Anda di halaman 1dari 34

Makalah

METODOLOGI PENGEMBANGAN METODE DAKWAH


KONTEMPORER BERBASIS AL-QUR’AN

Tugas mata kuliah Metode Dakwah Al-Qur’an


Dosen Pengampu:
M. Haris Hakam, S.H, M.A

Disusun Oleh:

Nurul Hikmah 21211748


Rizki Amalia Putri 21211775
Shafa Kamila Sayidah 21211792

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN
JAKARTA
1444 H/2022 M
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, yang mana dengan
nikmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik di
waktu yang tepat. Dan tak lupa shalawat beserta salam kami semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. yang telah membimbing
kita dari zaman yang jahiliyah hingga mulia karena limpahan kasih sayang dan
indahnya agama Islam.

Adapun tema makalah kami pada kesempatan kali ini yakni


“Metodologi Pengembangan Metode Dakwah Kontemporer Berbasis Al-
Qur’an”. Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada Bapak Haris
Hakam S.H, M.A, selaku dosen mata kuliah Metode Dakwah Al-Qur’an, yang
telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini dengan baik. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat membantu para pembaca untuk menambah
pengetahuannya.

Jakarta, 28 November 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 3
1. DAKWAH BIL QOLAM ............................................................ 3
2. DAKWAH MEDIA MASSA ...................................................... 7
3. DAKWAH KONTEMPORER .................................................. 11
4. DAKWAH FENOMENA ALAM .............................................. 19
5. DAKWAH DAN PENDEKATAN ILMU PENGETAHUAN . 25
BAB III PENUTUP .............................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu unsur penting dakwah adalah metode dakwah. Dikatakan
penting karena sangat menentukan efektivitas pelaksanaan dakwah. Fakta
menunjukkan meskipun materi dakwahnya bagus dan menarik serta sesuai
dengan kebutuhan penerima dakwah, tetapi metode penyampaiannya tidak
bagus maka dakwah tidak akan berhasil sebagaimana diharapkan. Seorang
da’i di samping menguasai materi dakwah dia juga harus memiliki
kemampuan yang memadai dalam metode penyajian dakwah. Kenyataan di
lapangan membuktikan bahwa kendatipun materi dakwahnya kurang
menarik tetapi cara penyajiannya menarik membuat jemaah antusias dalam
menyimaknya. Metode dakwah memerlukan pengembangan sesuai dengan
tuntutan zaman. Rasul-rasul pun menerapkan metode dakwah yang berbeda
sesuai kondisi faktual masyararakat yang dihadapi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah metode dakwah bil qolam?
2. Bagaimanakah metode dakwah dengan media massa?
3. Apa yang dimaksud dengan metode dakwah kontemporer?
4. Bagaimanakah metode dakwah fenomena alam?
5. Bagaimanakah metode dakwah dan pendekatan ilmu pengetahuan?
C. Tujuan
1. Mahasiswi mampu memahami metode dakwah bil qolam
2. Mahasiswi mampu memahami metode dakwah dengan media massa
3. Mahasiswi mampu memahami metode dakwah kontemporer
4. Mahasiswi mampu memahami metode dakwah fenomena alam

1
5. Mahasiswi mampu memahami metode dakwah dan pendekatan ilmu
pengetahuan

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. METODE DAKWAH BIL QOLAM
a. Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa dakwah berasal dari bahasa arab
“da’wah”. Da’wah mempunyau tiga huruf asal, yaitu dal, ‘ain, dan wawu.
Dari awal tiga huruf ini, terbentuk beberapa kata dengan ragam makna.
Makna-makna tersebut adalah memanggil, mengundang, meminta tolong,
meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong,
menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi dan meratapi.1
Arti dakwah menurut istilah, Asmuni Syukir mengutip dari Hamzah
Yakub bahwa dakwah dalam Islam ialah mengajak umat manusia dengan
hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasulnya. Toha
Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya mengajak
umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.2
Disisi lain dakwah juga memiliki arti mengajak kepada kebaikan,
baik pada diri sendiri maupun orang lain sesuai dengan ajaran serta
ketentuan yang digariskan Allah dan Rasul-Nya dan meninggalkan
perbuatan tercela. Jadi, dakwah dalam pengertian khusus identik dengan
amar ma’ruf nahi munkar. Dalam surah Ali-Imran ayat 110 yang berbunyi
:
ِّٰ ‫ف وتَ ْن هو َْن َع ِْن الْم ْن َك ِْر وتُ ْؤِمنُ و َْن ِِب‬
ِ ِْ ‫ت لِلن‬
ْ‫لل‬ ْ َ ُ ْ َ َ ْ ‫َّاس ََت ُْم ُرْْو َْن ِِبل َْم ْع ُرْو‬ ْْ ‫ي اَُّمةْ اُ ْخ ِر َج‬
َْْ ‫ُك ْن تُ ْْم َخ‬

Secara umum, definisi dakwah yang dikemukakan para ahli di atas


menunjukkan pada kegiatan yang bertujuan perubahan positif dalam diri

1
Moh Ali Azis, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana Media Group, 2009) hal. 6
2
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011) hal. 1

3
manusia. Perubahan positif ini diwujudkan dengan peningkatan iman,
mengingat sasaran dakwah adalah iman. Karena tujuannya, maka
kegiatannya juga harus baik.3
b. Dakwah Bil Qolam

Pengertian dakwah bil qalam yaitu mengajak manusia dengan cara


bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah Swt. lewat seni
tulisan. Pengertian dakwah bil qalam menurut Suf Kasman yang mengutip
dari Tasfir Departemen Agama RI menyebutkan definisi dakwah bil qalam,
adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar
menurut perintah Allah Swt. melalui seni tulisan. Penggunaan nama
“Kalam” merujuk kepada firman Allah SWT, yang berbunyi :
ُ ‫ن ۚ َو ْالقَلَم َو َما َي ْس‬
َ‫ط ُر ْون‬
Artinya: Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis (Q.S. Al-Qolam [68]
:1)
Metode ini telah diaplikasikan pada zaman Rasulullah. Karena, pada
saat itu, tradisi tulis menulis sudah berkembang. Terbukti ketika Rasulullah
menerima wahyu, beliau langsung memerintahkan kepada para sahabat
yang memiliki kemampuan untuk menulis wahyu yang diterimanya.
Padahal saat itu secara teknis sulit untuk melakukan tulis-menulis
disebabkan belum tersedianya sarana seperti kertas dan alat tulis pena,
disamping budaya yang kurang mendukung. Tetapi para sahabat berupaya
untuk melakukannya. Begitu juga terhadap hadits Rasulullah, sebagian
sahabat yang memiliki kemampuan menulis dengan baik banyak yang
menulis hadits, meskipun ada sebagian riwayat yang mengatakan bahwa
sahabat dilarang untuk menulis Hadits. 4

3
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (edisi Revisi), (Jakarta: Kencana, 2009) hal. 19
4
Abdul Wachid, Wacana Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta :PustakaPelajar, 2005), Hal
223.

4
Seperti yang dikatakan Ali bin Abi Thalib “Tulisan adalah tamannya
para ulama,”. Lewat tulisan-tulisanlah para ulama “mengabadikan” dan
menyebarluaskan pandangan-pandangan keislamannya. Dakwah Bil Kalam
yang telah dilakukan para ulama salaf dan cendekiawan muslim terdahulu,
telah melahirkan sejumlah “kitab kuning”. Mungkin, jika tidak dituangkan
dalam tulisan, pendapat para ulama dan mujtahid sulit dipelajar dan
diketahui dewasa ini. Metode karya tulis merupakan buah dari keterampilan
tangan dalam menyampaikan pesan dakwah. Peradaban dunia akan lenyap
dan punah apabila, karya tulis berupa isi dakwah (Dakwah bil Lisan), tidak
dipublikasikan. Seperti halnya kita memahami Al-Qu’ran, hadits, fikih para
madzhab dari tulisan yang dipublikasikan.5
Bentuk-bentuk Dakwah Bil Qolam Berbagai macam atau bentuk
dakwah bil qolam dengan variasi yang berbeda-beda, yang dimana ada
suatu kriteria pada masing-masing bentuk untuk menuangkan dan penyajian
isi dari dakwah sendiri. Dalam metode dakwah bil qolam ada berbagai
bentuk, diantaranya:
1. Melalui tulisan.
Di dalam bentuk tulisan ini adalah metode berdakwah dengan bil
qolam paling mendasar, dimana para penulis (‘ulama, kyai, dan para
pengarang kitab) menyajikan dalam bentuk seperti kitab kuning dan
berbagai kitab karangan untuk dipelajari dan di kaji oleh para pelajar,
santri maupun yang lainya. Mengingat wahyu yang diturunkan kepada
Rosulullah yang memerintahkan untuk “bacalah” maka diadakanya
suatu perintah untuk menulis sesuatu tentang islam dan hukum-hukum
yang ada dalam Al-Quran supaya dapat di baca para khalayak yang luas.
2. Melalui media cetak.

5
Moh. Ali Aziz. Ilmu Dakwah. (Jakarta :Kencana, 2012), Hal 374.

5
Penyajian dakwah bil qolam menjadi berkembang dan menjadi
suatu karangan yang tetap sehingga dalam karangan yang pertama hanya
berbentuk tulisan yang hanya dipelajari dalam kajian, dalam media cetak
ini sudah disajikan dengan bahasa dan kemasan yang mudah untuk
dipahami. Seperti halnya koran, majalah, tabloid, benner, pamflet, stiker
dan kaos yang mengandung unsur Islam sehingga dapat diterima dengan
mudah kepada pembacanya.
Dakwah bil qolam merupakan metode dakwah yang mempunyai
keefektifan dalam penyampaian untuk para khalayak luas. Para
jurnalistik mendesain dengan sedemikian sehingga para pembaca suatu
majalah, surat kabar, ataupun karya tulis lainnya dapat dimasuki unsur-
unsur islam ataupun dakwah yang berupa tulisan. Memang semua cara
atau metode yang digunakan untuk berdakwah pasti ada kekurangan,
maka dari itu dakwah bil qolam melengkapi metode dakwah yang
lainnya seperti dakwah bil lisan dan dakwah bil hal. Dalam penyampaian
dakwah pun tidak semua harus mempunyai nama di khalayak luas
terlebih dahulu, yang terpenting adalah isi pesan yang telah di paparkan
dalam suatu dakwah.
Keunggulannya yaitu materi dapat mengena langsung dan dapat
di kenang oleh mad’u, seandainya lupa bisa di lihat dan di pelajari lagi
materi dakwahnya, dan dapat di pelajari dan di hafal. Kelemahannya
yaitu mengeluarkan biaya besar, tidak semua orang bisa membaca,
karena sasaran dakwah tidak hanya pada anak remaja dan dewasa, anak
kecil dan orang tua pun menjadi sasaran dakwah, dan tidak sedikit orang
yang malas membaca, mereka lebih senang mendengarkan dan melihat.
Apapun dinamikanya, dakwah dengan tulisan masih menjadi tantangan
buat para da’i, tulisan dianggap menjadi metode dan media yang lebih
kuat bertahan dibandingkan dakwah dengan lisan. Bukan berarti dakwah

6
dengan lisan harus ditinggalkan, namun sebaliknya, kita tinggal
melangkah satu langkah untuk menulis konsep dakwah kita yang akan
disampaikan dengan lisan ke dalam sebuah tulisan.

2. DAKWAH MEDIA MASSA


Komunikasi massa (massa communication) merupakan komunikasi
melalui media massa yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi
yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film
yang dipertunjukan di gedunggedung bioskop. Komunikasi massa
merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak
yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik
sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.6
Kecanggihan teknologi kemunikasi dengan menggunakan media
massa membuat satu sistem kemunikasi, yang dapat dikenal dengan
komunikasi massa. Menurut Rakhmat, “komunikasi massa merupakan jenis
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogeny dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan
yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat”. Sedangkan menurut
Efendi, komunikasimassa (mass communication) adalah komunikasi
melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar, siaran radio dan
televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan
digedung-gedung bioskop.7

Media massa, baik media cetak maupun media elektronik


mempunyai beberapa karakteristik tersendiri dalam menyampaikan pesan,
baik berupa pesan berita secara langsung ataupun melalui pertunjukan film,
sinetron dan lain sebagainya kepada khalayak. Salah satu karakteristik

6
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 189
7
Onong Uchyana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 79

7
media massa sebagai alat komunikasi massa adalah kecepatan
penyampaian, dan keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk
dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama
lainnya berada dalam keadaan terpisah. Sebuah kekuatan yang dimiliki dan
menjadi karakteristik media massa adalah, mampu menjangkau khalayak
secara luas, dan serentak tanpa terhalang oleh waktu.8

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi menjadi angin


segar bagi kegiatan dakwah karena dapat memberikan ruang yang lebih luas
dalam penyebaran pesan-pesan dakwah melalui media massa. Dakwah
dapat dilakukan kapan dan di mana saja melalui media massa selagi masi
didukung dengan komponen media massa menjadi saluran dakwah. Namun,
tidak dapat dipungkiri perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
juga menjadi tantangan dakwah. Mengingat besarnya dampak-dampak
negatif yang dapat menyerang kehidupan masyarakat sehingga berubah
pola pikir dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma agama dan norma
lainnya yang berlaku dalam masyarakat.9

Dipandangnya media massa sebagai jendela yang memungkinkan


khalayak melihat apa yang terjadi di luar sana atau media merupakan sarana
belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa, tentunya dakwah mamiliki
ruang yang sangat besar untuk memanfaatkan media massa sebagai sarana
yang lebih kekinian. Pesan-pesan dakwah dapat dibungkus dengan tampilan
yang lebih menarik melalui film pendek atau sinematography, iklan-iklan
yang mengajak pada kebajikan, tulisan-tulisan yang memotivasi dan

8
Japarudin, Media Massa dan Dakwah, (IAIN Bengkulu: Jurnal Syi’ar Vol. 14 No. 1 Februari
2014)
9
Qudratullah, Media Massa Sebagai Sarana Dakwah Kontemporer, (AL-HIKMAH: Jurnal
Dakwah, Volume 13, Nomor 2, Tahun 2011, Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone,
Indonesia), hal. 219

8
inspiratif serta poster dan gambar-gambar yang mencerahkan. Dakwah
bukan lagi hanya dikemas dengan tekanan-tekanan dan ancaman-ancaman
yang disampaikan sehingga membuat masyarakat ingin lepas dari dakwah
yang disampaikan.10

Sejalan dengan peran media massa, dakwah juga harus menjadi


gatekeeper yang menyeleksi isu, informasi atau bentuk konten dakwah yang
disampaikan. Dengan kemudahan akses media massa, da’i sebaiknya
menyampaikan pesan-pesan dakwah sesuai kebutuhan mad’u tentunya
mengenai hal apa saja yang layak diketahui dan mendapat perhatian. Isu
yang dipilih haruslah sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi
mad’u sesuai segmentasi yang telah ditetapkan. Sehingga pesanpesan
dakwah yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh mad’u.
Sebagaimana dakwah harus hadir menyampaikan kegembiraam bukan
memberikan kesedihan, memberikan kemudahan bukan kesulitan.11

Dakwah memiliki beberapa metode yang dapat diterapkan dalam


penyampaian dakwah melalui media massa, diantaranya:

1. Metode bil-Hikmah

Hikmah kerap diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu


suatu pendekatan yang sedemikian rupa yang dilakukan sehingga objek
dakwah mampu melaksanakan apa yang diterimanya, tidak ada paksaan
dan juga tekanan terhadap mad’u. Seseorang yang bijaksana tentunya
haruslah berilmu sehingga ilmu yang dimilikinya tersebut

10
Qudratullah, Media Massa Sebagai Sarana Dakwah Kontemporer, (AL-HIKMAH: Jurnal
Dakwah, Volume 13, Nomor 2, Tahun 2011, Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone,
Indonesia), hal. 220-221
11
Qudratullah, Media Massa Sebagai Sarana Dakwah Kontemporer, (AL-HIKMAH: Jurnal
Dakwah, Volume 13, Nomor 2, Tahun 2011, Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone,
Indonesia), hal. 221

9
mencerminkan kebijaksaan seorang da’i dalam menyampaikan pesan-
pesan dakwah.12

2. Metode al-Mau’izah Hasanah

Metode al-Mau’izah Hasanah berarti nasihat yang baik. Artinya,


memberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik yaitu
petunjukpetunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat
diterima, berkenan di hati, menyentuh perasaan, lurus di pikiran,
menghindari sikap kasar dan tidak mencari atau menyebut kesalahan
mad’u sehingga objek dakwah dengan rela hati dan penuh kesadaran
mengikuti ajaran yang disampaikan oleh da’i. Bukan menjalankan
konsep propaganda. Da’i sebagai subjek dakwah harus mampu
menyesuaikan dan mengarahkan pesan dakwah sesuai dengan tingkat
berpikir dan pengalaman yang dimiliki mad’u sehingga tujuan dakwah
sebagai ikhtiar untuk mengaktualisasi nilai-nilai ajaran Islam ke dalam
kehidupan pribadi atau masyarakat dapat terwujud.15 Dalam metode ini,
da’i harus telaten dalam menghadapi mad’u karena keberagaman sifat
dan intelektual mad’u tidaklah sama. Mad’u betul-betul harus diberikan
pengajaran yang baik secara cekatan dan terampil oleh da’i sehingga
meminimalisir terjadinya penolakan atas pesan dakwah yang diterima
mad’u.13

3. Metode Mujadalah Billati Hiya Ahsan

Mujadalah billati hiya ahsan merupakan metode bertukar pikiran


dengan baik, berdiskusi atau berdialog dengan cara terbaik, mengarah
pada arah yang baik dengan dilandasi bahasa yang baik. Bahasa yang

12
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 98
13
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 100

10
dimaksud adalah bahasa dakwah denga tutur kata yang baik yang
diterima dan dimaknai oleh khayalak. Metode ini dilakukan dengan
mengajak pihak lain untuk berdiskusi dan berdialog lebih dalam untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada mad’u. Da’i
harus berperan memberikan pencerahan secara konsisten dengan cara
yang terbaik, menjaga perasaan mad’u tanpa ada hinaan dan singgungan
apalagi menjatuhkan harkat dan martabat pihak tersebut. Dalam konteks
ini, metode yang dilakukan bukanlah mengajak pihak lain untuk
berdebat penuh emosi tetapi berdiskusi untuk mencapai kesepakatan atas
kebenaran bersama. Poin inti dalam metode ini adalah mencapai
kebenaran bersama bukan kemenangan sepihak.14

3. DAKWAH KONTEMPORER
Istilah kontemporer adalah dapat bermakna semasa, sewaktu, pada
masa kini, dewasa ini. Istilah kontemporer adalah istilah yang terkait
dengan masa dan masa yang dimaksud adalah masa sekarang atau era
modern di dalamnya ditemukan alat-alat komunikasi yang serba canggih
dan baru. Istilah dakwah kontemporer adalah gabungan dari tiga suku kata
yaitu strategi, dakwah dan kontemporer. Penggabungan ini melahirkan satu
makna tersendiri yaitu adanya satu system atau teknik dakwah di era
teknologi modern. Dengan demikian dapat dipahami bahwa strategi dakwah
kontemporer dimaksudkan adalah sebuah strategi dalam melancarkan
dakwah di era modern dalam menghadapi kehidupan yang menggunakan
teknologi.15
1. Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat

14
M. Jafar Puteh Saifullah, Dakwah Tekstual dan Kontekstual: Peran dan Fungsi dalam
Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Cet. III; Yogyakarta: AK Group, 2006), hlm. 79.
15
Mahmuddin, Aplikasi Dakwah Kontemporer di Bulukumba (Upaya Menangkal Radikalisme
Agama), Jurnal al Ulum, Volume 16 No. 2 Desember 2016.

11
Tantangan dakwah yang di hadapi pada saat ini kian bertambah.
Dengan adanya narasi pelumpuhan umat Islam menjadikan dakwah
harus terus berupaya mencari jalannya. Kegiatan masyarakat yang
berbingkai hiburan entertaiment, kepariwisataan dan seni menimbulkan
kerawanan moral dan etika. Kerawanan ini disokong oleh peraturan serta
tekhnologi informasi muthakhir, sehingga menuntut daya kreatifitas para
intelektual muslim dalam menjaga kemurnian dakwah Islam.16
Hingga saat ini peradaban kaum muslimin benar-benar dalam
keadaan Terpuruk di mata dunia. Orang muslim jauh tertinggal dengan
non muslim dalam segala aspek kehidupannya, baik dalam bidang
ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Atas
ketertinggalan ini ada sebagian umat merasa resah dan melakukan
berbagai upaya, apa yang harus dilakukan untuk mengembalikan Islam
pada kejayaannya. Namun pada saat yang sama pula, ada yang
beranggapan bahwa dunia bukan dimiliki oleh orang muslim. Bagi yang
ingin menguasai dunia, jangan berpikir akan memperoleh akhirat. Bagi
yang ingin memperoleh akhirat maka tinggalkanlah dunia. Inilah yang
mendominasi pemikiran kaum muslimin, sehingga secara lahir
tumbuhlah generasi muslim yang lemah dari sisi politik, sosial, budaya,
ekonomi, tekhnologi dan lain sebagainya.17
Kegiatan ekonomi yang dilakukan Rasulullah SAW merupakan
penopang dakwah yang disebarkannya Rasulullah SAW bersama
Khadijah ra, membuktikan bahwa kegiatan ekonomi harus membawa
dampak maslahat bagi pengembangan diri, keluarga, masyarakat dan
manusia dimanapun berada. Hal ini berbeda dengan konsep

16
Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah Dari Dakwah Konvensional Menuju Dakwah
Profesional, (Jakarta: Amzah, 2007) Hal. 8
17
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 48

12
pengembangan ekonomi Yahudi dan Nasrani, di mana tujuan besar
ekonomi mereka adalah untuk menggenggam kekuasaan dunia dan
memusnahkan umat diluar keyakinannya. Ekonomi dijadikan sebagai
alat penindasan, mengeruk keuntungan maksimal, bahkan sebagai alat
pemurtadan seseorang yang berkeyakinan Islam.18
Dalam waktu relatif singkat dakwah yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW mampu mengubah sejarah dunia. Selama 23 tahun
dakwah dilakukan melahirkan peradaban yang menyebar ke seluruh
dunia. Atas riset dan kekagumannya, Michael H. Heart mencantumkan
Rasulullah SAW dalam bukunya sebagai peringkat pertama dari 100
tokoh yang berpengaruh dalam perubahan dunia. Buah dakwah yang
dirintis berdasarkan pada moralitas yang tinggi. Moralitas yang layak
diteladani dalam segala sisi kehidupan manusia.19
Rasulullah SAW sebagai pelaku kegiatan ekonomi telah
mencontohkan, setidaknya ada tiga manfaat dalam kegiatan ekonomi.
Pertama, adalah business is a place of worship, bisnis merupakan sarana
pengabdian seorang hamba kepada Rabbnya. Aktivitas ini harus didasari
oleh semangat beribadah. Spirit dalam mengejawantahkan misi manusia
sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Kedua, kegiatan
ekonomi merupakan business is a place of wealth. Bisnis merupakan
bagian dari upaya memperoleh serta mendistribusikan kemakmuran
dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Ketiga,
business is a place of werfare. Kegiatan ekonomi merupakan upaya
dalam pertempuran melawan ketidakadilan kesewenang-wenangan dan

18
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 48
19
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 48

13
eksploitasi yang tidak mengindahkan nilai-nilai ilahiyah dan
kemanusiaan.20
Untuk mengembangkan ekonomi masyarakat yang berkeadilan
dan efisien diperlukan tiga pilar:21
• Pilar pertama dari pengembangan ekonomi Islam adalah sektor riil,
yaitu sektor yang memberikan pekerjaan kepada masyarakat. Sektor
yang diupayakan dari kegiatan produksi pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, barang kerajinan tangan maupun barang buatan
pabrik. Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menetapkan sektor riil ini
dengan kalimat dalam Quran surat al-Baqarah ayat 275.
• Pilar kedua dari ekonomi Islam adalah lembaga keuangan syariah
yang bebas riba. Banyak negara yang bangkrut akibat riba.
Metodenya adalah memberikan hutang besar melewati batas
kemampuan negara yang berhutang. Alquran menyatakan keuangan
yang bebas riba dengan kalimat yang sama termaktub dalam Al
Qur'an, surat Al-Baqarah 275.
• Pilar ketiga dari ekonomi adalah zakat infak sedekah dan wakaf.
Zakat merupakan sedekah wajib sebesar 2,5% dari pendapatan. Infaq
adalah sedekah materi kepada kaum kerabat dan mereka yang
membutuhkan seperti fakir dan miskin. Sedekah memiliki arti
pemberian berupa materi dan nonmateri. Sebagaimana dijelaskan
oleh Rasulullah SAW bahwa senyum kepada saudara Muslim adalah
sedekah, membuang duri di jalanan adalah sedekah, memudahkan
urusan orang lain adalah sedekah dan lain sebagainya. Sementara
wakaf adalah memberikan hak milik pribadi kepada Allah melalui

20
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 48
21
Hendry Tanjung, Ekonomi dan Keuangan Syariah Isu-isu Kontemporer, (Jakarta: PT. Alex
Media Komputindo, 2020), hal. 14

14
lembaga berbadan hukum atau Nazir untuk dikelola dan manfaatnya
dari pengelolaan tersebut diberikan kepada umat. Wakaf tidak boleh
berkurang. Dengan adanya pertambahan nilai wakaf maka
menunjukkan keadaan ekonomim yang terus bertumbuh.
sebagaimana wakaf Utsman bin Affan sahabat Rasulullah SAW, yang
sudah wafat sekitar 1400 tahun. Dengan hartanya Utsman bin Affan
mewakafkan harta yang kian waktu kian bertambah. Hal ini
dibuktikan dengan kepemilikan hotel besar dan megah yang dibangun
di Madinah, dimana hasil dari pengeloaan hotel tersebut sebagian
disedekahkan untuk kepentingan kaum muslim.
Ketiga pilar ekonomi tersebut apabila berkembang bersama akan
memajukan masyarakat dalam suatu bangsa atau negara. Hadirnya Islam
dalam kehidupan mamusia adalah untuk memelihara agama, akal,
keluarga dan harta. Prinsip tersebut dalam aktivitas perekonomian akan
mendorong percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
berkelanjutan. Islam mengajak pemeluknya untuk melakukan kebaikan
dalam segala bidang dengan mengharap keridhoan Allah Swt.
Berkontribusi dalam amal yang bisa dirasakan manfaatnya oleh orang
banyak, seperti membantu orang fakir dan miskin, mendirikan rumah
sakit, membangun masjid, sekolah, perguruan tinggi, menyediakan
lapangan pekerjaan dan lain sebagainya. Sebagaimana firman Allah Swt:
‫س ْولِه ث ُ َّم لَ ْم يَ ْرتَابُ ْوا َوجَا َهد ُْوا بِا َ ْم َوال ِِه ْم َوا َ ْنفُس ِِه ْم ف ِْي‬ ِ ٰ ِ‫اِنَّ َما ا ْل ُمؤْ مِ نُ ْونَ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْوا ب‬
ُ ‫اّلل َو َر‬
ٰٰۤ
َ‫ص ِدقُ ْون‬
ٰ ‫ول ِٕىكَ هُ ُم ال‬ ُ ‫ّللا ۗ ا‬
ِ ٰ ‫سبِ ْي ِل‬َ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang
yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan

15
harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang
yang benar.” (Qs .Al Hujurat : 15).22
2. Dakwah Melalui Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan berasal dari kata daya yang artinya kemampuan
atau kekuatan. Pemberdayaan merupakan suatu proses menuju berdaya
atau proses memperoleh daya kekuatan. Maka pemberdayaan adalah
suatu upaya memberikan daya kekuatan atau pendampingan dan
dorongan untuk merubah situasi sosial yang kurang baik menuju situasi
sosial yang lebih baik, atau meningkatkan kekuatan orang-orang lemah
dan kurang beruntung, sehingga secara individu ia memperoleh
keterampilan pengetahuan dan kekuatan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya.23
Tujuan dari dilakukannya pemberdayaan masyarakat adalah
memperkecil kesenjangan ekonomi dan kehidupan sosial lainnya, seperti
kemiskinan, kebodohan, amoral dan bentuk kejahatan lainnya, sebagai
permasalahan yang harus segera diselesaikan. Dalam hal ini dakwah
memiliki peran penting sebagai jalan untuk menyelesaikan problematika
tersebut. Maka pengembangan masyarakat merupakan suatu bentuk
dakwah yang memiliki tujuan agar semakin terberdayakannya potensi
yang ada di masyarakat. Untuk menjadikan masyarakat berdaya, maka
harus dimulai dari adanya individu-individu yang berdaya. Yaitu
individu yang mandiri, yang mampu memenuhi kebutuhannya secara
lahir dan batin secara mandiri.24

22
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 49-50
23
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 41
24
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 42

16
Ada 5 prinsip Islam dalam pemberdayaan masyarakat:25
1. Prinsip keadilan.
Yaitu di mana orang kaya memiliki kewajiban dalam memperhatikan
kan dan berlaku adil dalam mendistribusikan kekayaannya kepada
yang membutuhkan.
2. Prinsip persamaan.
Islam tidak memandang status sosial sebagai perbedaan tapi taqwa
yang menjadi landasan penilaian Allah SWT terhadap seseorang.
3. Prinsip partisipasi.
Bahwa keberdayaan menuntut seluruh umat untuk saling bekerjasama
dan mendukung semua bentuk atau program-program yang membawa
kebaikan/maslahat.
4. Prinsip penghargaan etos kerja.
Islam sangat menghargai dan memotivasi seluruh individu untuk
berbuat dan bekerja sesuai dengan kemampuannya sehingga dikatakan
bahwa orang yang memberi lebih mulia dibanding dengan orang yang
meminta.
5. Prinsip tolong-menolong.
Allah berfirman Dan tolong-menolonglah kalian dalam berbuat
kebaikan dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat keburukan.
Artinya adalah setiap individu harus bersama melakukan program-
program perbaikan yang yang bisa dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat.
Dakwah memiliki sasaran yang beragam, mulai dari lingkup
individual hingga lingkup masyarakat secara umum. Sebab itu
pengembangan masyarakat tidak lepas daripada aktifitas dakwah. Da'i

25
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 42

17
sebagai penyampai risalah dakwah merupakan panutan dan teladan bagi
masyarakat, dimana perannya yang sangat dibutuhkan pemerintah dalam
pembangunan dan memperbaiki kondisi masyarakat. Dai merupakan
seorang penggerak atau motivator dalam menggali potensi sumber daya
Insani dan potensi yang ada di masyarakat, sehingga kolaborasi seorang
pendakwah dengan pemerintah sangat penting dalam proses peningkatan
dan pemberdayaan masyarakat.26
Dakwah pengembangan masyarakat dan umat merupakan kegiatan
Rasulullah SAW yang ditopang oleh perekonomian yang mapan. Hal ini
dapat kita lihat bagaimana kiprah Rasulullah bersama Ummul mukminin
Khadijah radhiallahu'anhu dalam berdakwah memperbaiki keadaan umat
dari keterpurukan peradaban. Begitu pula para sahabat-sahabat
Rasulullah SAW, mengemban misi dakwah dengan mengorbankan harta
kekayaan mereka. Bagaimana pengorbanan Utsman bin Affan membeli
sumur dari seorang Yahudi untuk kaum muslimin. Bagaimana dengan
kekayaannya Abu Bakar membebaskan para budak. Banyak teladan
dalam Islam tentang pengorbanan harta dalam berdakwah.27
Rasulullah Shalallahu Wassalam merupakan The Great motivator
bagi seluruh umat manusia. Baginda Shallallahu Alaihi Salam
memotivasi umatnya untuk maju dengan ucapan yang sangat mudah
dipahami, "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah
orang yang beruntung." Bila hari ini sama dengan hari kemarin berarti
ia orang yang merugi, dan jika hari ini lebih buruk dari kemarin, maka ia
adalah orang yang celaka. Kalimat ini merupakan spirit kemajuan bagi
umat Islam dalam segala aspeknya, bahwa barometer kesuksesan adalah

26
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 42-43
27
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 46

18
jika hari ini lebih baik dari hari yang telah berlalu dan hari esok lebih
baik dari hari ini. Inilah barometer kesuksesan manusia, baik dalam
persoalan ibadah maupun semangat dalam bekerja (muamalah).28

4. DAKWAH FENOMENA ALAM

Dalam KBBI fenomena diartikan sebagai gejala; suatu yang luar biasa
atau keajaiban; fakta; hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indra dan
dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah.29

Fenomena alam, gejala alam atau peristiwa alam adalah suatu keadaan
atau peristiwa yang tidak biasa dan ditimbulkan oleh alam. Gejala alam ini
timbul disebabkan oleh alam, tetapi ada juga gejala alam yang disebabkan oleh
ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.30 Fenomena alam dapat juga
diartikan sebagai peristiwa non-artifisal dalam pandangan fisika dan kemudian
tak diciptakan oleh manusia, meskipun dapat mempengaruhi manusia.31 Gejala
atau peristiwa alam antara lain gungung meletus, banjir, gempa bumi, angin
topan, tsunami, dan tanah longsor dan termasuk juga fakta-fakta alam yang
unik seperti proses turun hujan, peredaran tata surya, dll.

Dalam Al-Quran fenomena alam masuk dalam bahasan tentang ayat-


ayat kauniayah, Yaitu: “ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang kebesaran
Allah dalam ruang lingkup alam, dan isinya, serta proses kejadiannya.32

28
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 47
29
“Arti Kata ‘Fenomena’ Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia | KBBI.Co.Id,” accessed
December 3, 2022, https://www.kbbi.co.id/arti-kata/fenomena.
30
Julianto, Suryanti, and Fitria Hidayati, Konsep Ipa Lanjut (Zifatama Jawara, n.d.).
31
Flower, “FENOMENA ALAM SEMESTA SEBAGAI BUKTI KEAGUNGAN CIPTAAN ALLAH
MELALUI PERSPEKTIF AL-QURAN,” FENOMENA ALAM SEMESTA SEBAGAI BUKTI
KEAGUNGAN CIPTAAN ALLAH SWT MELALUI PERSPEKTIF AL-QURAN, September 2, 2019,
accessed December 1, 2022, https://stkfenomenaalamsemesta.blogspot.com/.
32
Akhmad Rusydi, “Tafsir Ayat Kauniyah,” Al QALAM 9, no. 17 (June 2016).

19
Al-Qur’an secara tegas memerintahkan umat Islam untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan (sains) lewat proses membaca (iqra’) yang
didasari oleh rasa iman kepada Dzat Pemberi Ilmu. Membaca tidak hanya
terbatas pada obyek-obyek yang tulisan saja, melainkan juga menyelidiki dan
meneliti terhadap obyek-obyek alam semesta.

Realitas membaca bukan hanya terpaku pada melihat, tetapi termasuk di


dalamnya juga harus merenungkan dan memikirkan (tafakkur) terhadap apa
yang dibaca. Membaca memerlukan bahan bacaan dan tempat untuk
mengumpulkan bahan bacaan. Dalam konteks ini, segenap kosmos, baik alam
mikro maupun alam makro, kesemuanya merupakan ruang baca, dan
perpustakaan raksasa akan ilmu pengetahuan.

Perintah al-Qur’an di antaranya (i)tadzabbara, merenungkan sesuatu yang


tersurat dan yang tersirat; (ii) tafakkara, berefleksi, berfikir tentang dan
menmukan hukum-hukum alam; (iii) faqiha, mengerti secara mendalam;
(iv) tadzakkara, mengingat, memperoleh peringatan, mendapat pelajaran,
memperhatikan dan mempelajari; (v) fahima, memahami dalam bentuk
pemahaman yang mendalam; (vi) nadzara, melihat secara abstrak, dalam arti
merenung, perintah untuk intidhar terhadap alam semesta.33

Contoh ayat-ayat kauniyah dalam Al-Quran:

1. Ayat al-Quran Tentang Penciptaan Alam Semesta.


Alam semesta sangat luas dan misterius, Para ilmuan dibuat penasaran tentang
alam ini. Beranjak dari rasa penasaran datanglah teori tentang penciptaan dan

33
“Mengungkap Fenomena Alam (al-Ayat al-Kauniyah) Dalam al-Qur’an: Perspektif Tafsir
Ilmy – PROGRAM MAGISTER ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR,” n.d., accessed December 1,
2022, https://s2iat.walisongo.ac.id/index.php/2020/07/31/mengungkap-fenomena-alam-
al-ayat-al-kauniyah-dalam-al-quran-perspektif-tafsir-ilmy/.

20
asal mula penciptaan alam, salah satunya yang paling terkenal adalah teori
bigbang atau ledakan besar yang menyatakan
bahwa terbentuknya alam ini adalah adanya ledakan besar yang telah terjadi
sejak ribuan milyar tahun yang lalu.
Machmud Ranusemito dalam karya beliau membagikan peta konstruksi
penciptaan alam semesta menurut Al-Quran, diantaranya sebagai berikut :
❖ Allah lah yang menciptakan Alam semesta ini dengan kalimat “kun
fayakun” yang artinya : jadilah !! maka jadilah. Hal itu bisa dilihat dalam
beberapa ayat berikut : (Q.S. 36:82)
{ ‫} إنَّ َما ٓ أَمۡ ُر ٓهۥُ إذَآ أ َ َرادَ ش َۡيـًٔا أَن يَقُو َل لَ ۥهُ ُكن فَيَ ُكو ُن‬
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya
berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu.” [Surat Ya-Sin: 82]
❖ Allah membangun dan menyempurnakan ciptaan-Nya supaya berimbang,
sehingga jagad raya inipun seimbang dan tidak ada keretakan sedikitpun di
dalamnya (Q.S. 67:3) kemudian Allah
menopang bumi dan langit supaya jangan sirna (Q.S.22:65) padahal ia
menciptakan langit tersebut tanpa tiang (Q.S.21:32, Q.S.31:10)
‫ّل يَجۡ ري‬ٞ ‫س َوٱ ۡلقَ َم ۖ َر ُك‬ َّ ‫س َّخ َر ٱل‬
َ ‫ش ۡم‬ ۖ ‫علَى ٱ ۡلعَ ۡر‬
َ ‫ش َو‬ َ ‫ع َمدٖ ت ََر ۡونَ َه ۖا ث ُ َّم ٱسۡ ت ََو َٰى‬ َّ ‫ٱ َّّللُ ٱلَّذي َرفَ َع ٱل‬
َ ‫س َٰ َم َٰ َوت بغ َۡير‬
َ‫س ّٗم ۚى يُدَب ُر ٱ ِۡلَمۡ َر يُفَص ُل ٱ ِۡلٓ َٰيَت لَ َعلَّ ُكم بلقَآء َرب ُك ۡم تُوقنُون‬
َ ‫ِل َ َج ٖل ُّم‬
“Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menundukkan matahari dan
bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia
mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-
Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu.” [Surat Ar-Ra'd: 2]
❖ Penciptaan alam semseta tersebut bisa direkonstruksikan dengan ayat-ayat
berikut :
▪ Allah menciptakan bumi dan langit dalam 6 masa (Q.S. 10:3, 11:7, 25:59,
32:4) yakni penciptaan bumi dalam dua masa (Q.S. 41:9) dan

21
menyempurnakannya dalam 4 masa (Q.S. 41:10), penciptaan tujuh langit
dalam 2 masa seta menghiasinya dengan bintang-bintang (Q.S. 2:29, 41:12)
yang indah dipandang (Q.S. 15:16)
▪ Dalam penciptaan langit dan bumi serta penciptaan siang dan malam (Q.S.
3:190) Allah menundukan matahari dan bulan yang keduanya beredar pada
porosnya masing-masing (Q.S. 25:62) matahari beredar pada masa yang sudah
ditentukan, sedangkan bulan sabit selalu berubah-ubah bentuk, dan keduanya
(matahari dan bulan) itu tidak pernah saling mendahului (Q.S. 36:38-40)
❖ Dan tujuan dari penciptaan alam semesta ini disamping untuk memberikan
rahmat bagi kehidupan manusia (Q.S. 2:29, 31:20, 45:13) sekaligus menguji
keimanan seorang mukmin sejati (QS 11:7, 67:2) atas tanda-tanda kebesaran
Allah bagi orang-orang yang berakal yang mengetahui, mendengar dan
memikirkan serta bertakwa pada Allah (Q.S. 3:190, 10:6, 13:3, 16:65, 30:22).
Adapun fungsi dari benda-benda langit adalah :
▪ Perhitungan waktu (Q.S. 9:36, 16:48, 25:45-46, 36:37-40, 55:5,17, 84:18)
▪ Sebagai penerang di waktu gelap (Q.S. 10:5)
▪ Sebagai penunjuk arah ( Q.S. 6:97, 16:16)
▪ Sebagai hiasan bagi siapa yang memandangnya (Q.S. 15:16)
▪ Sebagai pelempar syetan yang mencoba mencuri-curi berita dari langit (Q.S.
15:18, 37:8, 67:5)34

2. Sungai Dibawah Laut


Pertemuan antara air tawar segar dan air asin pahit yang diberitakan oleh Al-
Qur'an ditemukan oleh Mr. Jacques Yves Costeau. Fenomena alam ini terjadi
di Mexico, tepatnya di Cenote Angelita. Fenomena ini sejalan dengan firman-
Nya:
ّٗ ‫ّ َو َجعَ َل بَ ۡينَ ُه َما بَ ۡرزَ ّٗخا َوح ۡج ّٗرا َّم ۡح ُج‬ٞ‫ات َو َٰ َهذَا م ۡل ٌح أ ُ َجاج‬
‫ورا‬ َ ‫} َوه َُو ٱلَّذي َم َر َج ٱ ۡلبَحۡ َر ۡين َٰ َهذَا‬
ّٞ ‫ّب فُ َر‬ٞ ‫ع ۡذ‬

34
Akhmad Rusydi, “Tafsir Ayat Kauniyah.”

22
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini
tawar dan segar, dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan
antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.” [Surat Al-Furqan:
53]

3. Dua Lautan Yang Tidak Bercampur


Allah SWT pun berfirman:
{ ‫} َم َر َج ٱ ۡلبَحۡ َر ۡين يَ ۡلت َقيَان‬
{ ‫ّخ ََّّل يَ ۡبغيَان‬ٞ َ‫} بَ ۡينَ ُه َما بَ ۡرز‬
"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu.
Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing" [Surat Ar-
Rahman:19-20]
Dua lautan tersebut memiliki konsentrasi zat terlarut yang berbeda sehingga
tampak bahwa warna keduanya berlainan. Fenomena ini terjadi di selat yang
memisahkan antara benua Afrika dan benua Eropa. Selat tersebut adalah selat
Gibraltar yang berada di negara Maroko dan Spanyol.

4. Gunung Sebagai Pasak


Para ahli geologi telah mengungkapkan bahwa fungsi gunung bukan
hanya memperindah pemandangan namun juga sebagai penyeimbang bumi
dari goncangan. Gunung ibarat paku yang menyatukan lembaran-lembaran
kayu. Fungsi sebagai pasak ini secara ilmu pengetahuan baru terungkap setelah
adanya dukungan kemajuan teknologi. Padahal Nabi Muhammad SAW telah
menyebutkannya 1400 tahun silam melalui wahyu yang diturunkan pada
beliau. Allah SWT berfirman:
َ ‫} أَلَ ۡم نَجۡ عَل ٱ ِۡل َ ۡر‬
‫ض م َٰ َهدّٗ ا‬

23
{ ‫} َوٱ ۡلجبَا َل أَ ۡوت َادّٗ ا‬
"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan
gunung-gunung sebagai pasak?" (Q.S. An Naba: 6-7).

{ َ‫سب ُّٗٗل لَّعَلَّ ُه ۡم يَهۡ تَدُون‬ ّٗ ‫ي أَن ت َميدَ به ۡم َو َجعَ ۡلنَا في َها ف َج‬
ُ ‫اجا‬ ۡ
َ ‫} َو َجعَلنَا في ٱ ِۡل َ ۡرض َر َٰ َوس‬
"Dan telah Kami jadikan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh supaya
bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di
bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk." (Q.S. Al
Anbiya: 31).

5. Garis Edar Tata Surya


Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya:
َ‫ّل في فَلَ ٖك يَسۡ بَ ُحون‬ٞ ‫س َوٱ ۡلقَ َم ۖ َر ُك‬ َ ‫َوه َُو ٱلَّذي َخلَقَ ٱلَّ ۡي َل َوٱلنَّ َه‬
َّ ‫ار َوٱل‬
َ ‫ش ۡم‬
"Dan Dia-lah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing- masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya". (QS. Al
Anbiya: 33)

ُ ‫س ت َۡجري ل ُمسۡ تَقَ ٖر لَّ َه ۚا َٰذَلكَ ت َۡقد‬


‫ير ٱ ۡلعَزيز ٱ ۡلعَليم‬ َّ ‫َوٱل‬
ُ ‫ش ۡم‬
"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui". (Q.S. Yaa Siin: 38)

Fakta ilmiah membuktikan bahwa benda-benda langit, baik itu planet-


planet, satelit dan bintang-bintang beredar dalam garis edarnya masing-
masing. Dengan beredar dalam garis edar masing-masing. benda-benda langit
tersebut tidak saling bertabrakan satu sama lain. Maha Suci dan Maha Besar
Allah yang menjadikan bumi sebagai planet yang dihuni oleh manusia tanpa
terasa peredarannya. Kita hanya merasakan bahwa bumi ini diam, padahal

24
bumi ini bergerak mengelilingi matahari (berevolusi) dan berputar pada
porosnya (melakukan rotasi).35

Rujukan al-Qur’an terhadap fenomena ke-alaman (al-ayat al-


kauniyah) ini tidak dimaksudkan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan atau
sains modern sebagaimana buku-buku ilmiah pada umumnya, tetapi
dimaksudkan antara lain untuk: pertama, sebagai sarana untuk mengenal
Tuhan dan kekuasaan-Nya, serta menambah keimanan dan mendekatkan diri
kepada-Nya; kedua, sebagai stabilitas, manfaat, dan memenuhi kebutuhan
hidup manusia.36 Dan sebagai bukti bahwa firman Allah adalah benar.

5. DAKWAH DAN PENDEKATAN ILMU PENGETAHUAN


Hakikat ilmu pengetahuan dapat dilihat dari dua perkspektif yakni
perspektif barat dan persepektif timur (Islam). Dalam perspektif barat ilmu
pengetahuan merupakan suatu gagasan yang rasional dan empiris yang
dibangun oleh individu dengan melewati berbagai percobaan sumber
pengetahuan bagi meraka adalah panca indera dan akal. kebenaran
pengetahuan tergantung kepada sumber pengetahuan tersebut, suatu
pengetahuan dikatakan benar jika sesuai dengan kenyataan serta sesuai dengan
akal. Sedangkan hakikat ilmu pengetahuan dalam perspektif islam adalah
kemampuan jiwa untuk memaknai sesuatu yang bersumber dari Allah
memperoleh suatu kebenaran dengan menggunakan pengataman inderawi,

35
ayyulian, “Fakta! Ini 6 Fenomena Alam Yang Ada Dalam Al Qur’an,” n.d., accessed
December 1, 2022, https://www.kabarmakkah.com/2016/01/fakta-ini-6-fenomena-alam-
yang-ada.html.
36
“Mengungkap Fenomena Sains (Ayat Al-Kauniyah) Dalam Al-Quran,” RaSAIL Media
Group, May 24, 2012, accessed December 4, 2022,
https://rasail.wordpress.com/2012/05/24/mengungkap-fenomena-sains-al-ayat-al-
kauniyah-dalam-al-quran/.

25
akal, serta aktivitas ilmiah. Dalam islam sumber ilmu pengetahuan paling
utama adalah Allah SWT yang terdapat dalam ayat-ayat qauniyah dan ayat-
ayat kauniyah selanjutnya memberi kuasanya kepada manusia untuk mengkaji
dan memahaminya hingga menghasilkan ilmu pengetahuan.37
Ilmu dakwah merupakan ilmu yang dinamis. Dimana ilmu tersebut
selalu dapat berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan masyarakat.
Dalam mengembangkan dan melaksanakan prakteknya, ilmu dakwah selalu
membutuhkan bantuan ilmu-ilmu lainnya didalam memahami objek studi
materi dan objek studi formanya.
Ilmu-ilmu seperti ilmu psikologi, ilmu komunikasi, ilmu sosiologi dan
ilmu retorika berhubungan erat dengan proses dakwah itu sendiri, yang
didalam ilmu dakwah disebut sebagai ilmu bantu. Peran ilmu bantu tersebut
dalam praktek dakwah adalah sebagai sarana, alat, ataupun media untuk
menyampaikan dakwah. Sehingga maksud dan tujuan dakwah tersampaikan
secara baik dan benar kepada mad’u. Ilmu dakwah dan ilmu-ilmu bantunya
merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Ilmu psikologi berguna untuk membantu memahami perilaku dan
fungsi mental manusia secara ilmiah serta dapat memahami kejiwaan da’i dan
mad’u yang dibutuhkan oleh ilmu dakwah. Ilmu komunikasi, dalam praktek
dakwah sendiri berguna untuk menyampaikan dakwah kepada masyarakat
sehingga pesan-pesan dan informasinya tersampaikan secara baik dan benar.
Ilmu sosiologi dibutuhkan ilmu dakwah untuk memahami kondisi dan
keadaan masyarakat, yang merupakan objek dakwah, karena pesan-pesan

37
Maulina, Dini. (2021) “DAKWAH SEBAGAI MEDIA INTEGRASI AGAMA DAN ILMU
PENGETAHUAN”. Jurnal Peurawi: Media Kajian Komunikasi Islam Vol.4, No.1.

26
dakwah tidak akan tersampaikan apabila da’i tidak mengerti dan tidak
memahami mad’u nya.38
Agama mempunyai sumber atau pedoman hukum salah satunya yaitu
Al-Qur‟an yang didalamnya berisi ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat qauliyah.
Ayat qauliyah sendiri merupakan ayat atau firman Allah dalam Al-Qur‟an
yang mengandung hukum ataupun aturan Sedangkan ayat kauniyah adalah
ayat-ayat yang menceritakan tentang kekuasaan Allah SWT melalui tanda-
tandanya yang terdapat di alam semesta. Dalam memahami ayat kauniyah
tersebut dibutuhkan peran akal didalamnya agar bisa mencapai tujuan sesuai
dengan yang diinginkan. Hasil dari pelibatan akal tersebut adalah terciptanya
pemahaman baru tentang kekuasaan Allah yang terdapat di alam semesta yang
merujuk kepada kebenaran.
Ilmu pengetahuan sendiri bersumber dari pengamatan inderawi
manusia, yang kemudian di uji dengan menggunakan metode tertentu
sesuaikan dengan pengetahuan tersebut. Sehingga bersifat rasional dan empiris
dan dapat dijadikan sebagai pemahaman baru bagi manusia. Selanjutnya
pemahaman tersebut akan menggiring kepada kebenaran meskipun dalam ilmu
pengetahuan terdapat berbagai macam teori kebenaran.
Adapun tujuan pokok dari dakwah itu sendiri adalah menyebarkan
kebaikan kebenaran dengan memanfaatkan berbagai media. Integrasi antara
agama dan imu pengetahuan yang dimaksud disini adalah “keterkaitan” antara
ilmu dan pengetahuan itu sendiri dan bahwa antara agama dan pengetahuan itu
sejatinya adalah satu. Maka bersadarkan penjelasan di atas, dalam hal
mengintegrasikan agama dan ilmu pengetahuan dakwah menjadi salah satu
media pengintegrasi keduanya. Terdapat banyak media dakwah yang dapat

38
Shofwah, Ainis. 2016. “HUBUNGAN ILMU DAKWAH DENGAN ILMU-ILMU LAIN”.
http://ainismufarriha01.blogspot.com/2016/12/hubungan-ilmu-dakwah-dengan-ilmu-
ilmu.html, diakses pada 27 November 2022.

27
digunakan salah satunya berdakwah melalui tulisan yang menghasilkan karya-
karya ilmiah yang menyatakan bahwa antara ilmu dan agama tidak saling
bertentangan tentunya dengan melihat dari perspekti Islam. Oleh sebab itu
dapat diambil kesimpulan bahwa dakwah bisa menjadi salah satu media
integrasi antara agama dan ilmu pengetahuan tersebut.39

39
Maulina, Dini. (2021) “DAKWAH SEBAGAI MEDIA INTEGRASI AGAMA DAN ILMU
PENGETAHUAN”. Jurnal Peurawi: Media Kajian Komunikasi Islam Vol.4, No.1.

28
BAB III
PENUTUP
Al-Qur’an memang bagaikan laut yang tiada bertepi semakin dikaji dan
didalami terasa semakin dalam, termasuk dalam menggali metode dakwah.
Metode-metode dakwah yang dikemukakan dalam makalah ini, dapat
dijadikan dasar pijakan dalam menggali, menemukan dan mengemas strategi
dakwah baru, dakwah di era milenial, sesuai lokasi, lingkungan dan kondisi
masyarakat yang dihadapi. Pendekatan dakwah baru sejatinya perlu
dikembangkan dan dimatangkan dalam laboratorum dakwah. Metode-metode
dakwah baru juga selayaknya diujicoba aplikasinya oleh lembaga-lembaga
dakwah atau perguruan tinggi dakwah melalui laboratorium lapangan, pada
komunitas tertentu sebagai pilot proyek untuk melihat efektivitasnya. Aplikasi
metode-metode dakwah baru di berbagai komunitas perlu dibarengi dengan
penelitian untuk melihat kelebihan dan keterbatasannya, mengukur tingkat
efektivitasnya, dan mengidentifikasi tantangannya.

Demikianlah makalah yang dapat kami buat, sekiranya terdapat


kesalahan dalam penulisan atau pemaparan materi kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Dan semoga materi ini dapat menambah wawasan kita
semua.

29
DAFTAR PUSTAKA
Maulina, Dini. (2021) “DAKWAH SEBAGAI MEDIA INTEGRASI
AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN”. Jurnal Peurawi: Media Kajian
Komunikasi Islam Vol.4, No.1.
Hasan, Mohammad. (2013) “METODOLOGI PENGEMBANGAN ILMU
DAKWAH”. Surabaya: Pena Salsabila.
Shofwah, Ainis. 2016. “HUBUNGAN ILMU DAKWAH DENGAN ILMU-
ILMU LAIN”. http://ainismufarriha01.blogspot.com/2016/12/hubungan-ilmu-
dakwah-dengan-ilmu-ilmu.html, diakses pada 27 November 2022.
Moh Ali Azis, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana Media Group, 2009) hal. 6
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011)
Abdul Wachid, Wacana Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta :PustakaPelajar,
2005),
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2005),
Onong Uchyana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2000),
Japarudin, Media Massa dan Dakwah, (IAIN Bengkulu: Jurnal Syi’ar Vol. 14
No. 1 Februari 2014)
Qudratullah, Media Massa Sebagai Sarana Dakwah Kontemporer, (AL-
HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 13, Nomor 2, Tahun 2011, Intitut Agama
Islam Negeri (IAIN) Bone, Indonesia)
M. Jafar Puteh Saifullah, Dakwah Tekstual dan Kontekstual: Peran dan
Fungsi dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Cet. III; Yogyakarta: AK
Group, 2006), hlm. 79.

30
Mahmuddin, Aplikasi Dakwah Kontemporer di Bulukumba (Upaya
Menangkal Radikalisme Agama), Jurnal al Ulum, Volume 16 No. 2
Desember 2016.

31

Anda mungkin juga menyukai