Anda di halaman 1dari 14

Sejarah Ilmu Nahwu

Makalah Ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Tarikh al-’Ulum al-’Arabiyyah

Dosen Pengampu:

Dr. Muhbib Abdul Wahab, MA.

Dr. Azkia Muharrom, M.Pd.I

Oleh:

PRATIWI (21200120000018)

Magister Pendidikan Bahasa Arab


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2021

1
Daftar Isi

Pendahuluan ............................................................................................................................... 3
Latar Belakang Historis ............................................................................................................. 3
Penyebab Kemunculan............................................................................................................... 4
Periodisasi dan Perkembangan .................................................................................................. 5
Karakteristik Perkembangan .................................................................................................... 11
Nahwu ta’limi ...................................................................................................................... 11
Nahwu Ilmi .......................................................................................................................... 12
Nahwu Qurani...................................................................................................................... 12
Implikasi Sejarah Perkembangan Nahwu kepada Pembelajaran Nahwu ................................ 12
Kesimpulan .............................................................................................................................. 13
Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 14

2
Sejarah Ilmu Nahwu
Pendahuluan
Ilmu nahwu sebagai bagian dari ilmu kebahasaraban mengalami perkembangan

dari masa ke masa. Awal mula ilmu nahwu hadir untuk menjawab permasalahan –

permasalahan bahasa yang dihadapi umat Islam seiring dengan perluasan wilayah

kekuasaan Islam. Sejarah perkembangan ilmu nahwu mengiringi sejarah masuknya

Islam ke berbagai belahan dunia yang tidak hanya terbatas pada negara – negara di

Kawasan Arab saja.

Latar Belakang Historis


Bahasa Arab tersebar ke berbagai penjuru dunia melalui beberapa fase mulai dari masa

jahiliyah hingga saat ini. Pada masa jahiliyah dimana bahasa arab berada pada puncak kejayaan

dilihat dari fashohah dan kekuatan argumen begitu juga dengan para sastrawan yang banyak

tersebar. Bahkan di pasar – pasar juga ditemuka para penyair dan saatrawan. Bahasa arab

menjadi bahasa utama yang digunakan oleh semua kabilah dan menjadi bahasa masyarakat.

Lahjah Qurois mendominasi penggunaanya karena faktor agama, ekonomi, dan politik.

Kemudian disusul dengan masa turunnya al quran, bahasa Arab terus tersebar seiring

dengan diperdengarkannya bahasa – bahasa yang sebelumnya hampir belum pernah didengar

dari bahasa dunia yang ada. Begitu juga bagi orang muslim yang meyakini bahwa bahasa arab

merupakan satu – satunya bahasa yang digunakan dalam sholat. Turunnya al Quran juga

menyatukan bahasa arab sehingga semakin mengokohkan penggunaanya, memberikan

sentuhan terhadap bahasa arab yang sudah ada, meluruskan serta memperluas tujuan dari

ungkapan dan keindahan kata. Sehingga mulailah muncul variasi makna dan gaya bahasa.

Masyarakat saat itu tidak mengalami kesulitan dalam memahaminya. Hal berlangsung dari

generasi ke generasi. Anak – anak langsung belajar bahasa dari percakapan yang terjadi di
3
dalam keluarganya. Tidak ada proses belajar maupun mengajar bahasa arab, mereka langsung

belajar dari linkungan yang kaya dengan khazanah kebahasaan.1

Fase selanjutnya adalah masa khulafa ar rosyidin dan ummawiyah. Pasa masa ini

bahasa arab sudah semakin kokoh dan menyebar luas seiring masuknya agama Islam ke daerah

– daerah baru seperti Irak, Syam, dan Mesir. Sehingga bahasa arab mengalahkan bahasa –

bahasa yang telah ada sebelumnya seperti Persia, Romawi, Qibti. Ketika semakin meluasnya

daulah Islamiyah peradaban mulai dipenuhi dengan ladafz – lafadz dan ungkapan – ungkapan

yang baru, pendirian kantor – kantor serta penggunaan nama Arab. selanjutnya adalah masa

daulah abasiyah. Pada masa ini bangsa arab sudah mulai berhubungan dengan negara lain

seperti Persia, India, serta masuknya imu Yunani seperti Filsafat, kedokteran, matematika,

astronomi dll. Kondisi ini menyebabkan semakin banyaknya cara – cara dalam menyampaikan

yang belum diketahui sebelumnya. Hal yang menyebabkan bahasa arab menjadi bahasa

internasional berdiri sejajar dengan bahasa Romawi dan bahasa Yunani, serta berubah dari

yang sebelumnya bahasa umat dan agama menjadi bahasa yang digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan ilmu pengetahuan, pemikiran, kebudayaan dan peradaban.2

Bahasa arab tersebar meluas ke berbagai belahan dunia seiring dengan masuknya

agama Islam ke negara – negara non arab. Guna membantu umat muslim untuk memahami

agama maka para ulama menyusun kaidah – kaidah bahasa Arab.

Penyebab Kemunculan
Masuknya Islam ke negara – negara non arab membuat para ulama menyadari

pentingya penyusunan kaidah – kaidah bahasa. Dalam hal ini para ulama menyebutnya dengan

‫ المذكرة األصول النحو وفقة اللغة والبالغة‬،‫ هديات‬1

‫ المذكرة األصول النحو و فقة اللغة و البالغة‬، ‫هديات‬ 2

4
untuk berkhidmat kepada al Quran. Sehingga kemunculan ilmu nahwu dilatarbelakangi oleh

dua hal yaitu:3

1. Merebaknya kesalahan pengucapan orang arab seperti lahn terutama orang arab yang sudah

berinteraksi dan berbaur dengan non arab. Begitu juga pada orang -orang nonarab yang

masuk Islam. Meningkatnya kesalahan lahn ini terus meningkat seiring dengan

bercampurnya barbagai macam yang berbeda. Kesalahan lahn yang ada meliputi kesalan

i’rab, kesalahan pengucapan seperti pengucapan huruf ‫ ح‬dibaca dengan ‫ه‬, begitu juga

dengan kesalahan struktur kata seperti ‫ توضيت‬pengganti ‫توضأت‬, selain itu juga kesalahan

dalam wazan kata seperti pada kata ‫ برق أبرق‬، ‫رعد أرعد‬. Fenomena kesalahan lahn ini tidak

hanya memunculkan kekhawatiran dari aspek struktur kata namun kekhawatiran pada

aspek pembacaan al quran yakni kesalahan pemberian harakat pada kata – kata yang

terdapat dalam al quran. Sehingga munculnya nahwu uantuk pertama kali lebih

menitikberatkan pada alamatul i’rab kemudian dilanjutkan dengan bunyatul kalimat

2. Dorongan untuk mengajarkan bahasa Arab untuk non arab yang berada di dalam daerah

kekuasaan daulah Islamiyah.

3. Sebab sosial, budaya, dan politik

Periodisasi dan Perkembangan


Istilah nahwu sudah muncul sejak awal Islam, walaupun maknanya tidak seperti makna

nahwu saat ini. Menurut riwayat Ali bin Abi Thalib pernah menyatakan :4

‫ والنجوم لمعرفة األزمان‬،‫ والنحو للسان‬،‫ والطيب لألديان‬،‫ الفقة لألديان‬:‫العلوم أربعة‬

Perkembangan ilmu nahwu terbagi menjadi 4 fase yaitu : (1) dasar dan pembentukan;

dimulai oleh Abu Al Aswad, (2) fase pertumbuhan dan perkembangan; terjadi pada periode

3
Ibid h 10
4
Muhbib Abdul Wahab, Kontoversi di Seputar Otentisitas Nahwu, h 7
5
basrah dan Kuffah, (3) fase kematangan dan kesempurnaan; terjadi pada periode Basrah dan

Kuffah, (4) serta fase perluasan; terjadi pada periode Bagdad. Setelah seratus tahun

berkembangan munculah periode Baghdad, Andalus, dan Mesir

Periodesasi ilmu nahwu terdiri dari lima tahapan yang terdiri dari : (1) periode Basrah,

(2) periode Kuffah, (3) Periode Baghdad, (4) Periode Andalus, (5) Periode Mesir

(1) Periode Basrah

Peletakan dasar – dasar ilmu nahwu dimulai oleh Abu Al Aswad pada abad 1

H. Al Muzarbani mengungkapakan bahwa pada suatu hari Abu Al Aswad bahwa pada

suatu hari dia menghadap Ali bin Abi Thalib dan mendapatinya sedang berfikir keras

mengenai banyaknyanya kesalahan bahasa orang – orang yang ada disekitarnya dan dia

ingin menyusun sebuah kitab tentang kalam orang – orang Arab. Kemudian beliau

mengeluarkan lembaran yang tertulis didalamnya :

‫الكالم كله اسم وفعل وحرف‬

‫فاالسم ما دل على المسمى‬

‫والفعل م دل على الحركة‬

‫والحرف ما جاء لمعنى ليس باسم وال فعل‬

Kemudian atas izin dari Sayyidina Ali Abu Al Aswad menuliskannya. Beliau

menambah masukan. Inilah yang menjadi dasar ilmu nahwu.5

Periode Basrah terdiri dari delapan generasi. Ulama yang berperan pada

generasi ini diantaranya : Abu Al Aswad ad Duali, Abd ar Rahman bin Hurmuz (w. 117

H), Yahya bin Ya’mur al al-’Udwan al-Laitsi (w. 189 H), Abu Abdullah Maimun al-

Aqran, Anbasah al-Fîl, Nashr bin ‘Ashîm al-Laitsi (w. 89 H), Abdullah bin Abi Ishaq

(w. 117 H), Abu ‘Amr bin ‘Ula (70-159 H), ‘Isa bin Umr ats-Tsaqafi, al-Akhfas al-

5
Yeni Ramdani, Kajian Historis; Perkembangan Ilmu Nahwu Mazhab Basrah, 2015, h 293
6
Akbar (w. 177 H), al-Khalîl bin Ahmad (w. 170 H), Yunus bin Habîb, Sibawaih (w.

180 H) , Yazid (w. 202) H, dan Mubarrad.

Karakteristik dari masing masing generasi diantaranya generasi pertama ini

adalah ulama yang berperan dalam perkembangan nahwu berangkat dari kalangan qari

Al Quran dan perawi hadits, mereka sangat ahli dalam mempelajari hukum – hukum Al

Quran. Sehingga sangat memberi perhatian terhadap kesalahan lahn dalam pembacaan

Al Quran. Usaha – usaha yang dilakukan seperti memberi tanda pada mushaf berupa

titik dengan i’rab. Para ulama pada generasi dua masih dari kalangan ahli qiroat dan

ahli hadits. Mulai ada kesepakatan pemberian titik dan harakat pada mushaf Al Quran.

Karakteristik generasi ketiga ini seperti dimulainya derivasi qiyas yang

diterapkan pada pembacaan Al Quran dan puisi Arab, serta mulai muncul perbedaan

pendapat nahwu secara individual.

Karakteristik generasi keempat ini nahwu terus menuju kesempurnaannya

dengan karakteristik seperti : munculnya istilah – istilah dalam ilmu nahwu dan sharaf

yang hingga sekarang masih dipakai, adanya pembagian – pembagian bab dalam nahwu

dan sharaf, dimulainya penyebutan tanda – tanda i’rab dan bina, dan tersusunnya

mu’jam untuk menafsirkan kata – kata asing dari orang Arab.

Karakteristik generasi kelima diantaranya telah terjadinya penyempurnaan ilmu

nahwu, tersusunya materi – materi bahasa Arab secara sistematis, puncaknya adalah

dengan adanya kitab dari Sibawaih yang tersusun dari 820 bab sebagai kitab pokok

dalam tata bahasa Arab.

Ilmu nahwu terus berkembang hingga ke generasi delapan hingga mulai ada

pemisahan antara nahw dan tashrif (pada generasi ke 7) serta semakin mengarah kepada

7
kemudahan dalam merumuskan kaidah tatabahasa, dan digunakannya teknik simak,

qiyas, ta’lil, ‘awamil, dan ma’lumat.6

Pada periode ini terjadi pergeseran makna tentang nahwu. Sebelumnya tidak

pernah ada pernyataan dari para ulama yang mengatakan bahwa nahwu adalah

pembahasan tentang konteks yang dikenal saat ini sebagai gramatika. Bahkan di dalam

Sibawaih melalui kitabnya tidaklah menyatakan nahwu sebagai gramatika. Nahwu

lebih dimaknai sebagai cara orang berbicara. Peralihan makna nahwu sebbagai

gramatika terjadi tidak lama setelah meninggalnya Sibawaihi.7

Madzhab basrah terus mengalami perkembangan dan menemui momentumnya

pada masa dinasti Abbasiyah pada abad ke- 2 H.

(2) Periode Kuffah

Periode Kuffah tertinggal dari Basrah sekitar seratus tahun, mulai berkembang

pada abad ke -2 H. Hal ini karena ulama Kuffah kurang memberi perhatian terhadap

ilmu bahasa sebagaimana ulama Basrah. Ulama Kuffah lebih banyak mempelajari

tentang fiqih, hadits, qiroat, sastra dan periwayatan syair. Pada saat yang sama ulama

Basrah sudah mengkaji tentang ilmu linguistik, nahwu, al kalam, filsafat, dan mantiq.

Dikatakan juga bahwa ketertinggalan Kuffah karena mereka memegang kuat dengan

kebiasaan badui / pedalaman.8

Karakteristik dari periode ini adalah adanya penolakan yang kuat terhadap

sumber – sumber bahasa yang berasal dari bahasa yang disandarkan pada akal, bukti –

bukti logis dan filsafat.9

6
Yeni Ramdani, Kajian Historis; Perkembangan Ilmu Nahwu Mazhab Basrah, 2015, h 293
7
Michael G. Carter, When Did the Arabic Word Nahw First Come to Denote Grammar? Langguage &
Communication, 1985
36 ‫ ص‬،‫ جدة‬،‫ كلية األدب والعلوم اإلنسانية جامعة الملك عبد العزيز‬،‫ المذاهب النحوية‬،‫ مصطفى عبد العزيز السخرجي‬8
9
Ibid
8
Tokoh – tokoh peride Kuffah seperti Ja’far al-Ruwasi (187 H.), Mu’adz al-

Harra’ (187 H), al-Kisa’i (189 H) dan muridnya al-Farra’ (207 H), Hamzah Muhammad

ibn Sa’dan (194 H), Ali ibn Hazim al-Lihyani (220 H), Hisyam ibn Mu’awiyah al-Darir,

Ibn al-Sikkit (220 H), al-Thiwal (207 H) dan Tsa’lab (291 H).10

(3) Periode Baghdad

Periode ini diawali dengan hijrahnya para ulama dari Bashrah dan Kuffah ke

Baghdad. Awalnya mereka tetap membawa fanatisme aliran masing – masing. Namun

lambat laun terjadi kompromi antara dua madzhab ini dan lahirlah madzhab baru yang

dikenal dengan madzhab Baghdad.11

Periode ini dirintis oleh Abu Hanîfah Ahmad bin Dâwud al-Dinawari, Abu al-

Thayyib Muhammad bin Ahmad bin Ishâq al-A’rabi al-Wasyâ’, Ibnu Kaisân

Muhammad bin Ahmad bin Ibrâhim bin Kaisân, al-Akhfash al-Shagîr, Ali bin Sulaiman

bin al-Fadhl al-Nahwiyyi. Tokoh yang terkenal pada masa ini seperti Al

Zamakhsyary.12

Karakteristik periode ini adalah kombinasi antara Basrah yang rasional dan

Kuffah yang tekstual. Selain itu madzhab ini menerapkan ijtihad untuk menetapkkan

hukum dasar nahwu.13

(4) Periode Mesir

Periode Mesir muncul karena adanya dorongan untuk membaca Al Quran

dengan benar. Para ahli qiroat mengetahui ilmu nahwu untuk membantu mereka

10
Taufik, Mazhab-Mazhab Ilmu Nahwu Dalam Sastra Arab Klasik, Al-Af’idah, Vol. 4, No. 1 Maret 2020
11
Ibid
12
Ibid
13
M. Kamal, Mazhab – mazhab sintaksis Bahasa Arab “Nahwu” (Basrah, Kufah, Bagdag, Andalus, Mesir), Jurnal
Bina Ilmu Cendekia, 2021
9
mempelajari tajwid Al Quran.14 Usaha yang dilakukan seperti memberi tanda titik pada

mushaf Al Quran sebagai tanda I’rab.15

Diantara tokohnya adalah Abdurrahman bin Hurmuz yang wafat di Iskandaria

tahun 117 H, Imam Wars ahli qiroat (w 197 H).16 Abu Ja’far An-Nuhas (w 338 H)

penulis “Fi al -‘Arabiyyah wal ‘Ulumul Qur’an” yang menjelaskan tentang puisi di

dalamya, Ibnu Hisyam dengan nama asli Jamaluddin Abdullah bin Yusuf bin Ahmad

bin Abdullah bin Hisyam Al-Anshori Al-Mishriy (w 761) Beberapa karya beliau seperti

Mughni al-Labib ‘an Kutub al-A’arib, Awdloh al-Masalik ila Alfiyyah ibn Malik,

Syudzur adz-dzahab, Qathru an-Nada wa Ballu ash-Shada, dan al-I’rab ‘an Qawaid al-

I’rab. Ibnu ‘Aqil, As Suyuthi (w 911 H)17

Karakteristik periode Mesir memiliki kemiripan dengan madzhab Basrah dan

Kuffah pada abad ke – 2 H yaitu meninggikan ilmu qiroat, tafsir, dan hadits. Karena

Mazhab ini merupakan gabungan dari Basrah dan Kuffah maka dia memliki ciri

pencampuran nahwu secara logika, banyak peraturan gramatikal, sudah berijtihad.18

Para ulama meyesuaikan keadaan para penuntut ilmu sehingga mereka melakukan

kombinasi antara madzhab Basrah dan Kuffah. Selain itu dalam pembahasan nahwu

dilakukan dengan lebih mudah dengan menggunakan metode baru dalam bentuk

nazham – nazham seperti alfiyah Ibnu Malik.19

(5) Periode Andalus

Setelah dikuasainya Andalus pada abad ke-2 H para sastrawan mulai melakukan

kajian sastra yang tujuan utamanya adalah untuk membantu membaca Al Quran,

،‫ جدة‬،‫ كلية األدب والعلوم اإلنسانية جامعة الملك عبد العزيز‬،‫ المذاهب النحوية‬،‫ مصطفى عبد العزيز السخرجي‬14
15
Taufik, Mazhab-Mazhab Ilmu Nahwu Dalam Sastra Arab Klasik, Al-Af’idah, Vol. 4, No. 1 Maret 2020
‫ جدة‬،‫ كلية األدب والعلوم اإلنسانية جامعة الملك عبد العزيز‬،‫ المذاهب النحوية‬،‫ مصطفى عبد العزيز السخرجي‬16
17
Taufik, Mazhab-Mazhab Ilmu Nahwu Dalam Sastra Arab Klasik, Al-Af’idah, Vol. 4, No. 1 Maret 2020
18
Ibid
19
Albi Trisnadi Ramadhan, Sejarah Generasi Awal Madrasah Nahwu Bashrah dan Pengaruhnya terhadap
Metode Pengajaran Nahwu di Mesir Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial, dan Sains – Vol. 9 No. 2 2020
10
menyelematkankan dari kesalahan lahn. Sehingga banyak dari kalangan sastrawan yang

memiliki keahlian qiroat melakukan perjalanan ke timur.20

Tokoh yang terkenal pada mazhab ini adalah Jaudi bin Utsman al Maururi

sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan nahwu Kuffah ke Andalus,

kemudian Abu Abdullah. Baru pada abad ke -3 H al Ufushniq Muhammad bin Musa

bin Hisyam (w. 307 H) hadir memperkenalkan madzhab Bashrah, dia mempelajari kitab

Sibawaihi.

Karakteristik periode Andalus awalnya dipengaruhi oleh madzhab Kuffah pada

awalnya karena madzhab ini yang pertama hadir. Pada perkembangannya terjadilah

integrasi dengan madzhab Basrah dan madzhab Bagdad. Madzhab Andalus lebih

obyektif dalam menetukan teori. Madzhab ini terus berkembang pada abad ke -6 dan

ke – 7 hijriyah hingga jatuhnya Andalus ke tangan Perancis, saat itulah muncul

ilmuwasn barat seperti Ferdinand De Saussure (897 H).21

Karakteristik Perkembangan
Nahwu ta’limi
Nahwu ta’limi disebut juga dengan istilah ilmu nahwu pedagogi. Sesuai dengan

namanya nahwu bersifat fungsional pengajaran yaitu meluruskan perkataan, menyelematkan

ucapan dari kesalahan, serta menulis dengan benar. Ilmu nahwu pedagogik ini disusun

berdasarkan kebutuhan peserta didik dengan mengambil materi dari kaidah – kaidah nahwu

teoritis sesuai dengan tujuan pengajaran. Pada tataran ilmu nahwu disusun kolaborasi antara

ilmu nahwu, ilmu bahasa, ilmu jiwa, dan ilmu pendidikan. Sehingga dalam ilmu nahwu

pedagogik ini sangat dibutuhkan usaha untuk mempermudah dan menyederhanakan.22

،‫ جدة‬،‫ كلية األدب والعلوم اإلنسانية جامعة الملك عبد العزيز‬،‫ المذاهب النحوية‬،‫ مصطفى عبد العزيز السخرجي‬20
21
M. Kamal, Mazhab – mazhab sintaksis Bahasa Arab “Nahwu” (Basrah, Kufah, Bagdag, Andalus, Mesir), Jurnal
Bina Ilmu Cendekia, 2021
22
, Arif Rahman Hakim, Mempermudah Pembelajaran Ilmu Nahwu pada Abad 20, Jurnal al-Maqoyis, 2013
11
Nahwu Ilmi
Ilmu nahwu Ilmi disebut juga nahwu analitis atau nahwu teoritis. Disusun berdasar

pada teori kebahasaan yang sangat teliti dan seksama dalam diskripsi dan penafsirannya,

disusun secara sisematis. Karakteristiknya adalah mempelajari dirinya sendiri dengan sangat

dalam dan detail.23

Nahwu Qurani
Ilmu nahwu qurani mengkaji bahasa Arab dalam kapasitasnya sebagai bahasa agama,

bukan sebagai bahasa komunikasi. Tujuan utama pembelajaran nahwu untuk memahami teks

– teks keagamaan bukan untuk alat kounikasi baik lisan maupun tulisan. Sehingga pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan gramatika. Hal ini mengakibatkatkan nahwu sebagai focus

kajian. Padahal di dalam ilmu nahwu sendiri terdapat perbedaan pendapat diantara ahli

nahwu.24

Implikasi Sejarah Perkembangan Nahwu kepada Pembelajaran


Nahwu
Sejarah perkembangan nahwu membawa implikasi bagi pembelajaran nahwu.

Implikasi tersebut seperti:

1) Perlunya penyerderhanaan materi – materi nahwu, seperti yang terjadi mada

madzhab Mesir,

2) Perlunya peninjauan kembali tehadap tujuan pembelajaran nahwu.

Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Khaldun bahwa dalam kitab Sibawaih selain

tata bahasa kitab ini juga dipenuhi dengan peribahasa – peribahasa arab, syair

dan ungkapan orang -orang Arab, hal ini sangat baik untuk mengasah naluri

kemampuan berbahasa. Sangat beruntung bagi yang bisa memanfaatkan ini

23
Arif Rahman Hakim, Mempermudah Pembelajaran Ilmu Nahwu pada Abad 20, Jurnal al-Maqoyis, 2013
24
Fuad Munajat, Pembelajaran Nahwu dalam Perspektif Fungsional, Arabia, 2015
12
selain dia paham tata bahasanya dia juga tahu cara menggunakannya serta

tempat – tempatnya. Namun tidak sedikit orang yang hanya berkecimpung di

dalam tata bahasa secara teori namun tidak mendapatkan naluri kebahasaan.

3) Tata bahasa sebagai wasilah pengajaran. Sebagaimana Ibnu Khaldun

menegaskan bahwa tata bahasa berfungsi sebagai wasilah pengajaran. Tata

bahasa bukan tujuan suatu keilmuan. 25

4) Perlunya praktik langsung. Untuk mampu menguasai keterampilan

menggunakan teori ilmu nahwu ini agar tujuan fungsionalnya bisa dicapai maka

harus melatih dan mempraktekkannya dalam keterampilan berbahasa, baik

kalam, qira’ah, maupun kitabah. Tidak mungkin seseorang mampu

menguasainya hanya dengan menghafalkan rumus dan kaidahnya di luar kepala

saja. Hal ini seperti yang dikatakan Ibnu Khaldun bahwa penguasaan ilmu

nahwu hanya bisa diperoleh dengan berlatih bahasa Arab, mengulang-ulang

mendengarnya, serta memahami strukturnya. Bukan diperoleh dengan

mengetahui kaidah-kaidah yang telah disusun dan disimpulkan oleh para ulama.

Karena kaidah-kaidah ini hanya bisa memberi manfaat ketika digunakan dengan

bahasa Arab praktis.26

Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa arab tersebar meluas

ke berbagai belahan dunia seiring dengan masuknya agama Islam ke negara – negara non arab.

Penyebab munculnya ilmu nahwu adalah merebaknya kesalahan pengucapan orang arab.

Selain itu juga adanya dorongan untuk mengajarkan bahasa Arab untuk nonarab yang berada

di dalam daerah kekuasaan daulah Islamiyah. Disamping itu juga sebab sosial, budaya, dan

25
Ibnu Khaldun, Mukaddimah, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 2014, h 1038 – 1040
26
Arif Rahman Hakim, Mempermudah Pembelajaran Ilmu Nahwu pada Abad 20, Jurnal al-Maqoyis, 2013
13
politik. Periodisasi perkembangan ilmu nahwu meliputi periode Basrah, Kuffah, Baghdad,

Mesir, dan Andalus. Karakteristik perkembangannya mulai dari nahwu ta’limi, nahwu ilmi,

dan nahwu qurani. Adapun implikasi diantaranya: Perlunya penyerderhanaan materi – materi

nahwu, perlunya peninjauan kembali tehadap tujuan pembelajaran nahwu,tata bahasa sebagai

wasilah pengajaran, erlunya praktik langsung.

Daftar Pustaka

Carter, M. G. (1985). When Did The Arabic Word Nahw First Come to Denote Grammar.
Langguage & Communication.
Hadi, N. (2015). Kontribusi Al Quran terhadap Perkembanga Bahasa Arab. Jurnal Ael
Furqona.
Hakim, A. R. (2013). Mempermudah Pembelajaran Ilmu Nahwu pada Abad 20. Jurnal al-
Maqoyis.
Kamal, M. (2021). Mazhab – mazhab sintaksis Bahasa Arab “Nahwu” (Basrah, Kufah,
Bagdag, Andalus, Mesir). Jurnal Bina Ilmu Cendekia.
Khaldun, I. (2014). Mukaddimah. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.
Ramadhan, A. T. ( 2020). Sejarah Generasi Awal Madrasah Nahwu Bashrah dan
Pengaruhnya terhadap Metode Pengajaran Nahwu di Mesir . Jurnal Intelektualita:
Keislaman, Sosial, dan Sains.
Ramdiani, Y. (2015). Kajian Historis; Perkembangan Ilmu Nahwu. 293.
Taufiq. (2020). Mazhab-Mazhab Ilmu Nahwu Dalam Sastra Arab Klasik. Al-Af’idah, 2020.
Wahab, M. A. (n.d.). Kontroversi di Seputar Otentisitas Nahwu. 7.
.‫ كلية األدب والعلوم اإلنسانية جامعة الملك عبد العزيز‬:‫جدة‬. ‫المذاهب النحوية‬. (n.d.). ‫ ع‬.‫ م‬,‫السخرجي‬
. ‫المذكرة األصول النحو و فقة اللغة و البالغة‬. (n.d.). ‫هديات‬

14

Anda mungkin juga menyukai