untuk menciptakan proses pembelajaran.
Jenis-jenis metode dalam mengajar berdasarkan Al-quran dan Hadist
diantaranya adalah metode ceramah, metode diskusi, metode Eksperimen,
metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode keteladanan, metode
pembiasaan, metode mauizhat dan nasihat, metode kisah, metode
perumpamaan, metode hadiah dan hukuman, metode hikmat, metode gradual,
metode perbandingan, metode kinayat.
B. Saran
Demikianlah makalah ini penulis selesaiakan, diharapkan kepada para
pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran untuk perbaikan makalah.
Karena penulis merasa masih ada terdapat kesalah baik itu dari segi tulisan
maupaun pemaparan isi, semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Aamiin.

23
DAFTAR PUSTAKA

Alfiah. 2010. Hadist Tarbawi (Pendidikan Islam Tinjaun Hadist Nabi). Pekanbaru:
Al-Mujahid Press.

Ahmad Mustafa Al-Mraghi.1994. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: CV. Toha Putr Semarang.

Jalaluddin As-Suyuthi. 2008. Sebab Turunya Ayat Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani.

Muhammad Nasib Ar-Rifai. 2011. ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema
Insani.

Ramayulis. 2013. Profesi & Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia.

Samsul Nizar Dkk.2011.Hadist Tarbawi (Membangun Kerangka Pendidikan Ideal


Perspektif Rasulullah). Jakarta: Kalam Mulia.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. 2011. TafsirAl-Qur’an. Jakarta: Dar Ibn
al-Jauzi, KSA.

Internet_Mufradat

24
25

Anda mungkin juga menyukai