Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Sejarah Bahasa Arab, Bahasa Arab Sebagai Rumpun Bahasa Smith, Karakteristik dan
Keutamaan Bahasa Arab
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Lughah Al-Qur’an
Dosen pengampu: Muhammad Husein, M. Ag

Disusun oleh:

Kelompok 2

Nurul Muflihah 21211751


Nurun Tiha Inna’imi 21211752
Oktarina Kasmitha Dewi 21211755
Rizki Amalia Putri 21211775

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN

(IIQ) JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan izin-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada baginda Rasulullah SAW. yang telah menuntun ummatnya dari masa
kegelapan hingga menuju masa yang terang benderang dengan banyak keilmuan seperti
sekarang.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Husein, M. Ag selaku dosen
pada mata kuliah Lughah Al-Qur’an yang telah memberikan arahan yang sangat jelas
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Terima kasih juga pada teman-teman
kelompok 2 yang sudah bekerja sama dalam pembuatan makalah ini yang berjudul dan
menjelaskan tentang “Sejarah Bahasa Arab, Bahasa Arab Sebagai Rumpun Bahasa Smith,
Karakteristik dan Keutamaan Bahasa Arab”

Dengan kerendahan hati, kami selaku pemateri memohon maaf yang sebesar-besarnya
jika terdapat banyak kesalahan, baik secara penulisan, penyusunan, maupun isi dari makalah
ini. Kami berharap kepada para pembaca untuk berkenan memberikan kritik dan saran yang
membangun sebagai pembelajaran bagi kami agar bisa lebih baik lagi di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini bisa dimengerti dan dapat memberikan manfaat bagi siapa saja
yang membacanya.

Pamulang Timur, 01 Oktober 2022

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I… .............................................................................................................................. .iv
PENDAHULUAN… ...........................................................................................................iv
A. Latar Belakang………………………………………………………………………iv
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………...iv
C. Tujuan……………………………………………………………………………….iv
BAB II… ............................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 1
A. Sejarah Bahasa Arab Sebelum Al-Qur’an…………………………………………..1
B. Bahasa Arab Sebagai Rumpun Bahasa Smith………………………………………6
C. Karakteristik dan Keutamaan Bahasa Arab…………………………………………10
BAB III ................................................................................................................................... 8
PENUTUP ............................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan… .............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..9

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bahasa Arab merupakan salah satu rumpun bahasa Semit, yaitu salah satu bahasa kuno
yang memiliki banyak cabang rumpun yang tersebar di Jazirah Arab. Seiring dengan
berkembangnya zaman, bahasa Arab terus menunjukkan perkembangan yang signifikan. Terbukti
pada tahun 1973, bahasa Arab diresmikan sebagai salah satu bahasa resmi Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB). Selain itu, hal yang menjadikan bahasa Arab ini begitu istimewa karena
menyandang berbagai atribut, seperti diidentikkannya bahasa ini dengan bahasa umat Islam
karena Qur’an dan Hadits nabi yang notabene adalah sumber pokok ajaran Isam tertulis dalam
bahasa Arab. Pada era globalisasi ini, bahasa Arab mendapatkan perhatian yang lebih di mata
masayarakat dunia. Hal ini ditandai dengan diajarkannya bahasa Arab di lembaga pendidikan
formal dari berbagai jenjang. Tak hanya di negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam,
namun juga di berbagai penjuru belahan bumi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Bahasa Arab Sebelum Al-Qur’an?
2. Bagaimana Bahasa Arab Sebagai Rumpun Bahasa Smith?
3. Apa karakteristik dan keutamaan Bahasa Arab?

C. Tujuan
1. Mengetahui Sejarah Bahasa Arab Sebelum Al-Qur’an
2. Mengetahui Bahasa Arab Sebagai Rumpun Bahasa Smith
3. Mengetahui Karakteristik dan Keutamaan Bahasa Arab

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Bahasa Arab
Bahasa Arab merupakan bahasa yang tumbuh, hidup dan berkembang, dituturkan dan
ditulis oleh lebih dari 400 juta jiwa di negara-negara yang membentang dari Timur Tengah dan
Semenanjung Arab, hingga Afrika Utara, pun seluruh Asia. Lebih dari itu, bahasa Arab juga
dianggap sebagai bahasa suci untuk lebih dari satu miliar umat Muslim di dunia, dan merupakan
bahasa yang berkontribusi besar dalam kehidupan masyarakat Bahasa Arab saat ini merupakan
bahasa resmi di 22 negara, dan berkat sejarah panjangnyalah, bahasa Arab menyebar secara lisan
pun literatur.1
Bahasa ini sebelumnya digunakan oleh suku-suku Arab pra-Islam dalam karya puisi
mereka, hingga pada perkembangan umat Muslim yang melihat bahasa Arab sebagai bahasa suci
mereka juga. Sulit untuk mengidentifikasi asal dari kata Arab, tetapi para peneliti telah membuat
beberapa hipotesis:
 Dalam mitologi Yunani, 'Arab' berasal dari Dewa Arabos, putra dewa Hermes, dan lahir di
negara Arab.
 Sedang, etimologi Arab menyatakan bahwa 'Arab' berasal dari kata kerja yang berarti
'memperjelas'. Tetapi juga bermakna sama dengan 'tempat di mana matahari terbenam'.
Dalam kedua kasus tersebut, beberapa poin yang disetuji oleh para ulama:
 Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa utama di dunia, dan dapat ditelusuri
peninggalannya melalui beberapa peradaban besar dalam sejarah.
 Hal ini memungkinkan bahasa Arab mentransferkan sejumlah besar pengetahuan ilmiah,
agama, dan sastra sepanjang sejarah.2

Bahasa Arab masuk dan berkembang di wilayah Indonesia bersamaan dengan penyebaran
agama Islam ke wilayah ini. Melalui para da’i dari Gujarat (sebagian menyatakan langsung dari
Arab dan Mesir) pada abad ke-13, masyarakat Nusantara mengenal Bahasa Arab. Dalam
perkembangan berikutnya, bahasa ini sempat menjadi lingua franca dalam pergaulan antar pulau
dan bangsa di Nusantara. Selain itu pula, tulisan Arab digunakan sebagai pengganti tulisan

1
Kurniawan. 2021. Sejarah dari Bahasa Arab. Superproof.co.id: https://www.superprof.co.id/blog/sejarah-arab-
berlatar-belakang-oriental/
2
Ibid.
1
Pallawa dari India, yang telah berkembang sebelumnya.3
Ada banyak teori tentang asal usul bahasa ini. Sebagian pendapat menyatakan, bahasa Arab telah
ada semenjak Nabi Adam. Hal ini merupakan interpretasi Alquran surah al-Baqarah ayat 31
bahwa Allah telah mengajarkan pengetahuan tentang nama-nama kepada Nabi Adam. Bahasa
yang digunakan oleh Adam tersebut ditafsirkan sebagai bahasa Arab. Jadi, bahasa ini merupakan
bahasa pertama yang digunakan manusia, kemudian berkembang menjadi berbagai cabang baru.
Pendapat kedua mengatakan, bahasa Arab termasuk rumpun bahasa Semitik yang merupakan
turunan rumpun Afroasiatik. Menurut para ahli modern, bahasa di dunia awalnya berasal dari
daerah asal mula manusia pertama menetap, yaitu sekitar Asia dan Afrika. Bahasa yang lahir dari
kawasan ini pada masa-masa berikutnya mencapai ratusan bentuk bahasa baru yang digunakan
oleh sebagian besar penduduk dunia.
Bahasa ini dinamakan Afro-Asiatic atau Afrasian atau Hamito Semitic, sebuah istilah yang
diperkenalkan oleh Maurice Delafosse (1914). Bahasa ini memperanakkan sekitar 400 jenis
bahasa yang beberapa di antaranya telah punah. Salah satunya, ialah rumpun bahasa Semit yang
menjadi tempat bernaung bahasa Arab dalam pohon klasifikasi bahasa.
Kata Semit diambil dari Sem (Syam) putra Nuh, nenek moyang Ibrahim dan Ismail. Rumpun
bahasa ini diperkirakan telah ada di Timur Tengah sejak abad keempat SM, kemudian
berkembang masuk ke kebudayaan Mesopotamia dan mencapai Suriah.
Rumpun ini juga menurunkan bahasa Akkadian (telah punah), Ibrani, dan Aramaik yang banyak
digunakan dalam literatur-literatur kuno. Abd Rauf bin Dato' Hassan Azhari dalam "Sejarah dan
Asal Usul Bahasa Arab: Satu Kajian Linguistik Sejarawi", Pertanika Journal of Soc Sci &Hum
2004, menguatkan pendapat tersebut.
"Jika dianalisis dari segi konteks klausa, ternyata banyak terdapat titik kesamaan antara bahasa
Semit dan bahasa Arab kuno," kata dia. Contohnya, dalam unsur fonologi, unsur-unsur fleksi (al-
i'rab), dan pola bentuk jamak. Penelitian menunjukkan, bahasa Arab juga memiliki banyak
kesamaan dengan bahasa Ibrani, sesama rumpun Semit.4
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.[1] Ibnu Manzhur
dalam Lisan al-Arab, mendefinisikan bahasa dengan: aswat yu’abbir biha kull qaum ‘an
aghradhihim (berbagai bunyi yang digunakan masyarakat untuk mengungkapkan berbagai
maksud atau tujuan mereka). Menurut pakar ilmu Ushul, lughah (bahasa) adalah setiap lafadz
(kata) yang dibuat untuk menunjukkan makna tertentu, cara mengetahui lughah adalah melalui
periwayatan.[3] Senada dengan definisi tersebut, al-Ghalayaini mendefinisikan bahasa dengan:
3
Suwirta, Andi, Tasawuf dan Proses Islamisasi di Indonesia. (Bandung: Historia Utama Press, 2002)
4
Agung Sasongko. 2016. Asal-Usul Bahsa Arab. Republica.co.id:
https://www.republika.co.id/berita/o0uvaa313/asal-usul-bahasa-arab
2
alfazh yu’abbir kull qaum ‘an maqasidihim (berbagai kata yang digunakan masyarakat untuk
mengungkapkan berbagai maksud mereka).[4] Dari konteks ini, bahasa Arab didefinisikan
dengan:

‫َ ي يِ َّت ِل لُ لا ِم ل‬
‫ل لك‬ ِ ‫َ ُِ ل ََّيلا ِا َّه ل ِر َّا‬َّ ‫أْل‬ ِ ‫ن ِر َّاملاَ لُ لاا ي له ِْ لفاََ ي ِقِن اَْل ِْي َر ِ لكا ي َّْل لرَِ لْ َّه ص ل َّو لر‬
ِ َُ ََّ‫يق ِك َّْ لُضل‬ َ ‫ا ليلا ي َّتَ َّرَّشَ ي َّه ِلر َّا َْ لُ يَّ ل لاا ِِا‬
ِ ‫َّْ ي‬
‫ل ِا ِك َّْ لَ لُينَ ي ِتيتلاََ ِا َّه لا‬ َ ‫ِ لُ لا َّي‬ ِ ‫َّيت َ َِ ي َّ لْ لر‬

Berbagai kata yang digunakan orang-orang Arab untuk mengungkapkan berbagai maksud atau
tujuan mereka, disampaikan pada kita dengan jalan menukil/ transfer/ riwayat, dihimpun dan
dijaga kepada kita oleh al-Quran al-Karim dan hadits-hadits mulia, dan berbagai riwayat
terpercaya berupa prosa-prosa dan syair-syair Arab.[5]
Kedatangan bangsa Barat ke wilayah Nusantara pada abad ke-16 mulai menggeser dan
mengurangi peranan Bahasa Arab dalam masyarakat. Bangsa Portugis, misalnya, yang menguasai
Malaka pada tahun 1511 M (Masehi), kemudian meluaskan pengaruhnya ke daerah Maluku di
Indoensia Timur, telah banyak mengurangi pengaruh dan peranan Bahasa Arab dalam berbagai
aspek. Pengurangan peranan Bahasa Arab dalam berbagai aspek kehidupan dilakukan secara
sistematis oleh pemerintah kolonial Belanda, yang menguasai Indonesia selama 350 tahun.
Kondisi seperti ini terus dialami sampai pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), walau tidak
sekuat penetrasi pemerintah kolonial Belanda.5
Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 memunculkan harapan baru bagi berkembangnya
Bahasa Arab dalam kehidupan nasional di Indonesia. Pemerintah Indonesia mengapresiasi
keinginan sebagian masyarakat yang mayoritas Muslim untuk menjadikan Bahasa Arab sebagai
salah satu mata pelajaran di sekolah, walaupun terbatas hanya pada sekolah-sekolah di bawah
lingkungan Departemen Agama. Namun demikian, Bahasa Arab sebenarnya banyak dipelajari di
sekolah-sekolah non-pemerintah, seperti madrasah, pesantren, atau kursus-kursus yang sifatnya
non-formal. Semakin hari Bahasa Arab semakin diminati untuk dipelajari, baik untuk tujuan

5
Miftakhuddin, Kolonialisme: Eksploitasi dan Pembangunan Menuju Hegemoni. (Sukabumi, Jawa Barat: CV Jejak,
2019)
3
keagamaan, pendidikan, ekonomi, politik, dan budaya maupun untuk tujuan-tujuan yang lainnya.6
Pengaruh perkembangan wilayah Islam, membuat merebaknya kesalahan-kesalahan dalam
pengucapan bahasa Arab (Qira’ah al-Lughah al-‘Arabiyyah) sehingga berpengaruh terhadap
pemahaman Al-Qur’an dan hadis. Problem tersebut salah satunya disebabkan terjalin hubungan
antara bahasa Arab asli dengan penduduk non-Arab (ahlu al-‘Ajamiyyah) sehingga kedua bahasa
itu “selingkuh”.
Akibat perluasan wilayah membuahkan hasil berbagai suku berbondong-bondong masuk Islam,
termasuk menselaraskan bahasa Arab (al-Lughah al-‘Arabiyyah) sebagai alat komunikasi resmi.
Sehingga, dari puluhan suku atau bahkan ratusan suku memiliki perbedaan kompetensi bahasa
Arab karena masih terbawa dengan bahasa budaya mereka.
Bahasa Arab merupakan bahasa budaya yang sudah matang dan mapan sebelum Islam datang
(zaman jahiliyyah). Sehingga, dapat ditarik “benang merah” bahwa bahasa Arab lebih awal
muncul dari datangnya Islam di bumi ini. Sebelum bahasa Arab dijadikan bahasa agama (al-
Lughah al-Diin), bahasa Arab telah menjadi alat komunikasi dan produk budaya yang dimiliki
oleh salah satu suku Arab.
Sehingga, ketika para sahabat menemukan kejanggalan bahkan kebuntuan dalam memahami
bahasa-bahasa atau kalimat Al-Qur’an dan hadis, mereka harus “melalang buang” mencari
penduduk yang masih terjaga dengan keorisinal bahasa Arabnya. Dalam arti belum terpengaruh
oleh bahasa suku asing. Hasil penelitian menyebutkan, mereka merupakan pemilik dan pewaris
bahasa Al-Qur’an (al-Lughah al-Qur’an) yaitu Suku Badui Arab.
Suku Badui merupakan “mutiara” terpendam dalam pengkajian khasanah studi Islam bahasa
Arab. Mereka istiqamah menjaga keotentikan substansi bahasa Arab murni jauh sebelum ilmu
nahwu lahir. Letak geografis suku badui terletak di barat daya Asia, sebelah utara berbatasan
dengan Syria, sedangkan bagian timur berbatasan dengan teluk Persia dan laut Oman. Adapun
sebelah selatan dibatasi oleh Samudra Pasifik dan laut Merah sebelah barat.
Kepiawaian dalam mendemonstrasikan bahasa Arab dengan baik dan benar merupakan sebuah
keistimewaan bagi mereka, baik dalam bentuk syair (al-syi’ir), retorika (al-khitabah) maupun
prosa (al-nathr). Pasar al-Mirbad merupakan pusat dunia perdagangan antar suku, sehingga
perbedaan dialek merupakan konsekuensi perkembangan bahasa Arab. Perbedaan itu hampir pada
setiap tatanan dalam bahasa Arab: fonologi (suara), leksikal (kosa kata), sintaksis (gramatikal) dan
bahkan harakat.
Bagi mereka bahasa merupakan sebuah identitas, dalam bahasa Arab ada sebuah adagium al-
Lughati Huwiyati (bahasaku adalah identitasku). Maka runtuhnya bahasa berarti runtuhnya

6
Azyumardi Azra. Pendidikan Islam, Tradisi, dan Modernisasi: Menuju Millenium Baru. (Ciputat: Logos Pustaka
Ilmu, 1999)
4
identitasnya. Pasalnya dari ratusan suku terdapat suku-suku yang peduli dengan keorisinilan
bahasa Arab dan ada sebagian besar tidak peduli. Konsekuensinya, pada masa itu tingkat
kefasihan membaca dan pemahaman terhadap teks-teks Arab (al-qira’ah wa al-fahm ‘ala kalam
al-‘arabiyyah) berbeda. Suku Badui melakukan pelbagai upaya menjaga bahasa Arab asli dengan
berkomitmen melafalkan al-Qur’an sesuai barometer ilmu qiro’ah yang kredibel secara intuisi
(saliqah).

Sebab, pada hakikatnya bahasa al-Qur’an diturunkan dengan “meminjam” bahasa Arab murni.
Berangkat dari fenomena di atas, muncul kesadaran urgensi dalam perumusan formulasi ilmu
tatanan bahasa Arab (ilm al-lughah al-‘arabiyyah). Saat itu istilah ilmu nahwu belum lahir. Ide
gagasan ini dimulai oleh Umar bin Khatab, dan terealisasi pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib
melalui muridnya Abu Aswad al-Du’ali sebagai penanggung jawab proyek ini.

Adapun motif-motif munculnya benih ilmu nahwu atau ilmu susunan bahasa Arab:

1. Motif agama

Urgensinya mendalami makna al-Qur’an secara komprehensif dan mendalam (sampai pada
akarnya) telah diperintahkan nabi: “Pahamilah fungsi-fungsi kata dalam kalimat al-Qur’an serta
strukturnya. Dan uraikan benang kusut kata-kata yang masih ambigu” (A’ribu al-Qur’an wa
iltamisu gharaibah). Kedua, merebaknya penduduk Arab yang salah dalam mengucapkan lafadz-
lafadz Arab (lahn). Ketiga, terdapat sepuluh model membaca teks Arab (qira’at al-Qur’an).
Sehingga perlunya untuk merumuskan ilmu yang mengatur susunan dalam kaidah bahasa Arab.

2. Motif sosial

Dalam perkembangan bahasa Arab, perluasan wilayah Islam (al-futuhat al-islamiyyah) bagaikan
“dua mata pisau”. Selain kemajuan bagi Islam, akan tetapi sebuah ancaman juga bagi kemajuan
bahasa Arab. Sebab, bahasa Arab merupakan bahasa baku bagi negara-negara Arab termasuk
negara yang baru ditaklukan (al-‘ajamiyyah). Pasalnya sebuah keniscayaan bagi penutur non-
Arab menguasai bahasa Arab murni. Selain itu, terjadi kontak langsung antar bahasa, dan bahasa
yang lebih kuat akan mendominasi bahasa yang lemah.

3. Motif politik

Berawal dari pergolakan politik meninggalnya Usman ibn Affan memperkeruh hubungan antara
Mu’awiyyah dan Ali bin Abi Thalib, yang berakhir runtuhnya khalifah. Mu’awiyyah berambisi

5
untuk menghabisi seluruh nasab Ali. Demi menguasai ambisi politik mereka (Mu’awiyyah)
menggunakan jubah agama untuk mengemas oposisi politiknya. Ini merupakan politisasi agama
pertama kali dalam sejarah Islam.

Dinasti Umayyah menjelma dirinya menjadi sistem tatanan pemerintah monarki. Selain
mengubah sistem pemerintahan dari demokratis (sistem yang sudah mengakar jauh
sebelum khulafa al-rasyidin) menjadi monarki, Mu’awiyyah juga mengganti pejabat pribumi (al-
‘ajamiyyah) dengan didominasi orang-orang Arab. Akhirnya, penduduk Arab merasa unggul dari
yang lain.

Pergolakan politik ini secara tidak langsung berpengaruh juga terhadap perkembangan bahasa
Arab. Dorongan mendalami ilmu bahasa Arab berbelok pada motif politik dan gengsi. Bahasa
Arab dianggap “bahasa bergengsi” karena kedudukannya sebagai bahasa para penguasa saja. 7

B. Bahasa Arab Sebagai Rumpun Bahasa Smith


Bahasa Arab sebagai bahasa yang paling dekat dengan Semit. Bahasa ini mempunyai
posisi yang lebih dibanding bahasa-bahasa lain dari rumpun bahasa Semit. Bahasa Arab termasuk
bahasa yang paling banyak dipakai sekarang ini. Penuturnya bukan hanya umat Islam tapi di luar
agama Islam juga. Semit adalah salah satu rumpun bahasa yang dinisbahkan kepada salah satu
putra nabi Nuh a.s. yaitu Syam bin Nuh.8
Istilah Semit/Smith diberikan kepada bangsa Aramiyah, Finiqiyah, ‘Ibriyah, Arabiyah,
Yamaniyah, dan Babiliyah-Asyuriyah. Bahasa Semit istilah yang merupakan gabungan dari
bahasa-bahasa yang berdekatan yang dinisbahkan kepada Sam bin Nuh (Sam merupakan
salah satu dari anak-anak Nuh). Adapun orang pertama yang memberikan istilah/ penamaan
ini terhadap bangsa-bangsa tersebut adalah seorang ahli dari Jerman yang bernama Scholazer
pada akhir abad ke-18 tepatnya pada tahun 1798, yang dikutip dalam kitab Safar Takwin
(kitab Kejadian), dari tiga orang keturunan Nuh (Ham, Sam, dan Yafit). Adapun bangsa-
bangsa tersebut merupakan keturunan dari anak cucu mereka. Dalam kitab Safar Takwin (kitab
Kejadian) juga disebutkan keturunan Sam bin Nuh, yaitu Elam, Asyur, Arfakasyad, dan
Aram. Nuh diangkat menjadi nabi sekitar tahun 3650 SM. Diperkirakan ia tinggal di wilayah
Selatan Irak modern. Dalam Islam, Nuh adalah nabi ketiga sesudah Adam, dan Idris. Ia
merupakan keturunan kesembilan dari Adam. Ayahnya adalah Lamik (Lamaka) bin
Metusyalih| Mutawasylah (Matu Salij) bin Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusyi bin

7
Muslihudin. 2021. Sejarah Perkembangan Bahasa Arab Sebelum Islam Datang. Alid.id:
https://alif.id/read/msd/sejarah-perkembangan-bahasa-arab-sebelum-islam-datang-b239852p/.
8
Mustafa, Bahasa Arab di antara Rumpun Bahasa Smith, Al-Ibrah: Journal of Arabic Language Education, Vol 2,
No.1, 2019
6
Syits bin Adam.9
Nuh dilahirkan pada saat ayahnya berumur 182 tahun. Nuh adalah orang ketiga yang
memiliki umur terpanjang, mencapai 950 tahun. Namanya juga tercatat dalam silsilah Yesus di
Lukas 3:36. Antara Adam dan Nuh ada rentang 10 generasi dan selama periode kurang lebih 1642
tahun. Nuh hidup selama 950 tahun. Ia mempunyai istri bernama Wafilah, sedangkan
beberapa sumber mengatakan istri Nuh adalah Namaha binti Tzila atau Amzurah binti
Barakil dan memiliki empat orang putra, yaitu Kan’an, Yafit, Sam dan Ham, hanya tiga
orang yang selamat dari bencana banjir karena taat serta mengikuti ajaran yang dibawa
ayahnya. Adapun seorang anaknya lagi yang tertua, yaitu Kan'an, tewas tenggelam. Nuh merasa
sedih karena anaknya tidak mau mengikuti ajarannya. Sedangkan menurut Hasan al-Bashri
berpendapat bahwa Kan’an adalah anak tiri Nuh yaitu anak dari isterinya yang durhaka.
Namun Alkitab hanya mencatat, ia memiliki 3 anak laki-laki Sam, Ham, dan Yafit.10
Kitab Kejadian mencatat, pada zamannya terjadi air bah yang menutupi seluruh bumi
hanya ia sekeluarga (istrinya, ketiga anaknya, dan ketiga menantunya) dan binatang-binatang
yang ada di dalam bahtera Nuh yang selamat dari air bah tersebut. Setelah air bah reda,
keluarga Nuh kembali merepopulasi bumi. Setelah bahtera itu selesai, Kitab Kejadian
menggambarkan bahwa air merendam bumi selama 150 hari lamanya dan setelah itu air
mulai surut. Setelah Nuh diselamatkan, Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh dan
memberkatinya. Inilah perjanjian yang pertama dikenal dan bersifat universal karena meliputi
seluruh umat manusia. Sedangkan di dalam Alquran pada surat Nuh ayat 25 menggambarkan
bagaimana umat-umat yang durhaka pada masa nabi Nuh dan ditenggelamkan oleh Allah
tanpa ada yang menolong mereka.11
Menurut Muhammad Sirhan bahwa Nuh mempunyai empat orang anak, yaitu Sam,
Ham, dan Yafit serta Yam. Yang terakhir inilah menolak naik perahu ayahnya dengan
mengatakan: “Saya akan menyelamtkan diri sendiri ke sebuah Gunung dimana aku bisa
lepas dari bahaya air”. Bahasa manusia sangat banyak jumlahnya dan berbeda antara satu
dengan yang lain. Jumlahnya mencapai beberapa ribu, belum termasuk bahasa-bahasa yang
sudah punah. Jelaslah bahwa semua bahasa itu berasal dari sumber satu yaitu dari bahasa
manusia pertama. Para ahli berbeda pendapat tentang asal mula tanah air asli bangsa Semit,
demikian juga tentang bahasa yang tertua dari keluarga bahasa Semit yang dipergunakan oleh
anak cucu Sam bin Nuh pada masa awal-awal sebelum mereka berpencar ke berbagai
negeri, namun yang asti bahwa bangsa itu dulu tentu mempunyai satu bahasa jika kita

9
A. Ubaidillah Nasiden, Mukjizat Bahasa Arab. (Kuba: Kursus Unggulan Bahasa Arab, 2022)
10
A. Ubaidillah Nasiden, Mukjizat Bahasa Arab. (Kuba: Kursus Unggulan Bahasa Arab, 2022)
11
A. Ubaidillah Nasiden, Mukjizat Bahasa Arab. (Kuba: Kursus Unggulan Bahasa Arab, 2022)
7
yakin bahwa bangsa itu tumbuh dari satu tempat tertentu.12
Bahasa Semit Pertama
Bukan hanya mengenai negeri pertama komunitas bahasa Semit berasal, para sejarawan dan pakar
bahasa pun berselisih, para sejarawan dan pakar bahasa Arab berselisih mengenai bahasa pertama
yang digunakan oleh komunitas Semit. Sebagian peneliti mengatakan bahwa para pendeta Yahudi
pada masa klasik mempunyai keyakinan Bahasa Ibrani adalah Bahasa Manusia tertua. Para ahli
sejarah juga mengatakan bahwa Bahasa Semit yang pertama adalah Babylonian-Assyrian.
Beberapa sejarawan dan ahli bahasa modern seperti Olhausen berpendapat bahwa bahasa Arab
adalah bahasa yang paling mirip dengan bahasa Semit yang pertama.
Ketiga pendapat di atas tidak memiliki argument yang kuat. Hal tersebut karena seluruh bahasa
Semit telah mengalami beberapa fase perkembangan. Masing-masing bahasa tersebut semakin
lama semakin jauh dari titik awal perkembangan Bahasa Semit. Ada juga sebagian ahli bahasa
yang berpendapat dengan meneliti persamaan-persamaan kosakata dan grammer antara bahasa
semit. Ada juga ahli bahasa yang berpendapat dengan meneliti persamaan-persamaan kosakata
dan grammer antara bahasa Semit yang ada dalam menentukkan bahasa Semit yang pertama.
Pendapat inipun tidak beralasan. Pasalnya, persamaan-persamaan kebahasaan yang ada antara
bahasa- bahasa semit tidaklah menggambarkan mayoritas yang ada. Karena bahasa Semit tidaklah
menggambarkan mayoritas persamaan yang ada. Karena bahasa Semit telah melalui beberapa fase
perkembangan. Yang sudah barang tentu persamaan tersebut tidak bisa disimpulkan sebagai
bentuk bahasa semit pertama. Namun sebagian orientalis berasumsi bahwa bahasa Arab
merupakan satu-satunya bahasa yang paling banyak terjaga kosa kata dan kaidah-kaidah bahasa
Semit klasiknya. Hal ini disebabkan karena bahasa Arab tumbuh dan berkembang di negeri
pertama komunitas Semit berada. Bahkan, Ahmad Muzhar berpendapat bahwa bahasa Arab
adalah induk bahasa Manusia pertama di dunia.
Beberapa riset yang menunjukkan korelasi antara bahasa Arab dengan Bahasa Semit:
1. Khalil bin Ahmad Al-Farahidi (w. 175 H) dalam Al-‘Ain mengatakan, “Kan’an bin Sam
bin Nuh, sebagai nenek moyang bangsa Kan’an dan mereka berbicara dengan bahasa yang
tidak jauh berbeda dengan bahasa Arab.
2. Abu Ubaid Qasim bin Salam seperti yang dikutip oleh Ramadhan Abd. Tawwab
mengatakan adanya korelasi yang kuat antara bahasa Arab dengan bahasa Suryani. Dalam
pernyataannya Abu Ubaid Qasim bin Salam menyimpulkan,”bahasa Arab memiliki
beberapa ciri yang tidak dimiliki oleh bahasa bangsa lain di dunia seperti yang kami
ketahui, diantaranya adanya alif dan lam di awal kata.
Karakteristik Bahasa Semit

12
A. Ubaidillah Nasiden, Mukjizat Bahasa Arab. (Kuba: Kursus Unggulan Bahasa Arab, 2022)
8
Karakteristik umum yang nampak pada seluruh rumpun bahasa Semit tersebut membuktikan
bahwa dulu bahasa-bahasa Semit adalah satu atau biasa yang disebut dengan bahasa Arab klasik.
Karakteristik Bunyi
1) Dalam bahasa-bahasa Semit terdapat beberapa kelompok bunyi halq, seperti hamzah, ha,
ain, ha, goin, kha. Menurut Mahmud Ukasyah, bahasa Arab mampu menjaga kelestarian-
kelestarian bunyi-bunyi halq tersbut.
2) Bunyi huruf konsonan mempunyai peran penting dibanding bunyi layyin dalam tiga hal:
makna, pengucapan, penulisan.
3) Bahasa Semit mempunyai bunyi muthbaqah: seperti shad, dhad, tha, zha. Huruf-huruf ini
masih terjaga dalam bahasa Arab.
4) Secara umum kata dasar bahasa Semit terdiri dari 3 huruf konsosnan yang berbeda: (qa-ta-
la), (dlo-wa-ba), (ra-ja-‘a), dan lain sebagainya.
5) Hamper tidak semua kata atau kosa kata dalam bahasa Semit berasal lebih dari satu akan
suku kata. Hal ini berbeda dengan bahasa India dan Eropa. Setiap kata pada jenis bahasa
ini menunjukkan arti majemuk sesuai arti dasar yang terkandung dari suku kata tersebut.
6) Sebagian besar dalam bahasa Semit memiliki dua kata kerja atau verb, yaitu fiil madli
(kata kerja lampau), dan fiil mudhari (kata kerja sekarang).
7) Untuk mentanitskan noun (kata benda) atau adjective (kata sifat) dengan memberikan
akhiran ta’ pada kata tersebut.
Karakteristik Sintaksis
1) Bentuk kalimat pada bahasa-bahasa semit terbagi menjadi mudzakar (maskulin) dan
muannats (feminim).
2) Dilihat dari segi nominal bentuk nominal dari bahasa-bahasa Semit terbagi menjadi
mufrad (singular), mutsanna (double form), dan jamak (plural).
3) Bahasa semit memiliki tiga perubahan posisi pada kata benda (isim), marfu, manshub, dan
majrur.
Karakteristik Semantik
1) Nominal dasar terhitung dari dua sampai sepuluh
2) Preposisi jarr diantaranya: min, fi, dan ‘ala
3) Bahasa Semit memiliki banyak kosakata, khususnya kosakata tentang anatomi tubuh, kata
ganti (pronoun), dan hubungan kekerabatan.13

13
Abdul Muta’ali. 2011. Signifikansi Kajian Bahasa Semit dalam Linguistik Arab. Program studi Bahasa Arab
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Jurnal Al Azha Seri Humaniora. Vol 1, No. 2
9
C. Karakteristik dan Keutamaan Bahasa Arab
Berikut ini adalah ciri khas bahasa Arab yang tidak ada pada bahasa yang lain di antaranya:
1. Memiliki jumlah abjadnya 28 huruf dan tempat keluarnya huruf (makharijul huruf)
berbeda dengan bahasa lainnya.
2. Memiliki i’rab sesuai dengan keberadaan akhir kata seperti rofa’ nashab, jazm dan jar
yang ada pada isim dan fi’il.
3. Memiliki notasi syair (ilmu ‘arudh) yang dapat membuat syair mengalami perkembangan
yang sempurna.
4. memiliki dua jenis bahasa yaitu ‘ammiyah dan fush-h.Bahasa ‘Amiyah dipakai dalam
komunikasi seperti transaksi jual beli dalam kondisi tidak formal sedangkan bahasa fushha
merupakan bahasa sastra dan dan dipergunakan dalam proses pembelajaran secara formal.
5. Mempunyai huruf “dhod” yang tidak ada pada makhroj bahasa lainnya
6. Memiliki kata kerja dan gramatikal yang dipergunakan selalu berubah ubah sesuai dengan
subyek yang berkaitan dengan kata kerja tersebut.
7. Tidak memiliki kata bersyakal dengan syakal yang susah dibaca, seperti kata “fi-u-la”.
8. Tidak memiliki kata yang mempersatukan dua huruf yang mati secara langsung.
9. Sangat sedikit kata-kata yang terdiri atas dua huruf (al alfadz al tsuna’iyyah) lebih banyak
tiga huruf, tambahan satu, dua, tiga, hingga empat huruf.
10. Bahasa Arab boleh dikatakan cukup elastis, memakai sistem analogi (qiyas), kaya dengan
derivasi (isytiqoq) dan memiliki perbendaharaan kata (mufrodat).14
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahasa Arab merupakan bahasa klasik yang
hinggi kini terpelihara dan terus bertahan, bahasa Arab juga mempunyai karakteristik spesifik,
terutama dilihat dasri sisi morfologi dan semantiknya. Karakteristiknya mudah dipelajari dan
dipahami apabila kaidah-kaidahnya saling berkaitan sehingga dapat dipahami dan juga dikuasai.
Namun, di sisi lain juga sering menjadi kendala bagi yang tidak memahami seluk beluknya.
Karakteristik tersebut dapat dilihat pada:
1. Tata bunyi (Al-aswat)
2. Bentuk kata (Al-isytisqaq)
3. Kandungan kata dan kalimatnya (Al-ma’aniy)
4. Pola dan struktur kalimat (At-tarkib)
5. Peng-arab-an kata dari bahasa asing (At-ta’arib)
6. Penuturan dan dialek (Al-lahjah)
7. Cara penulisan (Ar-rasmu)

14
Subhan Hi ali dodego , Pentingnya Penguasaan Bahasa Arab dalam Pembelajaran Agama Islam, Vol 1 , No 2 ,
Februari 2022, hal 59
10
8. Kesusasteraan (Al-adab)
Dengan adanya karakteristik di atas, membuat bahasa Arab dapat menjalankan tugasnya
sebagai sarana komunikasi antara suku bangsa yang memakainya, dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Hal ini terbukti bahwa bahasa Arab telah menunjukkan eksistensinya sebagai
bahasa dunia yang memiliki kekayaan kaidah sehingga bahasa Arab menjadi bahasa yang unik,
langka dan tidak ditemukan dalam bahasa-bahasa yang lain.15
Adapun unsur-unsur yang menjadi salah satu keistimewaan Bahasa Arab yang menjadi
Bahasa Al-Qur’an:
1. Fonologi (ilmu al ashwat)
Sebuah ilmu yang mmepelajari tentang penuturan bunyi bahasa, perpindahan, dan
penerimaanya. Ilmu ashwat fonologi adalah ilmu bunyi yang membahas tentang bunyi
bahasa tertentu dengan mempertimbangkan fungsi dan makna yang dikandung oleh
bunyi itu.
2. Sintaksis
Ilmu nahwu adalah satu bidang ilmu tata bahasa arab yang mempelajari tentang
bagaimana menentukan kedudukan satu kalimat dari segi i’robnya. Dalam ilmu ini
membahas kaidah-kaidah bahasa arab untuk mengetahui bentuk kata dan keadaan-
keadaannya ketika masih satu kata (Mufrod) atau ketika sudah tersusun (Murokkab).
3. Morfologi
Ilmu Shorof adalah lah ilmu yang membahas dasar-dasar pembentukan kata, termasuk
di dalamnya imbuhan. Sharaf memberikan aturan pemakaian masing-masing kata dari
segi bentuknya yang dikenal dengan Morfologi. Dengan kata lain bahwa sharaf
memberikan aturan pemakaian dan pembentukan kata-kata sebelum digabung atau
dirangkai dengan kata-kata yang lain.
4. Semantik
Kata semantic berasal dari bahasa Yunani Sema yang berarti tanda atau lambang.
Semantik dalam bahasa arab adalah kajian atau makna, atau ilmu yang membahasa
tentang makna. Atau cabang linguistic yang mengkaji tentang makna atau syarat-
syarat yang harus dipenuhi untuk mengungkap lambang bunyi.
Bahasa Arab mempunyai dua keutamaan pertama sebagai bahasa al-Qur’an dan agama
Islam. kedua, sebagai bahasa hidup yang mampu memelihara kesinambungan dan
perkembangannya sendiri. Sebagai bahasa Al-Qur’an, Bahasa Arab tetap terpelihara
kelangsungan hidupnya sejalan dengan perkembangan agama Islam. Kaum muslimin meyakini

15
Subhan Hi ali dodego, Pentingnya Penguasaan Bahasa Arab dalam Pembelajaran Agama Islam, Vol 1 , No 2 ,
Februari 2022, hal 59
11
Al-Qur’an hanya dalam bahasa aslinya itu. Tafsir Al-Qur’an apalagi terjemahnya meski tetap
dianggap penting, diyakini bukanlah Al-Qur’an.Terdapat sepuluh ayat dalam tiga bentuk teks
yang menjadi sumber keyakinan ini.16
Dalil yang menegaskan qur’anan ’arabiyyan, bahwa al-Qur’an itu berbahasa Arab. Hal ini dapat
dilihat dalam QS.Yusuf, 12:2 Thaha 20:113, Az-Zumar 39:28, Fushshilat 41:44, As-Syura 42:7,
dan Az-Zukhruf, 43:2.

Qs. Yusuf 12 :2
َ‫ِإنَا أ َ ْنزَ ْلنَاهُ قُ ْراَنًا َع َر ِبيًا لَ َعلَ ُك ْم تَ ْع ِقلُ ُون‬
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Qur'an berbahasa Arab, agar kamu mengerti”.17
Ketika menafsirkan surat Yusuf ayat 2 di atas, Ibnu katsir berkata: "Yang demikian itu
(bahwa Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab) karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling
fasih, jelas, luas, dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusia Oleh karena itu
kitab yang paling mulia (yaitu Al-Qur'an) diturunkan kepada Rasul yang paling mulia (yaitu:
Rasulullah), dengan bahasa yang termulia (yaitu Bahasa Arab), melalui perantara malaikat yang
paling mulia (yaitu malaikat Jibril), ditambah kitab inipun diturunkan pada dataran yang paling
mulia di atas muka bumi (yaitu tanah Arab), serta awal turunnya pun pada bulan yang paling
mulia (yaitu Romadhan), sehingga Al-Qur an menjadi sempurna dari segala sisi."18

QS. Thaha, 20: 113


ُ ‫َرفنَا فِ ْي ِه ِمنَ الَ َو ِع ْي ِد لَ َعلَ ُه ْم يَتَقُ ْونَ أ َ ْو يُحْ د‬
ً‫ِث لَ ُه ْم ِذكْرا‬ ْ ‫َو َكذَا ِلكَ أ َ ْن َز ْل َناهُ قُ ْرآَنًا ع ََربِيًا َوص‬
Terjemahnya:
“Dan demikianlah Kami menurunkan al-Qur'an dalam bahasa Arab, dan Kami telah
menjelaskan berulang-ulang di dalamnya sebagian dari ancaman, agar mereka bertakwa, atau
agar (al-Qur'an) itu memberi pengajaran bagi mereka.”

QS. Az-Zumar, 39: 28


َ‫ِي ِع َوج لَعَ َل ُه ْم يَتَقُ ْون‬ َ ‫قُ ْرآنا ً ع ََربِيًا‬
ْ ‫غيْر ذ‬
Terjemahnya:
“(Yaitu) al-Qur'an dalam bahasa Arab, tidak ada kebengkokan (di dalamnya) agar mereka
bertakwa."
16
Subhan Hi ali dodego, Pentingnya Penguasaan Bahasa Arab dalam Pembelajaran Agama Islam, Vol 1 , No 2 ,
Februari 2022, hal 59
17
Muh. Arif , Bahasa Arab di Indonesia, Vol 12 No 1 jun 2017 Hal 38
18
Subhan Hi Ali dodego , Pentingnya Penguasaan Bahasa Arab dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Vol
1 , No 2 , Februari 2022 Hal 59
12
QS. Fushshilat, 41: 44
ِ ‫َولَ ْو َج َع ْلنَا ُه قُ ْرأَنًا أ َ ْعج َِم ًيا لَ َقالُ ْوا َل ْو ََل فُ ِصلَتْ أ َ َيات ُةُ أ َ ْعح َِم ٌي َوع ََر ِبي قُ ْل ه َُو ِل َل ِذ ْينَ أَ َمنُ ْوا ُهدًى َو‬
ِ ‫ش َفا ٌء َوالَ ِذ ْينَ ََل يُؤْ ِمنُ ْونَ ِفي ْآذَا ِن‬
ْ ‫هم‬
‫ع ًمى أُولَئِكَ يُنَاد َْونَ ِم ْن َمكَان بَ ِعيْد‬ َ ‫علَي ِْه ْم‬ َ ‫َو ْق ٌر َوه َُو‬
Terjemahnya:
“Dan sekiranya al-Qur'an Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab
niscaya mereka mengatakan, "Mengapa tidak dijelaskan ayat ayatnya?"Apakah patut (al-Qur'an)
dalam bahasa selain bahasa Arab sedang (rasul), orang Arab? Katakanlah, "al-Qur'an, adalah
petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman
pada telinga mereka ada sumbatan, dan (al-Qur'an) itu merupakan kegelapan bagi mereka
Mereka itu (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh."

QS. Asy-Syûrâ, 42: 7


‫َ ِعيْر‬ ٌ ‫ٌ في ِ ا ْلجنَ ِة َوفِر ْي‬
َ ‫ٌ فِ ْي ال‬ َ ‫َو َكذَا ِلكَ أ َ ْو َح ْي َنا ِإ َل ْيكَ قُ ْراَنًا ع ََر ِب ًيا ِلت ُ ْنذ َِر أ ُ َم ا ْلقُ َرى َو َم ْن ح َْولَها َ َوت ُ ْنذ َِر يَ ْو َم الً َج ْم ِع ََل َري‬
ٌ ‫َْ فِ ْي ِه فَ ِر ْي‬
Terjemahnya:
“Dan demikianlah Kami wahyukan al-Qur'an kepadamu dalam bahasa Arab, agar engkau
member peringatan kepada penduduk ibukota (Mekah) dan penduduk negeri-negeri di
sekelilingnya serta memberi peringatan tentang hari berkumpul (Kiamat) yang tidak diragukan
adanya.Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.19
Bahasa Arab memiliki keutamaan-keutamaan tersebut dan tidak menyulitkan bahkan
memudahkan kita dalam belajar Islam. Yang patut disayangkan adalah jika kita tidak menguasai
dan memahaminya kemudian tidak berusaha mempelajari dan menguasai bahasa Arab.
Memahami bahasa Arab secara baik salah satu tujuannya adalah mejaga kita agar tidak terjerumus
ke dalam perkara-perkara yang bersifat syubhat atau samar-samar, tidak jelas, dan mengada-
ngada dalam persoalan beragama, dan hal ini sudah banyak terjadi pada individu maupun
kelompok yang mengatakan mereka Islam.20
Bahasa Arab memiliki karakteristik yang unik dan universal. Dikatakan unik karena bahasa Arab
memiliki ciri khas yang membedakannya dengan bahasa lainnya, sedangkan universal berarti
adanya kesamaan nilai antara bahasa Arab dengan bahasa lainnya. Karakteristik universalitas
bahasa Arab antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
Bahasa Arab memiliki ragam bahasa, yang meliputi, 1) ragam sosial atau sosiolek yaitu ragam
bahasa yang menunjukan stratifikasi sosial ekonomi penuturnya; 2) ragam geografis, ragam
bahasa yang menunjukan letak geografis penutur antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga
19
Muh. Arif , Bahasa Arab di Indonesia, Vol 12 No 1 jun 2017, Hal 38
20
Subhan Hi ali dodego , Pentingnya Penguasaan Bahasa Arab dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Vol 1 ,
No 2 , Februari 2022 Hal 06
13
melahirkan dialek yang beragam; 3) ragam idiolek yaitu ragam bahasa yang menunjukan
integritas kepribadian setiap individu masyarakat (‫)ةيَِف ةجنل‬.
Bahasa Arab dapat diekspresikan secara lisan atau pun tulisan.
Bahasa Arab memiliki system, aturan dan perangkat yang tertentu, yang antara lain:
1. Sistemik, bahasa yang memiliki system standard yang terdiri dari sejumlah sub-sub system
(sub system tata bunyi, tata kata, kalimat, syntax, gramatikal, wacana dan sebagainya).
2. Sistematis, artinya bahasa Arab juga memiliki aturan-aturan khusus, dimana masing-masing
komponen sub system bahasa bekerja secara sinergis dan sesuai dengan fungsinya.
3. Komplit, maksudnya bahasa itu memiliki semua perangkat yang dibutuhkan oleh masyarakat
pemakai bahasa itu ketika digunakan untuk sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi dan
bersosialisasi antar mereka.
4. Bahasa Arab memiliki sifat yang arbitrer dan simbolis. Arbitrer berarti mana suka, artinya
tidak adanya hubungan rasional antara lambang verbal dengan acuannya. Dengan sifat simbolis
yang dimiliki bahasa, manusia dapat mengabstraksikan berbagai pengalaman dan buah
pikirannya tentang berbagai hal.
5. Bahasa Arab berpotensi untuk berkembang, produktif dan kreatif. Karena perkembangan
bahasa selalu mengikuti perkembangan peradaban manusia, sehingga muncul kata dan istilah-
istilah bahasa baru yang digunakan untuk mengkomunikasikan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus berkembang.
6. Bahasa Arab merupakan fenomena individu dan fenomena sosial. Sebagai fenomena individu,
bahasa merupakan ciri khas kemanuisaan. Ia bersifat insani karena hanya manusia yang
mempunyai kemampuan berbahasa verbal. Adapun sebagai fenomena sosial, bahasa
merupakan konvensi suatu masyarakat pemilik atau pemakai bahasa itu. Seseorang
menggunakan bahasa sesuai norma-norma yang disepakati atau ditetapkan untuk bahasa
tersebut. Kesepakatan yang dimaksudkan pada dasarnya merupakan kebiasaan yang
berlangsung turun temurun dari nenek moyang, yang sifatnya mengikat dan harus diikuti oleh
semua pengguna bahasa.
Adapun beberapa ciri-ciri khusus bahasa Arab yang dianggap unik dan tidak dimiliki bahasa-
bahasa lain di dunia, terutama bahasa Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Aspek bunyi
Bahasa pada hakekatnya adanya bunyi, yaitu berupa gelombang udara yang keluar dari paru-paru
melalui pipa suara dan melintasi organ-organ speech atau alat bunyi. Bahasa Arab, sebagai salah
satu rumpun bahasa Semit, memiliki ciri-ciri khusus dalam aspek bunyi yang tidak dimiliki
bahasa lain, terutama bila dibandingkan dengan bahasa Indonesia atau bahasa-bhasa daerah yang
banyak digunakan di seluruh pelosok tanah air Indonesia. Ciri-ciri khusus itu adalah:
14
1. Vokal panjang dianggap sebagai fonem (‫ ص ل‬، ‫ ِي‬، َُ‫) ص‬
2. Bunyi tenggorokan (‫)قلحلي َيُصص‬, yaitu ‫ ح‬dan ‫ع‬
3. Bunyi tebal ( ‫)ةقِ م َيُصص‬, yaitu ‫ ض‬, ‫ ص‬, dan ‫ ظ‬.
4. Tekanan bunyi dalam kata atau stress (‫ر (شلي‬
5. Bunyi bilabial dental (‫) ىشيـشسص ىُفش‬, yaitu ‫ف‬
2. Aspek Kosakata
Ciri khas kedua yang dimiliki bahasa Arab adalah pola pembentukan kata yang sangat fleksibel,
baik melalui derivasi (َ‫ ) ىقيقـَسي فيَص‬maupun dengan cara infleksi (َ‫) ىـِيَعُ فيَص‬.
Dengan melalui dua cara pembentukan kata ini, bahasa Arab menjadi sangat kaya sekali dengan
kosakata. Misalnya dari akar kata ‫ ملع‬, bila dikembangkan dengan cara ‫ ىقيقَشي‬, maka akan
menjadi :
 ِْْ ْ‫ الْْلْ – ل‬dan seterusnya (َ‫ = ) ىحيل صي فيَص‬10 kata
 ‫ لْْيْ –ْ اْ ِْي‬dan seterusnya = 10 kata
 ْْ ْ‫ ا ْ ْْ –ص‬dan seterusnya = 10 kata
 ْْ ْ ‫ – ت‬atak 01 = aynsuretes nad ْْ ْ ‫ا ق‬
 ْ ‫ ا ق ْا ْ – ت ْا‬dan seterusnya = 10 kata
 ْْ ْ ‫ ي س ق ْ ْْ –ا س ق‬dan seterusnya = 10 kata
Dari masing-masing kata ini dapat lagi kembangkan dengan cara َ‫ ىـِيَعُ فيَص‬sehingga akan
lebih memperkaya bahasa Arab. Dari kata ‫ ملع‬saja akan menjadi ratusan kata. Bahkan menurut
suatu penelitian, unsur bunyi yang ada pada suatu kata, meskipun urutan letaknya dalam kata
tersebut berbeda akan mengandung arti dasar yang sama.[12]
3. Aspek Kalimat
1. I’râb
Bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki sistem i’râb terlengkap yang mungkin tidak dimiliki
oleh bahasa lain. I’râb adalah perubahan bunyi akhir kata, baik berupa harakat atau pun berupa
huruf sesuai dengan jabatan atau kedudukan kata dalam suatu kalimat. I’râb berfungsi untuk
membedakan antara jabatan suatu kata dengan kata yang lain yang sekaligus dapat merubah
pengertian kalimat tersebut.
Contoh:
 ‫ اا صاسهل نا َي ا‬artinya alangkah baiknya si Khalid
 َ‫ اا صاسهَ نا ا‬artinya apa yang baik pada si Khalid ?
 ‫ اا صاسهل نا َ ا‬artinya apa yang diperbuat baik oleh si Khalid ?
2. Jumlah Fi’liyyah dan Jumlah Ismiyyah

15
Komponen kalimat dalam bahasa apapun pada dasarnya sama, yaitu subyek, predikat dan obyek.
Namun, yang berbeda antara satu bahasa dengan bahasa lainnya adalah struktur atau susunan
(ََ‫ )ِيك‬kalimat itu. Pola kalimat sederhana dalam bahasa Arab adalah :
 ‫ يس‬+ ْ‫مي س‬
 ْ‫ ي س‬+ ‫ف ْل‬
Sementara dalam bahasa Indonesia pola kalimatnya adalah :
 KB + KB
 KB + KK
Pola ‫ لعف‬+ ‫ مسي‬dalam bahasa Arab sudah dianggap dua kalimat. Dari perbandingan itu, tampak
bahwa pola ‫ لعف‬+ napakgnu ada gnadak nupikseM .barA asahab ikilimid aynah ْ‫ ي س‬bahasa
dalam percakapan sehari-hari pola yang sama dengan ini ditemui dalam bahasa Indonesia
seperti turun hujan, tetapi ungkapan itu biasanya didahului oleh keterangan waktu
umpamanya tadi malam turun hujan.
3. Muthâbaqah (Kesesuaian)
Ciri yang sangat menonjol dalam susunan kalimat bahasa Arab adalah
diharuskannya muthâbaqah atau persesuaian antara beberapa bentuk kalimat. Misalnya harus
ada Muthâbaqah antara mubtada’ dan khabar dalam hal ‘adad (mufrad, mutsannâ dan jama’) dan
dalam jenis (mudzakkar dan muannats), harus ada Muthâbaqah antara maushûf dan shifat dalam
hal ‘adad, jenis, i’râb (rafa’, nashb, jar), dan nakirah serta ma’rifah-nya. Begitu juga harus
ada Muthâbaqah antara hâl dan shâhib al-hâl dalam ‘adad dan jenisnya.
4. Aspek Huruf
Ciri yang Nampak dominan pada huruf-huruf bahasa Arab adalah :
1. Bahasa Arab memiliki ragam huruf dalam penempatan susunan kata, yaitu ada huruf yang
terpisah, ada bentuk huruf di awal kata, di tengah dan di akhir kata.
2. Setiap satu huruf hanya melambangkan satu bunyi.
3. Cara penulisan berbeda dengan penulisan huruf Latin, yakni dari arah kanan ke kiri.
Disamping itu, ada beberapa huruf yang tidak dibunyikan seperti pada kata-kata : ‫ي زك ة – كئلُص‬
– ‫ صن ا ا ب –صن ا‬،‫ ال‬dan sebaliknya, ada beberapa bunyi yang tidak dilambangkan dalam bentuk
huruf seperti ‫ صنَل أ – ل – اي‬.
Urgensi Bahasa Arab dan Berbagai Ilmunya
Selain secara internal bahasa, bahasa Arab memiliki karakteristik yang unik, disisi lain terdapat
nilai lebih dan signifikasi bahasa Arab dalam konteks normatif Agama Islam, hal tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Pertama, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad saw. untuk seluruh manusia dan al-Quran
merupakan seruan bagi seluruh manusia. Allah SWT menurunkan al-Quran dengan bahasa Arab
16
dan menjadikannya berbahasa Arab. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Kami menurunkan al-
Quran sebagai bacaan dengan berbahasa Arab agar kalian memahaminya. Juga firman-Nya:
…dengan bahasa Arab yang jelas. Dengan demikian, bahasa Arab merupakan satu-satunya
bahasa Islam karena bahasa Arab adalah satu-satunya bahasa al-Quran. Karena itu, jika bukan
bahasa Arab maka tidak disebut dengan al-Quran.
Kedua, membaca nash al-Quran merupakan ibadah, bahkan shalat tidak sah tanpa membaca al-
Qur’an. Allah SWT berfirman: Karena itu, bacalah apa yang mudah bagi kalian dari al-Quran
itu. Nabi saw. juga bersabda: Tidak ada shalat bagi orang yang (di setiap rakaat) tidak membaca
surat al-Fatihah. Perintah “membaca al-Quran” artinya adalah membaca kalimat-kalimat dan hal
ini tidak bisa diartikan dengan membaca terjemahannya atau tafsirnya. Ini merupakan dalil yang
tegas tentang ketidakbolehan membaca surat al-Fatihah di dalam shalat dengan selain bahasa
Arab, sekalipun ia belum bisa –mengucapkan dengan baik ungkapan– bahasa Arab. Dengan
demikian, bahasa Arab merupakan perkara esensial dalam Islam. Bahkan keberadaannya tidak
dapat dipisahkan dari Islam.
Ketiga, Rasulullah saw. setelah hijrah dan setelah kekuatan Islam berdiri di Madinah, mengirim
surat kepada Kaisar (penguasa Romawi), Kisra (penguasa Persia), Muqaiqis (penguasa Qibthi,
Mesir), para raja dan para pemimpin kabilah, yang berisi seruan kepada mereka agar masuk
Islam. Surat beliau itu ditulis dengan bahasa Arab. Padahal bisa saja surat itu diterjemahkan ke
dalam bahasa mereka, yakni ke dalam bahasa selain bahasa Arab. Jadi, ketika Rasulullah saw.
tidak menulis suratnya kepada Kaisar, Kisra dan Muqaiqis dengan menggunakan bahasa mereka,
padahal mereka bukan bangsa Arab, dan tujuan beliau menulis surat kepada mereka adalah dalam
rangka untuk menyampaikan Islam, maka ini menjadi dalil bahwa bahasa Arab adalah satu-
satunya bahasa yang digunakan oleh negara ketika itu dalam menjalankan setiap aktivitas
resminya, ini menunjukan pentingnya bahasa Arab dalam kehidupan formal kenegaraan,
sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw. Karenanya dalam suatu kesempatan, Rasulullah
saw. pernah bersabda: “Cintailah bahasa Arab karena tiga hal: ‘karena aku (berbahasa Arab),
al-Qur’an, dan bahasa penduduk surga adalah Arab.“
Dalam riwayat lain, Ibnu Sa’ad meriwayatkan: Pada perang Badar Rasul saw. pernah menahan 70
orang tahanan, mereka yang ditawan tebusannya adalah sesuai dengan kemampuan harta mereka.
Penduduk Makkah mampu tulis menulis bahasa Arab, sedangkan penduduk Madinah tidak pandai
tulis menulis bahasa Arab, maka bagi tawanan yang tidak punya harta –untuk menebus diri
mereka– mesti mengajari sepuluh orang pemuda Madinah, jika sepuluh pemuda Madinah telah
mahir, orang tersebut bebas, itulah tebusan bagi tawanan yang tidak punya harta. Inilah bukti lain
betapa penting bahasa Arab, sehingga Rasulullah saw. mensejajarkannya dengan harta tebusan
perang.
17
Keempat, para ulama umat Islam telah bersepakat wajibnya mempelajari, menjaga dan
menggunakan bahasa Arab dalam kehidupan sosial. Umar Ibn al-Khattab ra. pernah
berkata: Belajarlah bahasa Arab karena bahasa Arab itu memperkuat akal (kecerdasan) dan
menambah keberanian.” Ibn Taimiyah menyatakan: Bahasa Arab itu adalah bagian agama,
memahaminya merupakan kewajiban, Ingat, karena memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah
kewajiban. Padahal keduanya hanya bisa dipahami jika bahasa Arab dikuasai. Jadi segala
sesuatu yang menghantarkan terlaksananya sebuah kewajiban, ia merupakan kewajiban Imam
asy-Syafi’i pernah berkata: Allah SWT mewajibkan kepada semua bangsa belajar bahasa Arab
sebagai konsekuensi mereka yang diseru dengan al-Quran dan beribadah dengannya.”. Bahkan
menurut laporan Syamsuddin Az-Dzahabi dari Harmalah, Imam asy-Syafi’i juga
menyatakan: Tidaklah manusia menjadi bodoh (ajaran Agama) dan banyak berselisih, melainkan
karena mereka meninggalkan bahasa Arab dan lebih condong kepada (teori) Aristoteles. Meski
ungkapan Imam asy-Syafi’i ini masih diperdebatkan, namun para ulama pada faktanya telah
berkonsensus dalam hal yang sama yakni pentingnya bahasa Arab bagi kaum muslimin.
Dari beberapa hal yang telah disebutkan diatas, nampak jelas urgensitas sekaligus peran bahasa
Arab yang meliputi, peran sebagai bahasa Agama, Ilmu Pengetahuan dan Hubungan
Internasional.
Selanjutnya, dalam perkembangannya bahasa Arab telah melahirkan berbagai ilmu-ilmu yang
sangat penting untuk dipahami, sebagai berikut:
Ilmu al-Lughah (linguistics – lexicology), ilmu pengetahuan yang menguraikan kata-kata (lafazh)
Arab besamaan dengan maknanya. Dengan pengetahuan ini, orang akan dapat mengetahui asal
kata dan seluk beluk kata. Tujuan ilmu ini untuk memberikan pedoman dalam percakapan, pidato,
surat-menyurat, sehingga seseorang dapat berkata-kata dengan baik dan menulis dengan baik
pula.
Ilmu Nahwu (grammar – syntax), ilmu yang membahas prihal kata-kata Arab, baik ketika sendiri
(satu kata) maupun ketika terangkai dalam kalimat. Dengan kaidah-kaidah ini orang dapat
mengatahui i’rab baris akhir kata (kasus), kata-kata yang tetap barisnya (mabni), kata yang dapat
berubah (mu’rab). Tujuanya adalah untuk menjaga kesalahan-kesalahan dalam mempergunakan
bahasa, untuk menghindarkan kesalahan makna dalam rangka memahami AI-Quran dan Hadist,
dan tulisan-tulisan ilmiah atau karangan.
Ilmu Sharf (morphology), ilmu yang menguraikan tentang bentuk asal kata, maka dengan ilmu ini
dapat dikenal kata dasar dan kata bentukan, dikenal pula afiks, sufiks dan infiks, kata kerja yang
sesuai dengan masa. Ilmu ini secara praktis biasa disebut Ilmu Tashrif (inflection), pencetus ilmu
ini adalah Muaz bin Muslim.

18
Ilmu Isytiqaq (etymology), ilmu tentang asal kata dan pemecahannya, tentang imbuhan pada kata
(hampir sama dengan ilmu Sharf).
Ilmu al-‘Arudh (metrics, prosody, poetics), membahas hal-hal yang bersangkutan dengan karya
sastra syair dan puisi. llmu Arudh memberitahukan tentang wazan-wazan (timbangan) syair, dan
tujuanya untuk membedakan syair dan bukan syair. Dalam ilmu ini dikenal: bahar thawil, bahar
madid, bahar basith, bahar wafir, bahar kamil, bahar hajaz, bahar razaz, bahar sari’, bahar
munsarih, bahar khafif, bahar mudhari, bahar muqtadhob, bahar mujtats, bahar mutaqArab, bahar
Ramal dan bahar mutadarak.
Ilmu Qawafi (rhyme), membahas suku kata terakhir dari bait-bait syair sehingga diketahui
keindahan syair. pencetus ilmu ini Muhallil bin Rabi’ah paman Imri’ul Qais.
llmu Qardhus Syi’ri (versification), ilmu tentang karangan yang berirama (lirik), dengan tekanan
suara yang tertentu. Gunanya untuk membantu menghafalkan syair dan mempertajam ingatan
pembaca syair.
Ilmu Khat (calligraphy), yaitu pengetahuan tentang huruf dan cara merangkaikannya, termasuk
bentuk halus kasarnya juga seni menulis dengan indah, dimana bentuknya dapat dibedakan mulai
dari khat tsulus, diwan, parsi dan khat nasakh. Penemu pertama ilmu khat adalah nabi Idris as.
karena beliaulah yang pertama kali menulis dengan kalam.
Ilmu Insyak (writing, composition, art of writing) yaitu ilmu tentang karang mengarang surat,
buku, pidato, cerita artikel, features dan sebagainya. Gunanya untuk menjaga jangan sampai salah
dalam dunia karang-mengarang.
Ilmu Mukhadarat (lecture), ilmu tentang cara-cara memperdalam suatu persoalan, untuk
diperdebatkan didepan majlis, untuk menambah keterampilan berargumentasi, mahir bertutur dan
terampil mengungkapkan cerita.
Ilmu Balaghah, meliputi: 1) Ilmu Badi’ (rethoric), ilmu tentang seni sastra, penemu ilmu ini
adalah Abdullah bin Mu’taz (w. 274 H). llmu ini ditujukan untuk menguasai seluk beluk sastra
sehingga memudahkan seseorang dalam meletakkan kata sesuai tempatnya sehingga kata-kata
tadi menjadi indah, sedap didengar dan mudah diucapkan. 2) Ilmu Bayan, ilmu yang menetapkan
beberapa peraturan dan kaedah untuk mengetahui makna yang terkandung dalam kalimat,
penemunya adalah Abu Ubaidah yang menyusun pengetahuan ini dalam “Majazu al-Quran“, lalu
berkembang pada masa imam Abu al-Qahir al-Jurjani, setelah itu disempurnakan oleh pujangga-
pujangga Arab lainnya, seperti AI-Jahizh, lbnu Mu’taz, Qudamah bin Ja’far dan Abu Hilal al-
Askari. Dengan ilmu ini akan diketahui rahasia bahasa Arab dalam prosa dan puisi, keindahan
sastra al-Quran dan Hadist. Tanpa mengetahui ilmu ini seseorang tidak akan dapat menilai apalagi
memahami isi al-Quran dan Sabda nabi dengan sesungguhnya. 3) Ilmu Ma’ani, ilmu yang
mempelajari susunan bahasa dari aspek penunjukan makna, atau ilmu yang mengajarkan cara
19
menyusun kalimat agar sesuai dengan muqtadha al-hal. tujuannya untuk mengetahui I’jaz al-
Quran, keindahan sastra al-Quran yang tiada taranya. Penggagas ilmu ini adalah Abu al-Qahir al-
Jurjani (w. 471 H).
Inilah gambaran bahasa Arab, dari pemaparan urgensi dan ilmu-ilmunya dapat dipahami bahwa
bahasa Arab merupakan bahasa istimewa dan bahasa yang terbaik, maka wajar jika Allah SWT.
berfirman dalam surah Yusuf ayat 2: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an
dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” Menurut Ibnu Katsir, bahasa Arab –
sebagaimana konteks ayat tersebut– merupakan bahasa yang paling fasih, jelas, luas dan banyak
penyampaian makna-nya yang membekas kedalam jiwa, oleh karena itu, diturunkanlah kitab yang
paling mulia yakni Al-Qur’an menggunakan bahasa yang mulia yakni bahasa Arab.21

21
RSS. 2012. Karakteristik Bahasa Arab. Kuliah Pemikiran Islam:
https://kuliahpemikiran.wordpress.com/2012/01/24/karakteristik-bahasa-arab/
20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa Arab merupakan bahasa yang tumbuh, hidup dan berkembang, dituturkan
dan ditulis oleh lebih dari 400 juta jiwa di negara-negara yang membentang dari Timur
Tengah dan Semenanjung Arab, hingga Afrika Utara, pun seluruh Asia. Lebih dari itu,
bahasa Arab juga dianggap sebagai bahasa suci untuk lebih dari satu miliar umat Muslim
di dunia, dan merupakan bahasa yang berkontribusi besar dalam kehidupan masyarakat
Bahasa Arab saat ini merupakan bahasa resmi di 22 negara, dan berkat sejarah
panjangnyalah, bahasa Arab menyebar secara lisan literatur.
Bahasa Arab mempunyai dua keutamaan pertama sebagai bahasa al-Qur’an dan
agama Islam. kedua, sebagai bahasa hidup yang mampu memelihara kesinambungan dan
perkembangannya sendiri. Sebagai bahasa Al-Qur’an, Bahasa Arab tetap terpelihara
kelangsungan hidupnya sejalan dengan perkembangan agama Islam. Bahasa Arab masuk
dan berkembang di wilayah Indonesia bersamaan dengan penyebaran agama Islam ke
wilayah ini. Melalui para da’i dari Gujarat (sebagian menyatakan langsung dari Arab dan
Mesir) pada abad ke-13, masyarakat Nusantara mengenal Bahasa Arab. Dalam
perkembangan berikutnya, bahasa ini sempat menjadi lingua franca dalam pergaulan antar
pulau dan bangsa di Nusantara. Selain itu pula, tulisan Arab digunakan sebagai pengganti
tulisan Pallawa dari India yang telah berkembang sebelumnya.
Bahasa Arab sebagai bahasa yang paling dekat dengan Semit. Bahasa ini
mempunyai posisi yang lebih dibanding bahasa-bahasa lain dari rumpun bahasa Semit.
Bahasa Arab termasuk bahasa yang paling banyak dipakai sekarang ini. Penuturnya bukan
hanya umat Islam tapi di luar agama Islam juga. Semit adalah salah satu rumpun bahasa
yang dinisbahkan kepada salah satu putra nabi Nuh a.s. yaitu Syam bin Nuh. Dalam
riwayat dikatakan bahwa nabi Nuh mempunyai tiga anak yakni Syam (Semit), Yafit
(Aramiyah) dan Ham (Hamiyah). Bahasa-bahasa yang dimasukkan dalam rumpun-rumpun
Semit mengalami perkembangan. Sebagian dari bahasa-bahasa ini mengalami kemajuan
sampai kepada kepunahan seperti Akkadian. Sedangkan yang lainnya, meskipun tidak
mengalami kepunahan akan tetapi penuturnya tidak lagi menjadi bangsa yang besar.
Bahasanya hanya dipakai oleh sebagian kecil orang saja, seperti Aramik. Hanya bahasa
Arab, salah satu bahasa dari rumpun Semit juga yang mampu bertahan ribuan tahun dan
penuturnya semakin berkembang sampai sekarang ini. Kesimpulan terakhir yang paling
mendekati kebenaran adalah bahasa Arab mewakili rumpun-rumpun yang lain, baik dari

2
1
aspek sumber asal Semit itu sendiri sampai kepada perkembangannya di dunia modern
sekarang ini.

2
2
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muhammad. 2017. Bahasa Arab di Indonesia, Vol. 12 No.1, Juni.


Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam, Tradisi, dan Modernisasi: Menuju Millenium Baru.
Ciputat: Logos Pustaka Ilmu
Dodego, Subhan Ali. 2022. Pentingnya Penguasaan Bahasa Arab dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, Vol 1 , No 2 , Februari.
Kurniawan. 2021. Sejarah dari Bahasa Arab. Superproof.co.id,
https://www.superprof.co.id/blog/sejarah-arab-berlatar-belakang-oriental/
Miftakhuddin. 2019. Kolonialisme: Eksploitasi dan Pembangunan Menuju Hegemoni. Sukabumi,
Jawa Barat: CV Jejak.
Muslihudin. 2021. Sejarah Perkembangan Bahasa Arab Sebelum Islam Datang. Alid.id:
https://alif.id/read/msd/sejarah-perkembangan-bahasa-arab-sebelum-islam-datang-b239852p/.
Mustafa. 2019. Bahasa Arab di antara Rumpun Bahasa Smith, Al-Ibrah: Journal of Arabic
Language Education, Vol 2, No.1.
Nasiden, A. Ubaidillah. 2022. Mukjizat Bahasa Arab. Kuba: Kursus Unggulan Bahasa Arab.
RSS. 2012. Karakteristik Bahasa Arab. Kuliah Pemikiran Islam:
https://kuliahpemikiran.wordpress.com/2012/01/24/karakteristik-bahasa-arab/
Suwirta, Andi. 2022. Tasawuf dan Proses Islamisasi di Indonesia. Bandung: Historia Utama
Press

23

Anda mungkin juga menyukai