Anda di halaman 1dari 12

9 METODE DAN STRATEGI DAKWAH

Tafsir Dakwah

Oleh:

1. Riyan Eka Saputra 1941913030


2. Salsabila Azizah 1941913032

Dosen Pengampu:
Muhammad Hasan, M.I.S

PRODI MANAJEMEN DAKWAH


PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
IAIN SAMARINDA
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah merupakan ajakan, seruan, panggilan, bujukan, kapada kebajikan,
sesuai dengan fitrah manusia, sekaligus seirama dengan tuntunan Al-Quran dan
Hadis. Dakwah sebagai imbauan kepada jalan Allah mulai diperkenalkan kepada
manusia selama manusia itu diutus seorang Rasul. Rasul sebagai pembawa berita
gembira kepada umatnya setiap saat menyeru kapada kebaikan. Akan tetapi
fenomena dakwah dari zaman-ke zaman sangat berbeda. Tantangan dakwah
berbeda antara umat nabi Nuh,Isa, Musa, Isa, Muhammad dan berbeda pada masa
kini.
Dakwah adalah segala bentuk aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang
lain dengan berbagai cara yang bijaksana untuk terciptanya individu dan
masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua
lapangan kehidupan.Dakwah merupakan kewajiban bagi umat Islam tak terkecuali.
Untuk bisa mencapai target yang diharapkan dalam berdakwah, tentunya setiap
individu umat Islam harus mengeathui dan paham betul metode-metode yang harus
digunakan dalam berdakwah.
Dakwah dengan ceramah hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
pengaruh seperti kyai atau ustadz, padahal semua muslim wajib untuk berdakwah.
Dakwah tidak hanya bisa dilakukan dengan memberi tausiyah, dakwah bisa kita
sisipkan di semua sisi kehidupan manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Metode dan Strategi Dakwah?
2. Bagaimana Tafsiran Surah Al-Maidah (6) : 67, Surah Al-Nahl (16) : 125, Al-
Baqarah (2) : 26,256?
3. Apa Pendapat ulama mengenai surah-surah tersebut?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode dan Strategi Dakwah

Metode merupakan cara yang ditempuh oleh seseorang untuk melakukan


kegiatan berdasarkan kreatifitasnya masing-masing. Dakwah menurut A. Hasjmy
adalah mengajak danmenggerakkan manusia untuk meyakini dan mengamalkan
aqidah, syariah Islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh
pendakwah itu sendiri.

Dalam pembahasan ini penekanannya adalah cara melaksanakan dakwah saat


ini. Melakukan dakwah yang sebenarnya adalah hal yang sangat mudah. Karena
melakukan dakwah dimana saja dan kapan saja. Menyampaikan dakwah kita
pertama harus merujuk kepada Al-Quran dan Hadis Nabi. Salah satu metode
dakwah yang sampai saat inimasih relevan dipraktekkan oleh para dai adalah dapat
merujuk kepada Hadis Nabi sebagaiberikut: Permudahlah, jangan mempersulit,
sampaikan kabar gembira dan jangan membuat orang lari (HR. Bukhari).
Mempermudah urusan bukanlah mebolehkan segala sesuatu, hal yang dalam
kehidupan ini. Misalnya, apabila seseorang baru masuk Islam misalnya. Setelah ia
mengucapkan dua Kalimah Syahadat. Maunya jangan langsung dengan serta merta
kita menyuruh membayar zakat, dan naik haji. Akan tetapi jika ia baru saja masuk
Islam maka kita memberikan kabar-gembira, kabar yang menyenangkan serta
menyejukkan. Misalnya kita memberikan penjelasan bahwa Islam Agama yang
menghormati sesama manusia misalanya.1

Strategi menurut Arifin adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang


tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi, merumuskan strategi
dakwah, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang
dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas atau mencapai tujuan.2

1
Abdul Rani Usman, “Metode dakwah kontemporer,” Jurnal Al Bayan 19, no. 28 (2013): 110.
2
Syahida Yasya Moeniri, “Like Islam Project, Strategi Dakwah Masa Kini,” Dirosat : Journal of Islamic Studies
2, no. 1 (2017): 66, https://doi.org/10.28944/dirosat.v2i1.66.

2
Strategi dapat diartikan sebagai tata cara dan usaha-usaha untuk menguasaidan
mendayagunakan segala sumber daya untuk mencapai tujuan.3

Dari berbagai pemaknaan tersebut, ada beberapa karakter yang melekat dalam
pengartian metode dakwah yaitu; metode dakwah merupakan cara-cara sistematis
yang menjelaskan arah strategi dakwah. Karena menjadi bagian dari strategi yang
masih berupa konseptual, metode dakwah bersifat lebih konkrit dan praktis.
Sedangkan tujuan dari metode dakwah tidak hanya untuk menunjang efektivitas
dakwah, tetapi juga dapat meminimalisir hambatan dakwah. Meskipun demikian,
perlu kiranya dipahami bahwa setiap strategi tentu memiliki keunggulan dan
kelemahan. Oleh karena itu, pemilihan metode yang tepat menjadi keniscayaan
dalam mewujudkan keberhasilan dakwah.4

B. Surah-Surah, Terjemah, dan Tafsir


1. Surah Al-Maidah ayat 67
ِ ِّ‫الرسو ُل بلِّ ْغ مٓا اُنْ ِز َل اِلَيك ِمن َّرب‬
َ ‫ك ۗ َوا ْن لَّ ْم َت ْف َع ْل فَ َما َبلَّ ْغ‬
ٗ‫ت ِر ٰسلَتَه‬ َ ْ َْ َ َ ْ ُ َّ ‫۞ ٰيٓ اَُّي َها‬
ٰ ‫ساِ َّن ال ٰلّهَ اَل َي ْه ِدى الْ َق ْو َم ال‬
٦٧ ‫ْك ِف ِريْ َن‬ ِ ۗ ‫ك ِم َن النَّا‬ ِ ‫ۗوال ٰلّهُ ي ْع‬
َ ‫ص ُم‬ َ َ
Terjemah Kemenag 2002
67. Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.
Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak
menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan)
manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.

Dalam Tafsir Nurul Quran, Allamah Kamal Faqih Imani (2004:452- 453)
menjelaskan secara terperinci bahwa: Dalam ayat ini, yang diajak berbicarahanya
Nabi SAW. Ayat ini hanya menyatakan keajiban beliau. Teks ayat di atas dimulai
dengan kata-kata “Wahai Rasul!” dan selanjutnya secara eksplisit dan penuh
3
Hatmansyah, S.Ag., ME, “Strategi dan Metode Dakwah Walisongo,” Al-Hiwar : Jurnal Ilmu dan Teknik
Dakwah 3, no. 5 (2017): 12, https://doi.org/10.18592/al-hiwar.v3i5.1193.
4
Muhammad Diak Udin dan Metode Dakwah, “Muhammad Diak Udin Abstrak” 1, no. 2 (2019): 96.

3
penekanan ia memerintahkan kepada beliau demikian, ...sampaikanlah apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu... Kemudian, untuk penekanan lebih lanjut, ia
memperingatkan beliau bahwa jika beliau tidak melaksanakan hal itu (sesuatu hal
yang tidak akan pernah terjadi pada beliau), berarti beliau tidak menyampaikan
sama sekali risalah-Nya kepada umat manusia. Ayat di atas mengatakan, Dan jika
tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berati) kamu sama sekali tidak
menyampaikan risalah-Nya. Setelah itu, wahyu di atas menghibur Nabi SAW.
seolah-olah beliau cemas dan khawatir bahwa akan terjadi insiden tertentu, dan
mengatakan kepada beliau agar tidak merasa takut terhadap manusia dalam
melaksanakan kewajiban ini. Ayat di atas mengatakan, Allah akan memelihara
kamu dari (gangguan) manusia ... Dan di akhir ayat, sebagai ancaman dan
hukuman bagi mereka yang menolak atau mengingkari pesan khusus ini dan
dengan keras hatinya menolaknya, ayat di atas mengatakan, Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.5

2. Surah Al-Nahl ayat 125


ِۗ ِ َ ِّ‫اُ ْدعُ اِ ٰلى سبِي ِل رب‬
ِ ‫ْح ْكم ِة والْمو ِعظَ ِة الْحسنَ ِة وج‬
َ َّ‫ادل ُْه ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَ ْح َس نُ ا َّن َرب‬
‫ك ُه َو اَ ْعلَ ُم‬ ََ ََ ْ َ َ َ ‫ك بِال‬ َ َْ
١٢٥ ‫ض َّل َع ْن َسبِْيلِهٖ َو ُه َو اَ ْعلَ ُم بِال ُْم ْهتَ ِديْ َن‬
َ ‫بِ َم ْن‬
Terjemah Kemenag 2002
125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk.

Dalam tafsirnya, Hamka menjelaskan bahwa ayat diatas mengandung ajaran


kepada Rasul SAW. tentang cara melancarkan dakwah atau seruan terhadap
5
Mochamad Mangsur, “Metode Pendidikan Islam Dalam Perspektif Al Quran Surat Al Maidah Ayat 67 Dan Al
Nahl Ayat 125 (Kajian Tafsir Al Misbah)” 125 (2015): 114,
http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/7868265430.pdf.

4
manusia agar mereka berjalan diatas jalan Allah (Sabilillah), atau Shirathal
Mustaqim, atau ad-Dinul Haqq, Agama yang benar. Menurut Hamka, di dalam
melakukan dakwah, hendaklah memakai tiga macam cara atau metode.6
Pertama, Hikmah (kebijaksanaan).Hikmah menurut bahasa adalah
menempatkan sesuatu pada tempatnya. Itu merupakan arti kata hikmah secara
ethimologi. Menurut Hamka, dakwah dengan hikmah Yaitu dengan secara
bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih menarik
perhatian orang kepada agama, atau kepada kepercayaan terhadap Tuhan. Menurut
Hamka, hikmah adalah inti yang lebih halus dari filsafat. Menurutnya, filsafat
hanya dapat difahamkan oleh orang-orang yang telah terlatih fikirannya dan tinggi
pendapat logikanya. Sedangkan hikmah dapat menarik orang yang belum maju
kecerdasannya dan tidak dapat dibantah oleh orang yang lebih pintar.
Kebijaksanaan itu bukan saja dengan ucapan mulut, melainkan termasuk juga
dengan tindakan dan sikap hidup.
Kedua, al-Mau’izhatul Hasanah.Mau’izhah secara bahasa artinya adalah
nasihat. Menurut Hamka, mau’izhah hasanah artinya pengajaran yang baik, atau
pesan-pesan yang baik, yang disampaikan sebagai nasihat. Menurutnya termasuk
kategori mau’izhah hasanah adalah pendidikan ayah bunda dalam rumah tangga
kepada anak-anaknya, sehingga menjadi kehidupan mereka pula, pendidikan dan
pengajaran dalam perguruan-perguruan. kalau melihat penjelasan Hamka, jelas
sekali dakwah dengan metode mau’izhah hasanah memiliki cakupan yang luas
bukan hanya digunakan ketika menyampaikan dakwah di masyarakat umum, tetapi
lingkungan keluarga, kampus dan lain sebagainya.
Yang ketiga adalah jadilhum billati hiya ahsan (bantahlah mereka dengan cara
yang lebih baik). Menurut Hamka, Kalau terpaksa timbul perbantahan atau
pertukaran fikiran, yang di zaman kita ini disebut polemic, ayat ini menyuruh agar
dalam hal yang demikian, kalau sudah tidak dapat dielakkan lagi, pilihlah jalan
yang sebaikbaiknya. Diantaranya ialah memperbedakan pokok soal yang tengah
dibicarakan dengan perasaan benci atau sayang kepada pribadi orang yang tengah
diajak berbantah. Misalnya, seseorang yang masih kufur, belum mengerti ajaran
6
A M Ismatulloh, “METODE DAKWAH DALAM AL-QUR’AN (Studi Penafsiran Hamka terhadap QS. An-
Nahl: 125),” Lentera IXX, no. 2 (2015): 165, https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21093/lj.v17i2.438.

5
Islam, lalu dengan sesuka hatinya saja mengeluarkan celaan kepada Islam, karena
bodohnya. Orang ini wajib dibantah dengan jalan yang sebaik-baiknya, disadarkan
dan diajak kepada jalan fikiran yang benar, sehingga dia menerima. Tetapi kalau
terlebih dahulu hatinya disakitkan, karena cara kita membantah yang salah,
mungkin dia enggan menerima kebenaran, meskipun hati kecilnya mengakui,
karena hatinya disakitkan.
Ketiga pokok cara atau metode dakwah diatas, menurut Hamka amatlah
diperlukan disegala zaman. Sebab dakwah atau ajakan dan seruan membawa umat
manusia kepada jalan yang benar itu, sekali-kali bukanlah propaganda.7

3. Surah Al-Baqarah ayat 26

ۗ ‫ضةً فَ َما َف ْو َق َها‬


َ ‫ب َمثَاًل َّما َبعُ ْو‬ ْ َّ‫۞ اِ َّن ال ٰلّهَ اَل يَ ْستَ ْحيٖٓ اَ ْن ي‬
َ ‫ض ِر‬

ۘ ‫اد ال ٰلّهُ بِ ٰه َذا َمثَاًل‬


َ ‫ْح ُّق ِم ْن َّربِّ ِه ْم ۚ َواََّما الَّ ِذيْ َن َك َف ُر ْوا َفَي ُق ْول ُْو َن َماذَٓا اَ َر‬ ِ
َ ‫فَاََّما الَّذيْ َن ٰا َمُن ْوا َفَي ْعلَ ُم ْو َن اَنَّهُ ال‬

٢٦ َ‫ض ُّل بِهٖٓ اِاَّل الْ ٰف ِس ِق ْي ۙن‬


ِ ‫ض ُّل بِهٖ َكثِْيرا َّوي ْه ِدي بِ ٖه َكثِْيرا ۗ وما ي‬
ُ ََ ً ْ َ ً
ِ‫ي‬
ُ
Terjemah Kemenag 2002
26. Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk
atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu
bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa
maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak
orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang
diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan
(perumpamaan) itu selain orang-orang fasik.

Menurut Hamka, sesuatu yang tidak penting, tidak mungkin dijadikan


Tuhan sebagai perumpamaan . Namun, kategori penting dan tidak penting,
berbanding lurus dengan kapasitas pengetahuan seseorang. Perumpamaan

7
Ismatulloh, 166–67.

6
nyamuk diolokolok oleh kaum Kafirin, karena jangkauan pengetahuan mereka
tidak seluas jangkauan pandangan al-Qur‟an yang melintas capaian zaman.
Al-Maraghi dan Quraish Shihab memandang, bahwa ‫اء‬NN‫ الحي‬adalah
ungkapan khawatir mendapatkan celaan dari orang lain. Jika diperhatikan,
nyamuk dijadikan perumpamaan oleh Tuhan saat bangsa Arab (baik Muslim
dan non Muslim) belum mengenal teknologi dan ilmu pengetahuan modern.
Sudah menjadi suatu keniscayaan, orang-orang Munafik menolak untuk
menerima. Karena nyamuk masih dilihat dengan kaca mata biasa. Ia hanya
dianggap sebagai hewan invertebrata yang lemah tanpa faedah.
Mengenai hal ini, Fakhr al-Razi berpendapat bahwa dijadikannya
nyamuk sebagai perumpamaan, merupakan seni Tuhan dalam menjawab
celaan. Orang-orang arab sering menggunakan perumpamaan dalam
percakapan mereka supaya ia lebih memberi kesan kepada makna. Berkaitan
dengan hewan-hewan kecil seumpama serangga, terdapat perumpamaan yang
telah digunakan dalam kalangan orang Arab sejak zaman-berzaman.8
Allah memberikan perumpamaan dengan menyinggung sesuatu
tertentu, kecil maupun besar, sekalipun hanya membuat perumpamaan dengan
sesuatu yang sangat kecil, seperti nyamuk, lalat dan sejenisnya yang Allah
membuat permisalan dengannya sebagai bukti kelemahan segala yang
disembah selain Allah.9

4. Surah Al-Baqarah ayat 256

‫ت َو ُي ْؤ ِم ۢنْ بِال ٰلّ ِه َف َق ِد‬ ْ ْ َْ َ ُّ ‫ٓاَل اِ ْك َر َاه فِى الدِّيْ ۗ ِن قَ ْد َّتَبيَّ َن‬
ِ ‫الر ْش ُد ِمن الْغَ ِّي ۚ فَمن يَّ ْك ُفر بِالطَّاغُو‬

٢٥٦ ‫ام ل ََها ۗ َوال ٰلّهُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬


َ‫ص‬
ِ ِ
َ ‫ك بِالْعُ ْر َوة ال ُْو ْث ٰقى اَل انْف‬
َ ‫استَ ْم َس‬
ْ

Terjemah Kemenag 2002


256. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya
telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat.
8
M. ALCHAKIM AMANU, “済無 No Title No Title,” Manajemen Pengembangan Bakat Minat Siswa Di Mts
Al-Wathoniyyah Pedurungan Semarang, 2015, 85–88.
9
Adilla Amanati, “Penggunaan Perumpamaan Pada Terjemahan Surat Al-Baqarah : Kajian Stilistika,” 2019, 5.

7
Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh,
dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.
Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Terkait dengan ayat ini, Wahbah Zuhaili mengatakan bahwa ayat ini
turun berkaitan dengan seorang sahabat Anshar yang memaksa dua anaknya
utntuk masuk Islam. Ibnu Abbas berkata, “ayat ini turun berkenaan dengan
seseorang sahabat anshar bernama hushain yang memaksa dua anaknya yang
beragama nasrani untuk masuk islam. Namun, mereka menolak”.
Berikut paparan Ibnu Katsir terkait dengan QS Al-Baqarah ayat 256
yang dikutip dari kitab Lubaabut Tafsir Min Ibnui Katsiir yang ditahqiq (teliti)
oleh Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh
yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M. Allah berfirman ‫ٓاَل اِ ْك َراهَ فِى ال ِّد ْي ۗ ِن‬
“tidak ada paksaan untuk memasuki agama” Maksudnya, janganlah kalian
memaksa seseorang memeluk agama Islam. Karena sesungguhnya dalil-dalil
dan bukti-bukti sudah sedemikian jelas dan gamblang, sehingga tidak perlu ada
pemaksaan terhadap seseorang untuk memeluknya. Dan barang siapa yang
dibutakan hatinya oleh Allah Ta‟ala, dikunci mati pendengaran dan
pandangannya, maka tidak akan ada manfaat baginya paksaan dan tekanan
untuk memeluk agama Islam Para ulama menyebutkan bahwa sebab turunnya
ayat ini adalah berkenaan dengan beberapa kaum anshar, meskipun hukumnya
berlaku umum.10
Dalam penafsiran Hamka terhadap ayat ini menjelaskan korelasi dengan
ayat sebelumnya yang dikenal sebagai ayat kursi. Ayat 255 (Ayatul Kursi)
menjelaskan inti sari dari ajaran Islam yaitu tauhid. Kemudian makna daripada
tauhid tersebut meliputi makna ketuhanan seluruhnya yang sesuai dengan fitrah
manusia. Maka dari itu, jika hati seorang manusia tulus dan ikhlas yang tidak
dipengaruhi oleh taklid terhadap nenek moyang atau dari paksaan para pemuka
agama dalam melakukan dogmatisasi, maka dengan sendirinya akan menerima
pesan dari ayat kursi tersebut, sehingga tidak perlu adanya paksaan karena
sudah jelas jalan yang benar dan jalan yang sesat.
10
Iqbal Amar Muzaki, “Pendidikan Toleransi Menurut Q.S. Al-Baqarah Ayat 256 Perspektif Ibnu Katsier,”
Jurnal Wahana Karya Ilmiah 3, no. 2 (2019): 412.

8
Menurut Hamka agama Islam memberi orang kesempatan untuk
menggunakan pikirannya secara murni untuk mencari kebenaran. Jika
seseorang membebaskan dirinya dari taklid dan pengaruh hawa nafsu, niscaya
dia akan bertemu dengan kebenaran. Suasana tersebut tidak bisa dilakukan
dengan paksa, harus melalui keinsafan diri.11

BAB III
PENUTUP

Dewi Nurmasari Pane, Miftah EL Fikri, dan Husni Muharram Ritonga, “済無 No Title No Title,” Journal of
11

Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2018): 5–6.

9
Kesimpulan
Melakukan dakwah sebagaimana yang dipraktekkan oleh Rasulullah,
memang sangatlah berat. Namun demikian seorang dai harus melakukan sesuai
dengan kemampuannya masing-masing. Islam yang kita anut merupakan
agama yang paling mulia sehingga harus melakukan amar-makruf nahi
mungkar dimana saja dan kapan saja, termasuk terhadap pemimpin kita yang
dianggap menyimpang.
Metode dakwah yang dipraktekkan dari masa ke masa secara
subtansilnya tidak berbeda. Namun secara teknis metode dan strategi dakwah
saat ini cenderung mengikuti perkembangan zaman. Dalam pandungan dunia
global ini fenomena dakwah semakin menarik untuk dikaji dan akhirnya
metode dakwahpun dipraktekkan sesuai dengan zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Amanati, Adilla. “Penggunaan Perumpamaan Pada Terjemahan Surat Al-Baqarah : Kajian


Stilistika,” 2019.
10
AMANU, M. ALCHAKIM. “済無 No Title No Title.” Manajemen Pengembangan Bakat
Minat Siswa Di Mts Al-Wathoniyyah Pedurungan Semarang, 2015, 2–3.

Ismatulloh, A M. “METODE DAKWAH DALAM AL-QUR’AN (Studi Penafsiran Hamka


terhadap QS. An-Nahl: 125).” Lentera IXX, no. 2 (2015): 155–69.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21093/lj.v17i2.438.

Mangsur, Mochamad. “Metode Pendidikan Islam Dalam Perspektif Al Quran Surat Al Maidah
Ayat 67 Dan Al Nahl Ayat 125 (Kajian Tafsir Al Misbah)” 125 (2015): 114.
http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/7868265430.pdf.

Moeniri, Syahida Yasya. “Like Islam Project, Strategi Dakwah Masa Kini.” Dirosat : Journal
of Islamic Studies 2, no. 1 (2017): 59. https://doi.org/10.28944/dirosat.v2i1.66.

Muzaki, Iqbal Amar. “Pendidikan Toleransi Menurut Q.S. Al-Baqarah Ayat 256 Perspektif
Ibnu Katsier.” Jurnal Wahana Karya Ilmiah 3, no. 2 (2019): 405–15.

Pane, Dewi Nurmasari, Miftah EL Fikri, dan Husni Muharram Ritonga. “済無 No Title No
Title.” Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2018): 1689–99.

S.Ag., ME, Hatmansyah,. “Strategi dan Metode Dakwah Walisongo.” Al-Hiwar : Jurnal Ilmu
dan Teknik Dakwah 3, no. 5 (2017). https://doi.org/10.18592/al-hiwar.v3i5.1193.

Udin, Muhammad Diak, dan Metode Dakwah. “Muhammad Diak Udin Abstrak” 1, no. 2
(2019): 94–110.

Usman, Abdul Rani. “Metode dakwah kontemporer.” Jurnal Al Bayan 19, no. 28 (2013): 109–
18.

11

Anda mungkin juga menyukai