Anda di halaman 1dari 26

BACA TULIS AL QUR’AN

TAJWID

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

Estrina Wulansari 20130410337


Upik Selly Meylasari 20130410375
Adin Lutfi Nursela 20130410366
Jaka Umbara 20130410360

Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Ilmu Tajwid’’. Penulisan
makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Baca Tulis AL-QUR’AN (BTA). Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih
banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
dan pengetahuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini saya
menyampaikan ucapan terima kasih.
DAFTAR ISI
JUDUL ...............................................................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................................

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang .............................................................................................
2. Tujuan ..........................................................................................................
B. PEMBAHASAN
1. Sejarah Ilmu Tajwid ..................................................................................
2. Sejarah Perkembangan Tajwid ..................................................................
3. Pengertian Tajwid .....................................................................................
4. Nun Mati dan Tanewin, Huruf Hijaiyyah ..................................................
C. PENUTUP
1. Kesimpulan ..............................................................................................
2. Kritik dan Saran .......................................................................................
D. DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai kitab suci rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam yang
didalamnya mengandung berbagai macam ilmu, hukum, teologi, sosial, dan
sebagainya. Untuk itu perlu mengetahui dan memahami perbedaan bacaan al-quran
serta implikasinya terhadap makna dari lafal itu sendiri.
Al-Qur’an dipelajari untuk memahami makna atau pesan dibalik teks. Maka untuk
mendapatkan makna yang sesuai dengan Al-Qur’an perlu memahami qira’at dan cara
membaca Al-Qur’an dengan benar, cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
bisa dipelajari dengan ilmu tajwid.

2. Tujuan
Disusunnya makalah ini yang berjudul “Sejarah dan Perkembangan Ilmu Tajwid”
bertujuan untuk :
1. Mengetahui tentang sejarah munculnya ilmu tajwid.
2. Mengetahui tentang perkembangan ilmu tajwid sejak zaman dahulu (zaman
Rasulullah SAW) sampai zaman sekarang.
3. Mengetahui pengertian ilmu tajwid.
4. Mengetahui pengertian qiraat.
5. Mengetahui hubungan ilmu tajwid dengan qira’at.
PEMBAHASAN

1. SEJARAH ILMU TAJWID

Jika dibincangkan kapan bermulanya ilmu Tajwid, maka kenyataan menunjukkan bahwa
ilmu ini telah bermula sejak dari al-Qur’an itu diturunkan kepada Rasulullah SAW. Ini kerena
Rasulullah SAW sendiri diperintah untuk membaca al-Qur’an dengan tajwid dan tartil seperti
yang disebut dalam surat al-Muzammil ayat 4.
ِ‫يل ْالقُ ْرآَنَِ َو َرتِّل‬
ِ ً ‫ت َْرت‬
"Bacalah al-Quran itu dengan tartil (perlahan-lahan)."
Kemudian Nabi Muhammad SAW mengajar ayat-ayat tersebut kepada para sahabat dengan
bacaan yang tartil. Sayyidina Ali r.a apabila ditanya tentang apakah maksud bacaan al-Qur’an
secara tartil itu, maka beliau menjawab "adalah membaguskan sebutan atau pelafalan bacaan
pada setiap huruf dan berhenti pada tempat yang betul”.
Ini menunjukkan bahwa pembacaan al-Qur’an bukanlah suatu ilmu hasil dari Ijtihad
(fatwa) para ulama' yang diolah berdasarkan dalil-dalil dari al-Qur’an dan Sunnah, tetapi
pembacaan al-Qur’an adalah suatu yang Taufiqi (diambil terus) melalui riwayat dari
sumbernya yang asli, yaitu sebutan dan bacaan Rasulullah SAW.
Para sahabat r.a adalah orang-orang yang amanah dalam mewariskan bacaan ini kepada
generasi umat Islam selanjutnya. Mereka tidak akan menambah atau mengurangi apa yang
telah mereka pelajari itu, karena rasa takut mereka yang tinggi kepada Allah SWT dan
begitulah juga generasi setelah mereka.
Walau bagaimanapun, apa yang dikira sebagai penulisan ilmu Tajwid yang paling awal ialah
apabila bermulanya kesadaran perlunya Mushaf Utsmaniah yang ditulis oleh Sayyidina
Utsman itu diletakkan titik-titik kemudiannya, baris-baris bagi setiap huruf dan perkataannya.
Gerakan ini telah diketuai oleh Abu Aswad Ad-Duali dan Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi.
Apabila pada masa itu Khalifah umat Islam memikul tugas untuk berbuat demikian ketika
umat Islam mulai melakukan-kesalahan dalam bacaan.
Ini karena semasa Sayyidina Utsman menyiapkan Mushaf al-Qur’an dalam enam atau
tujuh buah itu. beliau telah membiarkannya tanpa titik-titik huruf dan baris-barisnya karena
memberi keluasan kepada para sahabat dan tabi’in pada masa itu untuk membacanya
sebagaimana yang mereka telah ambil dari Rasulullah SAW sesuai dengan Lahjah (dialek)
bangsa Arab yang bermacam-macam. Tetapi setelah berkembang luasnya agama Islam ke
seluruh tanah Arab serta jatuhnya Roma dan Parsi ke tangan umat Islam pada tahun 1 dan 2
Hijriah, bahasa Arab mulai bercampur dengan bahasa penduduk-penduduk yang ditaklukkan
umat Islam. Ini telah menyebabkan berlakunya kesalahan yang banyak dalam penggunaan
bahasa Arab dan begitu juga pembacaan al-Qur’an. Maka al-Qur’an Mushaf Utsmaniah telah
diusahakan untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam membacanya dengan penambahan
baris dan titik pada huruf-hurufnya bagi karangan ilmu qira’at yang paling awal sepakat, yang
diketahui oleh para penyelidik ialah apa yang telah dihimpun oleh Abu 'Ubaid Al-Qasim Ibnu
Salam dalam kitabnya "Al-Qira’at" pada kurun ke-3 Hijriah.
Akan tetapi ada yang mengatakan, apa yang telah disusun oleh Abu 'Umar Hafs Ad-
Duri dalam ilmu Qira’at adalah lebih awal. Pada kurun ke-4 Hijriah pula, lahir Ibnu Mujahid
Al-Baghdadi dengan karangannya "Kitabus Sab'ah", dimana beliau adalah orang yang mula-
mula mengasingkan qira’at kepada tujuh imam bersesuaian dengan tujuh perbedaan dan
Mushaf Utsmaniah yang berjumlah tujuh naskah. Kesemuanya pada masa itu karangan ilmu
tajwid yang paling awal, barangkali tulisan Abu Mazahim Al-Haqani dalam bentuk qasidah
(puisi) ilmu tajwid pada akhir kurun ke-3 Hijriah adalah yang terulung.
Selepas itu lahirlah para ulama yang tampil memelihara kedua ilmu ini dengan karangan-
karangan mereka dari masa ke masa seperti Abu 'Amr Ad-Dani dengan kitabnya At-Taysir,
Imam Asy-Syatibi Tahani dengan kitabnya "Hirzul Amani wa Wajhut Tahani" yang menjadi
tonggak kepada karangan-karangan tokoh-tokoh lain yang sezaman dan yang setelah mereka.
Tetapi yang jelas dari karangan-karangan mereka ialah ilmu tajwid dan ilmu qira’at
senantiasa bergandengan, ditulis dalam satu kitab tanpa dipisahkan pembahasannya,
penulisan ini juga diajarkan kepada murid-murid mereka. Kemudian lahir pula seorang tokoh
yang amat penting dalam ilmu tajwid dan qira’at yaitu Imam (ulama) yang lebih terkenal
dengan nama Ibnul Jazari dengan karangan beliau yang masyhur yaitu "An-Nasyr",
"Toyyibatun Nasyr" dan "Ad-Durratul Mudhiyyah" yang mengatakan ilmu qira’at adalah
sepuluh sebagai pelengkap bagi apa yang telah dinyatakan Imam Asy-Syatibi dalam kitabnya
"Hirzul Amani" sebagai qira’at tujuh. Imam Al-Jazari juga telah mengarang karangan yang
berasingan bagi ilmu tajwid dalam kitabnya "At-Tamhid" dan puisi beliau yang lebih terkenal
dengan nama "Matan Al-Jazariah". Imam Al-Jazari telah mewariskan karangan-karangannya
yang begitu banyak berserta bacaannya, yang kemudian menjadi ikutan dan panduan bagi
karangan-karangan ilmu tajwid dan qira’at serta bacaan al-Qur’an hingga hari ini.
2. SEJARAH PERKEMBANGAN TAJWID
Dari sejarah pula, perkembangan ilmu tajwid bermula sejak zaman Rasulullah SAW,
Rasulullah menerima wahyu dari Jibril sudah dengan bertajwid, hanya pada masa itu tidak
ditekankan hukumnya dengan terperinci dan dibukukan. Orang yang mula-mula sekali
membukukan ilmu ini ialah Imam Al-‘Azim Abu Abid Qasim bin Salam pada kurun yang ke
3 Hijriah. Namun ada pendapat lain pula mengatakan, orang yang mula-mula membukukan
ilmu ini ialah Hafs bin ‘Umar al-Duri.
Ilmuwan sejarah juga menyatakan perkembangan ilmu tajwid di zaman Rasulullah
SAW seiring dengan perkembangan ilmu-ilmu lain. Walaupun begitu, seluruh hukum yang
berkaitan seperti hukum nun sakinah, mim sakinah, mad, waqaf dan sebagainya belum
dinamakan dan dibukukan.
Penulisan dalam ilmu tajwid sejak dulu dan sekarang tidak begitu banyak, puncak
utama ialah karena pembahasan ilmu itu sendiri yang tidak begitu meluas dan kandungan
babnya tidak banyak. Selain dari itu ia lebih tertumpu kepada latihan amali dan jarang sekali
didapati ia diajar dalam bentuk kuliah dan perbincangan hukum semata-mata. Kitab yang
pertama dalam ilmu tajwid ialah dalam bentuk nazam (syair). Ia telah dihasilkan oleh Abu
Mazahim al-Khaqani yang wafat pada tahun 325 hijrah yaitu di akhir kurun yang ke 3 hijrah.
Nazam tersebut dianggap yang terawal dalam ilmu tajwid.
Di Malaysia, sejarah perkembangan ilmu tajwid adalah selari dengan sejarah
perkembangan Islam. Mengikut pendapat ahli sejarah, Islam mula bertapak di Malaysia pada
abad ke 15 di mana Malaka telah muncul sebagai pusat perdangangan yang penting di Asia
Tenggara. Para pedagang termasuk pedagang Arab telah datang ke Melaka untuk berdagang.
Di samping berdagang, mereka juga menyebarkan Agama Islam. Mengikut sejarah Melayu,
Raja Melaka yang pertama yaitu Parameswara telah diIslamkan oleh Sheikh Abdul Aziz dari
Mekah pada tahun 1414 yang kemudian menikah dengan puteri Islam dari Pasai. Melalui
perkembangan Islam inilah, para mubaligh dari Arab telah mengajar al-Qur’an dan perkara-
perkara lain yang berkaitan dengan sunnah Nabi.
Di dalam pengajaran al-Qur’an, ilmu tajwid diberi penekanan yang serius agar
pembacaan umat Islam betul dan mengikut apa yang telah disunahkan oleh Rasulullah. Usaha
mengajar al-Quran dijalankan melalui madrasah-madrasah, rumah-rumah individu (tokoh
imam) dijalankan oleh para mubaligh dari negeri Arab. Mereka menjalankan pengajian al-
Qur’an secara bersemuka bertujuan orang yang diajar dapat membaca al-Qur’an dengan
bertajwid, dari sinilah bermulanya perkembangan ilmu tajwid di Malaysia.
Pada peringkat awal ramai mubaligh asing terutama dari arab dan India datang ke
Malaka untuk menyebarkan dakwah islam. Setelah beberapa lama lahirlah pula para
mubaligh yang terdiri dari anak-anak tempatan Malaka. Mereka inilah yang meneruskan
perjuangan menyebarkan islam dan pembacaan al-Qur’an bertajwid kepada penduduk-
penduduk tempatan dan negeri-negeri lain di persekitaran. Konsep dakwah yang disarankan
oleh islam turut mempengaruhi faktor penyebaran Islam (Al-Qur’an dan Syariat Islam).
Setiap individu islam bertanggungjawab menyampaikan ajaran ini kepada orang lain, telah
menyebarluaskan lagi islam di Malaysia.
Sejarah juga menyatakan bahawa Islam sampai ke Kedah pada 291 H (903 M) dengan
penemuan batu nisan tertua di Tanjung Inggris. Di negeri Kelantan pula pada tahun 577H
(1181 M) dengan penemuan dinar emas di Kota Kubang Labu, Tumpat. Penemuan Batu
Bersurat di Terengganu pada 702H (1302M) membuktikan bahawa negeri Terengganu juga
menerima Islam. Ini karena diyakini oleh ahli sejarah Islam bahawa perkembangan pengajian
al-Qur’an dan tajwid juga bermula dari tarikh dan tempat tersebut.
Mengikut sejarah perkembangan ilmu tajwid, penyusun ilmu tajwid yang pertama
dalam bahasa Melayu adalah seorang ulama yang bernama Muhammad Salih bin Ibnu Mu’ti
bin Syeikh Muhammad Salih al- Kalantani. Asal usulnya tidak diketahui tetapi mengikut
sejarah nama di akhir adalah al-Kalantani, berkemungkinan beliau berasal dari Kelantan.
(nama ini terdapat dalam sebuah buku karya beliau).
Berdasarkan kepada bukunya mengenai ilmu tajwid, yang bertajuk “Mir’atul Quran fi
Tashili Ma’rifati Ahkamit Tajwid lil Mulkil Wahhab” dihasilkan pada tahun 1193H
bersamaan 1779M adalah tarikh terawal mengenai ilmu itu yang ditulis dalam bahasa
Melayu. Beliau juga telah mengambil kitab tafsir Bahasa Melayu “Turjumanul Mustafid”,
Karya Abdul Rauf bin Ali al-Fansuri yang merupakan terjemahan dan tafsir al-Quran yang
pertama dalam bahasa Melayu. Buku ilmu tajwid karya Ibnu Syeikh Abdul Mu’ti ini telah
disalin semula oleh Tuan Guru Haji Mahmud bin Muhammad Yusuf Terengganu bermula
pada tahun 1235 H (1819) M dan disiapkan pada tahun 1265 H bersamaan 1848 M.
(mengambil masa sekitar 42 tahun untuk menyiapkannya).
Terdapat juga beberapa orang ulama dari kerajaan Sambas, Indonesia yang telah
menulis ilmu tajwid dalam versi Melayu, diantaranya ialah Haji Khairuddin ibnu Haji
Qamaruddin Sambas, yang telah menulis beberapa buah buku termasuklah ilmu tajwid tetapi
tidak dinyatakan tarikhnya. Kandungannya membincangkan ilmu tajwid secara lengkap untuk
peringkat asas (Koleksi tulisan Allahyarham Wan Mohd Shaghir Abdullah, internet 5 Mei
2008 - senin). Seorang lagi Ulama Sambas yang menulis tajwid ialah Haji Mohd Yasin bin
Al-Haji Muhammad Sa’ad Sambas di mana buku tajwid yang ditemui di karang oleh beliau
ialah “ Ilmu Tajwid”.
Buku ini diselesaikan di Mekah waktu Dhuha, hari Sabtu bersamaan 20 Syawal 1285
H. Kandungannya menjelaskan tentang ilmu Tajwid al-Quran. Pada bagian awal ditulis
dalam Bahasa Arab yang diberi makna dalam bahasa Melayu. Bagian kedua semuanya
menggunakan bahasa Melayu. Manuskrip ini diperoleh di Pontianak Kalimantan Barat. Ia
pernah dimiliki oleh salah seorang keturunan Kerabat Diraja Kerajaan Pontianak. Tarikh
Perolehan ialah pada 11 Rabiulawal 1423 H hari Jumat bersamaan 24 Mei 2002 M.

3. PENGERTIAN TAJWID
Tajwīd (‫ )تجويد‬secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau
bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata Jawwada (‫جود‬-‫د‬
ِّ ‫يجو‬-‫)تجويدا‬
ِّ dalam bahasa
Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan
memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat
dalam kitab suci al-Qur’an maupun bukan.
Sebagian besar ulama mengatakan, bahwa tajwid itu adalah suatu cabang ilmu yang
sangat penting untuk dipelajari sebelum mempelajari ilmu qira’at alqur’an. Ilmu tajwid
adalah pelajaran untuk memperbaiki bacaan alqur’an. Ilmu iajwid itu diajarkan sesudah
pandai membaca huruf Arab dan telah dapat membaca alqur’an sekedarnya.
Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah makharijul huruf
(tempat keluar-masuk huruf), shifatul huruf (cara pengucapan huruf), ahkamul huruf
(hubungan antar huruf), ahkamul maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkamul
waqaf wal ibtida’ (memulai dan menghentikan bacaan) dan al-Khat al-Utsmani.
Pengertian lain dari ilmu tajwid ialah menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan
sempurna dari tiap-tiap bacaan ayat al-Quran. Para ulama menyatakan bahwa hukum bagi
mempelajari tajwid itu adalah fardhu kifayah tetapi mengamalkan tajwid ketika membaca al-
Qur’an adalah fardhu ain atau wajib kepada lelaki dan perempuan yang mukallaf atau
dewasa.
Untuk menghindari kesalahpahaman antara tajwid dan qira’at, maka perlu diketahui
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan tajwid, pendapat sebagaian ulama memberikan
pengertian tajwid sedikit berbeda namun pada intinya sama sebagaimana yang dikutip
Hasanuddin.
Secara bahasa, tajwid berarti al-tahsin atau membaguskan. Sedangkan menurut istilah
yaitu, mengucapkan setiap huruf sesuai dengan makhrajnya menurut sifat-sifat huruf yang
mesti diucapkan, baik berdasarkan sifat asalnya maupun berdasarkan sifat-sifatnya yang
baru.Sebagian ulama yang lain mendefinisikan tajwid sebagai berikut :
“Tajwid ialah mengucapkan huruf (al-Qur’an) dengan tertib menurut yang semestinya,
sesuai dengan makhraj serta bunyi asalnya, serta melembutkan bacaannya sesempurna
mungkin tanpa belebihan ataupun dibuat-buat”.
Rasulullah bersabda : "Bacalah olehmu Al-Qur'an, maka sesungguhnya ia akan datang pada
hari kiamat memberi syafaat/pertolongan ahli-ahli Al-Qur'an (yang membaca dan
mengamalkannya)." (HR. Muslim)
Rasulullah bersabda : "Orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang belajar
Al-Qur'an dan mengajarkannya kepada orang lain." (HR. Bukhori)
Sebelum mulai mempelajari ilmu tajwid sebaiknya kita mengetahui lebih dahulu bahwa
setiap ilmu ada sepuluh asas yg menjadi dasar pemikiran kita. Berikutnya dikemukakan 10
asas Ilmu Tajwid :
1. Pengertian tajwid menurut bahasa : Memperelokkan sesuatu. Menurut istilah ilmu tajwid :
Melafazkan setiap huruf dari makhrajnya yang betul serta memenuhi hak-hak setiap huruf.
2. Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah Fardhu Kifayah dan mengamalkannya yakni
membaca Al-Quran dengan bertajwid adalah Fardhu Ain bagi setiap muslimin dan muslimat
yang mukallaf.
3. Tumpuan perbincangannya : Pada kalimah-kalimah Al-Qur’an.
4. Kelebihannya : Ia adalah semulia mulia ilmu karena ia langsung berkaitan dengan kitab
Allah (Al-Qur’an).
5. Penyusunnya : Imam-Imam Qira’at
6. Faedahnya : Mencapai kejayaan dan kebahagiaan serta mendapat rahmat dan keridhaan
Allah di dunia dan akhirat, Insya-Allah.
7. Dalilnya : Dari Kitab Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW
8. Nama Ilmu : Ilmu Tajwid
9. Masalah yang diperbaincangkan : Mengenai kaedah-kaedah dan cara-cara bacaannya secara
keseluruhan yang memberi pengertian hukum-hukum cabangan.
10. Matlamatnya : Memelihara lidah daripada kesalahan membaca ayat-ayat
suci Al-Quran ketika membacanya, membaca sejajar dengan penurunannya
yang sebanarnya dari Allah SWT.
4. NUN MATI, TANEWIN, DAN HURUF HIJAIYYAH
Tanwin terbagi tiga macam yaitu:

1. fathtain atau baris atas dobel ( ‫) ا‬,


2. dammatain atau dobel dhammah ( ‫) ا‬
3. kasratain atau baris bawah dobel ( ‫) ا‬.

Tanwin sebenarnya juga mengandung huruf nun sehingga dalam Pelajaran Ilmu Tajwid, Nun
mati dan Tanwin selalu di kaitkan. Contoh apabila kata basir (‫صيْر‬ِ ‫ ) َب‬ditanwinkan dengan
fathatain maka bacanya menjadi basiran (‫صيْرا‬ِ ‫ ) َب‬.Contoh lain kata ilmi ( ‫ ) ِع ْل ِم‬apabila
ditanwinkan dengan dhammathain, maka dibaca ilmun (‫ )ع ْلم‬. dst.
1. Nun mati/tanwin dibaca mim (‫)م‬
Hal ini dinamakan Iqlab ( ‫ ) اِ ْقالَب‬yakni apabila ada Nun mati/Tanwin bertemu
dengan huruf Iqlab makan Nun/Tanwin tersebut diganti dengan huruf mim (‫)م‬. Huruf Iqlab
itu sendiri adalah huruf ba (‫)ب‬, jadi apabila ada nun mati/tanwin bertemu dengan ba (‫)ب‬,
maka huruf N-nya digantikan dengan huruf M.
Contoh:
-minba'di (‫)م ْن بَ ْع ِد‬
ِ dibaca menjadi mimba'di
-samiun bashirun ( ‫صر‬
ِ ‫س ِميْع َب‬
َ ) dibaca samium bashirun .
2. Nun mati/tanwin dibaca ng
Hal ini dinamakan Ikhfa' ( ‫ ) ا ِْخفَاء‬yakni apababila ada Nun mati/Tanwin bertemu
dengan salah satu huruf Ikhfa' maka huruf N-nya digantikan dengan huruf ng. Huruf ikhfa' itu
sendiri ada 15 macam yaittu:
‫صذثكجشقسدطزفتضظ‬
Contoh:
-min qabeli ( ‫ ) ِم ْن قَ ْب ِل‬dibaca ming qabeli
-min kum ( ‫ ) ِم ْن ُك ْم‬dibaca ming kum
Ikhfa' dalam buku pelajaran Tajwid pada umumnya menjelaskan bahwa Ikhfa' itu
artinya menyamarkan dan Ikhfa itu sendiri memang artinya samar. Dalam penjelasan Ilmu
Tajwid bahwa apabila ada Nun mati/Tanwin bertemu dengan huruf Ikhfa' maka nun itu
dibaca samar.
3. Nun mati/Tanwin dibaca Nun.
Nun mati/Tanwin seharusnya dijelaskan pada point pertama tapi untuk lebih
memahami maka saya bahas pada point ini. Hal ini dinamakan Izhar Halki ( ‫ار‬ ْ ‫ ) ا‬yang
ْ ‫ِظ َه‬
artinya jelas dimana apabila ada Nun mati/Tanwin bertemu dengan salah satu huruf Izhar
makan Nun mati/Tanwin tersebut dibaca jelas. Jelas disini maksudnya tidak mengalami
perubahan bacaan yaitu Nun tetap dibaca N.
Munkin ada yang bertanya mengapa Izhar itu dimasukkan dalam Ilmu Tajwid padahal tidak
perlu dijelaskan karena perubahannya tidak ada. Yah... Idzhar memang cara membaca tidak
ada perubahan yakni Nun nati/Tanwin tetap dibaca dan tidak mengalami perubahan tapi ada
hukum yang mengaturnya kapan hal ini terjadi. Dan hukum itulah yang menyebabkannya
dimasukkan dalam penjelasan kitab. Hukum tersebut saya sudah jelaskan sebelumnya bahwa.
Adapun huruf Izhar halki itu ada 6 yaitu: ‫ا ه ع ح غ خ‬
Contoh:
-Min ummatin ( ‫ ) ِم ْن اُمة‬tetap dibaca Min ummatin
-In huwa ( ‫ ) ا ِْن هُُُ َو‬tetap dibaca In huwa
Jadi cuma ada 6 huruf dalam hukum Nun mati dan Tanwin yang memungkinkan Nun
tetap dibaca N.
4. Nun Mati/Tanwin dihilangkan
Hal ini dinamakan Idgam ( ‫ ) اِدْغَا ْم‬yang artinya memasukkan. Hukum bacaannya yaitu,
apabila ada Nun mati/Tanwin bertemu dengan huruf Idgam makan Nun mati/tanwin
dihilangkan atau tidak dibaca lagi dan digantikan dengan huruf Idgam tersebut.
Hurufnya ada 6 macam yaitu:‫ي م ن و ل ر‬
Contoh;:
-minwaraihim ( ‫)م ْن َورائِ ِهم‬
ِ dibaca wiwwaraihim
-minrabbihim ( ‫ ) ِم ْن َربِ ِهم‬dibaca mirrabbihhim
B. Idgam Bigunah & Idgam Bilagunnah
Idgam pada kategori Hukum Nun mati/Tanwin terbagi 2 macam yaitu Idgam Bigunnah
dan Idgam bilagunnah.
*Idgam bigunnah ( ‫ ) اِدغَام بِغُنَه‬artinya memasukkan sambil mendengunkan. Idgam ini
mengambil 4 huruf dari ke 6 huruf tersebut yaitu ( ‫) ي م ن و‬. Cara mambacanya yaitu
mendengunkan atau menggetarkan saat proses bacaan idgam berlangsung.
ُ ‫غام ِبال‬
*Idgam Bilagunnah ( ‫غنَه‬ َ ‫ ) اِد‬hanya mengambil 2 haruf dari keenam huruf tersebut
yaitu huruf ‫ ل‬dan ‫ر‬. Cara membacanya yaitu tidak didengunkan atau tidak digetarkan pada
saat Idgam berlangsung.
Semua huruf Hijaiyyah, masing-masing mempunyai makhraj (tempat keluar) tersendiri.
Secara umum makharijul huruf terbagi menjadi lima bagian:

1. ‫ الجوف‬: Al Jauf (rongga mulut dan tenggorokan)


2. ‫ الحلق‬: Al Halq (tenggorokan)
3. ‫ اللسان‬: Al Lisan (lidah)
4. ‫ الشفتين‬: Asy Syafatain (kedua bibir)
5. ‫ الخيشوم‬: Al Khaisyum (rangga hidung)

1. ‫( الجوف‬AL JAUF)
Al Jauf secara bahasa adalah “lubang atau lingkaran.” Sedangkan dalam istilah tajwid, al-jauf
adalah suara atau bunyi huruf yang keluar dari rongga mulut dan tenggorokan. Al Jauf juga
disebut sebagai tempat keluarnya huruf-huruf mad (panjang): (‫) و ي ا‬. Huruf-huruf mad ialah:
a. Alif, yang didahului harakat fathah : ‫َ ا‬-
b. Ya’ sukun yang didahului harakat kasrah : ِ ‫ي‬-
c. Wawu sukun yang didahului harakat dhummah :ُ‫ و‬-
Contoh-contoh bacaan Al Jauf :
ِ َّ‫لرحْ َم ِن ال‬
ِ ‫رح ِيم – َيدْ ُخلُونَ فِي د‬
ِ‫ِين هللا‬ ْ َ‫ َوأ َ ْه ِلي ُك ْم نَارا – ِإذَا َجا َء ن‬- ‫س ُكم‬
َّ َ‫ص ُرهللاِ َواْلفَتْح ِ – ا‬ َ ُ‫قُوا أَنف‬- ‫َياأَيُّ َهاالَّذِينَ أ َ َمنُوا‬
ْ
‫أف َواجا‬َ

2. ‫(الحلق‬AL HALQ)
Al Halqi adalah lubang tenggorokan. Huruf-huruf yang keluar dari lubang tenggorokan ada
enam, yaitu:
(‫ )أ ه ح خ ع غ‬Secara global, lubang tenggorokan di bagi menjadi tiga bagian:
1. ‫ق‬ ِ ‫صى اْل َح ْل‬
َ ‫ أ َ ْق‬artinya tenggorokan bagian bawah. Huruf-huruf yang keluar darinya adalah: ‫ء هـ‬
‫س َل – لَ أَ ْعبُد ُ – إ‬ َ ‫ أَ ْر‬: ‫ت – انَ يَؤُوسا – َمأ ْ ُكول َُي َمانا – كُِء‬ ُ ُ ‫َمئ َابا – َو ْال َم ْوؤُودَة‬
ْ َ‫سئِل‬
‫ َك ْيدَهُم‬: ‫ط – َم ِه ْل ُه ْم ُر َويْدا – ث ُ َّم َي ِهي ُج َُ ِإنَّ ُهو – ف َُ َو َّهاجا – و – َي ْهدِي – هـ‬
َ ‫الص َر‬
ِ ‫ِإ ْه ِدنَا‬

2. ‫ق‬ ِ ‫ َوسْط ُْال َح ْل‬artinya tenggorokan bagian tengah. Huruf-huruf yang keluar darinya adalah: ‫ح ع‬
‫ َع ِليما َح ِكيما – ق‬: ‫سبِ ْح بِحُِ َحش ََرفَنَادَى – م َُ ْل ه َُو هللاُ أ َ َحد – ف ُُح‬ َ َ‫ْمدِربك َُن َم ِحيص – ف‬
َ‫سا َء لُون‬ ََ ‫ َع َّم َيت‬: ‫ت – ف َُ ِإ َّن َم َع اْلعُس ِْريُس َْرا – و – ع‬ َّ ‫اض َيةُِ َع ِملُواال‬
ِ ‫صاِل َحا‬ ِ ‫الر‬
َّ ‫َة‬
‫ش‬ ‫ي‬‫ع‬ِ ‫ي‬

3. ‫ق‬ ِ ‫ أَ ْدنَى ْال َح ْل‬adalah tenggorokan bagian atas. Huruf yang keluar darinya adalah: ‫غ خ‬
ُ‫ َوهللاُ أَ ْخ َر َجك ْم‬: ‫ت – و َُخَا ِلدِينَ فِي َها أَبَدا – ك – خ‬ ْ َ‫ْف ُخ ِلق‬ ْ ‫َم ْن َخ َّف‬
َ ‫ت َم َو ِازينُهُ َُي‬
‫ب َعلَ ْي ِهم‬ ْ
ِ ‫ َغي ِْرال َم ْغضُو‬: ‫ش لَ ْيلَ َها – و – غ‬
َ ‫ط‬ َ
َ ‫صبْ َُ َمغَانِ َم َكثِيرا – ف َُ َوأ ْغ‬ َ ‫ِإذَافَ َر ْغتَ فَان‬

3. ‫(اللسان‬AL LISAN)
Al Lisan artinya lidah. Maksudnya, al lisan huruf-huruf yang keluar melalui lidah. Al lisan
terbagi menjadi lima bagian:
1. ‫ان‬ ِ ‫س‬ َ ‫صى ا ِلل‬ َ ‫ أ َ ْق‬artinya pangkal lidah.
a. Pangkal lidah (lidah bagian belakang), dengan mengangkatnya sedikit ke rongga atas,
huruf yang keluar darinya adalah: ‫ق‬
ْ ْ ُ َ ْ َ َّ ْ ْ َ ْ
‫ ل أق ِس ُم بِيَ ْو ِم ال ِقيَ َم ِة‬: ‫سانَ ِمن َعلق – إِق َر ْء بِاس ِْم َربِكَ الذِي َخلق – ق‬ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ
َ ‫دْ أفل َح ال ُمؤْ ِمنونَ َُإِق َر ْء َو َربُّكَ األك َر ْم – ق – َخلقَ ا ِإلن‬ْ َ
b. Pangkal lidah (sedikit ke depan), dengan menurunkannya sedikit. Keluar darinya huruf: ‫ك‬
َ‫صد َْرك‬ َ ‫تَكَبِ ِرينَ ُُيْل ِل ْل ُمك َِذبِينَ – َوهللاُ لَي ُِحبُّ اْلم َُ َويُزَ ِكي ُكم – و – ِك َراما كَاتِ ِبينَ – َو َو‬
َ َ‫ أَلَ ْم نَ ْش َر ْح لَك‬: ‫ض ْعنَا َعنكَ ِو ْز َركَ – ك‬

2. ‫ان‬ ِ ‫س‬ َ ‫ط ا ِلل‬ ُ ‫ َو ْس‬artinya lidah bagian tengah. Bertemunya lidah bagian tengah dengan rongga atas,
hurufnya adalah: ‫ج‬ – ‫ش‬- ‫ي‬
‫الج َبا َل أَ ْوتَادا‬ َ – ‫ة‬ ‫ع‬‫م‬ ‫ج‬ ْ
‫ال‬ ‫م‬ ‫و‬
ِ َ ُ ُ ِ َْ ِ‫ي‬ ‫ن‬ ‫م‬ – َُ‫طا‬‫س‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫م‬ُ ‫أ‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫ل‬ْ ‫ع‬ ‫ج‬ ‫ل‬
َ‫ِك‬ ‫ا‬َ ‫ذ‬ َ
‫ك‬ َ ُ‫يل‬‫ج‬ ‫س‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ة‬‫ار‬ ‫ج‬ ‫ح‬ ‫ب‬
ِ ِ ِ َ َ ِِ ِ ِ ْ‫م‬ ‫ه‬‫ي‬‫م‬ ‫َر‬ ‫ت‬ – ‫وج‬‫ُر‬ ‫ب‬ ْ
‫ال‬ ‫ت‬
ِ ‫ا‬َ ‫ذ‬ ‫اء‬
ِ َ َ ‫ج‬
‫م‬‫س‬َّ ‫ال‬ ‫و‬ :
ِ َ َ َّ َ َ - ِ ُ
‫ورى بَ ْينَ ُهم‬
‫ش َ‬ ‫شك َْرتُم – َل َع َّل ُك ْم تَ ْش ُك ُرون َ‪َ -‬وأَ ْم ُرهُم ُ‬ ‫ض َحاهَا – ِمن ش َِر َما َخلَقَ – َوبَش ِِرال َّ‬
‫صا ِب ِرينَ – َئِن َ‬ ‫ش ْم ِس َو ُ‬ ‫ش ‪َ :‬وال َّ‬
‫َّ‬
‫ي ِمنَ الت ْو َرةَ – َويَ ْو َم‬ ‫َ‬
‫الما بَيْنَ يَدَ َّ‬
‫ص ِدق ِ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫صالة َ – يَاأيُّ َهاالنبِي ِ‪ُ -‬م َ‬ ‫َ‬
‫ي أقِ ِم ال َّ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫صلونَ َعلى النبِي ِ – يَابُنَ َّ‬‫ُّ‬ ‫ي ‪ :‬الَّذِين َ ُه ْم ي َُرا ُؤنَ – يُ َ‬
‫ْ‬
‫ال ِقيَ َمة‬

‫ان ‪3.‬‬ ‫س ِ‬ ‫‪َ artinya kedua tepi lidah. Kedua tepi lidah (kiri atau kanan) dengan geraham atas,‬حافَت ِ‬
‫َاالل َ‬
‫‪merupakan‬‬ ‫‪tempat‬‬ ‫‪keluarnya‬‬ ‫‪huruf:‬‬ ‫ض‬
‫ضلِينَ‬ ‫ض َح ُكوا قَ ِليال – ُم ِ‬ ‫ْ‬ ‫ض َ‬
‫ظ ْه َركَ – َولَ الضَّــالِينَ – َولَيَض ُُّر ُكم – فَل َي ْ‬ ‫َ‬ ‫ضبْحا – َولَ يَ ُخ ُّ‬
‫ض – أنقَ َ‬ ‫ت َ‬ ‫ْ‬
‫ض ‪َ :‬والعَا ِديَا ِ‬
‫َعدُدَا‬

‫ان ‪4.‬‬ ‫س ِّ‬‫الل َ‬ ‫ْنى ِّ‬ ‫)‪ (lidah terdekat‬أَد َ‬


‫‪Lidah terdekat, terbagi menjadi tiga bagian:‬‬
‫‪1. Ujung sisi lidah dengan rongga atas setelah huruf dhad, adalah tempat keluarnya huruf:‬‬ ‫ل‬
‫س ُهم فِي َها َح ِرير – ل – لَ أ ُ ْق ِس ُم بِ َهذَااْلبَلَ ِد – ل ‪َ :‬و َجنَّة أ َ ْلفَافا‬ ‫ؤْ لُؤ َم ْكنُون – إِ َّن اْ ِألن َ‬
‫سانَ ُُ َو ِلبَا ُ‬
‫‪2. Ujung sisi lidah dengan rangga atas setelah huruf lam, adalah tempat keluarnya huruf:‬‬ ‫ن‬
‫اء َماء – إِنس‬ ‫سهُ ْال َخي ُْر َمنُواعا – َو ِمن ُهم َمن يَقُو ُل – يَ ُمنُّونَ َعلَ ْي ِهم – َوأَنزَ ْلنَا ِمنَ ال َّ‬
‫س َم ِ‬ ‫‪ :‬تَجْ ِرى ِمن ت َحْ ِت َهااْألَن َهار – َوإِذَا َم َّ‬ ‫ن‬
‫َولَ َجان‬
‫‪3. Ujung sisi lidah dengan rongga atas setelah huruf nun, adalah tempat keluarnya huruf‬‬ ‫ر‬
‫ط ْينَكَ ْالك َْوثَ َر –‬ ‫صير بِ ْال ِعبَا ِد – بَشِيرا َونَذِيرا – إِلَ ْينَا َم ْر ِجعُ ُكم – إِلَى فِ ْر َع ْونَ – إِنَّاأ َ ْع َ‬ ‫وح ْالقُد ُِس – َوهللاُ بَ ِ‬ ‫‪َ :‬وأ َيَّدْنَهُ بِ ُر ِ‬ ‫ر‬
‫ارزَ ْقنَاهُم‬ ‫َو ِم َّم َ‬

‫ان ‪5.‬‬ ‫س ِ‬ ‫ط ْرف ال ِل َ‬ ‫‪َ artinya ujung lidah. Ujung lidah terbagi menjadi tiga bagian:‬‬
‫– ت ‪a. Ujung lidah yang menempel pada gusi atau pangkal gigi atas, tempat keluarnya huruf:‬‬
‫ط‬ ‫–‬ ‫د‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ورنَا – ت – ت ‪ :‬تبَّت يَدَاأبِى ل َهب َوتبْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ارة أخرى – ك َُأت ِم ْم لنَان َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ينُِ َ‬ ‫ُ‬
‫ت َابا َم ْوقوتا – َوالتِ ِ‬
‫اراْأل َ ِخ َرةِ – م‬ ‫َمدَدْنَ َها – َولَدَ ُ‬ ‫َعلَى اْأل َ ْفئِدَةِ َُد ‪َ :‬واْأل َ ْر َ‬
‫ض‬ ‫ط ِل ُع‬ ‫ع اْل َحيَاةِالدُّ ْنيَا – الَّتِي تَ َّ‬ ‫تَا ُ‬
‫ور‪-‬‬ ‫ِ‬ ‫ُّ‬
‫ط‬ ‫ال‬ ‫و‬‫َ‬ ‫‪:‬‬ ‫ط‬ ‫ور‬ ‫ُ‬
‫ط‬
‫َ ْ ِ‬ ‫س‬‫م‬ ‫–‬ ‫ي‬ ‫–‬ ‫وبُ‬‫ُ‬ ‫ل‬‫ُ‬ ‫ق‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫ُّ‬
‫ن‬ ‫ئ‬
‫َِ‬ ‫م‬ ‫َط‬‫ْ‬ ‫ت‬‫َُ‬ ‫ط‬ ‫–‬ ‫قَ‬ ‫ز‬ ‫ْ‬ ‫الر‬
‫ِ‬ ‫ط‬‫ُ‬ ‫س‬
‫ُ‬ ‫ب‬
‫ْ‬ ‫َُ‬ ‫ان‬ ‫َ‬
‫ط‬ ‫ْ‬
‫ل‬ ‫س‬
‫ِ ُ‬ ‫ب‬ ‫–‬ ‫ى‬ ‫ر‬ ‫خ‬‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫أ‬ ‫ة‬ ‫َ‬ ‫ف‬ ‫ئ‬
‫ِ‬ ‫ا‬
‫ث‪b. Ujung lidah bertemu dengan ujung gigi depan yang atas, yaitu tempat keluarnya huruf : -‬‬
‫ظ‬ ‫–‬ ‫ذ‬
‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ث َو ُربَاع – ثا ِلث ثالَثة – َولَأكث َر ِمن ذَلِكَ َولَ أكبَ َر اِل في ِ ِكتَاب ُمبِين‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬
‫ث ‪َ :‬و ِثيَابَكَ فَط ِه ْر – َو َبث فِ ْي َها – َمثـنَى َوثالَ َ‬‫َ‬
‫شدِيد – َو ِإذْقَا َل ِإب َْراهِي ُم – َويُ َعذِبُ َمن َيشَا ُء – َمن ذَالَّذِي َي ْشفَ ُع ِعندَهُ ِإلَّ ِبإِذْنِ ِه‬ ‫ذ ‪َ :‬واذْ ُك ُروهللاَ ِذ ْكرا َكثِيرا – َو َأل ُ َع ِذ َبنَّهُ َعذَابا َ‬
‫ظلَ ُم ِم َّم ِن ا ْفت ََرى َعلَى هللاِ‬ ‫ب – َو َمن أ َ ْ‬ ‫االقَ ْل ِ‬
‫ظنُّكَ – َغ ِليظ ْ‬ ‫ورهِم َأل َ ُ‬ ‫ظ ُه ِ‬ ‫ظلَ ْمنَا – ِمن ُ‬ ‫ظلَ َم َعلَ ْي ِهم – َربَّنَا َ‬ ‫ظا ِل ِمينَ – أَ ْ‬
‫ظ ‪ِ :‬منَ ال َّ‬
‫ِب‬ ‫ْال َكذ َ‬
‫ص ‪c. Ujung lidah ditempatkan antara gigi atas dan gigi bawah, yaitu tempat keluarnya huruf:‬‬
‫س‬ ‫ز‬
‫اء َماءط ُه ْورا –‬ ‫َ‬ ‫س َم ِ‬ ‫َامنَ ال َّ‬ ‫ْ‬ ‫نزَ‬‫َ‬
‫ض ِزل ال َها – فقدف ف ْوزا َع ِظيما – َوأ لن ِ‬ ‫َ‬ ‫ازَ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫زَ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ز ‪َ :‬وخلقنَاكم أز َواجا – إِذا زل ِزل ِة األ ْر ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫أ َ ْز َواجا ِلتَ ْس ُكنُواإِلَيْـ َها‬
‫اس – ِمنَ‬ ‫ُورالنَّ ِ‬
‫صد ِ‬ ‫س ِفي ُ‬ ‫سفَ َها ُء – الَّذِي ي َُو ْس ِو ُ‬ ‫س َيقُو ُل ال ُّ‬ ‫س ِبيال – َ‬ ‫س ْل َ‬ ‫سا ِئل – لَ َي ْسخ َْر قَ ْوم ِم ْن قَ ْوُم – َ‬ ‫سأ َ َل َ‬ ‫س ‪َ :‬‬
‫اس‬ ‫ال ِجنَّ ِة َوالنَّ ِ‬ ‫ْ‬
‫صلَوة َ – َيااَيُّ َهاالَّذِينَ‬ ‫صيال – َواَقِ ْي ُمواال َّ‬ ‫اس – بُ ْك َرة َوأَ ِ‬ ‫ُورالنَّ ِ‬ ‫صد ِ‬ ‫صبَّا – فِى ُ‬ ‫َاال َما َء َ‬ ‫ص َب ْبن ْ‬ ‫ام َية‪َ -‬‬‫صلَى نَارا َح ِ‬ ‫ص ‪ :‬تَ ْ‬
‫َ‬
‫صلو َعل ْي ِه‬ ‫ُّ‬ ‫أ َمنُوا َ‬ ‫َ‬

‫‪4.‬‬ ‫الشفتين‬ ‫‪(ASY‬‬ ‫)‪SYAFATAINI‬‬


‫‪Asy Syafataini ialah huruf-huruf yang keluar dari kedua bibir. Huruf yang keluar dari kedua‬‬
‫‪. Keempat huruf tersebut, terbagi menjadi dua‬ف م ب و ‪bibir, berjumlah empat huruf, yaitu‬‬
‫‪bagian, dengan perincian sebagai berikut:‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Bibir‬‬ ‫‪bagian‬‬ ‫‪bawah‬‬ ‫‪dengan‬‬ ‫‪ujung‬‬ ‫‪gigi‬‬ ‫‪atas,‬‬
‫ف ‪Bibir bagian bawah dengan ujung gigi atas, merupakan tempat keluarnya huruf:‬‬
‫ِين هللاِ أَ ْف َواجا‬ ‫ساد َ‪َ – -‬ويُ ْف ِسدُونَ في ِ ْاأل َ ْر ِ‬
‫ض – ف ‪ :‬في ِ د ِ‬ ‫س ِبحْ ب فَأ َ ْكث َ ُروا ِفي َه ْ‬
‫االفَ َ‬ ‫َح ْم ِد َر ِبكَ – الَّذِينَ َي ِرثُونَ ْال ِف ْردَ َ‬
‫وسُِفَ َ‬
‫‪2. Kedua bibir:‬‬
‫م ‪ dan‬ب ‪a. Bibir dalam posisi tertutup, adalah tempat keluarnya huruf:‬‬
ُ‫اركَ الَّذِي ِبيَ ِد ِه ْال ُم ْلك‬
َ َ‫ تَب‬: ‫ب – ت – ب‬ِ ‫ىاأل َ ْلبَا‬ ِ ‫َّت يَدَا أ َ ِبي لَ َهب َوتَبَّ – ا ْل َم ْغضُـو‬
ْ ‫ب َُلِؤُ ِل‬ ْ ‫ب‬
‫ِين‬
ِ ‫ َما ِل ِك يَ ْو ِم الد‬: ‫ت بِ ِه َو َه َّم بِ َها – أ – ُحبًّا َج ًّما – م‬ َ َ َ ْ
ْ ‫م ِهل ُهم ُر َويدا – أنعَمتَ َُ َولقدْ َه َّم‬
b. Bibir dalam posisi terbuka, hurufnya adalah: ‫و‬
ُ‫اذاوقَعَ ِة ْال َواقِعَة‬َ : ‫لم ْيُِ َويَ ْو َم ُو ِلدْتُ – ع – ِو ْلدَانَ ِشيبا – و‬ َ ‫َراالَّذِينَ َكفَ ُروا َُ َوجا قَيِما – أَ َو‬

5. ‫الخيشوم‬ (AL KHAISYUM)


Al Khaisyum ialah suara yang berasal dari rongga hidung. Semua bacaan ghunnah (temasuk
ikhfa’ dan iqlab), berasal dari rongga hidung. Huruf yang suaranya berada di dalam Al
Khaisyum adalah ‫ م – ن‬apabila di tasydid, di sukun atau di antara kedua huruf tersebut,
bertemu dengan huruf yang berharakat (hidup). Contoh:
ُ ‫ت النَّ ِع ِيم – ثُمَُُُُُُُُُُُُُ إِذَاشَا َء َأَنش ََرة‬
ِ ‫سول ك َِريم – م – فِي َجن‬ ْ َ
ُ ‫ تُِ َر‬-‫ارة َُ ْس ِكيناذا َمت َربَة‬
َ ‫ْر ِمي ِهم بِ ِح َج‬

Akhirnya kita belajar tentang Waqof (pemberhentian). Adapun yang akan kita bahas disini
adalah macam macam waqof dan tanda tandanya.

A. Macam Macam Waqof

1. Tamm (sempurna)

‫الوقف التام‬

Yaitu waqof yang dilakukan pada suatu kata dalam suatu bacaan al-qur’an sedangkan kata
tersebut tidak ada hubungannya dengan kata yang selanjutnya.

Contohnya dalam surat Al-Baqoroh ayat 7

ِ َّ‫ َو ِمنَ الن‬. ‫… َولَ ُه ْم َعذَاب َع ِظيْم‬


‫اس‬

2. Hasan (baik)

‫الوقف الحسن‬
Yaitu waqof yang dilakukan pada suatu kata dalam suatu bacaan al-qur’an tetapi kata tersebut
ada hubungannya dengan kata yang selanjutnya.

Contohnya dalam surat Al-Fatihah ayat 7

ِ ‫ َغي ِْر ْال َم ْغض ُْو‬. ‫… أ َ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم‬


‫ب‬

3. Kafin (cukup)

‫الوقف الكافي‬

Yaitu waqof yang dilakukan pada suatu kata dalam bacaan al-qur’an sedangkan kata tersebut
tidak ada hubungannya dengan kata yang selanjutnya dari segi ucapan tetapi mempunyai
hubungan dari segi arti.

Contohnya dalam surat An-Nisa’ ayat 23

‫ َو َبنَات ُ ُك ْم‬. ‫ت َعلَ ْي ُك ْم أ ُ َّم َهاتُ ُك ْم‬


ْ ‫… ُح ِر َم‬

4. Sholih (sah)

‫الوقف الصالح‬

Yaitu waqof yang sah dilakukan pada suatu kata dalam suatu bacaan al-qur’an yang
menerangkan kata setelahnya.

Contohnya dalam surat Al-Baqoroh ayat 61


ْ َ‫ َو ب‬. ُ‫الذلَّةُ َو ْال َم ْس َكنَة‬
‫اؤُو‬ ِ ‫ت َعلَ ْي ِه ُم‬
ْ َ‫… ض ُِرب‬

5. Qobih (buruk)

‫الوقف القبيح‬

Yaitu waqof yang dilakukan pada suatu kata dalam suatu bacaan al-qur’an sedangkan kata
tersebut tidak terikat setelah lengkapnya perkataan dan kadang kadang berhubungan dengan
kata yang selanjutnya.

Contohnya dalam surat Al-Fatihah ayat 4

‫الدي ِْن‬
ِ ‫ يَ ْو ِم‬. ‫… َما ِل ِك‬

6. Jaiz (boleh)

‫الوقف الجائز‬

Yaitu waqof yang dilakukan pada suatu kata dalam bacaan al-qur’an selain waqof waqof
yang ada diatas.

Contohnya dalam surat Hud ayat 88

ُ‫ َعلَ ْي ِه ت ََو َّك ْلت‬. ِ‫… َو َما ت َْوفِ ْي ِق ْي إِلَّ بِا ََّّلل‬

B. Tanda Tanda Waqof


Tanda tanda waqof itu banyak macamnya dan ada perbedaan antara al-qur’an yang satu
dengan yang lain.

Tetapi tanda tanda waqof yang paling dikenal banyak orang adalah sebagai berikut :

‫م‬

Tanda ini artinya wajib berhenti.

‫ل‬

Tanda ini artinya tidak boleh berhenti.

‫ج‬

Tanda ini artinya boleh berhenti dan boleh tidak.

‫صلى‬

Tanda ini artinya lebih diutamakan untuk meneruskan walaupun berhenti juga diperbolehkan.

‫قلى‬

Tanda ini artinya lebih diutamakan untuk berhenti walaupun diteruskan juga diperbolehkan.
‫هذا العلم ماخوذ من كتاب علم التجويد‬

‫معهد دار السالم كونتور فونوروغو‬

Huruf hijaiah terbahagi kepada tiga bahagian dari sudut Tafkhim( ‫) التفخيم‬dan( ‫) الترقيق‬Tarqiq.
Pertama: Huruf yang sentiasa ditebalkan iaitu Huruf-huruf Isti'la'. Kedua: Huruf yang
kadangkala ditebalkan dan kadangkala dinipiskan bacaannya mengikut keadaan ayat. (Alif -
Lam Lafaz Allah - Ra').
Ketiga: Huruf yang sentiasa dinipiskan bacaannya iaitu Huruf Istifal selain daripada huruf
Lam dan Ra'.

Pengertian Tafkhim
Tafkhim( ‫) التفخيم‬Dari sudut bahasa: Gemuk (tebal).
Dari sudut istilah Ilmu Tajwid: Ibarat kekuatan masuk pada bunyi huruf hingga bunyinya
memenuhi mulut. Huruf Tafkhim terdiri dari tujuh huruf yang terkandung di dalam bait syair(
‫) قظ ضغط خص‬.

- Peringkat pertama Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris atas dan selepasnya
terdapat huruf Alif contohnya:( ‫) قال‬.

- Peringkat kedua Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris atas dan tidak ada
selepasnya huruf Alif contohnya:( ‫) خلقكم‬.

- Peringkat ketiga Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris hadapan contohnya:( ‫) يقول‬.

- Peringkat keempat Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim Sukun contohnya:( ‫) إقرأ‬.

- Peringkat kelima Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris bawah contohnya:( ‫) قيل‬.

Apabila bertemu dua huruf Sukun maka pada ketika itu perlu diselesaikan salah satu dari
kedua-duanya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh kaedah Bahasa Arab, sama ada
membuang huruf pertama yang bersukun atau membariskannya. Perlu diberi perhatian
bahawa keadaan sebegini diharuskan ketika ingin menyambung bacaan sahaja

- Huruf Mad dibuang pada ketika ingin menyambung bacaan sahaja apabila terdapat huruf
Hamzah yang bersambung selepas huruf Mad. Ia dibuang pada bacaan sahaja tidak pada
tulisan kerana biasanya ia tercatat di dalam al-Quran seperti:( ‫) كورت الشمس إذا‬.
Kadangkala huruf Mad dibuang pada bacaan sambung dan berhenti kerana ianya tidak
tercatat di dalam tulisan apabila terdapat selepasnya huruf Hamzah yang bersambung.
Contohnya membuang huruf Ya' dari kalimah:( ‫) تحي‬di dalam ayat al-Quran:( ‫كيف أرني ربي‬
‫) الموتى تحي‬.
- Untuk menyelesaikan pertemuan dua huruf yang bersukun, perlu dibariskan huruf Sukun
yang pertama sama ada dengan baris atas, baris bawah atau baris hadapan.

a. Baris Bawah
Huruf Sukun yang pertama dibariskan dengan baris bawah (untuk mengelakkan) pertemuan
dua huruf Sukun jika sekiranya huruf Sukun pertama di akhir kalimah pertama dan huruf
Sukun kedua ialah Hamzah Wasal, berada pada awal kalimah kedua. Di dalam keadaan ini
huruf Sukun yang pertama dibariskan dengan baris bawah dan Hamzah Wasal digugurkan di
dalam bacaan. Contohnya( ‫) هللا أدعوا قل‬keadaan demikian bukanlah dalam bentuk huruf
tersebut berbaris atas dan hadapan. Perhatian penting: Nun yang terbit dari Tanwin jika
terdapat Hamzah Wasal selepas Nun Tanwin, Nun tersebut dibariskan dengan baris bawah
dengan syarat huruf yang berbaris ini dibaca di dalam keadaan sambung sahaja contohnya
Tanwin dalam kalimah( ‫) عادا‬di dalam ayat( ‫) األولى عادا‬dan Lam( ‫) السم‬yang terdapat di dalam
surah al-Hujurat kerana ia terletak antara dua huruf Hamzah yang bersambung, oleh sebab itu
Huruf Lam dibariskan dengan baris bawah untuk mengelakkan dari bertemu dua Sukun.

b. Baris Atas
Huruf Sukun pertama dibariskan dengan baris atas (untuk mengelak dari bertemu dua Sukun)
di dalam dua keadaan iaitu: Pertama: Nun di dalam kalimah( ‫) ِمن‬jika terdapat selepasnya
Hamzah yang bersambung seperti:( ‫) الشاهدين من ذلكم على وأنا‬.
Kedua: Huruf Ya' (ganti nama kepada orang yang bercakap), apabila terdapat Hamzah yang
bersambung selepasnya seperti:( ‫) عليكم أنعمت التي نعمتي أذكروا‬

c. Baris Hadapan
Terdapat dua keadaan (untuk mengelak dari bertemu dua huruf Sukun) yang membolehkan
Sukun pertama dibariskan dengan Dhammah: Pertama: Huruf Wau yang menunjukkan
kepada bilangan ramai apabila terdapat selepasnya Hamzah Wasal contohnya:( ‫إن الموت فتمنوا‬
‫) صادقين كنتم‬.
Kedua: Huruf Mim yang menunjukkan kepada bilangan ramai apabila terdapat selepasnya
Hamzah Wasal contohnya:( ‫) والنهار الليل لكم وسخر‬.

Mad( ‫) مد‬.
Dari sudut bahasa: Lebih / Tambahan. Dari sudut istilah Ilmu Tajwid: Memanjangkan
sebutan lebih dari dua harakat ketika membaca huruf Mad (pemanjang) atau Lin yang
bertemu dengan huruf Hamzah atau baris Sukun. Huruf Mad terdiri dari tiga huruf iaitu Alif(
‫) ا‬, Wau( ‫) و‬dan Ya'( ‫) ي‬.
Huruf Wau disyaratkan huruf sebelumnya berbaris di hadapan dan huruf Ya' pula disyaratkan
huruf sebelumnya berbaris di bawah manakala huruf Alif tidak baris lain yang berada
sebelumnya selain baris di atas. Huruf Ya' dan Wau apabila berbaris Sukun dan huruf
sebelumnya berbaris di atas, kedua-dua huruf tersebut tidak dinamakan huruf Mad tetapi ia
dinamakan Huruf Lin.

1. Mad Tabi'i( ‫) الطبيعي المد‬atau Mad Asli( ‫) األصلى المد‬.


Mad yang terdapat huruf hijaiah selain dari huruf Hamzah dan Sukun selepasnya dan ia
dinamakan Tabi'i ialah kerana pembaca yang memiliki sifat kejadian yang sempurna tidak
mengurangkan kadar Madnya iaitu dua harakat dan tidak pula melebihi dari itu.

Ketika berhenti dan Sambung


Apabila huruf Mad berada dalam keadaan tetap, sambung dan berhenti, huruf tersebut dibaca
secara Mad (panjang) sama ada ketika sambung dan berhenti. Begitu juga sama ada ketika
berada di pertengahan kalimah seperti( ‫) يوصيكم( )مالك‬atau di akhir kalimah seperti( ‫والشمس‬
‫) وضحاها‬.
Di dalam bahagian ini disyaratkan tidak terdapat huruf Hamzah atau Sukun selepas huruf
Mad.

Ketika Sambung
Mad Asli atau Tabi'i dalam keadaan berhenti sahaja khususnya yang berkaitan dengan Mad
Silah Kecil( ‫) الصلةالصغرى مد‬iaitu huruf Wau kecil yang terdapat selepas Ha' Dhamir berbaris
hadapan( ُ‫) ـه‬dan huruf Ya' kecil terletak selepas huruf Ha' Dhamir berbaris bawah( ‫) ـ ِه‬, begitu
juga supaya huruf Ha' kinayah disambung dengan huruf Wau atau Ya', huruf Mad
disyaratkan mestilah terletak di antara dua huruf yang berbaris hidup seperti kalimah( ‫)هو إنه‬
(‫) بصيرا به‬.
Dalam keadaan ini huruf wau dan Ya' dibaca secara Mad sepanjang dua harakat (dengan
syarat tidak terdapat huruf Hamzah yang berasingan darinya di dalam kalimah lain) dalam
keadaan sambung tetapi jika dalam keadaan berhenti ia tidak dibaca secara Mad.

Ketika Berhenti
Mad Asli atau Tabi'i dalam keadaan berhenti sahaja akan dibaca secara panjang sekiranya
huruf Mad tersebut tetap berada di dalam keadaan berhenti bukan ketika sambung. Ia dibaca
panjang pada huruf-huruf Alif yang ditukar dari baris dua di atasnya (Tanwin) seperti( ‫عليما‬
‫) حكيما‬dengan memberhentikan bacaan pada huruf Alif( ‫) حكيما‬dan disyaratkan supaya Alif ini
dibaca secara Mad tanpa menyambungnya dengan kalimah yang berada selepasnya.

2. Mad Far'i( ‫) الفرعي المد‬ialah Mad yang telah ditambah lebih panjang bacaannya dari Mad
Asli disebabkan terdapat Hamzah( ‫) ء‬atau tanda Sukun( ْ )selepas huruf Mad.

a. Mad Muttasil iaitu berangkai( ‫) المتصل‬ialah Huruf Mad yang bertemu dengan huruf
Hamzah dalam kalimah yang sama. Ia dinamakan Mad Muttasil kerana huruf Mad bertemu
dengan huruf Hamzah di dalam satu kalimah. Mad Muttasil ialah Mad wajib dan kadar
bacaannya adalah empat harakat, lima harakat atau enam harakat ketika berhenti.

b. Mad Munfasil iaitu bercerai( ‫) المنفصل‬ialah huruf Mad yang disusuli oleh huruf Hamzah
(secara berasingan) yang terdapat pada awal kalimah berikutnya. Ia dinamakan Mad Munfasil
ialah kerana huruf Mad terpisah dari huruf Hamzah yang terletak di dalam kalimah yang lain.
Hukumnya: Harus membacanya secara pendek dengan kadar dua harakat, empat harakat atau
lima harakat mengikut bacaan riwayat Hafs. Mad SilahKubra (iaitu huruf Wau kecil yang
terdapat selepas Ha' Dhamir berbaris hadapan( ُ‫) ـه‬dan huruf Ya' kecil terletak selepas huruf
Ha' Dhamir berbaris bawah( ‫ )) ـ ِه‬juga termasuk di dalam hukum Mad Munfasil. Apabila
terdapat huruf Hamzah yang berada dalam keadaan berasingan di dalam kalimah berikutnya
selepas huruf Wau Silah dan Ya' Silah, hukumnya adalah mengikut hukum Mad Munfasil
jika dalam keadaan sambung tetapi jika dalam keadaan berhenti, ia tidak boleh dibaca secara
Mad.

c. Mad 'Aridh( ‫) للسكون العارض‬ialah Mad yang bertemu dengan huruf Lin Sukun Aridh (Sukun
yang mendatang) kerana ingin menghentikan bacaan. Ia dinamakan 'Aridh (mendatang) ialah
kerana huruf terakhir di dalam kalimah tersebut terpaksa dibaca dengan Sukun kerana
memberhentikan bacaan padanya, jika sekiranya bacaan disambung, ia akan menjadi Mad
Tabi'i. Hukumnya: Harus membacanya dengan tiga bentuk bacaan: Membaca secara pendek
dengan kadar dua harakat, membaca secara pertengahan dengan kadar empat harakat dan
membacanya secara sempurna dengan kadar enam harakat seperti:( ‫) العالمين رب هلل الحمد‬.
Mad 'Aridh mengambil hukum Mad Lin iaitu memanjangkan bacaan Wau dan Ya' Sukun dan
terdapat huruf berbaris atas sebelum Wau dan Ya' ketika berhenti. Ia dinamakan dengan
nama tersebut ialah kerana sebutannya terlalu lembut dan mudah seperti di dalam ayat:(
‫) البيت هذا رب فليعبدوا‬

d. Mad Badal( ‫) البدل‬ialah huruf Hamzah berada sebelum huruf Mad di dalam satu kalimah
dan tidak terdapat huruf Hamzah atau Sukun selepas huruf Mad. Ia dinamakan dengan Mad
Badal ialah kerana kebiasaannya huruf Mad ditukar dari huruf Hamzah kerana asal Mad
Badal ialah bertemu dua Hamzah di dalam satu kalimah di mana Hamzah pertama berbaris
hidup dan Hamzah kedua berbaris Sukun (mati).
Huruf Hamzah kedua ditukar kepada huruf Mad mengikut baris huruf Hamzah pertama untuk
meringankan bacaan. Jika huruf Hamzah pertama berbaris di atas, huruf Hamzah kedua
ditukar menjadi huruf Alif( ‫) ا‬seperti:( ‫) آمنوا‬kerana asalnya( ‫) ءأمنوا‬.Jika huruf Hamzah
pertama berbaris di bawah, huruf Hamzah kedua ditukarkan menjadi huruf Ya' seperti:( ‫إيمانا‬
)kerana asalnya( ‫) إئمانا‬.
Sekiranya huruf Hamzah pertama berbaris hadapan, huruf Hamzah kedua ditukar menjadi
huruf Wau( ‫) و‬seperti:( ‫) أوتوا‬kerana asalnya( ‫) أؤتوا‬.
Hukumnya: Ia dibaca secara Mad dengan kadar dua harakat seperti Mad Tabi'i.

e. Mad Lazim( ‫) الالزم المد‬iaitu huruf Mad yang disusuli dengan tanda Sukun asli tetap di
dalam bacaan bersambung atau berhenti sama ada di dalam satu kalimah atau harf (sendi
nama).
Ia dinamakan Mad Lazim (Tetap) ialah kerana bacaannya mestilah dibaca dengan enam
harakat tanpa berubah, begitu juga kerana sebabnya iaitu Sukun ketika bacaan sambung dan
berhenti.

- Mad Lazim Harfi Muthaqqal( ‫) المثقل الحرفي الالزم المد‬ialah huruf Mad yang disusuli dengan
Sukun asli pada salah satu huruf hijaiah dengan syarat ia bertasydid. Ia dinamakan Harfi ialah
kerana terdapat Sukun asli pada salah satu huruf hijaiah yang berada selepas huruf Mad di
permulaan surah. Ia dinamakan Muthaqqal ialah kerana terlalu berat untuk menyebutnya
disebabkan terdapat Tasydid pada Sukunnya. Hukumnya adalah wajib dibaca secara Mad
enam harakat seperti huruf Lam di dalam kalimah( ‫) الم‬.

- Mad Lazim Harfi Mukhaffaf( ‫) المخفف الحرفي الالزم المد‬.


Iaitu selepas huruf Mad terdapat Sukun asli pada salah satu huruf hijaiah yang tidak
bertasydid. Ia dinamakan Mukhaffaf kerana sebutannya terlalu ringan disebabkan ia tidak
bertasydid dan tidak berdengung seperti huruf Mim di dalam( ‫) الم‬.
Perhatian penting: Huruf hijaiah yang terletak di permulaan surah terdiri dari empat belas
huruf terkumpul di dalam bait syair( ‫) قطعك من سحيرا صله‬dan ia terbahagi kepada empat
bahagian: Pertama: Ejaannya terbentuk dari tiga huruf di mana terdapat huruf Mad di
pertengahannya. Ia terdiri dari tujuh huruf yang terkumpul di dalam bait syair( ‫نقص عسل كم‬
)kecuali huruf 'Ain. Bahagian ini dibaca enam harakat dengan sempurna. Kedua: Ejaannya
terbentuk dari tiga huruf di mana huruf Lin terdapat di pertengahannya iaitu huruf 'Ain. Huruf
ini harus disempurnakan dengan bacaan enam harakat dan bacaan pertengahan empat harakat.
Ketiga: Ejaannya terbentuk dari dua huruf di mana huruf keduanya ialah huruf Mad dan
huruf-hurufnya adalah sebanyak lima huruf yang terhimpun dalam bait syair( ‫) طهر حي‬.
Bahagian ini dibaca secara Mad Tabi'i dengan kadar dua harakat. Keempat: Ejaannya
terbentuk dari tiga huruf di mana tidak terdapat satupun huruf Mad di pertengahannya. Ia
terdiri dari satu huruf iaitu Alif dan tidak terdapat padanya huruf Mad.

- Mad Lazim Kalimi Muthaqqal( ‫) المثقل الكلمي الالزم المد‬.


Iaitu selepas huruf Mad terdapat huruf bertasydid di dalam satu kalimah, hukumnya ia dibaca
dengan enam harakat. Ia dinamakan Muthaqqal kerana berat atau susah untuk menyebutnya
disebabkan terdapat tasydid pada Sukunnya. Contohnya Alif di dalam kalimah( ‫) الضالين‬, dari
firman Allah s.w.t( ‫) ولالضالين عليهم المغضوب غير‬.

- Mad Lazim Kalimi Mukhaffaf ‫ المخفف الكلمي الالزم المد‬. Iaitu selepas huruf Mad terdapat huruf
Sukun yang tidak bertasydid di dalam satu kalimah. Hukumnya wajib dibaca dengan enam
harakat. Ia dinamakan dengan Kalimi kerana terdapat Sukun asli selepas huruf Mad di dalam
satu kalimah. Ia dinamakan Mukhaffaf kerana ringan atau mudah menyebutnya disebabkan
keadaannya yang tidak bertasydid dan tidak berdengung. Contohnya di dalam kalimah( ‫أاآلن‬
)di dalam dua tempat surah Yunus ayat lima puluh satu dan sembilan puluh satu malah tidak
terdapat di dalam al-Quran selain dari dua tempat tersebut.

1. Hukum Hamzah yang berbaris atas: Hamzah Wasal yang berbaris atas disebut ketika
memulakan bacaan dengannya jika sekiranya ia berada di dalam kata sandang( ‫) ال‬takrif yang
sentiasa disandang pada kata nama am. Contohnya:( ‫ العالمين رب هلل الحمد‬- ‫) الرحيم الرحمن‬

2. Hukum Hamzah yang berbaris bawah: Ia disebut ketika memulakan bacaan jika sekiranya
ia berada di dalam kata kerja, huruf ketiganya berbaris atas atau berbaris bawah atau berada
di dalam terbitan kata kerja yang telah lalu( ‫) الماضي الفعل‬.
Contohnya:( ‫) أحسن هي بالتي ادفع( )األرض في استكبارا( )إليهم ارجع‬.
Perhatian penting: Di dalam bacaan, Hamzah Wasal terdapat pada tujuh tempat iaitu:( ‫ اسم‬-
‫ اثنتين‬- ‫ امرأة‬- ‫ امرؤ‬- ‫ ابنة‬- ‫) ابن‬.
Manakala hukum mula bacaan Hamzah Wasal di dalam kalimah-kalimah ini ialah wajib
dibaca dengan baris bawah.

3. Hukum Hamzah yang berbaris hadapan: Ia disebut ketika memulakan bacaan dengannya,
jika huruf yang ketiga di dalam kata kerja suruhan berbaris hadapan. Contohnya:( ‫برجلك اركض‬
- ‫) ربك سبيل إلي ادع‬

4. Hukum Hamjah gugur/sukun


Ketika bacaan sambung, Hamzah Wasal tidak disebut di dalam bacaan untuk mengukuhkan
huruf Sukun ketika itu ke atas huruf selepasnya dan ia tidak memerlukan kepada Hamzah.
Pada ketika ini Hamzah Wasal tidak disebut di dalam bacaan sambung. Ketika memulakan
bacaan dengan Hamzah Wasal, barisnya mestilah disebut sama ada ia berbaris atas, berbaris
bawah atau berbaris hadapan. Jika Hamzah Wasal berada di dalam satu kalimah contohnya:(
‫ وهللا‬- ‫) وبالحق‬, ia tidak boleh disebut sama sekali kerana tidak sah menyebutnya secara
berasingan dalam apa keadaan sekalipun. Apabila Hamzah Wasal yang berbaris bawah
bertemu dengan Hamzah Istifham (persoalan), Hamzah Wasal perlu dibuang dan disebut
Hamzah Istifham secara berbaris di atas. Keadaan ini terdapat pada tujuh tempat di dalam al-
Quran iaitu:- Pertama:( ‫) أتخذتم‬dari firman Allah( ‫) عهدا هللا عند أتخذتم قل‬.
Kedua:( ‫) أطلع‬dari firman Allah( ‫) عهدا هللا عند أتخذتم أم الغيب أطلع‬.
Ketiga:( ‫) أفترى‬dari firman Allah( ‫) كذبا هللا على أفترى‬.
Keempat:( ‫) أصطفى‬dari firman Allah( ‫) البنين على البنات أصطفى‬.
Kelima:( ‫) أتخذناهم‬dari firman Allah( ‫) األبصار عنهم زاغت أم سخريا أتخذناهم‬.
Keenam:( ‫) أستكبرت‬dari firman Allah( ‫) العالين من كنت أم أستكبرت‬.
Ketujuh:( ‫ ) أستغفرت‬dari firman Allah( ‫) لهم تستغفر لم أم أستغفرت عليهم سواء‬.
Hamzah Wasal yang berbaris di bawah juga apabila bertemu dengan Hamzah Istifham
(persoalan), Hamzah Wasal mestilah dibuang dan Hamzah Istifham mesti disebut secara
berbaris di atas.
PENUTUP

1. KESIMPULAN

2. KRITIK DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA

Tarib Moh.Sejarah Ilmu Tajwid.http://referensia-ku.blogspot.com: Diakses pada


tanggal 10 November 2011, Pukul 09.00

Wales Jimmy.Tajwid.http://www.wikipedia.com, Diakses pada tanggal 10


November 2011, Pukul 09.10

http://ilmutajwid-rizky.blogspot.com/2009/08/jenis-hamzah.html
[1]
Posted by cino mbarix at 6:19 AM

Anda mungkin juga menyukai