Anda di halaman 1dari 15

BAB II :

Manhaj dan Dakwah

A. Pengertian Manhaj

Secara etimologi, manhaj adalah kalimat yang berasal dari kata Bahasa

Arab, yaitu ‫ َٓج يُٓج َٓجا‬nahaja-yanhaju-nahjan, yang berarti jalan, cara,

metode, prosedur, dan rangkaian.1 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, minhaj adalah cara atau metode.

Menurut Ibnu Katsir, manhaj adalah jalan yang terang dan gampang.2

Dan menurut Dr. Wahbah Az-Zuhailli, Minhaj adalah jalan yang terang

yang ditempuh dalam beragama.3

Allah Ta‟ala berfirman:

َ ‫ِنكُ ٍّّم َج َع ْهَُا ِي ُْكُ ْى ِش ْر‬


‫عتً َٔ ِي ُْ َٓا ًجا‬

“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan


jalan yang terang.”4
Sedangkan menurut terminologi, manhaj adalah seluruh kaidah-kaidah

dan ketentuan-ketentuan yang digunakan dalam setiap pelajaran-pelajaran

ilmiyah, seperti kaidah-kaidah bahasa Arab, ushul „aqidah, ushul fiqih, dan

1
https://www.almaany.com/id/dict/ar-id /, diakses pada pukul 21.00, tanggal 02 februari 2020
2
Nasib Ar-Rifa‟I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, terj. Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003),
hlm:105
3
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, terj Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, (Jakarta: Gema Insani,
2016), Jilid: 3, hlm: 547
4
Departemen Agama RI. Al qur‟an dan Terjemahannya, hlm: 116
ushul tafsir dimana dengan ilmu-ilmu ini pembelajaran dalam Islam

menjadi teratur benar.5

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan hafidzahullah menjelaskan perbedaan

antara aqidah dan manhaj, beliau berkata, “Manhaj lebih umum daripada

aqidah. Manhaj diterapkan dalam aqidah, suluk, akhlak, muamalah, dan

setiap langkah yang dilakukan dalam semua kehidupan seorang Muslim

dikatakan manhaj. Adapun yang dimaksud aqidah adalah pokok iman, makna

dua kalimat syahadat, dan konsekuensinya. Inilah aqidah.” 6

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manhaj adalah

seluruh pola kehidupan seorang muslim. Manhaj diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari, baik yang berbentuk keyakinan, akal, maupun yang nampak

dalam amal perbuatan. Sehingga ketika seserorang yang beraqidah dia

disebut sebagai orang yang bermanhaj, orang yang memiliki akhlak baik

disebut sebagai orang yang bermanhaj, orang yang bermuamalah dengan baik

disebut sebagai orang yang bermanhaj, dan seluruh kehidupan mereka yang

mencontoh kehidupan Rasulullah juga disebut sebagai kehidupan yang

bermanhaj.

Maka ketika seseorang membatasi manhaj hanyalah sebatas metode

penyampaian, tentulah merupakan sebuah kesalahan yang sangat besar.

Karena manhaj merupakan keyakinan dan perbuatan baik seorang muslim,

yang mencontoh para rasul terdahulu dalam beragama, sehingga dapat

menjadi contoh dan panutan bagi umat Islam lainnya.

5
Isa Malullah, Al-Mukhtashar AL-Hatsits fi bayani Ushuli Manhaj Al-Jadidah, (Kuwait: Gharis, 2007),
hlm: 15
6
Aris Munandar, Lc. dkk. Silsilah Materi Manhaj Dakwah, (Solo: Siaga Media, 2015), hlm: 10
B. Dakwah

1. Definisi Dakwah

Menurut etimologi, dakwah merupakan bentuk kata Bahasa Arab

yang berasal dari asal kata ٕ‫ دعا يدع‬da‟aa-yad‟u yang berarti memanggil,

menyeru atau mengundang.7 Sedangkan dalam al-Munawwir ٕ‫دعا يدع‬

da‟aa-yad‟u memiliki arti memanggil atau mengundang. 8 Kata ini juga

dapat diartikan dengan permintaan yang sangat untuk memenuhi seruan,

baik diterima maupun tidak seruan itu.

Sedangkan menurut terminologi, dakwah adalah sebuah usaha baik

berupa perbuatan yang mengajak manusia untuk menerima Islam,

mengamalkan dan berpegang teguh terhadap prinsip-prinsipnya, meyakini

aqidahnya serta berhukum dengan syari‟at-Nya.9

Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan

bahwa dakwah adalah penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan

masyarakat, atau juga bisa dikatakan seruan untuk memeluk, mempelajari,

dan mengamalkan ajaran agama.10

7
https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/ diakses pada pukul:20.00, tanggal: 02 februari 2020
8
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka
Progressif, hlm. 406
9
Aris Munandar, Lc. dkk. Silsilah Materi Manhaj Dakwah, (Solo: Siaga Media, 2015), hlm: 10
10
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/dakwah, diakses pada pukul 10:30, tanggal 31 januari 2020
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “dakwah kepada

Allah adalah dakwah menuju keimanan kepada-Nya dengan meyakini apa

yang dikhobarkan oleh-Nya dan menaati perintah-Nya,”11

Imam Ibnu Jarir At-Thobari rahimahullah juga menjelaskan tentang

maksud dakwah, yaitu menyeru manusia menuju Islam dengan perkataan

dan perbuatan.12

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: Dakwah kepada Allah

Shubhanahu Wa Ta‟ala ialah memotivasi manusia kepada kebaikan,

petunjuk, dan memerintahkan kebaikan serta mencegah yang munkar agar

meraih kebahagiaan dunia akhirat.13

Dari penjelasan di atas, dapat diambil sebuah pengertian bahwa

Manhaj Dakwah adalah kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan dalam usaha

mengajak manusia untuk menerima Islam, mengamalkan dan berpegang

teguh terhadap prinsip-prinsipnya, meyakini aqidahnya, serta berhukum

dengan syari‟at-Nya.

2. Metode-metode Dalam Berdakwah

Bagi seorang da‟i, sangatlah penting untuk mengetahui metode-

metode dalam berdakwah dan begitu juga cara penyampaiannya. Sampai dia

11
Majmu Fatawa, jilid: 15, hlm: 92
12
Aris Munandar, Lc. dkk. Silsilah Materi Manhaj Dakwah, hlm: 11
13
Ibid, hlm: 11
memiliki kemampuan untuk menyampaikan dakwah kepada Allah Ta‟ala

dengan penguasaan materi dan penyampaian yang maksimal. 14

Dalam penyampaian dakwah tentunya memiliki metode-metode atau

retorika tersendiri. Seperti dikatakan bahwa setiap kaum memiliki seni

tersendiri dalam berdakwah, yaitu memiliki cara khusus dari cara-cara yang

kaum itu miliki. Dan yang dimaksud dengan seni dakwah adalah ilmu yang

tersampaikan secara langsung, dan menghilangkan rintangan-rintangan dari

dakwah tersebut.

Sumber dasar yang menjadi rujukan para da‟i, dan juga tempat

mempelajari metode-metode dakwahnya yang bijaksana, diantaranya adalah:

Al-Qur‟an, As-Sunnah, dan kisah para salafus sholih dari kalangan shahabat,

dan para pengikutnya dari ahli ilmu dan iman.

Bentuk metode-metode dakwah yang sukses dan dapat diterima oleh

masyarakat, diantaranya adalah dengan menerapkan beberapa metode ini,

yaitu:

a. Seorang juru dakwah harus datang menemuinya dan menyerunya

ke jalan Allah, dan tidak patutlah seorang juru dakwah hanya

tinggal diam dan menanti kedatangan mereka di rumah. Rasulullah

sering menemui kaum Quraisy dan mengajak mereka agar

menerima Islam. Seperti halnya Rasulullah shallallahu „alaihi

wasallam yang belum merasa cukup ketika hanya menyampaikan

14
Sa‟id bin Ali bin Wahf Al-Qathani, Al-Hikmah Fi Ad-Da‟wah Ilallah Ta‟ala, Penerbit tidak
dicantumkan, hlm: 125
dakwah kepada orang Mekah saja, atau orang-orang yang datang ke

Mekah. Bahkan beluau pergi ke Thaif dan menyeru penduduknya.

Maka ada beberapa alasan Rasul untuk mendatangi para kaumnya,

diantaranya yaitu:

1) Menyampaikan merupakan tugas para rasul, seperti yang

dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

ٍ‫انرسُٕ ِل ِإ ََّّل ْانبَ ََلغُ ْان ًُ ِبي‬


َّ َٗ‫عه‬
َ ‫َٔ َيا‬

“dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan


menyampaikan (amanah Allah) dengan terang.”15
Dalam menyampaikan dakwah ini, terkadang Rasulullah

berpindah-pindah ke tempat yang dikehendakinya. Karena,

kemungkinan besar dakwahnya belum sampai ke tempat

itu, atau mungkin belum dipahami oleh masyarakat di

daerah tersebut. Maka, karena kemungkinan-kemungkinan

inilah Rasul harus mengunjungi tempat-tempat untuk

menyampaikan dakwahnya.

2) Kecintaan Rasul kepada umat manusia dan kenginginannya

untuk mengeluarkan mereka dari kekafiran dan kejahilan.

Itulah yang memaksanya untuk pergi ke tempat-tempat dan

rumah-rumah penerima dakwah untuk menyampaikan

dakwah.

3) Menjauhnya hati manusia dari ajaran Islam sebagai tanda

penyakit yang bersarang di hati manusia. Maka, bagi

15
Departemen Agama RI. Al qur‟an dan Terjemahannya, hlm: 352
mereka yang mengetahui dan merasakan adanya penyakit

itu pada dirinya, mereka merasa perlu dan memerlukan

pengobatan. Karena yang lebih tahu tentang penyakit jiwa

ini hanyalah Rasul, tanpa mereka menemui Rasul pun,

Rasul merasa berkewajiban menemui mereka untuk

menerangkan penyakit dan obatnya. Karena membiarkan

penyakit bersarang berarti meninggalkan tugas dakwah.

Maka bagi juru dakwah hendaknya untuk mengikuti jejak para

rasul untuk mengunjungi daerah dan kampung penerima dakwah

untuk menyampaikan dakwahnya. Alangkah baiknya jika para juru

dakwah selalu bertebaran di setiap pelosok dan kampung untuk

menyampaikan dakwah.

b. Menentukan dan membatasi penyakit yang diderita para penerima

dakwah, dan mengetahui penawar dari penyakitnya itu. Karena

ketika para dokter badan yang menangani pasien, tindakan yang

pertama dilakukan adalah menentukan penyakitnya terlebih dahulu.

Kemudian pada tindakan kedua ia menentukan obat dan penawar,

sesuai dengan penyakit yang didertita oleh pasiennya itu. Para da‟i

sejatinya adalah dokter jiwa dan hati. Sebagai contoh dari penyakit

ini adalah kufur dan maksiat. Penawar dari kekufuran adalah

beriman kepada Allah, dan penawar dari maksiat baik itu besar atau

kecil adalah bertaubat kepada Allah Maka selayaknya bagi para


da‟i untuk menempuh metode ini dalam menyembuhkan jiwa-jiwa

manusia yang sakit.

c. Menghilangkan syubhat-syubhat yang dapat menghalangi para

penerima dakwah dari melihat dan merasakan penyakit yang

dideritanya. Maka tidak diragukan lagi bahwa syubhat adalah

segala sesuatu yang menyebabkan seseorang menjadi ragu dan

curiga terhadap kebenaran yang disampaikan atau kebenaran

seseorang yang menyampaikan dakwah itu. Maka syubhat itu dapat

menghalangi dari melihat kebenaran dan mengurangi tanggapan

dari kebenaran yang disampaikan kepadanya.

d. Mencintai para penerima dakwah ketika mereka telah sadar untuk

mengamalkan penawar dari penyakit yang dideritanya, dan ketika

mereka menerima kebenaran yang datang kepadanya. Dan takut

ketika mereka meninggalkan penawar tersebut dan ketika mereka

tidak menerima kebenaran yang datang kepadanya.

e. Berikrar dengan orang-orang yang menerima dakwah untuk lebih

giat mengembangkan, mengajarkan, dan memberikan nasihat

kepada yang lainnya. Tujuannya agar lebih kuatnya jiwa mereka

dan kebal terhadap penyakit-penyakit yang dideritanya dahulu.

f. Menggunakan seluruh metode yang dimiliki, yang meliputi:

metode hikmah, pelajaran yang baik, membandingkan dengan yang


lebih baik, dan menggunakan kekuatan orang-orang dzalim yang

keras kepala. 16

g. Ikhlas dan sabar terhadap ujian dan cobaan dalam berdakwah.

Ketika seseorang didatangi atau mendapat ajakan untuk menerima

dakwah, maka dia berkewajiban untuk memenuhi ajakan, seruan,

dan memperkenankan dakwah itu sendiri. Namun, keadaan

manusia tidaklah sama ketika menerima dakwah. Ada di antara

mereka yang cepat menerima kebenaran, dan ada pula yang lambat

sekali, dan ada pula yang di antara kedua golongan tersebut.

Golongan yang cepat menerima tanpa keraguan sedikitpun

adalah seperti Abu Bakar dan para tukang sihir Fir‟aun. Tentang

diri Abu Bakar, Rasulullah menceritakan dalam sabdanya:

‫يا دعٕث أحدا إنٗ اإلسَلو إَّل كاَج فيّ عُدِ كبٕة ٔ َظر ٔ حردّد إَّل يا‬

ّ‫ حيٍ ذ ّكرحّ ٔيا حردّد في‬-‫ أٖ يا حهبث‬-‫كاٌ أبي بكر بٍ أبي قحافت ياعكى‬

“tidak ada seorang pun yang kuajak ke dalam Islam


melainkan selalu mempunyai alasan-alasan, atau menunggu-
nunggu atau ragu-ragu. Tetapi Abu Bakar bin Abi Kuhafah
tidak lagi menunggu ketika kusampaikan kepadanya dan tidak
merasa ragu-ragu.”17
Begitu juga tukang-tukang sihir Fir‟aun, yang disuruh untuk

melawan mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa. Disebutkan oleh

Allah dalam firman-Nya:

16
Sa‟id bin Ali bin Wahf Al-Qathani, Al-Hikmah Fi Ad-Da‟wah Ilallah Ta‟ala, Penerbit tidak
dicantumkan, hlm: 126
17
Siroh Ibnu Hisyam: 268
ُ ْ
)( ٍَ‫اجدِي‬
ِ ‫س‬ َ ‫ف َيا يَأفِكٌَُٕ () فَأ ْن ِق‬
َ ُ ‫ي ان َّس َح َرة‬ ُ َ‫ي ح َْهق‬
َ ِْ ‫صاُِ فَإِذَا‬
َ ‫ع‬ َ ٕ‫فَأ َ ْنقَٗ ُي‬
َ ٗ‫س‬

ٌَٔ‫َار‬ َ ٕ‫قَانُٕا آ َيَُّا بِ َربّ ِ ْانعَانَ ًِيٍَ () َربّ ِ ُي‬


ُ َْٔ ٗ‫س‬

“kemudian musa melemparkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia


menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu.
Maka menyungkurlah para penyihir itu bersujud. Mereka
berkata “Kami beriman kepada Tuhan seluruh alam. (yaitu)
Tuhannya Musa dan Harun.”18
Tukang-tukang sihir itu membantu Fur‟aun dalam menantang

Musa. Akan tetapi mereka sadar, ketika berhadapan dengan

mukjizat dan mengetahui bahwa apa yang dibawa Musa bukanlah

seperti sihir yang mereka perbuat, melainkan bukti kenabian Musa

yang Allah berikan. Apa yang mereka lihat dari bukti ini,

mendorong mereka untuk cepat menerima dan beriman serta

menyatakan imannya secara terus terang, yang menunjukkan

kekuatan cahaya iman yang menguasai jiwa mereka, sehingga

dapat mengalahkan kebatilan yang keluar dari lidah mereka sendiri.

Maka dengan itu, mereka menyatakan secara jelas dengan

mengatakan: “kami beriman kepada Tuhan Musa dan Harun.”

Ketika mereka mendengar ancaman dari Fir‟aun, mereka

menjawab: “tidak menimpa kemadharatan kepada kami di dunia

ini, tetapi adzab pada hari akhirat nanti pasti akan menimpa kepada

engkau. Oleh karena itu kami hanya bersabar, kemudian kami

menemui Tuhan kami dalam keadaan beriman serta mengharap

18
Departemen Agama RI. Al qur‟an dan Terjemahannya, , (Jakarta : Madina Qur‟an, 2016 ), hlm: 369
agar diampuninya kesalahan-kesalahan kami dahulu dan kami cepat

beriman dikala kami melihat mukjizat.”

Dua contoh yang telah dijelaskan menggambarkan orang yang

cepat menerima dakwah. Sebagai contoh orang yang lamban

menerima dakwah adalah kisah kaum Nuh. Nabi Nuh berada di

tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun,

tetapi orang yang memperkenankan seruannya hanya sedikit saja.

Abu Sofyan dan beberapa orang pemimpin Quraisy lainnya,

termasuk manusia yang seperti ini. Mereka belum beriman kepada

Islam dan Nabi Muhammad kecuali setelah dikuasainya kota

Mekah dan sesudah menantang Islam selama sepuluh tahun. Di

samping itu, masih banyak lagi orang-orang yang tidak mau

menerima dakwah Islam sampai saat meninggalnya dan matilah dia

dalam kekafiran.

Merupakan sebuah kewajiban penerima dakwah sesudah

mendapat petunjuk untuk menerima Islam, bahwa dia harus

menunaikan dan memperjuangkan tugas-tugas Islam, baik dalam

kehidupannya sehari-hari ataupun dalam mengingatkan orang lain.

Menjadikan kehidupan sesuai ajaran Islam ini di antaranya adalah

menyembah Allah sesuai dengan apa yang diperintahkan dan

diterangkan dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah, sehingga dalam


praktek keagamaan tidak ada hal-hal yang bertentangan dengan

ajaran Islam. 19

Maka pada hakikatnya dakwah merupakan tugas pokok para rasul.

Mereka diutus untuk menyeru kaumnya agar beriman kepada Allah dan

beriman kepada-Nya, seperti yang digariskan dalam syari‟at yang mereka

bawa. 20

Allah Ta‟ala berfirman:

َّ ‫َّللا َٔاجْ خَُِبُٕا‬


َ‫انطاغُٕث‬ ً ُ‫َٔنَقَدْ بَ َعثَُْا فِي كُ ِّم أ ُ َّي ٍّت َرس‬
َ َّ ‫َّٕل أ َ ٌِ ا ْعبُد ُٔا‬

“dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap


ummat (untuk menyerukakn). Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah
Thagut.”21
Di dalam tafsir al-munir dijelaskan bahwa sungguh Allah benar-

benar telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat, sebagaimana telah diutusnya

Nabi Muhammad kepada orang-orang musyrik. Bi‟tsah22, sebagaimana yang

dikatakan oleh al-Baidhawi, merupakan sunnatullah yang berlaku pada

seluruh umat. Sebagai media untuk menunjukkan kepada orang yang Allah

shubhanahu wa ta‟ala kehendaki agar mendapatkan petunjuk, dan semakin

menambah kesesatan kepada orang yang Dia kehendaki untuk

menyesatkannya. Seperti halnya sebuah makanan yang baik yang

bermanfaat bagi fisik yang sehat, namun makanan tersebut menjadi

madharat bagi fisik yang sakit. Hal ini menjadi dalil bahwa Allah

19
Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, terj: H.M Asywadi Syukur. Lc, hlm, 114
20
Dasar-dasar ilmu dakwah, hlm: 2
21
Departemen Agama RI. Al qur‟an dan Terjemahannya, hlm: 271
22
Yaitu pengutusah rasul, dalam kitab tafsir al-munir
shubhanahu wa ta‟ala senantiasa memeritahkan untuk beriman dan

melarang kekafiran pada semua umat. Kemudian Allah memerintahkan

untuk menyembah-Nya saja dan menjauhi berhala-berhala dan jangan sekali-

kali menyembah berhala itu. Ini adalah perintah untuk menyembah Allah

shubhanahu wa ta‟ala semata dan menjauhi thaghut.23 Maksudnya adalah

menjauhi apa yang diserukan oleh thaghut berupa hal-hal yang dilarang oleh

syari‟at. 24

Selain ditujukan kepada para rasul, perintah dakwah juga ditujukan

kepada seluruh umat Islam. Perintah itu Allah berikan, sebagai kehormatan

bagi umat Islam dan Rasulnya untuk melaksanakan dakwah.

Allah Ta‟ala berfirman:

‫ع ٍِ ْان ًُ ُْ َك ِر‬ ِ ‫اس ح َأ ْ ُي ُرٌَٔ بِ ْان ًَ ْع ُر‬


َ ٌَْٕ َٓ ُْ َ‫ٔف َٔح‬ ْ ‫كُ ُْخ ُ ْى َخي َْر أ ُ َّي ٍّت أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ َُّ‫ج ِنه‬

“kamu adalah sebaik-baik umat, yang dilahirkan untuk manusia,


supaya kamu menyuruh mengerjakan kebajikan dan melarang
memperbuat kejahatan.”25
Ayat di atas memberikan pengertian bahwa kebaikan umat itu karena

tugasnya menyuruh dan mengajak berbuat yang ma‟ruf dan mencegah dari

berbuat munkar. Tugas ini merupakan tugas para rasul terdahulu yang Allah

perintahkan juga kepada umat Islam. Dalam tugas pokok amar ma‟ruf dan

nahi munkar adalah berdakwah. Bahkan al-Qur‟an menetapkan bahwa

23
Thaghut adalah setiap hal yang disembah selain Allah. Thaghut mencakup setan, dukun, berhala, dan
setiap pihak yang mengajak kepada kesesatan.
24
Tafsir al-munir jilid:5, hlm: 384
25
Departemen Agama RI. Al qur‟an dan Terjemahannya, hlm: 64
dakwah adalah sifat setiap orang yang beriman, dan orang yang menghalag-

halangi dari jalan Allah tersebut adalah orang munafik. 26

Allah Ta‟ala berfirman:

َ ٌَْٕ َٓ ُْ ‫ض َيأ ْ ُي ُرٌَٔ ِب ْان ًُ ُْ َك ِر َٔ َي‬


ٍِ ‫ع‬ ُ ‫ْان ًَُُا ِفقٌَُٕ َٔ ْان ًَُُا ِفقَاثُ َب ْع‬
ٍّ ‫ض ُٓ ْى ِي ٍْ َب ْع‬

ِ ‫ْان ًَ ْع ُر‬
‫ٔف‬

“orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian


mereka dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka
menyuruh membuat yang minkar dan melarang berbuat yang
ma‟ruf.”27
Al-Qurthubi berkata, bahwa Allah shubhanahu wa ta‟ala telah

menjadikan amar ma‟ruf dan nahi munkar sebagai pembeda antara golongan

orang yang beriman dan golongan orang yang munafik. Orang-orang yang

beriman akan senantiasa beramar ma‟ruf dan mencegah kemunkaran dan

puncaknya adalah menyeru manusia ke jalan Allah shubhanahu wa ta‟ala.28

Dari penjelasan di atas, nyatalah bahwa orang yang mendapat tugas

dakwah adalah setiap orang muslim yang sudah baligh dan memiliki akal

sehat, baik laki-laki atau perempuan. Setiap kaum muslim mendapatkan

tugas dakwah tanpa terkecuali, baik dia ulama atau bukan, karena tugas ini

dibebankan kepada umat Islam seluruhnya. Akan tetapi para „alim „ulama

26
Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, terj: H.M Asywadi Syukur. Lc (Jakarta: Media
Dakwah, 1980), hlm: 4
27
Departemen Agama RI. Al qur‟an dan Terjemahannya, hlm: 197
28
Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, terj: H.M Asywadi Syukur. Lc hlm: 5
lebih ditekankan untuk menyampaikan perincian-perincian ajaran agama,

karena luasnya pengetahuan yang mereka miliki dalah hal ini. 29

C. Makna Kalimat Manhaj dan Dakwah Ketika Digabungkan

Manhaj yang memiliki makna jalan, metode, prosedur, cara, rangkaian, atau

bahkan seluruh pola kehidupan seorang muslim, yang diterapkan dalam aqidah, suluk,

akhlak, muamalah, dan setiap langkah yang dilakukan dalam semua kehidupan

seorang Muslim. Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan hafidzahullah menjelaskan bahwa,

“Manhaj lebih umum daripada aqidah. Manhaj diterapkan dalam aqidah, suluk,

akhlak, muamalah, dan setiap langkah yang dilakukan dalam semua kehidupan

seorang Muslim dikatakan manhaj.” 30

Sehingga makna manhaj dakwah adalah sebuah istilah yang berkaitan dengan

ilmu-ilmu dakwah, baik itu metode, aturan, keyakinan, dan setiap langkah yang

dilakukan demi tersampaikannya dakwah tersebut.31 Maka, ketika seseorang hanya

membatasi bahwa manhaj dakwah adalah sebuah metode dakwah, justru itu

merupakan sebuah kesalahan. Karena manhaj dakwah bersifat lebih global daripada

metode dakwah, dan metode dakwah merupakan salahsatu bagian dari manhaj dakwah

itu sendiri.

29
Ibid, hlm: 6
30
Aris Munandar, Lc. dkk. Silsilah Materi Manhaj Dakwah, (Solo: Siaga Media, 2015), hlm: 10
31
https://www.islamweb.net/ar/article diakses pada tanggal: 21 maret 2020, pukul: 07.00

Anda mungkin juga menyukai