Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU DAKWAH

DA’I PRASYARAT DAN KUALIFIKASINYA


Dosen Pengampu : Nadia Nurfitria, MA. Hum.

Disusun Oleh :

1. putri wulan sahab :231330132


2. Nurul Fadiyah :231330131
3. Ibnu Ibrahim :211330135
4. Ahmad Abuzar :231330155

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN

BANTEN TAHUN 2023 M / 1445 H


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam yang telah memberikan
taufiq, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis. Sehingga dapat merampungkan
penulisan makalah ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga dan sahabat-Nya. Semoga kelak kita
mendapatkan syafa’at di yaumil qiyamah. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Nadia Nurfitria,
MA. Hum. yang telah memberikan tugas membuat makalah yang berkaitan dengan
Ilmu Dakwah yang Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia Allah Swt. tugas
tersebut telah kami selesaikan sebelum berakhirnya waktu yang ditentukan.
Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan krtitik
yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Serang, 21 September 2023


Tim Penyusun

Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA
KATAPENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTARISI........................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................4

1.1 LatarBelakang..............................................................................................4

1.2RumusanMasalah.........................................................................................5

1.3 Tujuan Masalah…......................................................................................5

BAB II Pembahasan........................................................................................6

BAB III Penutup.............................................................................................13

Daftar Pustaka…............................................................................................14
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dakwah juga memiliki beberapa unsur salah satunya yaitu Da’i. Da’i
merupakan orang yang menyampaikan nasihat atau ilmu-ilmunya baik secara
lisan, tulisan atau perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran islam atau
menyebarluaskan ajaran islam. Da‟i merupakan pengendali bagi strategi dakwah
bahkan bagi unsur-unsur dakwah lainnya. Da’i juga harus tahu apa yang disajikan
dakwah tentang Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan
dakwah untuk memberikan solusi, terhadap prablema yang dihadapi manusia, juga
metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan prilaku
manusia tidak salah dan tidak melenceng. Sebelum melakukan dakwah seorang
da’i harus melakukan prasyarat dan kualifikasi atau memiliki kriteria sebelum
melakukan dakwah. Prasyarat atau kriteria yang harus dilakukan seorang da’i
sebelum dakwah yaitu memiliki ilmu atau ajaran islam yang luas, mampu
memahami kondisi orang yang di dakwahi, mampu memberikan motivasi atau
inspirasi orang lain, dan dapat memahami materi atau hal yang akan di sampaikan
ke orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan da’i ?
2. Apa prasyarat yang harus dilakukan da’i sebelum melakukan dakwah?
3. Mengapa dai harus berdakwah ?
4. Bagaimana seorang mengkualifikasi Menjadi Da ‘i
C. Tujuan
1. Untuk mejelaskan definisi dan makna da’i.
2. Untuk menjelaskan prasyarat da’i yang dilakukan sebelum dakwah.
3. Untuk mengetahui tujuan berdakwah
4. Untuk mengatahui Prestasi Dari seorang Da'i

1.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Da’i
 Definisi Da’i
Dai adalah sebutan dalam Islam bagi orang yang bertugas
mengajak, mendorong orang lain untuk mengikuti, dan
mengamalkan ajaran Islam.Oleh karenanya diharapkan seorang
dai harus bisa dijadikan sebagai teladan bagi umat, terlebih lagi
jika dikaitkan dengan tugas dan kewajibannya menyampaikan
ajaran Allah. Maka sudah sewajarnya jika umat akan
menjadikan tokoh dai tersebut sebagai rujukan dalam hidup
kesehariannya.
Menjadi Da’i (pendakwah) sebenarnya bukan hal mudah. Tidak
sembarang orang layak menjadi Da’i. Karena dakwah adalah tugas suci
para nabi, sementara para Da’i adalah penerus tugas suci ini. Seorang Da’i
adalah penerus lisan suci Nabi, karena masyarakat melihat mereka
sebagai sosok yang menggambarkan agama islam.
Menurut Muh Mu’alim, ia mengelompokkan metode dakwah dari
seorang dai itu menjadi dua aktivitas yakni tulisan dan badan/lisan.
Sedangkan cara-cara yang ditempuh bisa berupa da’wah dibawah tanah,
melalui surat-menyurat, politik dan pemerintahan bahkan ada juga yang
melalui cara peperangan.
Sebagai juru dakwah yang akan menyampaikan nilai-nilai ilahiyah kepada
umat masih menurut Muh Mu’alim, seorang da’I dengan keilmuan dan
kebijaksanaan yang dimilikinya hendaknya mampu mengingatkan
manusia tentang kehidupan akhirat mengajak kepada keseimbangan
hidup di dunia dan akhirat, hal hal tersebut sebagaimana yang di firman
kan Allah :

“ ‫صي َب من ال ُّدْ ن َيا‬ َ‫َ َل ت‬ ‫ال هدا َر ا ْْل‬ ‫واْ بتَ ِ غ ي َما آتَا‬
‫َك‬ ‫ْنس و‬ ‫ِخ َرَةۖ َُّلال‬ ‫َك‬

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”1

Namun sayangnya, hari ini menjadi Da’i lebih mudah dari membuat SIM
(Surat Izin Mengemudi). Siapapun bisa menjadi Dai, asal punya selera humor

1
Al -Qasas ayat 77
yang tinggi, menghafal beberapa ayat dan hadist dan menggunakan seragam
tertentu. Rasulullah saw bersabda.; 2َ‫و ية‬
˚ ‫¸ن‬ ‫ لُِّغوا¸ َب‬, ; Sampaikanlah
‫آ‬
‫ ى وَل‬dariku
‫ع‬
walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) Semua orang bisa menjadi Da’i bahkan
harus menjadi Da’i bagi dirinya dan sekitarnya untuk berbagi nasehat dan
ilmu.

Tapi dibalik semua ini, ada poin yang terlewat. Banyak orang merasa
punya kewajiban untuk berdakwah tapi dia tidak mempelajari bagaimana
Syarat dan Bekal Dakwah yang diajarkan Allah pada para Nabi, khususnya
Rasulullah saw.

Nabi Muhammad menempuh banyak cara untuk menyampaikan risalah


Islam, baik selama di Mekkah maupun di Madinah. Sejak awal, Islam sudah
menjadi agama dakwah.

Agama yang menetapkan, mengajarkan, dan mengajak orang untuk


berbuat baik, menaati segala yang menjadi kewajiban Islam dan
meninggalkan apa yang menjadi larangan Tuhan (amar makruf nahi munkar).
Nabi Muhamamd SAW yang mula-mula mendapat tugas dakwah Islam
sebagai pelanjut dakwah para nabi dan orang saleh sebelumnya, menjadikan
seluruh aktivitasnya sebagai dakwah di jalan Tuhan.

Semula, dakwah Nabi SAW dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan dari


rumah ke rumah. Cara ini ditempuh berkaitan dengan besarnya
tantangan dan rintangan dari kaum jahiliyah Quraisy yang terus
memusuhi agama baru yang dibawa Muhammad. Selain kaum Quraisy,
cercaan dan rintangan juga datang dari keluarga Muhammad yang belum
menerima ajaran Islam. Semua cobaan itu dihadapi Nabi SAW dengan
hati lapang, sabar dan tabah.
Baru setelah umat Islam bertambah dan makin banyaknya para pemuka
suku Quraisy masuk Islam, dakwah dilakukan Nabi SAW secara terbuka

2
HR Bukhari
dan terang-terangan. Selain secara lisan, dakwah juga dilakukan secara
tertulis.

Cara terakhir ini, misalnya, dilakukan Rasulullah dengan berkirim surat


kepada para raja di masanya, di antaranya Raja Heraklius dari Byzantium,
Raja Mukaukis dari Mesir, Raja Kisra dari Persia (Iran), serta Raja Najasyi
dari Habasyah (Ethiopia). Isi surat itu adalah menyeru mereka untuk
menganut agama Islam. Agar dakwah dapat mencapai sasaran dengan
baik, Allah SWT memberi konsep strategis kepada Nabi SAW. Konsep itu
mencakup tiga metode, sebagaimana tercantum di Al-Quran yaitu :
3
‫َ م ِ ة ا سنَ ِد ْ اله هي س ُن‬ ‫ْك‬ ِ ‫ْي‬ ‫اُ ْدُع ِا ٰلى‬
‫ْل م ِتي اَ ْ ح‬ ‫ْوع ْلح ظ ِة‬ ‫َم ِة‬ ‫’ب‬ ‫ِل‬
‫وجا‬ ‫وا ْل‬ ‫ا ْل‬ ‫َك‬ ‫س‬
‫ه‬ ‫ِح‬ ‫ر‬ ‫ِب‬
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.

dengan metode al hikmah, al mau’izah al hasanah, dan al mujadalah


billati hiya ahsan.
Dakwah bil hikmah berarti menyampaikan dakwah dengan terlebih
dulu mengetahui tujuannya dan mengenal secara benar dan mendalam
orang atau masyarakat yang menjadi sasarannya. Kedua, dakwah
bilmau'izah hasanah, yang mengandung arti memberi kepuasan kepada
jiwa orang atau masyarakat yang menjadi sasaran dakwah dengan cara-
cara yang baik, seperti memberi nasihat, pengajaran, serta contoh praktis
(teladan) positif.

Sementara dakwah mujadalah billati hiya ahsan adalah dakwah yang


dilakukan dengan cara bertukar pikiran (dialog), sesuai kondisi
masyarakat setempat tanpa melukai perasaan mereka. Tiga bentuk
dakwah inilah yang ditempuh Nabi SAW dalam menunaikan amanat dari
langit. Dari mana dakwah harus dimulai? Dalam sebuah firman-Nya,

3
An-Nahl ayat 125
‫عش ۡي َرتَ َ ك ا‬
‫واَ ۡن ِذ ۡر‬
‫َۡلَ ۡق َربِ ۡي‬
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang
terdekat,4

Dalam praktiknya, sikap Nabi SAW keseharian juga menunjukkan dakwah,


yakni bil haal. Karena itulah, Allah menegaskan, pada pribadi Muhammad
tercermin teladan hidup yang baik :
‫َك َ ك ِثي ًرا‬ ‫˚ا ٱ َ ْ و َم ءا‬ ‫حسن َ كان‬ َ ‫أ‬ ِ ‫ُ ك ْم‬ ‫لهَق ْد كان‬
‫َر ٱ ّل‬ ‫ْرجو ّل ٱ ْل وٱ ِخ‬ ‫ة˚ من‬ ‫وة‬ ‫ِفى ر ل ٱ‬
‫وذ ل‬
َ ‫ل ْل َي َر‬ ’‫ل‬ ˚ ‫ل‬ ‫و‬
‫لس‬

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah,”5Banyak
contoh betapa agungnya sikap Nabi SAW dalam berdakwah sekalipun
aniaya dari orang-orang musyrik diterimanya. Misalnya, ketika Nabi
dihinakan penduduk Mekkah, maka dia mengajak Zaid bin Haritsah untuk
pergi berdakwah ke Thaif, dengan sebuah harapan dakwahnya akan
didengar.

 Eksitensi Da’i

4
QS. Asy-Syu’ara’ Ayat 214
5
As. Al-Ahzab ayat 21
Da’i sekaligus agent of change memberikan dasar filosofi ‘’eksistensi
diri’’ dalam dimensi individual, keluarga, dan sosiokultural, sehingga dapat
memiliki kesiapan untuk berinteraksi dan menafsirkan kenyataan-kenyataan
yang dihadapi secara mendasar dan menyeluruh menurut ajaran Islam. Jadi
Islam yang telah internalized menjadi paradigma untuk memberi struktur
dan makna terhadap realitas sosial dan fisik serta menjadi kerangka dasar
pemecahan masalah. Oleh karena perubahan sosial atau tranformasi sosial
menuju pada arah tertentu, maka dakwah Islam berfungsi memberikan arah
dan corak ideal tatanan masyarakat baru yang akan datang. Aktualitas
dakwah berarti upaya penataan masyarakat terus menerus di tengah-tengah
dinamika perubahan sosial sehingga tidak ada satu sudut kehidupan pun
yang lepas dari perhatian dan penggarapannya.

B. Prasyarat dan Kualifikasi Da’i

Kali ini kita akan mempelajari apa saja syarat dan bekal seseorang yang
ingin berdakwah? Surat Al-Muddatsir ayat 3-7 akan mengajari kita bagaimana
Allah Memberi bekal dakwah kepada Nabi Muhammad saw
1. Agungkanlah Tuhanmu !. ’ِّ‫ر َّب ر˚ ب‬
‫َك َف ك‬

Dan hanya Allah yang diagungkan oleh para Da’i. Tidak ada yang
agung dimata mereka selain Allah swt. Ayat ini mengandung makna Hasyr
(hanya). Karena hanya Allah yang diagungkan maka tujuan yang diharapkan
oleh seorang Da’i hanyalah keridhoan-Nya.

Jika masih memiliki tujuan lain seperti kedudukan dan kekayaan


maka ia bukan seorang Da’i penerus tugas suci para Nabi. “Dan
agungkanlah Tuhan-mu” (QS.Al-Muddatsir:3)

:
 Memiliki ilmu apa yang di dakwahkan. Yaitu seorang da’i harus belajar atau
memahami terlebih dahulu mengenai apa-apa yang hendak di dakwahkan dan
mempelajari amalan-amalan yang akan di dakwahkan, mempelajari pendapat-
pendapat yang akan di dakwahkan, mempelajari apa saja amalan-amalan yang
dilarang agama, dan lainnya.
 Memahami kondisi orang-orang yang di dakwahi. Karena objek dakwah itu
bermacam-macam keadaannya. Diantara mereka ada yang memiliki ilmu yang
tinggi sehingga da’i membutuhkan ilmu yang lebih tinggi dalam debat dan
diskusi. Di antara mereka juga ada yang tidak berilmu. Di antara mereka juga
ada yang keras kepala, dan ada pula yang tidak keras kepala.
 Bersikap hikmah dalam dakwahnya. Yaitu menyikapi orang yang didakwahi
dengan sikap yang sesuai dan menyikapi persoalan dengan sikap yang sesuai
pula. Kemudia memulai dakwah dari hal yang paling urgen baru setelah itu hal
yang urgensinya di bawahnya.
 Memiliki akhlah yang baik dalam perkataan, perbuatan, dan penampilan yang
baik. Maksudnya penampilan yang baik adalah penampilan yang layak untuk
seorang da’i. Juga perbuatannya dan perkataannya layak untuk seorang dai’i.
 Kesabaran dan ketekunan. Seorang da'i harus memiliki kesabaran dan
ketekunan yang tinggi dalam melakukan dakwah, karena tidak semua orang
akan menerima pesan-pesan agama dengan mudah. Seorang da'i harus terus
berusaha dan tidak mudah menyerah dalam menyampaikan pesan-pesan
agama.
 Bahasa. Kemampuan bebribaca dalam bahasa yang dipahami oleh audiens
adalah kualifikasi yang penting. Selain bahasa Arb (karena Al-Quran di tulis
dala bahasa Arab), seorang dai juga harus bisa berkomunikasi dalam bahasa
local atau bahasa yang digunakan oleh komunitas target.
 Pendidikan Formal. Banyai dai memiliki latar belakang pendidikan formal
dalam ilmu agama atau studi islam. Beberapa bahkan memiliki gelar sarjana
atau lebih tinggi dalam bidang ini.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Da’i merupakan orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun


tulisan ataupun perbuatan yang baik secara individu, kelompok atau berbentuk
orgnisasi atau lembaga. Yang menyajikan dakwah tentang Allah, alam
semesta, kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan
solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia.

Sebelum melakukan dakwah da’i memiliki prasyarat dan kualifikasi


atau kriteria tertentu dari da’i yang harus di persiapkan seperti memiliki
pengetahuan yang luas tentang ajaran agama, memiliki kemampuan berbicara
dan berkomunikasi dengan baik, memiliki kemampuan untuk memahami
masyarakat yang menjadi sasarannya, memiliki akhlak yang baik dalam
perkataan, perbuatan, dan penampilan yang baik, memiliki kemampuan untuk
memberikan motivasi dan menginspirasi orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Surat Al Ahzab ayat 21

An-Nahl ayat 125

QS. Asy-Syu’ara’ Ayat 214

HR. Bukhari

QS. Al-Qasas ayat 77

Anda mungkin juga menyukai