Dosen Pengampu:
Mufida Ulfa,M.Th.I
Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “TAJWID, TAHSIN DAN TAHFIDH”
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Ibu Mufidah
Ulfa,M.Th.I. pada mata kuliah Ilmu Tajwid dan Qiraat. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Mufidah Ulfa,M.Th.I. selaku dosen Ilmu Tajwid dan Qiraat yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai umat islam, membaca Al-Qur’an adalah suatu kewajiban. Ibadah ini bahkan
memiliki keutamaan yang luar biasa, dimana keutamaan dari membaca Al-Qur’an itu setiap
hurufnya diganjar satu kebaikan dan setiap satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh
kebaikan.
“Abdullah bin Mas’ud r.a berkata: “Rasulullah saw. Bersabda: “siapa yang membaca satu
huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut. Satu kebaikan
dilipatgandakan 10 kebaikan semisalnya dan akuntidak mengatakan satu huruf ‘alif laam
Miim’ akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf, dan Miim satu huruf” (HR. At-Tirmidzi).
Membaca Al-Qur’an memang memberikan banyak pahala serta keutamaan yang besar
bagi seseorang. Namun dalam membaca Al-Qur’an, kita tidak bisa asal membacanya begitu
saja. Setiap kata dalam Al-Qur’an memiliki arti, dan jika salah dalam membacanya. Bisa
merubah arti dari kata tersebut.
Dalam membaca Al-Qur’an, ada ilmu yang disebut dengan tajwid. Tajwid adalah kata
yang berasal dari bahasa arab, yaitu jawwada, yujawwidu, tajwiidan, yang artinya
membaguskan.
Sedangkan menurut istilah tajwid adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara
melafalkan huruf yang benar dan dibenarkan, baik berkaitan dengan sifat, mad, dan
sebagainya, misalkan tarqiq, tafhim dan selain keduanya.
Pada pengertian tajwid tersebut dijelaskan bahwa ilmu tajwid berkaitan dengan pelafalan
huruf-huruf hijaiyah dan tata cara dalam melafalkan huruf-huruf tersebut dengan baik dan
benar. Karena akan ada huruf-huruf yang dibaca panjang, tebal, tipis, berhenti terang,
berdengung dan sebagainya.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pada saat pertama kali Al-Qur’an diwahyukan Allah Swt. Kepada Nabi
Muhammad Saw. Melalui malailkat jibril, proses penyampaian Al-Qur’an dilakukan
secara langsung oleh Nabi Muhammad Saw. Kepada para sahabat. Dalam proses tersebut,
sekaligus terdapat transfer kaidah bacaan Al-Qur’an (yang sekarang dikenal dengan
istilah ilmu tajwid).
Namun, karena saat itu wilayah islam baru berada di jazirah arab, dan
penduduknya mafhum dengan bacaan Al-Qur’an (yang berbahasa arab), belum terdapat
dorongan untuk membuat ilmu tentang kaidah membaca Al-Qur’an. Sampai saat islam
tersebar kedaerah diluar Arab, diusulkan untuk menyusunnya supaya tidak terjadi
kesalahan pembacaan Al-Qur’an.
Adapun siapa penulis pertama ilmu Tajwid, terdapat perbedaan pendapat. Ada
yang mengatakan bahwa penyusun pertamanya adalah Abu al-Aswad Al-Du’ali (w.69
H/688M). ada juga yang mengatakan Abu al-Qasim Ubaid bin as-Salim (w.224H/838M).
ada juga yang mengatakan al-Khafil bin Ahmad (w.173H/789M). ada pula yang
mengatakan bukan mereka tetapi tokoh lain dari para imam ilmu Qira’at dan ilmu
bahasa.1
Sejarah ilmu Tajwid dan perkembangannya bisa dibagi dalam beberapa tahapan
sebagai berikut:
1
Abdul Fattah al-Marsafi, Hidayat al-Qari’ ila Tajwidi Kalam al-Bariy, (Madinah: Muhammad bin Iwad bin
ladin,1982),hal.37-38.
4
pada masa tersebut tidak ditekankan hukumnya dengan terperinci dan dibukukan.
Ilmuwan sejarah pun menyatakan perkembangan ilmu tajwid di zaman Rasulullah
Saw. Seiring dengan perkembangan ilmu-ilmu lain. Penulisan dalam ilmu tajwid
sejak dulu tidak begitu banyak, puncak utamanya ialah karena pembahasan ilmu
itu sendiri karena tidak begitu meluas dan kandungan babnya tidak banyak.
Dalam periode ini, ilmu tajwid dan ilmu qiroat masih dalam satu kesatuan,
dengan nama ilmu qiro’at. Jadi dalam periode inibelum lahir istilah ilmu tajwid.
2
Abdul Djalal, ulumul Qur’an, (Surabaya:Dunia Ilmu,2008), hal.26-27.
5
Karena itu khalifah Utsman bin Affan memerintahkan kaum muslimin
agar ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dikumpulkan pada masa khalifah Abu Bakar
dikumpulkan lagi dalam satu mushaf ini kemudian dikenal dengan nama Mushaf
Utsmani, dari mushaf itu dibuat salinan beberapa naskah lagi yang dikirimkan ke
semua Negara-negara islam. Khalifah utsman juga memerintahkan agar mushaf-
mushaf selain mushaf utsmani itu dibakar. Umat islam pada waktu itu juga
dilarang berpedoman kepada mushaf-mushaf selain mushaf utsmani. Dengan
usahanya itu, berarti khalifah utsman bin affan telah meletakkan dasar pertama,
yang dinamakan ilmu rasm al-qur’an.
Pada masa ini Ali bin Abi Thalib memperhatikan orang-orang asing yang
suka menodai kemurnian bahasa arab. Sebab, ia sering mendengarkan sesuatu
yang menimbulkan kerusakan bahasa arab. Ia mengkhawatirkan terjadinya
kerusakan bahasa arab itu, karena itu ia langsung memerintahkan Abu al-Aswad
al-Duali untuk membuat sebagian kaidah-kaidah guna memelihara kemurnian
bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an dari permainan dan kerusakan orang-
orang yang jahil. Abul Aswad menulis pedoman-pedoman serta aturan-aturan
dalam bahasa arab. Dengan demikian, khalifah Ali bin Abi Thalib telah
meletakkan dasar pertama terhadap ilmu, yang sekarang terkenal dengan nama
ilmu nahwu dan ilmu I’rab Al-Qur’an.
Dalam masa ini, cita-cita para sahabat dan tabi’in besar ditunjukkan untuk
pengajaran langsung, tidak dengan tulisan dan pembukuan. Cita-cita dan
semangat penyebaran mereka itu dapat dianggap sebagai pendahuluan dari
pembukuan Ulumul Qur’an dan selanjutnya nanti.
6
masa ini, generasitabi’in yang dapat dijadikan sebagai narasumber qiro’atAl-
Qur’an setelah belajar dari generasi sahabat adalah Sa’id Ibnu Al-Musayyab (w.
93/711) untuk dikawasan madinah, Ubaid Ibn Umair dikawasan Makkah,
“Alqamah Ibn Qais al-Nakha’iy (w.62/681) dikawasan kuffah, Abu ‘Aliyah dan
Abu Raja (w.105/723) dikawasan Basrah, Al-Mughirah Ibn Abi Shihab Al-
Makhzumi (w. 91/709) dan khalifah Ibn Sa’ad di kawasan Damaskus.
A. Pengertian Tajwid
Tajwid secara bahasa berasal dari kata jawada – yujawwidu - tajwidan artinya
membaguskan atau memperindah. Sedangkan secara istilah adalah:
3
Abdul Aziz Abdur Rauf, Pedoman Dauroh Al-Qur’an Kajian Ilmu Tajwid Disusun Secara Aplikatif (Kalisari Pasar
Rebo: Markaz Al Qur’an), hal. 13.
7
4. Ahkamul maddi wa qasr (hukum panjang pendek),
5. Ahkamul waqaf wal ibtida’ (hukum memulai dan menghentikan bacaan).
Hukum membaca Al Quran dengan tajwid adalah hatm (wajib) dan lazim ( tidak berubah
kapanpun dimanapun dan dalam kondisi apapun bagi siapapun baik orang dewasa ,anak-abak,
laki-laki dan perempuan). Adapun bagi yang meninggalkan dan mengabaikan bacaan Al-Qur’an
dengan tajwid adalah berdosa apabila tidak ada usaha untuk memperbaikinya.4
Alasan hukum wajib membaca Al-Qur’an dengan tajwid karena:
1. Al-Quran diturunkan kepada nabi dengan cara talaqqy.
2. Cara atau metode penyampaian bacaan Al-Qur’an yang diterima oleh para
ulama bersanad,sama persis dengan cara yang diterima oleh ulama salaf dari
sahabat yang diterima oleh Rasulullah SAW.
3. Bacaan bertajwid dapat menghiasi tilawah dan memperindah praktek bacaan
dihadapan guru atau qiraah.
Ada dua langkah yang dapat membantu cepatnya penguasaan praktek bacaan bertajwid
1. Menirukan bacaan guru dengan suara yang keras dan merekamnya untuk dikoreksi
kekurangannya.
2. Terus berlatih menggerak-gerakkan rahang mulut saat melafalkan huruf atau bacaan
ayat serta diiringi dengan suara keras sambil bercermin.
A. Pengertian Tahsin
Tahsin berasal dari kata hasana – yuhasini – tahsinan yang artinya memperbaiki,
membaguskan, menghiasi, mempercantik, membuat lebih baik dari semula.5 Tahsin
sering digunakan sebagai sinonim dari kata tajwid.
Tahsin juga selalu identik dengan tilawah. Tilawah sendiri berasal dari kata talaa
– yatluu – tilaawatan artinya bacaan, dan tilawatul qur’an artinya bacaan Al-Qur’an.
Sementara tilawah secara istilah adalah membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang
4
Mudawi Ma’rif,Syarah dan Terjemah Matan Al Jazariyah, hal 20
5
Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Tajwid (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2016), hal. 3.
8
menjelaskan huruf-hurufnya dan berhati-hati dalam membacanya, agar lebih mudah
memahami makna yang terkandung di dalamnya.6
Tahsin Al-Qur’an berarti suatu cara untuk membaguskan pelafalan ayat-ayat Al-
Qur’an sesuai dengan kaidah nya, seperti pelafalan setiap huruf, tajwid, harakat, hingga
keindahan bacaan. Sehingga tujuan utama dari penguasaan tahsin Al-Qur’an adalah
untuk menjaga lidah kita agar terhindar dari segala jenis kesalahan saat membaca ayat
Al-Qur’an, baik kesalahan dalam penyebutan huruf, maupun kesalahan dalam penerapan
ilmu tajwid. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan sahabat-
sahabatnya, membaca Al-Qur’an menggunakan tahsin mampu menjaga huruf-huruf
hijaiyah yang keluar agar tetap sesuai dengan makhrajnya, menjaga hukum-hukum
bacaan, hingga dapat menghayati bacaan sehingga suara yang dikeluarkan ketika
membaca Al-Qur’an pun terdengar indah. Proses pembelajaran tahsin Al-Qur’an terjadi
ketika ilmu tahsin yang terdiri dari hukumhukum bacaan, sifat huruf, dan makhraj huruf
tersebut diajarkan kepada orang lain dengan baik dan benar. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran membaca Al-Qur’an menggunakan metode tahsin adalah rangkaian
kegiatan untuk belajar membaca Al-Qur’an dengan terencana dan tersusun, yang meliputi
berbagai unsur, seperti unsur fasilitas, material, perlengkapan, manusia, dan prosedur
yang saling mempengaruhi satu sama lain dengan tujuan untuk memperbaiki serta
membaguskan bacaan Al-Qur’an agar sesuai dengan hukum tajwid, makharijul huruf,
hingga irama lantunan.7
B. Pengertian Tahfidz
Tahfidz yang berarti menghafal, menghafal dari kata dasar hafal yang dari bahasa arab
hafidza – yahfadzu – hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Secara
bahasa Al-Quran berasal dari bahasa Arab , yaitu qaraa-yaqrau-quraanan yang berarti bacaan.
١٨ ۚ ٗ فَاِ َذا قَ َرْأ ٰنهُ فَاتَّبِ ْع قُرْ ٰانَه١٧ ۚ ٗاِ َّن َعلَ ْينَا َج ْم َعهٗ َوقُرْ ٰانَه
6
Ibid.
7
Rohmadi,Aplikasi Metode Tahsin untuk Belajar Al-Qur’an dalam Pendampingan Kelompok Perempuan di
Kelurahan Kutaraya Kecamatan Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir (Manhaj: Vol 9. hal 63)
9
“ Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka
ikutilah bacaannya itu.” QS. Al-Qiyamaah 17-18
Menurut etimologi, kata menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam
bahasa Arab dikatakan al-Hifdz dan memiliki arti ingat. Maka kata menghafal juga dapat
diartikan dengan mengingat. Mengingat, menurut Wasty Soemanto berarti menyerap atau
meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif.
10
keseluruhan disebut dengan huffazhul Qur’an, Pengumpulan Al-Qur’an dengan cara
menghafal (Hifzhuhu) ini dilakukan pada masa awal penyiaran agama Islam, karena Al-
Qur’an pada waktu itu diturunkan melalui metode pendengaran. Pelestarian Al-Qur’an
melalui hafalan ini sangat tepat dan dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Abdul Aziz
Abdul Ra’uf definisi menghafal adalah “proses mengulang sesuatu, baik dengan
membaca atau mendengar”. Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi hafal.”
zٍ رz ِكz َّدz ُمzنzْ z ِمzلzْ zَهzَ فz ِرz ْكz ِّذz لzِ لzنzَ z آzرzْ zُ قz ْلz اz اzَ نzرzْ z َّسzَ يz ْدzَ قzَ لzَو
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang
yang mengambil pelajaran?” ( Al Qomar: 17)
11
tidak mengetahui nilai kitab suci.Namun, penghafal quran terbanyak dari golongan usia
mereka.8
Dalam buku “ Kun bil Qurani Najman” karya Ustaz Saihul Basyir beliau memaparkan
bahwasannya “ Al Quran itu mudah tapi tidak untuk digampang-gampangkan” maksudnya
adalah beliau memberi contoh metode dalam menghafal yakni metode “MEMBELAI”
merupakan singkatan dari Membaca dengan benar lancar dan indah. Benarnya bacaan diukur
dari benarnya seseorang menerapkan hukum tajwid, makhraj dan sifat huruf,panjang dan
pendeknya,dengung dan tidaknya, saat jelas dibaca jelas,saat tebal dibaca tebal dan saaat tipis
dibaca tipis. Sehingga seberapa kuat si penghafal membaca hafalannya sebanyak mungkin tanpa
ada kekeliruan sedikitpun akan menentukan lancarnya hafalannya yang ia peroleh karena
kesabarannya dalam menghafal al quran.
8
Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al Quran (Jakarta: Gema Insani,1999) hal. 187.
12
BAB III
KESIMPULAN
Tahap 1 : Masa Nabi Dalam periode ini, ilmu tajwid dan ilmu qiroat
Muhammad- Abu Bakar masih dalam satu kesatuan, dengan nama ilmu
qiro’at. Jadi dalam periode ini belum lahir istilah
ilmu tajwid.
Tahap 3: Masa Ali bin Abi Pada masa ini Ali bin Abi Thalib memperhatikan
Thalib orang-orang asing yang suka menodai kemurnian
bahasa arab. Maka beliau mengutus Abu Al
Aswad untuk menulis ilmu nahwu dan I’rabul
quran.
Tahap 4: Masa bani Umayyah Dalam masa ini, cita-cita para sahabat dan tabi’in
besar ditunjukkan untuk pengajaran langsung
13
Tahap 5: Masa Tabi’in dan Dibawah panji generasi tabi’in, muncul beberapa
Tabi’ Tabiin orang yang memfokuskan perhatian pada masalah
qiro’at.Fenomena inilah yang mendorong
terjadinya evolusi sebuah disiplin imu baru.
Perkembangan ilmu tajwid pada masa ini sejalan
dengan perkembangan qiro’at dan perkmbangan
penyebaran Al-Qur’an dan pembelajarannya.
14
15