Disusun Oleh:
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu unsur penting dakwah adalah metode dakwah. Dikatakan
penting karena sangat menentukan efektivitas pelaksanaan dakwah. Fakta
menunjukkan meskipun materi dakwahnya bagus dan menarik serta sesuai
dengan kebutuhan penerima dakwah, tetapi metode penyampaiannya tidak
bagus maka dakwah tidak akan berhasil sebagaimana diharapkan. Seorang
da’i di samping menguasai materi dakwah dia juga harus memiliki
kemampuan yang memadai dalam metode penyajian dakwah. Kenyataan di
lapangan membuktikan bahwa kendatipun materi dakwahnya kurang
menarik tetapi cara penyajiannya menarik membuat jemaah antusias dalam
menyimaknya. Metode dakwah memerlukan pengembangan sesuai dengan
tuntutan zaman. Rasul-rasul pun menerapkan metode dakwah yang berbeda
sesuai kondisi faktual masyararakat yang dihadapi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah metode dakwah bil qolam?
2. Bagaimanakah metode dakwah dengan media massa?
3. Apa yang dimaksud dengan metode dakwah kontemporer?
4. Bagaimanakah metode dakwah fenomena alam?
5. Bagaimanakah metode dakwah dan pendekatan ilmu pengetahuan?
C. Tujuan
1. Mahasiswi mampu memahami metode dakwah bil qolam
2. Mahasiswi mampu memahami metode dakwah dengan media massa
3. Mahasiswi mampu memahami metode dakwah kontemporer
4. Mahasiswi mampu memahami metode dakwah fenomena alam
1
5. Mahasiswi mampu memahami metode dakwah dan pendekatan ilmu
pengetahuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. METODE DAKWAH BIL QOLAM
a. Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa dakwah berasal dari bahasa arab
“da’wah”. Da’wah mempunyau tiga huruf asal, yaitu dal, ‘ain, dan wawu.
Dari awal tiga huruf ini, terbentuk beberapa kata dengan ragam makna.
Makna-makna tersebut adalah memanggil, mengundang, meminta tolong,
meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong,
menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi dan meratapi.1
Arti dakwah menurut istilah, Asmuni Syukir mengutip dari Hamzah
Yakub bahwa dakwah dalam Islam ialah mengajak umat manusia dengan
hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasulnya. Toha
Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya mengajak
umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.2
Disisi lain dakwah juga memiliki arti mengajak kepada kebaikan,
baik pada diri sendiri maupun orang lain sesuai dengan ajaran serta
ketentuan yang digariskan Allah dan Rasul-Nya dan meninggalkan
perbuatan tercela. Jadi, dakwah dalam pengertian khusus identik dengan
amar ma’ruf nahi munkar. Dalam surah Ali-Imran ayat 110 yang berbunyi
:
ِّٰ ف وتَ ْن هو َْن َع ِْن الْم ْن َك ِْر وتُ ْؤِمنُ و َْن ِِب
ِ ِْ ت لِلن
ْلل ْ َ ُ ْ َ َ ْ َّاس ََت ُْم ُرْْو َْن ِِبل َْم ْع ُرْو ْْ ي اَُّمةْ اُ ْخ ِر َج
َْْ ُك ْن تُ ْْم َخ
1
Moh Ali Azis, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana Media Group, 2009) hal. 6
2
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011) hal. 1
3
manusia. Perubahan positif ini diwujudkan dengan peningkatan iman,
mengingat sasaran dakwah adalah iman. Karena tujuannya, maka
kegiatannya juga harus baik.3
b. Dakwah Bil Qolam
3
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (edisi Revisi), (Jakarta: Kencana, 2009) hal. 19
4
Abdul Wachid, Wacana Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta :PustakaPelajar, 2005), Hal
223.
4
Seperti yang dikatakan Ali bin Abi Thalib “Tulisan adalah tamannya
para ulama,”. Lewat tulisan-tulisanlah para ulama “mengabadikan” dan
menyebarluaskan pandangan-pandangan keislamannya. Dakwah Bil Kalam
yang telah dilakukan para ulama salaf dan cendekiawan muslim terdahulu,
telah melahirkan sejumlah “kitab kuning”. Mungkin, jika tidak dituangkan
dalam tulisan, pendapat para ulama dan mujtahid sulit dipelajar dan
diketahui dewasa ini. Metode karya tulis merupakan buah dari keterampilan
tangan dalam menyampaikan pesan dakwah. Peradaban dunia akan lenyap
dan punah apabila, karya tulis berupa isi dakwah (Dakwah bil Lisan), tidak
dipublikasikan. Seperti halnya kita memahami Al-Qu’ran, hadits, fikih para
madzhab dari tulisan yang dipublikasikan.5
Bentuk-bentuk Dakwah Bil Qolam Berbagai macam atau bentuk
dakwah bil qolam dengan variasi yang berbeda-beda, yang dimana ada
suatu kriteria pada masing-masing bentuk untuk menuangkan dan penyajian
isi dari dakwah sendiri. Dalam metode dakwah bil qolam ada berbagai
bentuk, diantaranya:
1. Melalui tulisan.
Di dalam bentuk tulisan ini adalah metode berdakwah dengan bil
qolam paling mendasar, dimana para penulis (‘ulama, kyai, dan para
pengarang kitab) menyajikan dalam bentuk seperti kitab kuning dan
berbagai kitab karangan untuk dipelajari dan di kaji oleh para pelajar,
santri maupun yang lainya. Mengingat wahyu yang diturunkan kepada
Rosulullah yang memerintahkan untuk “bacalah” maka diadakanya
suatu perintah untuk menulis sesuatu tentang islam dan hukum-hukum
yang ada dalam Al-Quran supaya dapat di baca para khalayak yang luas.
2. Melalui media cetak.
5
Moh. Ali Aziz. Ilmu Dakwah. (Jakarta :Kencana, 2012), Hal 374.
5
Penyajian dakwah bil qolam menjadi berkembang dan menjadi
suatu karangan yang tetap sehingga dalam karangan yang pertama hanya
berbentuk tulisan yang hanya dipelajari dalam kajian, dalam media cetak
ini sudah disajikan dengan bahasa dan kemasan yang mudah untuk
dipahami. Seperti halnya koran, majalah, tabloid, benner, pamflet, stiker
dan kaos yang mengandung unsur Islam sehingga dapat diterima dengan
mudah kepada pembacanya.
Dakwah bil qolam merupakan metode dakwah yang mempunyai
keefektifan dalam penyampaian untuk para khalayak luas. Para
jurnalistik mendesain dengan sedemikian sehingga para pembaca suatu
majalah, surat kabar, ataupun karya tulis lainnya dapat dimasuki unsur-
unsur islam ataupun dakwah yang berupa tulisan. Memang semua cara
atau metode yang digunakan untuk berdakwah pasti ada kekurangan,
maka dari itu dakwah bil qolam melengkapi metode dakwah yang
lainnya seperti dakwah bil lisan dan dakwah bil hal. Dalam penyampaian
dakwah pun tidak semua harus mempunyai nama di khalayak luas
terlebih dahulu, yang terpenting adalah isi pesan yang telah di paparkan
dalam suatu dakwah.
Keunggulannya yaitu materi dapat mengena langsung dan dapat
di kenang oleh mad’u, seandainya lupa bisa di lihat dan di pelajari lagi
materi dakwahnya, dan dapat di pelajari dan di hafal. Kelemahannya
yaitu mengeluarkan biaya besar, tidak semua orang bisa membaca,
karena sasaran dakwah tidak hanya pada anak remaja dan dewasa, anak
kecil dan orang tua pun menjadi sasaran dakwah, dan tidak sedikit orang
yang malas membaca, mereka lebih senang mendengarkan dan melihat.
Apapun dinamikanya, dakwah dengan tulisan masih menjadi tantangan
buat para da’i, tulisan dianggap menjadi metode dan media yang lebih
kuat bertahan dibandingkan dakwah dengan lisan. Bukan berarti dakwah
6
dengan lisan harus ditinggalkan, namun sebaliknya, kita tinggal
melangkah satu langkah untuk menulis konsep dakwah kita yang akan
disampaikan dengan lisan ke dalam sebuah tulisan.
6
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 189
7
Onong Uchyana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 79
7
media massa sebagai alat komunikasi massa adalah kecepatan
penyampaian, dan keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk
dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama
lainnya berada dalam keadaan terpisah. Sebuah kekuatan yang dimiliki dan
menjadi karakteristik media massa adalah, mampu menjangkau khalayak
secara luas, dan serentak tanpa terhalang oleh waktu.8
8
Japarudin, Media Massa dan Dakwah, (IAIN Bengkulu: Jurnal Syi’ar Vol. 14 No. 1 Februari
2014)
9
Qudratullah, Media Massa Sebagai Sarana Dakwah Kontemporer, (AL-HIKMAH: Jurnal
Dakwah, Volume 13, Nomor 2, Tahun 2011, Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone,
Indonesia), hal. 219
8
inspiratif serta poster dan gambar-gambar yang mencerahkan. Dakwah
bukan lagi hanya dikemas dengan tekanan-tekanan dan ancaman-ancaman
yang disampaikan sehingga membuat masyarakat ingin lepas dari dakwah
yang disampaikan.10
1. Metode bil-Hikmah
10
Qudratullah, Media Massa Sebagai Sarana Dakwah Kontemporer, (AL-HIKMAH: Jurnal
Dakwah, Volume 13, Nomor 2, Tahun 2011, Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone,
Indonesia), hal. 220-221
11
Qudratullah, Media Massa Sebagai Sarana Dakwah Kontemporer, (AL-HIKMAH: Jurnal
Dakwah, Volume 13, Nomor 2, Tahun 2011, Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone,
Indonesia), hal. 221
9
mencerminkan kebijaksaan seorang da’i dalam menyampaikan pesan-
pesan dakwah.12
12
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 98
13
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 100
10
dimaksud adalah bahasa dakwah denga tutur kata yang baik yang
diterima dan dimaknai oleh khayalak. Metode ini dilakukan dengan
mengajak pihak lain untuk berdiskusi dan berdialog lebih dalam untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada mad’u. Da’i
harus berperan memberikan pencerahan secara konsisten dengan cara
yang terbaik, menjaga perasaan mad’u tanpa ada hinaan dan singgungan
apalagi menjatuhkan harkat dan martabat pihak tersebut. Dalam konteks
ini, metode yang dilakukan bukanlah mengajak pihak lain untuk
berdebat penuh emosi tetapi berdiskusi untuk mencapai kesepakatan atas
kebenaran bersama. Poin inti dalam metode ini adalah mencapai
kebenaran bersama bukan kemenangan sepihak.14
3. DAKWAH KONTEMPORER
Istilah kontemporer adalah dapat bermakna semasa, sewaktu, pada
masa kini, dewasa ini. Istilah kontemporer adalah istilah yang terkait
dengan masa dan masa yang dimaksud adalah masa sekarang atau era
modern di dalamnya ditemukan alat-alat komunikasi yang serba canggih
dan baru. Istilah dakwah kontemporer adalah gabungan dari tiga suku kata
yaitu strategi, dakwah dan kontemporer. Penggabungan ini melahirkan satu
makna tersendiri yaitu adanya satu system atau teknik dakwah di era
teknologi modern. Dengan demikian dapat dipahami bahwa strategi dakwah
kontemporer dimaksudkan adalah sebuah strategi dalam melancarkan
dakwah di era modern dalam menghadapi kehidupan yang menggunakan
teknologi.15
1. Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat
14
M. Jafar Puteh Saifullah, Dakwah Tekstual dan Kontekstual: Peran dan Fungsi dalam
Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Cet. III; Yogyakarta: AK Group, 2006), hlm. 79.
15
Mahmuddin, Aplikasi Dakwah Kontemporer di Bulukumba (Upaya Menangkal Radikalisme
Agama), Jurnal al Ulum, Volume 16 No. 2 Desember 2016.
11
Tantangan dakwah yang di hadapi pada saat ini kian bertambah.
Dengan adanya narasi pelumpuhan umat Islam menjadikan dakwah
harus terus berupaya mencari jalannya. Kegiatan masyarakat yang
berbingkai hiburan entertaiment, kepariwisataan dan seni menimbulkan
kerawanan moral dan etika. Kerawanan ini disokong oleh peraturan serta
tekhnologi informasi muthakhir, sehingga menuntut daya kreatifitas para
intelektual muslim dalam menjaga kemurnian dakwah Islam.16
Hingga saat ini peradaban kaum muslimin benar-benar dalam
keadaan Terpuruk di mata dunia. Orang muslim jauh tertinggal dengan
non muslim dalam segala aspek kehidupannya, baik dalam bidang
ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Atas
ketertinggalan ini ada sebagian umat merasa resah dan melakukan
berbagai upaya, apa yang harus dilakukan untuk mengembalikan Islam
pada kejayaannya. Namun pada saat yang sama pula, ada yang
beranggapan bahwa dunia bukan dimiliki oleh orang muslim. Bagi yang
ingin menguasai dunia, jangan berpikir akan memperoleh akhirat. Bagi
yang ingin memperoleh akhirat maka tinggalkanlah dunia. Inilah yang
mendominasi pemikiran kaum muslimin, sehingga secara lahir
tumbuhlah generasi muslim yang lemah dari sisi politik, sosial, budaya,
ekonomi, tekhnologi dan lain sebagainya.17
Kegiatan ekonomi yang dilakukan Rasulullah SAW merupakan
penopang dakwah yang disebarkannya Rasulullah SAW bersama
Khadijah ra, membuktikan bahwa kegiatan ekonomi harus membawa
dampak maslahat bagi pengembangan diri, keluarga, masyarakat dan
manusia dimanapun berada. Hal ini berbeda dengan konsep
16
Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah Dari Dakwah Konvensional Menuju Dakwah
Profesional, (Jakarta: Amzah, 2007) Hal. 8
17
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 48
12
pengembangan ekonomi Yahudi dan Nasrani, di mana tujuan besar
ekonomi mereka adalah untuk menggenggam kekuasaan dunia dan
memusnahkan umat diluar keyakinannya. Ekonomi dijadikan sebagai
alat penindasan, mengeruk keuntungan maksimal, bahkan sebagai alat
pemurtadan seseorang yang berkeyakinan Islam.18
Dalam waktu relatif singkat dakwah yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW mampu mengubah sejarah dunia. Selama 23 tahun
dakwah dilakukan melahirkan peradaban yang menyebar ke seluruh
dunia. Atas riset dan kekagumannya, Michael H. Heart mencantumkan
Rasulullah SAW dalam bukunya sebagai peringkat pertama dari 100
tokoh yang berpengaruh dalam perubahan dunia. Buah dakwah yang
dirintis berdasarkan pada moralitas yang tinggi. Moralitas yang layak
diteladani dalam segala sisi kehidupan manusia.19
Rasulullah SAW sebagai pelaku kegiatan ekonomi telah
mencontohkan, setidaknya ada tiga manfaat dalam kegiatan ekonomi.
Pertama, adalah business is a place of worship, bisnis merupakan sarana
pengabdian seorang hamba kepada Rabbnya. Aktivitas ini harus didasari
oleh semangat beribadah. Spirit dalam mengejawantahkan misi manusia
sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Kedua, kegiatan
ekonomi merupakan business is a place of wealth. Bisnis merupakan
bagian dari upaya memperoleh serta mendistribusikan kemakmuran
dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Ketiga,
business is a place of werfare. Kegiatan ekonomi merupakan upaya
dalam pertempuran melawan ketidakadilan kesewenang-wenangan dan
18
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 48
19
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 48
13
eksploitasi yang tidak mengindahkan nilai-nilai ilahiyah dan
kemanusiaan.20
Untuk mengembangkan ekonomi masyarakat yang berkeadilan
dan efisien diperlukan tiga pilar:21
• Pilar pertama dari pengembangan ekonomi Islam adalah sektor riil,
yaitu sektor yang memberikan pekerjaan kepada masyarakat. Sektor
yang diupayakan dari kegiatan produksi pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, barang kerajinan tangan maupun barang buatan
pabrik. Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menetapkan sektor riil ini
dengan kalimat dalam Quran surat al-Baqarah ayat 275.
• Pilar kedua dari ekonomi Islam adalah lembaga keuangan syariah
yang bebas riba. Banyak negara yang bangkrut akibat riba.
Metodenya adalah memberikan hutang besar melewati batas
kemampuan negara yang berhutang. Alquran menyatakan keuangan
yang bebas riba dengan kalimat yang sama termaktub dalam Al
Qur'an, surat Al-Baqarah 275.
• Pilar ketiga dari ekonomi adalah zakat infak sedekah dan wakaf.
Zakat merupakan sedekah wajib sebesar 2,5% dari pendapatan. Infaq
adalah sedekah materi kepada kaum kerabat dan mereka yang
membutuhkan seperti fakir dan miskin. Sedekah memiliki arti
pemberian berupa materi dan nonmateri. Sebagaimana dijelaskan
oleh Rasulullah SAW bahwa senyum kepada saudara Muslim adalah
sedekah, membuang duri di jalanan adalah sedekah, memudahkan
urusan orang lain adalah sedekah dan lain sebagainya. Sementara
wakaf adalah memberikan hak milik pribadi kepada Allah melalui
20
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 48
21
Hendry Tanjung, Ekonomi dan Keuangan Syariah Isu-isu Kontemporer, (Jakarta: PT. Alex
Media Komputindo, 2020), hal. 14
14
lembaga berbadan hukum atau Nazir untuk dikelola dan manfaatnya
dari pengelolaan tersebut diberikan kepada umat. Wakaf tidak boleh
berkurang. Dengan adanya pertambahan nilai wakaf maka
menunjukkan keadaan ekonomim yang terus bertumbuh.
sebagaimana wakaf Utsman bin Affan sahabat Rasulullah SAW, yang
sudah wafat sekitar 1400 tahun. Dengan hartanya Utsman bin Affan
mewakafkan harta yang kian waktu kian bertambah. Hal ini
dibuktikan dengan kepemilikan hotel besar dan megah yang dibangun
di Madinah, dimana hasil dari pengeloaan hotel tersebut sebagian
disedekahkan untuk kepentingan kaum muslim.
Ketiga pilar ekonomi tersebut apabila berkembang bersama akan
memajukan masyarakat dalam suatu bangsa atau negara. Hadirnya Islam
dalam kehidupan mamusia adalah untuk memelihara agama, akal,
keluarga dan harta. Prinsip tersebut dalam aktivitas perekonomian akan
mendorong percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
berkelanjutan. Islam mengajak pemeluknya untuk melakukan kebaikan
dalam segala bidang dengan mengharap keridhoan Allah Swt.
Berkontribusi dalam amal yang bisa dirasakan manfaatnya oleh orang
banyak, seperti membantu orang fakir dan miskin, mendirikan rumah
sakit, membangun masjid, sekolah, perguruan tinggi, menyediakan
lapangan pekerjaan dan lain sebagainya. Sebagaimana firman Allah Swt:
س ْولِه ث ُ َّم لَ ْم يَ ْرتَابُ ْوا َوجَا َهد ُْوا بِا َ ْم َوال ِِه ْم َوا َ ْنفُس ِِه ْم ف ِْي ِ ٰ ِاِنَّ َما ا ْل ُمؤْ مِ نُ ْونَ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْوا ب
ُ اّلل َو َر
ٰٰۤ
َص ِدقُ ْون
ٰ ول ِٕىكَ هُ ُم ال ُ ّللا ۗ ا
ِ ٰ سبِ ْي ِلَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang
yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan
15
harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang
yang benar.” (Qs .Al Hujurat : 15).22
2. Dakwah Melalui Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan berasal dari kata daya yang artinya kemampuan
atau kekuatan. Pemberdayaan merupakan suatu proses menuju berdaya
atau proses memperoleh daya kekuatan. Maka pemberdayaan adalah
suatu upaya memberikan daya kekuatan atau pendampingan dan
dorongan untuk merubah situasi sosial yang kurang baik menuju situasi
sosial yang lebih baik, atau meningkatkan kekuatan orang-orang lemah
dan kurang beruntung, sehingga secara individu ia memperoleh
keterampilan pengetahuan dan kekuatan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya.23
Tujuan dari dilakukannya pemberdayaan masyarakat adalah
memperkecil kesenjangan ekonomi dan kehidupan sosial lainnya, seperti
kemiskinan, kebodohan, amoral dan bentuk kejahatan lainnya, sebagai
permasalahan yang harus segera diselesaikan. Dalam hal ini dakwah
memiliki peran penting sebagai jalan untuk menyelesaikan problematika
tersebut. Maka pengembangan masyarakat merupakan suatu bentuk
dakwah yang memiliki tujuan agar semakin terberdayakannya potensi
yang ada di masyarakat. Untuk menjadikan masyarakat berdaya, maka
harus dimulai dari adanya individu-individu yang berdaya. Yaitu
individu yang mandiri, yang mampu memenuhi kebutuhannya secara
lahir dan batin secara mandiri.24
22
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 49-50
23
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 41
24
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 42
16
Ada 5 prinsip Islam dalam pemberdayaan masyarakat:25
1. Prinsip keadilan.
Yaitu di mana orang kaya memiliki kewajiban dalam memperhatikan
kan dan berlaku adil dalam mendistribusikan kekayaannya kepada
yang membutuhkan.
2. Prinsip persamaan.
Islam tidak memandang status sosial sebagai perbedaan tapi taqwa
yang menjadi landasan penilaian Allah SWT terhadap seseorang.
3. Prinsip partisipasi.
Bahwa keberdayaan menuntut seluruh umat untuk saling bekerjasama
dan mendukung semua bentuk atau program-program yang membawa
kebaikan/maslahat.
4. Prinsip penghargaan etos kerja.
Islam sangat menghargai dan memotivasi seluruh individu untuk
berbuat dan bekerja sesuai dengan kemampuannya sehingga dikatakan
bahwa orang yang memberi lebih mulia dibanding dengan orang yang
meminta.
5. Prinsip tolong-menolong.
Allah berfirman Dan tolong-menolonglah kalian dalam berbuat
kebaikan dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat keburukan.
Artinya adalah setiap individu harus bersama melakukan program-
program perbaikan yang yang bisa dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat.
Dakwah memiliki sasaran yang beragam, mulai dari lingkup
individual hingga lingkup masyarakat secara umum. Sebab itu
pengembangan masyarakat tidak lepas daripada aktifitas dakwah. Da'i
25
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 42
17
sebagai penyampai risalah dakwah merupakan panutan dan teladan bagi
masyarakat, dimana perannya yang sangat dibutuhkan pemerintah dalam
pembangunan dan memperbaiki kondisi masyarakat. Dai merupakan
seorang penggerak atau motivator dalam menggali potensi sumber daya
Insani dan potensi yang ada di masyarakat, sehingga kolaborasi seorang
pendakwah dengan pemerintah sangat penting dalam proses peningkatan
dan pemberdayaan masyarakat.26
Dakwah pengembangan masyarakat dan umat merupakan kegiatan
Rasulullah SAW yang ditopang oleh perekonomian yang mapan. Hal ini
dapat kita lihat bagaimana kiprah Rasulullah bersama Ummul mukminin
Khadijah radhiallahu'anhu dalam berdakwah memperbaiki keadaan umat
dari keterpurukan peradaban. Begitu pula para sahabat-sahabat
Rasulullah SAW, mengemban misi dakwah dengan mengorbankan harta
kekayaan mereka. Bagaimana pengorbanan Utsman bin Affan membeli
sumur dari seorang Yahudi untuk kaum muslimin. Bagaimana dengan
kekayaannya Abu Bakar membebaskan para budak. Banyak teladan
dalam Islam tentang pengorbanan harta dalam berdakwah.27
Rasulullah Shalallahu Wassalam merupakan The Great motivator
bagi seluruh umat manusia. Baginda Shallallahu Alaihi Salam
memotivasi umatnya untuk maju dengan ucapan yang sangat mudah
dipahami, "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah
orang yang beruntung." Bila hari ini sama dengan hari kemarin berarti
ia orang yang merugi, dan jika hari ini lebih buruk dari kemarin, maka ia
adalah orang yang celaka. Kalimat ini merupakan spirit kemajuan bagi
umat Islam dalam segala aspeknya, bahwa barometer kesuksesan adalah
26
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 42-43
27
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 46
18
jika hari ini lebih baik dari hari yang telah berlalu dan hari esok lebih
baik dari hari ini. Inilah barometer kesuksesan manusia, baik dalam
persoalan ibadah maupun semangat dalam bekerja (muamalah).28
Dalam KBBI fenomena diartikan sebagai gejala; suatu yang luar biasa
atau keajaiban; fakta; hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indra dan
dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah.29
Fenomena alam, gejala alam atau peristiwa alam adalah suatu keadaan
atau peristiwa yang tidak biasa dan ditimbulkan oleh alam. Gejala alam ini
timbul disebabkan oleh alam, tetapi ada juga gejala alam yang disebabkan oleh
ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.30 Fenomena alam dapat juga
diartikan sebagai peristiwa non-artifisal dalam pandangan fisika dan kemudian
tak diciptakan oleh manusia, meskipun dapat mempengaruhi manusia.31 Gejala
atau peristiwa alam antara lain gungung meletus, banjir, gempa bumi, angin
topan, tsunami, dan tanah longsor dan termasuk juga fakta-fakta alam yang
unik seperti proses turun hujan, peredaran tata surya, dll.
28
Dona Fitria, Dakwah Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Universitas Islam Asy-
Syafi’iyyah: Jurnal El-Arbah, vol. 4, no. 1, 2020), hal. 47
29
“Arti Kata ‘Fenomena’ Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia | KBBI.Co.Id,” accessed
December 3, 2022, https://www.kbbi.co.id/arti-kata/fenomena.
30
Julianto, Suryanti, and Fitria Hidayati, Konsep Ipa Lanjut (Zifatama Jawara, n.d.).
31
Flower, “FENOMENA ALAM SEMESTA SEBAGAI BUKTI KEAGUNGAN CIPTAAN ALLAH
MELALUI PERSPEKTIF AL-QURAN,” FENOMENA ALAM SEMESTA SEBAGAI BUKTI
KEAGUNGAN CIPTAAN ALLAH SWT MELALUI PERSPEKTIF AL-QURAN, September 2, 2019,
accessed December 1, 2022, https://stkfenomenaalamsemesta.blogspot.com/.
32
Akhmad Rusydi, “Tafsir Ayat Kauniyah,” Al QALAM 9, no. 17 (June 2016).
19
Al-Qur’an secara tegas memerintahkan umat Islam untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan (sains) lewat proses membaca (iqra’) yang
didasari oleh rasa iman kepada Dzat Pemberi Ilmu. Membaca tidak hanya
terbatas pada obyek-obyek yang tulisan saja, melainkan juga menyelidiki dan
meneliti terhadap obyek-obyek alam semesta.
33
“Mengungkap Fenomena Alam (al-Ayat al-Kauniyah) Dalam al-Qur’an: Perspektif Tafsir
Ilmy – PROGRAM MAGISTER ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR,” n.d., accessed December 1,
2022, https://s2iat.walisongo.ac.id/index.php/2020/07/31/mengungkap-fenomena-alam-
al-ayat-al-kauniyah-dalam-al-quran-perspektif-tafsir-ilmy/.
20
asal mula penciptaan alam, salah satunya yang paling terkenal adalah teori
bigbang atau ledakan besar yang menyatakan
bahwa terbentuknya alam ini adalah adanya ledakan besar yang telah terjadi
sejak ribuan milyar tahun yang lalu.
Machmud Ranusemito dalam karya beliau membagikan peta konstruksi
penciptaan alam semesta menurut Al-Quran, diantaranya sebagai berikut :
❖ Allah lah yang menciptakan Alam semesta ini dengan kalimat “kun
fayakun” yang artinya : jadilah !! maka jadilah. Hal itu bisa dilihat dalam
beberapa ayat berikut : (Q.S. 36:82)
{ } إنَّ َما ٓ أَمۡ ُر ٓهۥُ إذَآ أ َ َرادَ ش َۡيـًٔا أَن يَقُو َل لَ ۥهُ ُكن فَيَ ُكو ُن
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya
berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu.” [Surat Ya-Sin: 82]
❖ Allah membangun dan menyempurnakan ciptaan-Nya supaya berimbang,
sehingga jagad raya inipun seimbang dan tidak ada keretakan sedikitpun di
dalamnya (Q.S. 67:3) kemudian Allah
menopang bumi dan langit supaya jangan sirna (Q.S.22:65) padahal ia
menciptakan langit tersebut tanpa tiang (Q.S.21:32, Q.S.31:10)
ّل يَجۡ ريٞ س َوٱ ۡلقَ َم ۖ َر ُك َّ س َّخ َر ٱل
َ ش ۡم ۖ علَى ٱ ۡلعَ ۡر
َ ش َو َ ع َمدٖ ت ََر ۡونَ َه ۖا ث ُ َّم ٱسۡ ت ََو َٰى َّ ٱ َّّللُ ٱلَّذي َرفَ َع ٱل
َ س َٰ َم َٰ َوت بغ َۡير
َس ّٗم ۚى يُدَب ُر ٱ ِۡلَمۡ َر يُفَص ُل ٱ ِۡلٓ َٰيَت لَ َعلَّ ُكم بلقَآء َرب ُك ۡم تُوقنُون
َ ِل َ َج ٖل ُّم
“Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menundukkan matahari dan
bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia
mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-
Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu.” [Surat Ar-Ra'd: 2]
❖ Penciptaan alam semseta tersebut bisa direkonstruksikan dengan ayat-ayat
berikut :
▪ Allah menciptakan bumi dan langit dalam 6 masa (Q.S. 10:3, 11:7, 25:59,
32:4) yakni penciptaan bumi dalam dua masa (Q.S. 41:9) dan
21
menyempurnakannya dalam 4 masa (Q.S. 41:10), penciptaan tujuh langit
dalam 2 masa seta menghiasinya dengan bintang-bintang (Q.S. 2:29, 41:12)
yang indah dipandang (Q.S. 15:16)
▪ Dalam penciptaan langit dan bumi serta penciptaan siang dan malam (Q.S.
3:190) Allah menundukan matahari dan bulan yang keduanya beredar pada
porosnya masing-masing (Q.S. 25:62) matahari beredar pada masa yang sudah
ditentukan, sedangkan bulan sabit selalu berubah-ubah bentuk, dan keduanya
(matahari dan bulan) itu tidak pernah saling mendahului (Q.S. 36:38-40)
❖ Dan tujuan dari penciptaan alam semesta ini disamping untuk memberikan
rahmat bagi kehidupan manusia (Q.S. 2:29, 31:20, 45:13) sekaligus menguji
keimanan seorang mukmin sejati (QS 11:7, 67:2) atas tanda-tanda kebesaran
Allah bagi orang-orang yang berakal yang mengetahui, mendengar dan
memikirkan serta bertakwa pada Allah (Q.S. 3:190, 10:6, 13:3, 16:65, 30:22).
Adapun fungsi dari benda-benda langit adalah :
▪ Perhitungan waktu (Q.S. 9:36, 16:48, 25:45-46, 36:37-40, 55:5,17, 84:18)
▪ Sebagai penerang di waktu gelap (Q.S. 10:5)
▪ Sebagai penunjuk arah ( Q.S. 6:97, 16:16)
▪ Sebagai hiasan bagi siapa yang memandangnya (Q.S. 15:16)
▪ Sebagai pelempar syetan yang mencoba mencuri-curi berita dari langit (Q.S.
15:18, 37:8, 67:5)34
34
Akhmad Rusydi, “Tafsir Ayat Kauniyah.”
22
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini
tawar dan segar, dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan
antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.” [Surat Al-Furqan:
53]
23
{ } َوٱ ۡلجبَا َل أَ ۡوت َادّٗ ا
"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan
gunung-gunung sebagai pasak?" (Q.S. An Naba: 6-7).
{ َسب ُّٗٗل لَّعَلَّ ُه ۡم يَهۡ تَدُون ّٗ ي أَن ت َميدَ به ۡم َو َجعَ ۡلنَا في َها ف َج
ُ اجا ۡ
َ } َو َجعَلنَا في ٱ ِۡل َ ۡرض َر َٰ َوس
"Dan telah Kami jadikan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh supaya
bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di
bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk." (Q.S. Al
Anbiya: 31).
24
bumi ini bergerak mengelilingi matahari (berevolusi) dan berputar pada
porosnya (melakukan rotasi).35
35
ayyulian, “Fakta! Ini 6 Fenomena Alam Yang Ada Dalam Al Qur’an,” n.d., accessed
December 1, 2022, https://www.kabarmakkah.com/2016/01/fakta-ini-6-fenomena-alam-
yang-ada.html.
36
“Mengungkap Fenomena Sains (Ayat Al-Kauniyah) Dalam Al-Quran,” RaSAIL Media
Group, May 24, 2012, accessed December 4, 2022,
https://rasail.wordpress.com/2012/05/24/mengungkap-fenomena-sains-al-ayat-al-
kauniyah-dalam-al-quran/.
25
akal, serta aktivitas ilmiah. Dalam islam sumber ilmu pengetahuan paling
utama adalah Allah SWT yang terdapat dalam ayat-ayat qauniyah dan ayat-
ayat kauniyah selanjutnya memberi kuasanya kepada manusia untuk mengkaji
dan memahaminya hingga menghasilkan ilmu pengetahuan.37
Ilmu dakwah merupakan ilmu yang dinamis. Dimana ilmu tersebut
selalu dapat berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan masyarakat.
Dalam mengembangkan dan melaksanakan prakteknya, ilmu dakwah selalu
membutuhkan bantuan ilmu-ilmu lainnya didalam memahami objek studi
materi dan objek studi formanya.
Ilmu-ilmu seperti ilmu psikologi, ilmu komunikasi, ilmu sosiologi dan
ilmu retorika berhubungan erat dengan proses dakwah itu sendiri, yang
didalam ilmu dakwah disebut sebagai ilmu bantu. Peran ilmu bantu tersebut
dalam praktek dakwah adalah sebagai sarana, alat, ataupun media untuk
menyampaikan dakwah. Sehingga maksud dan tujuan dakwah tersampaikan
secara baik dan benar kepada mad’u. Ilmu dakwah dan ilmu-ilmu bantunya
merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Ilmu psikologi berguna untuk membantu memahami perilaku dan
fungsi mental manusia secara ilmiah serta dapat memahami kejiwaan da’i dan
mad’u yang dibutuhkan oleh ilmu dakwah. Ilmu komunikasi, dalam praktek
dakwah sendiri berguna untuk menyampaikan dakwah kepada masyarakat
sehingga pesan-pesan dan informasinya tersampaikan secara baik dan benar.
Ilmu sosiologi dibutuhkan ilmu dakwah untuk memahami kondisi dan
keadaan masyarakat, yang merupakan objek dakwah, karena pesan-pesan
37
Maulina, Dini. (2021) “DAKWAH SEBAGAI MEDIA INTEGRASI AGAMA DAN ILMU
PENGETAHUAN”. Jurnal Peurawi: Media Kajian Komunikasi Islam Vol.4, No.1.
26
dakwah tidak akan tersampaikan apabila da’i tidak mengerti dan tidak
memahami mad’u nya.38
Agama mempunyai sumber atau pedoman hukum salah satunya yaitu
Al-Qur‟an yang didalamnya berisi ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat qauliyah.
Ayat qauliyah sendiri merupakan ayat atau firman Allah dalam Al-Qur‟an
yang mengandung hukum ataupun aturan Sedangkan ayat kauniyah adalah
ayat-ayat yang menceritakan tentang kekuasaan Allah SWT melalui tanda-
tandanya yang terdapat di alam semesta. Dalam memahami ayat kauniyah
tersebut dibutuhkan peran akal didalamnya agar bisa mencapai tujuan sesuai
dengan yang diinginkan. Hasil dari pelibatan akal tersebut adalah terciptanya
pemahaman baru tentang kekuasaan Allah yang terdapat di alam semesta yang
merujuk kepada kebenaran.
Ilmu pengetahuan sendiri bersumber dari pengamatan inderawi
manusia, yang kemudian di uji dengan menggunakan metode tertentu
sesuaikan dengan pengetahuan tersebut. Sehingga bersifat rasional dan empiris
dan dapat dijadikan sebagai pemahaman baru bagi manusia. Selanjutnya
pemahaman tersebut akan menggiring kepada kebenaran meskipun dalam ilmu
pengetahuan terdapat berbagai macam teori kebenaran.
Adapun tujuan pokok dari dakwah itu sendiri adalah menyebarkan
kebaikan kebenaran dengan memanfaatkan berbagai media. Integrasi antara
agama dan imu pengetahuan yang dimaksud disini adalah “keterkaitan” antara
ilmu dan pengetahuan itu sendiri dan bahwa antara agama dan pengetahuan itu
sejatinya adalah satu. Maka bersadarkan penjelasan di atas, dalam hal
mengintegrasikan agama dan ilmu pengetahuan dakwah menjadi salah satu
media pengintegrasi keduanya. Terdapat banyak media dakwah yang dapat
38
Shofwah, Ainis. 2016. “HUBUNGAN ILMU DAKWAH DENGAN ILMU-ILMU LAIN”.
http://ainismufarriha01.blogspot.com/2016/12/hubungan-ilmu-dakwah-dengan-ilmu-
ilmu.html, diakses pada 27 November 2022.
27
digunakan salah satunya berdakwah melalui tulisan yang menghasilkan karya-
karya ilmiah yang menyatakan bahwa antara ilmu dan agama tidak saling
bertentangan tentunya dengan melihat dari perspekti Islam. Oleh sebab itu
dapat diambil kesimpulan bahwa dakwah bisa menjadi salah satu media
integrasi antara agama dan ilmu pengetahuan tersebut.39
39
Maulina, Dini. (2021) “DAKWAH SEBAGAI MEDIA INTEGRASI AGAMA DAN ILMU
PENGETAHUAN”. Jurnal Peurawi: Media Kajian Komunikasi Islam Vol.4, No.1.
28
BAB III
PENUTUP
Al-Qur’an memang bagaikan laut yang tiada bertepi semakin dikaji dan
didalami terasa semakin dalam, termasuk dalam menggali metode dakwah.
Metode-metode dakwah yang dikemukakan dalam makalah ini, dapat
dijadikan dasar pijakan dalam menggali, menemukan dan mengemas strategi
dakwah baru, dakwah di era milenial, sesuai lokasi, lingkungan dan kondisi
masyarakat yang dihadapi. Pendekatan dakwah baru sejatinya perlu
dikembangkan dan dimatangkan dalam laboratorum dakwah. Metode-metode
dakwah baru juga selayaknya diujicoba aplikasinya oleh lembaga-lembaga
dakwah atau perguruan tinggi dakwah melalui laboratorium lapangan, pada
komunitas tertentu sebagai pilot proyek untuk melihat efektivitasnya. Aplikasi
metode-metode dakwah baru di berbagai komunitas perlu dibarengi dengan
penelitian untuk melihat kelebihan dan keterbatasannya, mengukur tingkat
efektivitasnya, dan mengidentifikasi tantangannya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Maulina, Dini. (2021) “DAKWAH SEBAGAI MEDIA INTEGRASI
AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN”. Jurnal Peurawi: Media Kajian
Komunikasi Islam Vol.4, No.1.
Hasan, Mohammad. (2013) “METODOLOGI PENGEMBANGAN ILMU
DAKWAH”. Surabaya: Pena Salsabila.
Shofwah, Ainis. 2016. “HUBUNGAN ILMU DAKWAH DENGAN ILMU-
ILMU LAIN”. http://ainismufarriha01.blogspot.com/2016/12/hubungan-ilmu-
dakwah-dengan-ilmu-ilmu.html, diakses pada 27 November 2022.
Moh Ali Azis, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana Media Group, 2009) hal. 6
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011)
Abdul Wachid, Wacana Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta :PustakaPelajar,
2005),
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2005),
Onong Uchyana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2000),
Japarudin, Media Massa dan Dakwah, (IAIN Bengkulu: Jurnal Syi’ar Vol. 14
No. 1 Februari 2014)
Qudratullah, Media Massa Sebagai Sarana Dakwah Kontemporer, (AL-
HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 13, Nomor 2, Tahun 2011, Intitut Agama
Islam Negeri (IAIN) Bone, Indonesia)
M. Jafar Puteh Saifullah, Dakwah Tekstual dan Kontekstual: Peran dan
Fungsi dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Cet. III; Yogyakarta: AK
Group, 2006), hlm. 79.
30
Mahmuddin, Aplikasi Dakwah Kontemporer di Bulukumba (Upaya
Menangkal Radikalisme Agama), Jurnal al Ulum, Volume 16 No. 2
Desember 2016.
31