Anda di halaman 1dari 5

Ziyyad azhari jauhar putra ajlistia

1232010037
Mata Kuliah: Ulumul Qur’an

Resume ulumul quran Dan Peranannya

Al-Qur’an merupakan pedoman pertama dan utama bagi umat Islam. alQur’an
diturunkan dalam bahasa Arab, namun yang menjadi masalah dan pangkal
perbedaan adalah kapasitas manusia yang sangat terbatas dalam memahami
alQur’an. Karena pada kenyataannya tidak semua yang pandai bahasa Arab,
sekalipun orang Arab sendiri,mampu memahami dan menangkap pesan Ilahi yang
terkandung di dalam al-Qur’an secara sempurna. Terlebih orang ajam (non-Arab).
Bahkan sebagian para sahabat nabi, dan tabi’in yang tergolong lebih dekat kepada
masa nabi, masih ada yang keliru menangkap pesan al-Qur’an
Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata penyusun, yaitu
‘Ulum dan al-Qur’an. Kata ‘Ulum sendiri merupakan bentuk jamak dari kata ‘ilm.
‘Ulum berarti al-fahmu wa al-ma’rifat (pemahaman dan pengetahuan).
Sedangkan, ‘Ilm yang berarti al-fahmu wa al-idrak (paham dan
menguasai)Menurut para ulama Ushul, ulama Fiqh, dan ulama Bahasa, AlQur’an
adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang lafadzh-
lafadzhnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang
diturunkan secara mutawatir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari surat Al-Fatihah
sampai surat An-NasGabungan kata ‘Ulum dengan kata Al-Qur’an memperlihatkan
adanya penjelasan tentang jenis-jenis ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan Al-Qur’an; ilmu yang bersangkutan dengan pembelaan tentang
keberadaan Al-Qur’an dan permasalahannya; berkenaan dengan proses hukum
yang terkandung di dalamnya.

Sumber:
1. http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/14494/1/KUMPULAN%20ULUMUL%20QURAN.pdf
2. http://repository.uinbanten.ac.id/5803/3/Isi%20Buku%20UQ%202020.pdf
3. http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/2554/1/Ulumul%20Qur'an(2).pdf
Bahasa al quran

Dalam teori bahasa modern, tidak ada satu bahasa yang lebih unggul dari bahasa
yang lain. Akan tetapi bahasa dapat lebih unggul dari bahasa lain sebab historis
dan transformasi pemikiran dan budaya. Bahasa arab mempunyai keistimewaan,
karena bahasa arab menjadi bahasa Al-Qur’an. Dengan memahami bahasa arab
maka dapat mengerti isi kitab suci yang pedoman orang islam. Keunggulan bahasa
arab dengan bahasa tidak hanya terletak sebagai bahasa agama, akan tetapi
bahasa arab mempunyai keistimewaan dalam segi ilmu kebahasaannya. Dengan
mengkaji ilmu kebahasaannya akan dapat menikmati keindahan tata bahasa Al-
Qur’an yang merupakan unsur kemukjizatan AL-Qur’an. Dengan kesempurnaan
tata bahasa Al-Qur’an tidak akanada yang bisa meniru Al-Qur’an. Bahasa Arab
adalah bahasa yang lengkap dan sempurna bila dibandingkan dengan bahasa-
bahasa yang lain. Kesempurnaan dan kelengkapannya itulah merupakan
keistimewaan baginya. Karena bahasa Arab mempunyai keistimewaan di bidang
tata bahasa di samping keistimewaannya yang lain, maka banyak orang
menganggap bahasa Arab itu rumit, komplek, sukar dan lain sebagainya, terutama
di kalangan pelajar dan mahasiswa. Salah bukti keistimewaan bahasa arab itu
adalah kemampuannya mengurai sesuatu dan yang sukar menjadi mudah, dan
yang belum dimengerti dapat dimengerti dan yang belum baik (indah) menjadi
baik dan indah dan lain sebagainya.Tata bahasa arab pun sangat rasional dan
saksama, tetapi ia cukup rumit apalagi kalau dibandingkan bahasa indonesia.pakar
pakar bahasa arab tidak sekedar menerima mengapa kata yang menunjuk kepada
pelaku selalu marfu’ dalam arti dibunyikan u atau un, sementara itu objek
penderitanya selalu mashub yakni antara lain dibunyikan a.
Daftar pustaka
Asy’ari hasyim, keistimewaan bahasa arab sebagai bahasa alquran, 2018-08-15
Dita wiwin, bahasa arab bahasa alquran,
https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri-pekalongan/ulumul-quran/bahasa-
al-quran-ulumul-quran/47377806
Bacaan qur’an

Qiraat adalah sebuah mazhab bacaan lafaz-lafaz Alquran, baik menyangkut


perpindahan huruf maupun harakat, perubahan dialek seperti tahqiq, isymam,
imalah, dan lain-lain yang dinisbatkan kepada seorang imam dengan jalur yang
bersambung kepada Nabi Muhammad SAW. Bacaan ini bersumber dari Nabi
secara langsung yang kemudian diriwayatkan kepada generasi tabiin oleh para
sahabat hingga sampai kepada kita. Ada beberapa syarat yang diajukan para
ulama agar sebuah qiraat bisa diterima, di antaranya pertama, qiraat harus sesuai
dengan kaidah bahasa arab, seperti segi kefasihannya. Kedua, qiraat harus sesuai
dengan rasm Utsmani. Jika terdapat sedikit perbedaan, qiraat tersebut masih
dapat diterima. Ketiga, qiraat harus memiliki sanad yang sahih. Jika tidak
memenuhi salah satu dari ketiga syarat ini, bacaan tersebut tidak diterima. Qira’at
atau macam-macam bacaan al-Qur‟an telah mantap pada masa Rasulullah
saw., dan beliau mengajarkan kepada sahabat sebagaimana beliau menerima
bacaan itu dari Jibril AS. Sehingga muncul beberapa sahabat yang ahli
bacaan al-Qur‟an seperti: Ubay bin Kaab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit,
Ibnu Mas’ud, dan Abu Musa al-Asy’ari, mereka itulah yang menjadi sumber
bacaan al-Qur‟an bagi sebagian besar sahabat dan tabi‟in

َ ‫ت َۡرت ِۡي اًل ۡالقُ ۡر ٰانَ َو َرتِ ِل‬


‫علَ ۡي ِه ِز ۡدا‬
Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-
lahan.Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad supaya membaca Al-
Qur’an secara seksama (tartil). Maksudnya ialah membaca Al-Qur’an dengan
pelan-pelan, bacaan yang fasih, dan merasakan arti dan maksud dari ayat-ayat
yang dibaca itu, sehingga berkesan di hati. Perintah ini dilaksanakan oleh Nabi
saw. ‘Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw membaca Al-Qur’an dengan
tartil, sehingga surah yang dibacanya menjadi lebih lama dari ia membaca biasa.
Sumber
https://islamdigest.republika.co.id/berita/qpugj5320/variasi-qiraat-alquran-dan-
contoh-ayat-ke4-surat-alfatihah
https://mushafjournal.com/index.php/mj/article/view/35/45
Penulisan al quran

Penulisan Al Quran telah dimulai pada zaman Rasulullah .‫ﷺ‬Namun,


Al-Quran lebih banyak dihapalkan dari pada ditulis karena kemampuan
para Sahabat radhiyallahu ‘anhum sangat kuat dan cepat, dan jumlah
penghapal sangat banyak.Pada zaman NabiSAW,Alquran masih ditulis
pada pelepah kurma, papan, kulit binatang, tanah keras, batu dan lain-lain.
Para penulis wahyu Alquran dari sahabat-sahabat terkemuka yang diangkat
sebagai sekretaris, seperti Ali bin Abi thalib ra, Muawiyah ra, ‘Ubai bin K’ab
ra. Dan Zaid bin Tsabit ra. Setiap ada ayat turun, Nabi memerintahkan
mereka untuk menulisnya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam
surah, bukan hanya pada lempengan tempat menulis harus tersusun sesuai
dengan surah yang ditunjukkan pada Nabi, tetapi juga disampaikan pada
sahabat ayat yang turun itu dalam hapalan sahabat dimasukkan pada surah
yang ditunjuk, jadi ada kecocokan antara hapalan dengan bukti fisik dari
ayat yang tertulis. Sehingga penulisan pada lembar itu membantu
penghafalan didalam hati. Ide atau prakarsa pengumpulan dan penyusunan
mushaf berasal dari „Umar ibn Khaṭṭāb pada masa Khalifah Abū Bakar.
„Umar mengusulkan ide tersebut karena banyaknya qurrā dan ḥuffāẓ yang
gugur di medan perang, sehingga ditakutkan akan membawa implikasi
banyaknya Al-Qur‟an yang hilang dan musnah. Dengan banyak
pertimbangan, Abū Bakar pun menerima usulan „Umar dan memerintahkan
Zaid ibn Ṡābit untuk mengumpulkan AlQur‟an yang pada masa itu
merupakan salah satu sahabat yang hafal AlQur‟an secara keseluruhan.
Pada masa ini Al-Qur‟an yang terkumpul dan tersusun dikenal dengan
istilah “mushaf”. Seiring dengan menyebarnya agama Islam yang meluas ke
berbagai wilayah, penulisan Al-Qur‟an pun mengalami perubahan-
perubahan, mulai dari cara/teknik dan bahan yang sederhana sampai pada
cara dan bahan yang modern. Ketika awal-awal diturunkan, Al-Qur‟an
ditulis dengan menggunakan tangan dan pada bahan yang seadanya,
seperti: daun, pelepah kurma, tulang-belulang, dan sebagainya.21 Seiring
dengan berkembangnya teknologi dan ditemukannya mesin cetak, Al-
Qur‟an pun kemudian dapat dicetak menggunakan mesin cetak.
Sumber:Mardan, Alquran Sebuah Pengantar Memahami Alquran secara
Utuh, Jakarta: Pustaka
Mapan, 2009
Abidin S, Zainal, Seluk Beluk Al-Qur’an, Cet. I, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, (Yogyakarta: Divisi
Muslim

Anda mungkin juga menyukai